Republika Yogya Jumat (16-10-2009)

  • Uploaded by: heri purwata
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Republika Yogya Jumat (16-10-2009) as PDF for free.

More details

  • Words: 4,746
  • Pages: 2
Yogyakarta I Semarang I Solo I Purwokerto I Magelang I Pekalongan

kabarkota

REPUBLIKA

15

Jumat, 16 Oktober 2009 REGINA SAFRI/KOZ/ANTARA

Periksa:

kilas Miss Universe 2009 Kunjungi Yogyakarta YOGYAKARTA — Miss Universe 2009, Stefani Fernandez mengatakan merasa nyaman dan elegan ketika mengenakan batik. Karena itu, selama kunjungannya di Yogyakarta dan Jawa Tengah, Fernandez mengenakan batik. ‘’Ketika mengenakan batik saya merasa nyaman sehingga saya selalu mengenakan batik di sini,’‘ kata Fernandez yang didampingi Putri Indonesia 2009, Qory Sandioriva, di Yogyakarta, Kamis (15/10). Selama di Yogyakarta, Miss Universe berkunjung ke Candi Borobudur dan Prambanan. Keberadaannya diharapkan bisa meningkatkan kunjungan wisatawan ke Yogyakarta dan Jawa Tengah. ‘’Di pelataran Candi Prambanan, Kamis (15/10) malam, akan digelar pertunjukkan seni dan budaya yang menampilkan cerita Loro Jonggrang, legenda tentang terjadinya Candi Prambanan,’‘ kata Rahma Noor Fadilla, Public Relations Coordinator Sheraton Mustika Yogyakarta. ■ hep

75 Persen Pasien Glaukoma Datang Terlambat YOGYAKARTA - Sekitar 75 persen penderita glaukoma yang datang ke rumah sakit rujukan termasuk RS Mata Dr YAP sudah dalam keadaan terlambat. Hal itu dikemukakan Ketua Perdami (Persatuan Dokter Mata Indonesia) Cabang Yogyakarta Prof Suhardjo, SU, SpM(K) dalam rangka World Sight Day (Hari Penglihatan Sedunia) dengan tema dunia “Gender and Eye Health Care’‘ yang diselenggarakan RS Mata Dr YAP, Kamis (15/10). Hari Penglihatan Sedunia ini ini diperingati setiap minggu kedua bulan Oktober. Glaukoma adalah salah satu penyakit mata yang diakibatkan karena kenaikan tekanan bola mata dan menimbulkan kerusakan saraf penglihatan. Dari hasil survei kesehatan mata yang dilakukan oleh fakultas kedokteran UGM 2005 angka kebutaan di DIY sudah 1,1 persen. Hal ini termasuk rendah dibandingkan angka kebutaan secara nasional (sekitar 1,47 persen). Dari angka kebutaan di DIY tersebut terbanyak disebabkan oleh katarak, kelainan reflaksi dan glaukoma, jelas dia. Suhardjo mengatakan pasien glaukoma umumnya datang memeriksakan matanya sudah dalam keadaan lanjut/ terlambat. Karena itu untuk mengurangi kebutaan akibat glaukoma dengan melakukan deteksi awal. ‘’Artinya pada orang yang berusia 40 tahun ke atas harus memeriksakan matanya ke fasilitas kesehatan mata untuk mengukur tekanan bola matanya,’‘jelas dia. ■ nri

Pendaftaran CPNS Dilayani Online YOGYAKARTA — Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta merencanakan uji coba kesiapan sistem penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) selama dua hari, Jumat dan Sabtu (16 dan 17 Oktober) sebagai upaya persiapan pendaftaran CPNS secara online pada 2009. “Melalui uji coba selama dua hari tersebut, setidaknya kami akan mengetahui kesiapan sistem dan apabila terdapat kekurangan, maka kami dapat memperbaikinya sehingga sistem tersebut benar-benar siap saat digunakan dalam penerimaan CPNS yang sebenarnya,” kata Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Yogyakarta Tri Widayanto, Kamis (15/10). Menurut dia, selama pengujian sistem pendaftaran secara online tersebut dibuka, para pencari kerja yang berniat melamar sebagai CPNS di Kota Yogyakarta juga dapat memanfaatkannya untuk melakukan uji coba pendaftaran. “Diharapkan, dengan mengikuti uji coba tersebut akan meminimalisir tingkat kegagalan pendaftaran yang mungkin dilakukan oleh seorang pencari kerja saat melakukan pendaftaran secara online,” katanya. Tri memperkirakan, dengan 407 formasi CPNS yang dibuka, jumlah pencari kerja yang akan mendaftar mencapai sekitar 6.000 orang. ■ ant

KOLOM ENTREPRENEUR

Seorang petugas memeriksa pipa air minum di dalam sebuah gua yang berfungsi menyedot air sungai bawah tanah di Baron, Gunungkidul, Yogyakarta, Kamis (15/10). Pipa untuk mengalirkan air bersih di kawasan Gunungkidul tersebut merupakan bantuan dari Japan International Cooperation Agency (JICA) sebesar Rp 78,89 miliar dan APBD Provinsi DIY sebesar Rp 7miliar.

Indonesian Islamic Business Forum

Symptom Masalah

SLEMAN — Ratusan mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta kemarin berunjuk rasa dengan berkeliling kampus mereka. Para aktivis kampus ini menuntut agar pimpinan universitas tersebut tidak ikut-ikutan kemaruk pada kebijakan-kebijakan yang menjurus pada ‘’komersialisasi pendidikan’‘ di kampus tersebut. Para mahasiswa ini tergabung dalam Aliansi Mahasiswa UNY yang terdiri dari wakil-wakil BEM dari enam fakultas di UNY. Dalam aksinya mereka berkeliling kampus mendatangi kantor-kantor dekan dari enam fakultas tersebut. Dalam aksinya para mahasiswa ini menggelar berbagai poster yang di antaranya berbunyi ‘’Selamatkan UNY dari Komersialisasi Pendidikan’‘, ‘’Ganyang Pelaku Komersialisasi Pendidikan’‘, dan ‘’Kampus Pendidikan Koq Mahal, Tanya Rektor’‘. Dalam pernyataannya, koordinator aksi Pidi Winata mengatakan seiring dengan telah diterapkannya UPN sebagai lembaga Badan Pelayanan Umum (BLU) gejala komersialisasi pendidikan di kampus ini semakin terasa. BLU ini adala lembaga perantara sebelum nantinya menjadi Badan Hukum Pendidikan. ‘’UNY telah memperlihatkan

gejala-gejala komersialisasi yang dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya jurusan yang lebih mementingkan penerimaan mahasiswa nonreguler (swadana) daripada mahasiwa reguler (subsidi),’‘ kata Pidi. Ia mengatakan penerimaan mahasiswa nonreguler di universitas itu kini jumlahnya dua kali lipat dari penerimaan mahasiswa reguler. Pidi menyebutkan gejala ini telah tampak pada penerimaan mahasiswa di jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, PGSP, Pendidikan Seni Musik dan Pendidikan Seni Kerajinan. ‘’Selain itu malah ada jurusan yang sama sekali tidak membuka kelas subsidi, dan hanya membuka kelas swadana yaitu Jurusan Pendidikan Matematika Internasional, dan Pendidikan Akutansi Kelas Intenasional,’‘ kata dia.

Kelas subsidi Ia menyebutkan biaya SPP di kelas internsionalitu per semesternya mencapai Rp 3 juta. Adanya istilah kelas swadana dan kelas subsidi ini, kata aktivis mahsiswa UNY, Fiki Akhmad, telah menyebabkan ketidakenakan di kalangan mahasiswa. ‘’Merekamereka yang kebetulan diterima di kelas subsidi menjadi jengah seakan-akan mereka adalah orang yang perlu ditolong, padahal umumnya mereka adalah mahasiswa yang berprestasi,’‘ kata dia. Selain itu, kata Fiki, masuk kelas subsidipun bukan lalu otomatis menjadi murah. Orangtua

satwa liar. Di Yogya juga banyak yang menjual satwa liar dari orang ke orang alias pasar gelap. Meskipun demikian, dia memberikan apresiasi yang tinggi terhadap masyarakat Yogyakarta. Karena di kawasan Malioboro dan Kotagede yang semula menjadi sentra penjualan bulu sisik, sejak lima tahun terakhir menurun hingga 90 persen. ‘’Ini satu sisi apresiasi kami terhadap Provinsi DIY. Kami harapkan hal ini juga terjadi pada satwa-satwa yang lain,’‘ tutur dia. Jika masyarakat sudah sadar untuk tidak membeli satwa liar, Rosek menambahkan, maka perdagangan satwa liar yang selama ini merebak, akan hilang dengan sendirinya. Dalam aksinya, para relawan ProFauna Indonesia ini mengenakan kostum serba putih

UII Gelar Workshop Kewirausahaan YOGYAKARTA — Sebanyak 203 mahasiswa dan 46 dosen dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta mengikuti workshop Kewirausahaan dan Training of Trainer Kewirausahaan Kamis dan Jumat (15-16/10). Workshop digelar UII Yogyakarta bekerjasama dengan BIGNet (business-intelectual-government network) dan Dirjen Dikti Depdiknas. Dijelaskan Wakil Rektor I UII Yogyakarta, Prof Sarwidi, program ini merupakan kelanjutan untuk membangun masyarakat berbasis pengetahuan dan calon wirausaha baru. ‘’Harapannya terjalin sinergi antara industri dan perguruan tinggi melalui pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta terbangunnya masyarakat berbasis pe-

harus menguras uang Rp 4-6 juta untuk memasukkan anak-anaknya pada kelas subsidi di UNY dan Rp 7-8 juta untuk kelas swadana. Yang mengherankan lagi, kata Fiki, kini jelas terlihat bahwa jurusan-jurusan lebih mementingkan penerimaan mahasiswa swadana dari pada reguler. Gejala ini terlihat dengan kebijakan semakin banyaknya mahasiswa yang diterima melalui jalur swadana daripada reguler — perbandingannya bisa 1:2 ‘’Jumlah ini jelas tak bisa dijangkau oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah, dan menyebabkan rakyat kecil semakin sulit mengakses pendidikan tinggi,’‘ kata Fiki. Alvian Ramadhani, aktivis mahasiswa UNY lainnya, mengatakan ‘’Komersialisasi pendidikan telah mengancam orientasi pendidikan nasional. Bukan lagi bertujuan untuk mencerdaskan bangsa, tapi lebih untuk kepentingan kerja.’‘ Wakil Rektor III Herminanto mengatakan ia akan menyalurkan seluruh aspirasi mahasiswa ini kepada jajaran pimpinan universitas tersebut. Herminanto kepada wartawan mengatakan saat ini pimpinan universitas menghadapi kendala keterbatasan dana untuk mengelola perguruan tinggi. Katanya, setiap tahun dana yang dikucurkan pemerintah pusat untuk pengelolaan pendidikan di UNY berkurang jumlahnya. Ia juga mengatakan dana yang dikumpulkan dari mahasiswa setiap tahun hanya berjumlah 30 persen dari dana yang dibutuhkan untuk menjalankan UNY. ■ yoe

Perdagangan Satwa Liar Masih Marak YOGYAKARTA - Perdagangan satwa liar di Indonesia khusus di Yogyakarta masih marak. Sehubungan dengan hal itu ProFauna (LSM peduli pelestarian satwasatwa liar), group band Regae asal Yogya Marapu Band, melakukan aksi simpatik yang mengajak masyarakat peduli terhadap kelangsungan satwa yang di lindungi dan tidak membeli satwa, di depan Kantor Pos Besar Yogyakarta, Kamis (15/10). ‘’Kami mengambil tema, satwa liar lebih indah di alam. Karena justru di alam liar lah kelangsungan hidup mereka dapat terlestarikan seutuhnya,’‘ papar Chairman ProFauna Indonesia, Rosek Nursahid. Dia mengatakan pasar burung Ngasem adalah satu tempat yang masih memperdagangkan satwa-

ngetahuan memanfaatkan teknologi informasi,’‘ kata Sarwidi di Kampus UII Terpadu Yogyakarta, Kamis (15/10). Untuk medukung program ini, kata Sarwidi, UII telah melakukan kegiatan program wirausaha mahasiswa (PWM) bekerja dengan Kopertis Wilayah V. Dalam program ini UII Yogyakarta tidak hanya mengirimkan dosen untuk mengikuti training of trainer. Tetapi juga memberikan pinjaman modal kepada mahasiswa sesuai dengan program yang dijalankan. ‘’Tahun 2009, jumlah mahasiswa yang mengikuti PWM dibawah koordinasi UII sebanyak 47 orang dan total dana yang dikucurkan Rp 177,88 juta. Harapannya, semoga dari yang kecil ini

awan saya seorang herbalis, dalam mendiagnosa pasiennya selalu menyebut gejala dan sumber penyakit. Suhu badan yang panas atau kepala yang pusing-pusing menurutnya belum penyakitnya tetapi boleh jadi itu hanya gejala saja. Sedangkan sumbernya berada di bagian perut karena ada yang tidak beres pada lambung si pasien. Maka menurutnya, bila ingin bebas dari rasa sakit itu yang harus diobati adalah sumber penyakitnya. Maka gejala yang timbul berupa rasa sakit itu akan hilang dengan sendirinya. Dalam bisnis metode yang sama juga berlaku. Masalah yang terjadi dalam sebuah perusahaan belum tentu itu masalah yang sesungguhnya. Sangat mungkin itu hanyalah symptom atau gejala yang berasal dari masalah yang sebenarnya. Seorang pengusaha dari Semarang pernah meminta pendapat saya tentang keputusan yang diambilnya untuk mengatasi masalah penjualan di perusahaannya. “Pak Heppy, saya akan mencari GM marketing yang baru. Selam enam bulan ini sale turun terus. Bahkan bulan ini penjulan sama sekali tidak bisa mencapai 20 persen dari target”, begitulah dia beralasan. Saya tidak langsung mengiyakan keinginan kawan ini. Karena apa yang dia sebutkan sebagai masalah itu hanyalah gejala saja. Keputusannya untuk mencari GM baru itu adalah upaya untuk menghilangkan rasa sakit saja tetapi tidak menyembuhkan penyakit yang sebenarnya. Saya lalu bertanya, “berapa kali anda meeting membahas sale dalam satu bulan?”. Jawabannya cukup mengejutkan. Karena ternyata selama ini si pengusaha tersebut lebih banyak menerima laporan saja dari GM-nya itu. Dia sendiri jarang sekali terlibat dalam setiap rapat marketing. Diluar itu juga jarang menyinggung soal penjualan kepada timnya. Keluhan serupa hampir terjadi pada pengusaha yang saya temui. Masalahnya beragam. Mulai dari sale yang di bawah target, cash flow yang tersendat, tim yang tidak efektif, anak buah yang tidak jujur, hingga keuangan yang terus chaos. Namun hampir 90 persen dari masalah itu sebenarnya hanyalah gejala saja. Karena semua itu bersumber dari Si Pengusaha yang bersangkutan. Hampir dipastikan mereka yang mengalami sale yang anjlok karena si pengusaha tidak intens membicarakan penjualan kepada timnya. Sehingga tim menganggap sale bukanlah yang penting dan perlu diperhatikan dalam perusahaan itu. Pengusaha yang mengalami masalah tim yang yang tidak jujur biasanya disebabkan oleh owner perusahaan itu selalu mentolelir pelanggaran kecil ketidakjujuran. Akibatnya kejujuran tidak dianggap penting oleh timnya karena tidak dijadikan sebagai value perusahaan. Demikian pula dengan masalah keuangan. Rata-rata mereka yang mengalami masalah keuangan karena owner tidak memiliki keterampilan dalam mengelola uang. Sehingga semua kesalahan dalam laporan keuangan tidak pernah diperhatikan dan dibiarkan begitu saja. Begitu tersadar setelah masalah sudah membesar dan mengganggu operasional. Kultur yang ada di sekitar kita hari ini tidak membiasakan seorang entrepreneur membicarakan masalahnya. Karena pengusaha sudah terlanjur dicap sebagai orang sukses yang tidak memiliki masalah. Sehingga bila ada beberapa orang pengusaha yang bertemu dalam satu tempat kemungkinan topik pembicaraannya bukanlah masalah yang dihadapi masingmasing. Padahal masalah yang dihadapi oleh seorang entrepeneur tentu tidak sederhana. Semakin besar skala bisnisnya maka semakin kompleks pula masalah yang dihadapinya. Dalam posisi itu seorang entrepreneur perlu ilmu, skill, ketrampilan dan support bisnis untuk memecahkan masalahnya. Bila tidak, jangankan memecahkan masalah melihat masalahnya sendiri pun masih belum fasih. Karena sebagian masalah itu bukan berasal dari luar terapi justru berakar dari dirinya sendiri sebagai owner bisnis itu. Maka kepada pengusaha dari Semarang itu saya hanya berkata singkat, “Rubahlah diri anda dulu”. ■

K

Mahasiswa Tuding UNY Mulai Komersial Setiap tahun dana dari pemerintah untuk UNY terus menurun.

Oleh: Heppy Trenggono Founder & CEO United Balimuda

memberikan dampak positif untuk pengembangan wirausaha di perguruan tinggi,’‘ kata Sarwidi. Sementara Dirjen DP2M Dikti Depdiknas, Prof Suryo Hapsoro mengatakan selama ini banyak sorotan terhdap Direktorat Pendidikan Tinggi jika jumlah pengangguran yang diluluskan perguruan tinggi semakin banyak. Hal ini menujukkan kompetensi lulusan tidak pas dengan kebutuhan pasar. Karena itu, digelarnya workshop kewirausahaan ini dimaksudkan untuk mensinergikan antara business-intelektual-pemerintah. ‘’Diharapkan program ini bisa melahirkan wirausawan yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan,’‘ kata Suryo. ■ hep

yang menyerupai seekor burung. Sementara Marapu Band mendendangkan lagu-lagu akustik yang bertemakan alam. Sementara itu data dari IUCN (International Union for Conservation of Nature), saat ini jumlah jenis satwa liar di Indonesia yang terancam punah adalah 183 jenis mamalia, 115 jenis burung, 27 jenis reptil dan 111 jenis ikan. ‘’Ini tinggal menunggu waktu saja,’‘ ungkap Rosek Usaha pemerintah dalam melindungi satwa liar ini sebenarnya juga sudah ada, yakni dengan mengeluarkan UU No 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Namun, dalam penerapannya masih belum maksimal. Selain itu, perilaku masyarakat sendiri yang masih kurang peduli. ■ nri

R

E

P

Berlangganan U B L I

K

A

Hubungi (0274) 541582

Mulia

”MULIA”

AUTHORIZED MONEY CHANGER

Inna Garuda Hotel Jl. Malioboro 60 Yogyakarta (Depan Tiket Counter Garuda Indonesia) Senin - Jumat : 07.00 - 19.00, Sabtu - Minggu : 08.00 - 15.00 WIB Telp. 0274-563314 (Hunting), 566353 Ext. 8901 Fax.(0274) 549777

B U M I A RTA

Tanggal : 15 Oktober 2009 CURRENCY USD EURO AUD CAD GBP CHF SGD HKD JPY RM KWD WON NT BND NZD PHP THB YUAN SAR

BELI BN 9,275 13,825 8,475 8,975 14,800 9,050 6,675 1,160 103.25 2,700 31,500 7.25/7.75 265/275 6,625 6,825 185 265 1,350 2,400

TC 9,125 13,575 8,275 14,550 8,650 97.25

Catatan : kurs sewaktu-waktu dapat berubah

JUAL 9,425 14,075 8,625 9,100 15,100 9,175 6,825 1,235 107.25 2,825 34,500 8.75 325 6,775 6,975 230 315 1,440 2,525

Yogyakarta I Semarang I Solo I Purwokerto I Magelang I Pekalongan

kabarkota

REPUBLIKA

16

Jumat, 16 Oktober 2009 ANDIKA BETHA/ANTARA

3.940 Guru tak Lolos Sertifikasi

kilas Hemat Anggaran, Sekolah akan Digabung TEMANGGUNG— Untuk efektifitas, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Temanggung, melalui Dinas Pendidikan setempat berencana menggabungkan sekolah-sekolah negeri dari tingkat SD hingga SMA di wilayah itu. Penggabungan sekolah dianggap efektif untuk menghemat anggaran pendidikan hingga 20 persen. ‘’Rencananya nanti beberapa sekolah yang letaknya berdekatan, dan jumlah muridnya sedikit akan kita gabungkan. Tapi yang tidak perlu digabung ya tidak akan digabung,’‘ jelas Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung Tri Marhaen Suhardono, Kamis (15/10). Untuk keperluan itu, kata Marhaen, pihaknya saat ini tengah melakukan identifikasi terhadap sekolah-sekolah negeri yang sekiranya perlu digabung. Di Temanggung sendiri tercatat ada 437 SDN, 40 SMPN, 19 SMK, dan 13 SMA. ‘’Targetnya di tahun 2010 nanti, semua sekolah yang perlu digabung sudah mulai digabung, ini akan kita lakukan sebelum tahun ajaran baru,’‘ katanya. ■ asd

Fasilitas Embarkasi Donohudan Dikeluhkan SEMARANG — Menjelang pelaksanaan ibadah haji tahun 1430 H, Kantor Wilayah Departemen Agama (Kanwil Depag) Provinsi Jawa Tengah masih mengeluhkan kesiapan sejumlah fasilitas di embarkasi Donohudan. Kepala Kanwil Depag Jawa Tengah, Mashyudi mengatakan, sejumlah fasilitas emberkasi haji yang kurang dikuatirkan menganggu kelancaran pemberangkatan calon haji. Embarkasi Donohudan dikelola Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Jawa Tengah ini. ‘’Selama ini Depag bukan pengelola Embarkasi Donohudan. Sehingga siap atau tidak, calon haji harus tetap masuk,’‘ ungkap Mashyudi dalam rapat kerja dengan Komisi E DPRD Jawa Tengah, di Semarang, Rabu (14/10). Ia mencontohkan, sejumlah fasilitas embarkasi yang masih belum memenuhi syarat di antaranya gedung penerimaan haji yang sampai sekarang belum dibangun di kompleks embarkasi ini. ‘’Sehingga, kapasitas gedung penerimaan haji yang selama ini digunakan sudah tidak mampu menampung calon jamaah yang datang dan yang akan diberangkatkan,’‘ terangnya. ■ owo

Karyawan Pemkab Peringati Hari Cuci Tangan PURBALINGGA — Kebiasaan mencuci tangan, memang tak seharusnya diajarkan pada anak anak saja. Bahkan Pemkab Purbalingga, sepertinya merasa perlu untuk membiasakan mencuci tangan pada para karyawannya. Karena itu, pada peringatan Hari Mencuci Tangan se Dunia yang jatuh pada Kamis (15/10), pimpinan birokrasi di Pemkab setempat merasa perlu untuk melakukan cuci tangan secara serempak. Kegiatan cuci tangan bersama-sama yang dilakukan seluruh karyawan di jajaran Setda Purbalingga ini, dilakukan mulai pukul 10.00 dengan dipimpin langsung Sekda Drs H Subeno MM. Cuci tangan beramai-ramai dilakukan dengan air yang mengalir dari lubang pipa paralon. Pipa ini dipasang di halaman depan pendopo komplek Setda setempat. Selain itu, di dekat pancuran air juga disediakan sabun dan lap tangan bagi para karyawan yang mencuci tangan. Sekda Subeno mengatakan, kegiatan cuci tangan tersebut melibatkan lebih dari 300 karyawan di jajaran Pemkab, mulai dari pejabat asisten, kepala bagian, camat, kasubag, dan para staf karyawan-karyawati. Bahkan anggota tim penggerak PKK Kabupaten yang dipimpin istri Bupati Ny Ina Triyono BS, juga ikut melakukan hal yang sama di kompleks gedung PKK. ‘’Kami harap kampanye ini akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya cuci tangan pakai sabun,’‘ kata Sekda. Bahkan menurutnya, hal yang paling penting dari kegiatan ini, adalah bagaimana menciptakan perubahan perilaku positif dalam keluarga dan masyarakat luas, termasuk keluarga dari para karyawan Pemkab Purbalingga. ■ wid

etersediaan bahan baku masih menjadi persoalan prinsip yang dihadapi industri gula di Jawa Tengah, bahkan pada umumnya industri gula besar di tanah air. Selain pertimbangan kualitas, persoalan rendemen masih menjadi faktor penentu dalam sebuah industri gula. Bagi industri gula besar, ketersediaan bahan baku dapat terpenuhi

K

● Pekerja menggiling tebu

SOLO — Tercatat 3.940 guru — dari total 8.892 peserta — dinyatakan tak lolos sertifikasi. Dari jumlah yang tak lulus ini, 1.001 guru agama dan 2.939 guru umum. Menurut catatan Sekretaris Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 13 UNS Solo, Sajidan, 1.001 guru agama yang tidak lolos sertifikasi dibawah Departemen Agama (Depag) tersebut mencapai 79,19 persen. Sebanyak 43 guru diantaranya dinyatakan diskualifikasi. Guru yang kena diskualifikasi karena status masih GTT (Guru Tidak Tetap). Berdasar ketentuan, guru yang boleh mengikuti sertifikasi adalah, guru PNS dan Guru Tetap Yayasan (GTY). Hasil penilaian final portofolio sertifikasi guru di bawah Departeman Pendidikan Nasional (Depdiknas) sembilan kabupaten/kota yang ditangani PSG Rayon 13 UNS Solo sudah diumumkan. Tercatat 7.628 guru peserta sertifikasi, 4.683 diantaranya dinyatakan lolos. Sebanyak 2.939 guru tidak lolos. Dikatakan, 1.001 guru PNS dibawah Depag dan 2.939 guru PNS dibawah Depdiknas yang tak lolos

sertifikasi tersebut, menurut Sajidan, diwajibkan mengikuti Pendidikan Latihan Profesi Guru (PL PG). Dari total guru Depdiknas 2.939 dan Depag 1.001 yang mengikuti PLPG ini, masih ditambah lagi peserta 200 guru dari kuota tahun 2008 yang tidak lolos. Kebetulan mereka belum mengikuti PLPG, dan akan digabungkan dengan guru yang tak lolos sertifikasi tahun 2009. Guru yang dinyatakan lolos sertifikasi akan mendapat sertifikat guru profesional. Sedang yang mengikuti PLPG dapat memperoleh pendidik profesional setelah dinyatakan lolos. Dan, yang lulus sertifikasi kalin ini berhak memperoleh tunjangan profesi terhitung mulai Januari 2010. PSG Rayon 13 UNS Solo didesak usulan, agar sertifikasi guru Depag dan Guru Depdiknas agar dibedakan perlakuannya. Terutama menyangkut komponen penilian portofolio. Menurut Sajidan, tidak perlu ada pembedaan. ‘’Penilain justru harus sama untuk mengetahui kompetensi pendidikan yang seragam,’‘ katanya. ■ eds

Cuci Tangan: Siswa melakukan aksi cuci tangan bersama di sekolah mereka, SD Sawahan 2, Sangkrah, Solo, Kamis (15/10). Program Kementerian Pemberdayaan Perempuan dalam rangka memperingati Hari Cuci Tangan Sedunia tersebut bertujuan memberi pendidikan tentang kebersihan kepada anak sejak usia dini.

Industri Belum Kelola Limbah dengan Baik Instalasi pengelolaan limbah di industri yang di Sidak belum memadahi. BANYUMAS — Kalangan dunia usaha seperti industri, rumah sakit, bahkan perumahan real estate di Banyumas, ternyata masih belum menganggap penting masalah pengelolaan limbah. Terbukti dari kunjungan mendadak yang dilakukan Wakil Bupati Banyumas, Ahmad Husein, Kamis (15/6), masih ditemukan dunia usaha yang belum memiliki instalasi pengelolaan yang memadai. Kabag Humas Pemkab Banyumas, Agus Nur Hadie, menyatakan sidak yang dilalukan Wabup Ahmad Husein ini dilakukan dalam rangka menindaklanjuti hasil monitoring Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Banyumas terhadap jenis usaha dan atau kegiatan di wilayahnya. ‘’Wabup mengadakan peninjauan lapangan dalam

rangka pemantauan kualitas lingkungan hidup di beberapa tempat usaha dan lokasi pemukiman di Kabupaten Banyumas. Peninjauan juga diikuti Wakil Ketua DPRD Kabupaten Banyumas dan dinas-dinas terkait di lingkungan Kabupaten Banyumas,’‘ jelasnya. Dalam sidak tersebut, rombongan Wabup melakukan kunjungan di empat lokasi yang dipilih secara acak. Keempat lokasi tersebut, adalah Pabrik Plastik Setia Kawan di Perum Griya Satria Jalan Veteran Kalibogor, Perumahan Griya Shapire Regency Jalan KS Tubun Purwokerto Barat, Rumah Sakit Orthopaedi Purwokerto di Jalan Suparjo Rustam Sokaraja, dan Rumah Makan Pringsewu di Desa Kedungpring Kecamatan Kemranjen. ‘’Sasaran pemantauan adalah ada tidaknya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) seperti dipersyaratkan dan juga mengenai masalah ijin pengembangan/ pembangunan pemukiman,’‘ jelas Agus. Dari hasil pemantauan didapatkan beberapa temuan yang menunjukkan bah-

wa pengolahan air limbah di tempat usaha dan pemukiman tersebut belum sesuai dengan standar aturan yang ditetapkan Dinas Lingkungan Hidup. Misalnya, di pabrik plastik Setia Kawan, air limbah yang dihasilkan, sebelum dibuang ternyata hanya diendapkan di kolam-kolam pengendapan. Hal ini menyebabkan warga yang tinggal di sekitar pabrik mengeluhkan bau yang tidak sedap dari kolam limbah ini. Bahkan air limbah yang dibuang ke saluran air publik, menyebabkan ikan yang dipelihara warga banyak yang mati. Sementara di Komplek Perumahan Saphire Regency, tim pemantau mendapati pengembang komplek perumahan mewah ini belum melakukan pengolahan air limbah secara benar. Bahkan air limbah perumahan ini ternyata langsung dibuang ke sungai. Sedangkan septic tank-nya tidak komunal sebagaimana yang dipersyaratkan. Lebih dari itu, jalan-jalan di komplek perumahan yang dalam perjanjian awal akan berupa paving, oleh pihak pengembang ternyata malah

diaspal. Hal ini jelas mengurangi kemampuan peresapan air. Selain itu, di sebelah selatan komplek perumahan ini sedang dilakukan pengembangan, yang ternyata belum ada ijin. Keadaan yang hampir sama juga ditemukan di Rumah Sakit Orthopaedi. Di mana instalasi pengolahan limbah tidak berfungsi dengan baik. Penanganan air limbah yang sudah cukup baik, baru dilakukan pengelola Rumah Makan Taman Pringsewu di Jalan Raya KemranjenSumpiuh yang sudah mengelola air limbah restoran dengan menyalurkan ke perangkap minyak (Grease trap). Namun demikian masih perlu dilakukan pengambilan minyak dan lemak yang terperangkap secara rutin dan penambahan unit pengolahan lanjut. Terkait temuan ini, Agus menyatakan, pihaknya dalam waktu dekat akan menyampaikan teguran sekaligus peringatan secara resmi agar indutri, pengembang perumahan dan pengelola rumah sakit, agar memperbaiki instalasi pengolah limbahnya. ■ wid

Elemen Pekerja Walk Out Bahas UMK SEMARANG—Proses penetapan upah minimum kota (UMK) Semarang yang dilakukan dewan pengupahan kota beserta elemen tarkait tidak berjalan mulus. Rapat forum pleno penetapan usulan angka baru UMK Kota Semarang tahun 2010 diwarnai aksi walk out oleh sejumlah elemen serikat pekerja. Mereka (serikat pekerja, red) menuding, rapat forum pleno yang dimaksud merupakan forum ‘manipulasi’ yang dibuat Wali Kota Semarang. ‘’Kami mencium adanya upaya-upaya untuk membela kepentingan para pengusaha,’‘ ungkap Ketua DPC

Serikat Pekerja Nasional (SPN) Kota Semarang, Nanang Setiyono, Kamis (15/10). Tudingan memanipulasi forum pleno yang dialamatkan kepada kepada Wali Kota Semarang ini, ungkap Nanang, cukup beralasan. Pasalnya para elemen serikat pekerja melihat ketidakberesan yang mengiringi proses penetapan UMK Kota Semarang tahun 2010, yang tinggal merumuskan besaran angka nominal yang akan diusulkan kepada gubernur ini. Menurutnya, seluruh proses di Dewan Pengupahan Kota Semarang —mulai dari mekanisme survei kebutuhan hidup layak (KHL) maupun

usulan besaran UMK — sebenarnya sudah selesai pada bulan Agustus lalu. ‘’Di mana telah dihasilkan KHL hasil survei pengusaha sebesar Rp 939.755 dan hasil survei versi pekerja sebesar Rp 944.538,’‘ paparnya. Bahkan, tambah Nanang, pihak Pemkot Semarang melalui Wakil Wali Kota sudah mengisyaratkan sepakat dengan hasil survei para pekerja. Hanya saja, belakangan ada sekelompok pengusaha yang melakukan pendekatan dengan Wali Kota yang cenderung mengusulkan besaran UMK sebesar Rp 870.000. Sehingga orang nomor

satu di Kota Semarang ini kembali menggelar forum pleno untuk merumuskan angka pasti usulan UMK yang akan dibawa kepada gubernur. ‘’Karena itu, kami menilai forum pleno untuk merumuskan angka baru ini merupakan forum rekayasa. Sehingga kami sepakat untuk walk out,’‘ tandasnya. Elemen Dewan Pengupahan dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta UMK tahun 2010 sebesar Rp 939.755. Sedangkan usulan besaran UMK dari elemen buruh meminta Rp 944.538. Besaran UMK Kota Semarang tahun 2009 sebesar Rp 838.500. ■ owo

Seniman Banyumas Tolak Penggusuran Gedung Soetedjo PURWOKERTO — Eksistensi Gedung Setedjo Purwokerto sebagai gedung kesenian di Kabupaten Banyumas, kembali dipertaruhkan. Hal ini menyusul adanya rencana dari pemerintah kabupaten setempat, untuk melakukan perluasan areal Pasar Manis Purwwokerto dengan menggusur gedung kesenian tersebut. Terkait dengan rancana tersebut, sejumlah seniman di Banyumas pun mulai bergerak. Menurut rencana, mereka akan melakukan gerakan aksi yang akan dimulai sejak Kamis (15/10). ‘’Gerakan ini akan berlangsung setiap hari hingga 27 Oktober, dan puncaknya akan digelar dengan aksi massa di DPRD Banyumas pada 28 Oktober 2009, bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda,’‘ jelas Kedua Dewan Kesenian Banyumas, Bambang Set, Kamis (15/10). Dia juga menyebutkan, bersamaan dengan itu pihaknya akan menyerukan pada warga masyarakat untuk bersama-sama melakukan gerakan silang putih. Caranya, dengan membuat tanda atau simbol silang putih di berbagai tempat. ‘’Silang putih ini diambil dari budaya tionghoa yang menandakan adanya kematian. Melalui simbol tersebut, kita ingin menunjukan bahwa para pemimpin kita di Banyumas sudah mati rasa. Mereka sudah tidak peka lagi memperdulikan kepentingan warganya,’‘ katanya. Ketidakpekaan pemerintah daerah dalam menangkap aspirasi warga ini, menurut Bambang, tak hanya terjadi dalam rencana pemerintah menggusur gedung Sutedjo. Tapi juga ditunjukkan dalam berbagai kebijakan lain, yang menimbulkan gelombang perlawanan warga. Antara lain, seperti kebijakan bupati membabati pohon-pohon peneduh jalan, menghentikan program layanan kesehatan gratis melalui SKTM dan juga penggusuran para PKL. Terkait rencana perluasan gedung Sutedjo ini, Sugeng, salah seorang seniman teater asal Kalibener, Purwokerto, menilai penggusuran gedung kesenian tersebut merupakan kebijakan yang kontra produktif. ‘’Gedung Soetedja tidak seharusnya digusur. Bahkan seharusnya dijaga dan dilestarikan, karena bagaimanapun merupakan salah satu asset dan situs budaya Banyumas,’‘ jelasnya. Gedung kesenian tersebut, menurutnya, diambil dari salah seorang seniman musik Banyumas yang menciptakan lagu Sungai Serayu. Bahkan, sudah cukup banyak seniman Banyumas yang lahir dari Gedung Soetedja tersebut. ‘’Karena itu sungguh sangat ironis bila pemerintah sampai menggusur gedung tersebut. Bahkan seharusnya, pemerintah memperbaiki dan merehab gedung tersebut sehingga seniman Banyumas memiliki gedung yang layak untuk arena pertunjukkan,’‘ katanya.

‘Geliat’ PGM di Tengah Dominasi PG Besar melalui upaya kemitraan atau pembinaan yang diberikan langsung kepada para etani tebu. Namun tidak demikian halnya dengan industri gula kecil. Salah satunya adalah Pabrik Gula Multiguna (PGM) Pamotan, yang berada di Desa Bangunrejo, Kecamatan BOWO PRIBADI/REPUBLIKA Pamotan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Untuk mendapatkan bahan baku (tebu) yang berkualitas bagi pemenuhan standar mutu, industri gula ini harus ‘berjuang’ di tengah kebutuhan bahan baku pabrik gula besar. Yang menjadi

persoalan, PGM yang dikelola PT Mitra Wahana Utama (MWU) ini belum memiliki lahan binaan (kemitraan) dengan para petani tebu di sekitar wilayah pabrik. Kondisi ini jauh berbeda dengan umumnya industri gula besar yang telah menerapkan pola kemitraan dengan para petani tebu. ‘’Namun ini menjadi tantangan kami untuk produksi tahun 2010 nanti,’‘ ungkap Direktur Harian PT MWU Ahmad Sapto kepada Republika, baru- baru ini. Apa yang diungkapkan Sapto ini diamini Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Rembang, Sutomo. Menurutnya, dari 7.000 hektare lahan tebu di wilayah Kabupaten Rembang sudah habis ‘diperebutkan’ tiga pabrik gula (PG) besar. Yakni PG Rendeng mengapling 1.300 hektare, PG Pakis Baru 1.100 hektare dan PG Trangkil 1.650 hektare. Sisanya untuk produksi gula merah

(tumbu). ‘’Jumlah ini belum termasuk tanaman tebu yang dijual petani ke industri gula di Jawa Timur,’‘ ujarnya. Namun begitu, lanjut Sutomo, masih ada celah bagi PGM untuk mendapatkan bahan baku sekaligus mengembangkan produksinya guna menyokong kebutuhan gula Jawa Tengah. Hal ini juga diakui Staf Biro Bina Produksi Setda Jawa Tengah, Fx Suhardiman. Saat ini, paparnya, traksasi produksi gula Jateng dari 10 PG besar yang ada mencapai 347.917 ton dengan total lahan 57.917 hektare. Jumlah ini masih di bawah dari kebutuhan gula Jawa Tengah yang tahun 2009 ini dipatok sebanyak 360.000 ton. Hal ini menunjukkan target swasembada gula tahun ini memang sulit terwujud. Apalagi revitalisasi PG besar butuh biaya terlalu besar.

Sehingga masih belum menarik minat investor. ‘’Justru yang menjadi harapan saat ini adalah peran pabrik gula kecil (PGM). Secara modal tidak terlalu besar namun hasilnya menjanjikan,’‘ ujarnya. Menanggapi hal ini, pihak PT MWU optimis PGM Pamotan akan mampu mempertahankan, bahkan memperbaiki kualitas produksinya. Pabrik gula yang kini mampu memproduksi 50 ton cane per day (TCD) ini akan bisa meningkatkan produksinya menjadi 100 TCD. ‘’Kami sangat optimistis prospek PGM, apalagi meski status PGM Pamotan adalah yang kedua di Indonesia setelah di Kediri, tapi menjadi yang pertama dalam menghasilkan gula kristal,’‘ ujar Ahmad Sapto. Uji coba giling telah dilewati tahun lalu. Tahun ini, meski harus ‘berakrobat’ mencari bahan baku di tengah perebutan PG besar, giling

■ wid

resmi juga telah dimulai. Rendemen rata-rata mencapai 6,02 persen. Meski disebut sudah untung dengan rendemen tersebut, MWU menargetkan tahun depan mampu mencapai minimal 7 persen. Saat ini upaya kemitraan dengan petani tebu di wilayah kabupaten Rembang terus dilakukan. Penambahan lahantanaman tebu juga menjadi target tahun depan yaitu sedikitnya 120 hektare. Terutama di sekitar lokasi PGM untuk meminimalisir biaya transportasi sekaligus bisa mengatur kualitas tebu, dengan menyiapkan dana Rp 3 miliar. ‘’Sekarang saja permintaan sudah banyak, baik dari masyarakat, industri makanan minuman maupun untuk campuran tembakau sebelum disetorkan ke pabrik rokok,’‘ jelasnya. Kelebihan utama PGM adalah gula yang dihasilkan tidak dicampur dengan belerang seperti halnya di PG-PG besar, sehingga rasa gulanya lebih manis. ■ owo

Related Documents


More Documents from "heri purwata"