Defisit perawatan diri 2.1 Definisi Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu kepearawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Direja,2011). Defisit pearawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya
guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan
kesejahteraannya. Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya (Mukhripah & Iskandar, 2014) . Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Poter & Perry, 2005) Kurang pearawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Direja,2011). Jadi defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting). Pengertian diri adalah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien ditanyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melalukan perawatan diri. (Dwi Sukanto, 2013) Deficit keperawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toiteting. (Dwi Sukanto, 2013) Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. (Dwi Sukanto, 2013)
2.2 Faktor prediposisi dan Faktor presipitasi Menurut Mukhripah Damaiyanti & Iskandar (2014) faktor prediposisi dan faktor presipitasi sebagai berikut: a. Faktor prediposisi 1. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. 2. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. 3. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. 4. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. b.
Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau percepyual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut (Dwi Sukanto, 2013) faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: a. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi keberhsilan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. b. Praktik Sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. d. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada penderita diabetes militus ia harus menjaga kebersihan kakinya. e. Budaya Di sebagian masyarakat jika individual sakit tertentu tidak boleh dimandikan f. Kebiasaan Seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain-lain g. Kondisi Fisik atau Psikis Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene yaitu: a. Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. b. Dampak Psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman. Kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
2.3 Respon Terhadap Stresor (Tanda dan Gejala) Menurut Ade Herman Surya Direja (2011) tanda gejala defisit perawatan diri sebagai berikut:
a. Mandi/hygiene Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu, atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi. b. Berpakaian/ berhias Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu. c. Makan Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makan dengan aman. d. BAB/BAK Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil Keterbatasan perawatan diri di atas biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan
intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami risiko tinggi isolasi sosial. Menurut (Dwi Sukanto, 2013) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah: 1. Fisik a. Badan bau, pakaian kotor b. Rambut dan kulit kotor c. Kuku panjang dan kotor d. Gigi kotor disertai mulut bau e. Penampilan tidak rapi 2. Psikologis a. Malas, tidak ada inisiatif b. Menarik diri, isolasi diri c. Merasa tidak berdaya, rendah diri merasa hina 3. Sosial a. interaksi kurang b. kegiatan kurang c. tidak mampu berperilaku sesuai norma d. cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu sendiri. 2.4 Mekanisme Koping Menurut Mukhripah Damaiyanti & Iskandar (2014) mekanisme koping defisit perawatan diri sebagai berikut: 1. Regresi 2. Penyangkalan 3. Isolasi sosial, menarik diri 4. Intelektualisasi
2.5 Penatalaksanaan Medis 2.6 ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT KEPERAWATAN DIRI 1. pengkajian kurang perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses piker sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.kurang perawatan diri tampak dari ketidak mampuan merawat kebersihan secara mandiri, berhias secaraa mandiri, dan toiteting. Buang air besar, buang air kecil secara mandiri. Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah perawatan diri maka tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada yaitu: a. gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulot berdaki dan bau,kuku panjang dan kotor. b. Ketidakmampuan berhias atau berdandan, ditandai dengan rambut acakacakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien lakilaki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan. c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya. d. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB atau BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau BAK. 2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan data yang di dapat ditetapkan diagnosa keperawatan : Kurang perawatan diri : ( Kebersihan diri, berdandan, makan, BAB dan BAK) 3.