ANALISIS PROSPEKTIF : FORECASTING
RESUME MATA KULIAH ANALISIS DAN PENILAIAN BISNIS Dosen Pengampu : Agung Juliarto, PhD, Ak, CA
By : Kelompok 3 Novi Handayani
12030117420077
Suhita Whini Setyahuni
12030117420059
ANGKATAN XXXVIII MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS DIPONEGORO
A. STRUKTUR FORECAST KESELURUHAN Cara yang terbaik untuk meramal kinerja masa depan adalah melakukannya secara komprehensif, yaitu membuat tidak hanya forecast laba, tetapi juga peramalan arus kas dan neraca. Pendekatan forecasting komprehensif berguna bahkan pada kasus dimana seseorang berfokus pada satu aspek kinerja saja. Pendekatan komprehensif memberikan petunjuk untuk melawan asumsi implisit yang tidak realistis. Manajer atau analyst tertarik untuk berfokus pada forecast arus kas, tidak pada laba per saham. Namun, forecast arus kas sebenarnya merupakan praktik mendasar dalam forecast akuntansi, termasuk penjualan, laba, aset, dan kewajiban. Secara prinsip sangat mudah untuk memindahkan secara langsung forecast arus kas, seperti arus kas masuk dari customer, arus kas keluar ke pemasok dan karyawan. Hal ini merupakan cara termudah untuk dilakukan. 1) Kerangka Praktik Forecasting Pendekatan praktik yang paling banyak untuk membuat forecasting laporan keuangan adalah dengan berfokus pada laporan keuangan ringkas. Beberapa alasan untuk rekomendasi ini adalah :
Pendekatan tersebut menggunakan asumsi yang sangat sedikit mengenai kondisi masa depan perusahaan, sehingga analis dapat berfikir lebih banyak tentang asumsi kas secara lebih hati-hati.
Forecasting yang terperinci cenderung membosankan, dan analis tidak mempunyai dasar asumsi yang baik yang dibutuhkan untuk membuat forecast.
Laporan keuangan ringkas dibutuhkan untuk analisis dan pengambilan keputusan. Sehingga lebih banyak digunakan pendekatan ini untuk membuat forecast.
Dalam chapter 5 telah dijelaskan mengenai perumusan dekomposisi ROE dalam rangka untuk menganalisis secara terpisah konsekuensi pada profitabilitas manajemen operasi, investasi non operasi, dan keputusan pembiayaan. Untuk membuat informasi yang diperoleh menjadi berguna melalui dekomoposisi ROE, forecast juga harus mengikuti proses yang sama, membuat forecast operasi terlebih dahulu, kemudian investasi non operasi, dan terakhir pembiayaan.
1. Item Operasi Untuk membuat forecast operasi dari laporan laba rugi ringkas, satu yang dibutuhkan adalah dimulai dengan membuat asumsi mengenai penjualan di periode selanjutnya. Di luar asumsi tentang margin NOPAT, semua dibutuhkan untuk membuat laporan laba rugi periode ini. Untuk membuat forecast neraca ringkas di akhir periode, kita dapat membuat asumsi tambahan sebagai berikut :
Rasio operating working capital terhadap penjualan untuk mengestimasi level modal kerja yang dibutuhkan untuk mendukung penjualan.
Rasio aset operasi tidak lancar bersih terhadap penjualan untuk menghitung perkiraan level aset operasi tidak lancar bersih.
2. Item Investasi Non Operasi Forecasting untuk bagian investasi dari laporan laba rugi ringkas dan neraca membutuhkan asumsi mengenai 2 hal sebagai berikut :
Rasio aset investasi terhadap penjualan untuk menghitung perkiraan level aset operasi tidak lancar bersih.
ROI aset.
3. Item Pembiayaan Untuk membuat forecast bagian pembiayaan dari laporan laba rugi dan neraca, dibutuhkan asumsi berikut :
Rasio hutang terhadap modal untuk mengestimasi level hutang dan ekuitas yang dibutuhkan untuk membiayaai jumlah estimasi aset di neraca.
Tingkat bunga rata-rata (setelah pajak) yang perusahaan akan bayar atas hutangnya.
2) Informasi untuk forecasting Ada 3 tahap analisis sebelum melakukan analisis prospektif, yaitu analisis strategi, akuntansi, dan keuangan yang dapat menginformasikan keputusan yang dibuat analis mengenai prediksi kinerja, terutama pada jangka pendek dan menengah. Forecasting dapat dilihat sebagai kebalikan dari analisis keuangan. Analisis keuangan ingin mengetahui hubungan historis antara kinerja keuangan
perusahaan dan faktor ekonomi yang diidentifikasi pada analisis strategi dan akuntansi. Sebaliknya, forecasting ingin melihat bagaimana dampak dari perubahan yang diantisipasi dalam faktor ekonomi yang relevan pada kinerja perusahaan dan posisi keuangan di masa yang akan datang. Tahap 1 : Mempredikasi Perubahan Faktor Lingkungan Dan Faktor Spesifik Perusahaan Tahap pertama dari forecasting adalah menilai bagaimana lingkungan ekonomi perusahaan, seperti kondisi makroekonomi dan daya saing industri, dapat berubah di masa yang akan datang, dan bagaimana cara perusahaan merespon perubahan tersebut. Dalam contoh H&M, dapat diidentifikasi sebagai berikut :
Dari analisis makroekonomi : bagaimana situasi ekonomi dalam segment geografis H&M dapat berkembang?
Dari analisis strategi bisnis dan industri : apakah pertumbuhan yang lambat di industri apparel dapat memotivasi kompetisi harga antar pelaku bisnis? Apakah pengakuan merk H&M dan strategi iklan yang kuat dapat membantu perusahaan untuk menjaga loyalitas customer dan menghindari kompetisi harga?
Dari analisis akuntansi : apakah ada aspek dari akuntansi H&M yang mengindikasikan laba dan aset di periode lalu tidak disajikan? Atau beban dan kewajiban yang tidak disajikan? Jika ada, apa dampaknya terhadap laporan akuntansi di masa yang akan datang?
Tahap 2 : Menilai Hubungan Antara Faktor Pada Tahap 1 Dengan Kinerja Keuangan Setelah mendapatkan pemahaman yang menyeluruh dari faktor ekonomi dan bagaimana faktor ini diprediksi dapat berubah di masa yang akan datang, tahap berikutnya adalah proses forecasting untuk menilai bagaimana perubahan ekonomi di masa yang akan datang ditranslasikan kedalam trend kinerja keuangan. Tahap 3 : Forecast Laporan Keuangan Ringkas. Berdasarkan hasil outcome di tahap 1 dan 2, langkah selanjutnya dapat membuat forecast pada item di laporan keuangan ringkas. Untuk kasus H&M, kunci utama dalam membuat forecast adalah memprediksi kemampuan perusahaan mempertahankan margin superior, perputaran dan pertumbuhan penjualan di tingkat yang sama pada kondisi ekspansi jaringan, kompetisi, penurunan
kondisi ekonomi, naiknya harga input, atau penurunan kinerja yang disebabkan oleh ekspansi. Forecast kinerja investasi non-operasi dan struktur pembiayaan bergantung pada informasi strategi bisnis.
B. PERILAKU KINERJA : SEBUAH TITIK AWAL Penjelasan kerangka forecast di atas berasumsi bahwa informasi cukup tersedia, atau telah didapatkan dari tahapan sebelumnya pada proses analisis bisnis, untuk memberikan detail informasi yang digunakan dalam forecast. Namun, seringkali informasi tertentu sulit atau tidak tersedia, terutama ketika membuat forecast jangka panjang. Sehingga, setiap forecast mmepunyai setidaknya satu “benchmark” titik awal yang mengasumsikan bagaimana perilaku rasio-rasio tertentu dapat diprediksi tanpa ada informasi yang detail. Titik awal yang rasional untuk membuat forecast angka akuntansi didasarkan pada bukti sebagai berikut :
Perilaku pertumbuhan penjualan Pertumbuhan penjualan cenderung “mean-reverting” (berbanding terbalik). Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan di atas atau di bawah rata-rata pertumbuhan industri cenderung kembali ke level normal (secara historis ada di kisaran 6 sampai 9 persen untuk perusahaan Eropa). Gambar berikut menunjukkan pertumbuhan penjualan untuk perusahaan Eropa dari kurun waktu tahun 1992 hingga 2011.
Dalam gambar tersebut terlihat penurunan tngkat pertumbuhan penjualan karena kejenuhan permintaan dan kompetisi dalam industri. Sehingga, perusahaan yang saat ini tumbuh dengan cepat, tidak realistis untuk meramalkan kemungkinan pertumbuhan
penjualan yang tinggi. Tentu saja, seberapa cepatnya pertumbuhan perusahaan berbalik ke rata-rata industri tergantung pada karakteristik industri itu sendiri dan posisi kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan.
Perilaku Laba Laba cenderung mengikuti proses yang dapat diperkirakan oleh pola acak (random walk) atau pola acak menyimpang (random walk with drift). Sehingga gambaran laba tahun sebelumnya merupakan titik awal yang baik dalam mempertimbangkan potensi laba masa depan. Dampak dari bukti ini adalah, dalam permulaan untuk melihat kemungkinan laba di masa depan, angka yang berguna adalah laba tahun sebelumnya. Rata-rata laba pada beberapa periode sebelumnya tidak berguna. Karena, prediksi laba final akan selalu sangat berbeda dari benchmark pola acak.
Perilaku ROE Mengingat bahwa laba tahun sebelumnya berfungsi sebagai tolok ukur yang berguna dalam memprediksi laba sebelumnya, hal yang sama juga berlaku untuk tingkat kembalian investasi, seperti ROE. Alasannya, pertama, walaupun rata-rata level laba perusahaan cenderung tetap, tidak mungkin memiliki level ROE yang tidak biasa. Perusahaan dengan ROE yang terlalu tinggi atau rendah cenderung mengalami kenaikan laba atau penurunan laba. Kedua, perusahaan dengan ROE yang lebih tinggi cenderung melakukan ekspansi investasi lebih cepat dari lainnya, yang menyebabkan komponen ROE naik.
Perilaku Komponen ROE Perilaku tingkat ROE dapat dianalisis lebih jauh dengan melihat perilaku komponen utama. ROE didapatkan dari persamaan berikut : ROE = ROBA + (ROBA – Interest rate after tax) x Financial leverage ROE = (margin NOPAT x operating asset turnover) x (operating asset / business asset) + ROIA x (Investment Asset/Business Asset) + Spread x financial leverage. Sehingga, komponen utama ROE adalah : margin NOPAT, turnover aset operasi, return on investment asset, spread, dan leverage keuangan. Sebagai simpulan, margin laba, seperti ROE, cenderung digerakkan oleh kompetisi yang normal dari waktu ke waktu. Apa yang membentuk menjadi normal tergantung dari teknologi yang digunakan oleh industri dan strategi yang diterapkan perusahaan. Dalam ekuilibrium yang sepenuhnya kompetitif,
margin laba diharuskan tetap tinggi untuk perusahaan yang beroperasi pada tingkat turnover yang rendah. C. ASUMSI FORECASTING Dalam sesi ini, kita menerapkan kerangka forecast yang telah dijelaskan sebelumnya untuk kasus H&M. Tahap pertama, membuat asumsi terlebih dahulu. 1. Latar Belakang : Pertumbuhan Makro ekonomi dan Industri Pada pertengahan pertama tahun 2012, ekonomi Eropa mengalami penurunan, yang diikuti oleh krisis global, penurunan asosiasi ekonomi. Beberapa negara Eropa mulai mengalami kesulitan membayar hutangnya yang besar. Pengurangan anggaran negara yag signifikan mengurangi pendapatan diskresionari konsumen. Gambar berikut berisi tingkat ekonomi realisasi dan prediksi H&M dan industri Eropa.
2. Pertumbuhan penjualan Titik awal yang baik untuk membuat forecast pertumbuhan penjualan jangka pendek adalah dengan melihat sudut pandang manajemen. Manajemen memberikan informasi di bagian laporan manajemen dari laporan tahunan,laporan interim, siaran pers, atau konferensi analis. Tugas analis adalah membalas asumsi yang mendasari harapan manajemen, menggunakan informasi tentang ekonomi makro, industri, dan faktor spesifik perusahaan. 3. Margin NOPAT Pada 2011, margin NOPAT Hennes & Mauritz turun menjadi 15,0 persen, setelah naik dari 16,9 persen menjadi 18,1 persen pada 2010. Faktor ekonomi berikut ini berkontribusi pada perubahan dalam margin H&M:
-
Harga input. Pada tahun 2009 pemasok kapas memangkas kapasitas untuk mengatasi penurunan ekonomi. Pengurangan kapasitas ini menyebabkan kenaikan harga kapas ketika permintaan produsen pakaian untuk kapas pulih pada tahun 2010 dan 2011.
-
Penurunan persediaan. Penurunan persediaan pada Januari 2012 berdampak pada penurunan laba sebesar 0,3 persen atau 0,3 persen setelah pajak.
-
Biaya Selling, General,dan Adinistrasi (SG&A). Banyakya biaya SG&A akan menyebabkan perubahan di rasio SG&A terhadap penjualan.
-
Dampak bersih dari penghematan biaya SG&A dan Margin Investasi. Penurunan porsi laba NOPAT berkontribusi pada penghematan biaya SG&A.
4. Modal Kerja Terhadap Penjualan Modal kerja Hennes & Mauritz terdiri dari komponen-komponen berikut: (1) kas operasi, (2) piutang dagang, (3) persediaan, (4) hutang usaha, dan (5) aset dan kewajiban lancar lainnya. Pada tahun 2011, piutang hari dan hutang harian masing-masing adalah 7,5 dan 34 hari. Rasio bervariasi secara marginal selama empat tahun sebelumnya dan nilai perusahaan pada 2011 mendekati rata-rata lima tahun. Karena itu, tanpa informasi rinci, dianggap masuk akal, jika pada periode forecasting, jumlah hari piutang dan hari hutang tetap konstan pada 7 hari dan 34 hari. 5. Aset Tidak Lancar Terhadap Penjualan Forecast aktiva operasional tidak lancar bersih terhadap penjualan terkait erat dengan perkiraan yang dijelaskan di atas. Produktivitas toko H&M. Secara khusus, dengan asumsi
bahwa aset investasi operasi bersih tidak lancar per toko akan tetap konstan dalam beberapa tahun mendatang, produktivitas toko (penjualan per toko) dan bersih tidak lancar beroperasi untuk penjualan akan mengikuti tren yang sama. 6. Struktur Modal Antara 2008 dan 2011, rasio utang terhadap modal H&M berkisar antara 0,53 hingga 0,55. Mengingat varians rendah dalam leverage dan tanpa informasi konkret yang manajemen rencanakan untuk mengubah struktur modal perusahaan, diasumsikan rasio utang terhadap modal akan menjadi 52,6 persen selama periode perkiraan. Pada 2011, suku bunga Hennes & Mauritz rendah sekitar 2,3 persen, sebagai konsekuensi dari penurunan ekonomi. Karena pada akhir 2011 kurva hasil curam, menunjukkan bahwa investor berharap bahwa suku bunga pasar akan meningkat dalam medium, tingkat bunga setelah pajak H&M dibiarkan meningkat secara bertahap dari 2,3 persen pada 2012 menjadi 3,5 persen pada 2017.