LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DENGUE HEMORAGIK FEVER (DHF) DI RUANG IGD
Disusun Oleh : RATIH EMASIA PUTRI (PO.62.20.1.16.156)
POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN REGULER 3 2018
KONSEP DASAR DHF
A. Pengertian Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang berpotensial mengakibatkan syok yang dapat menyebabkan kematian.
B. Etiologi Penyebab penyakit demam berdarah dengue adalah virus dengue yang ditularkan kemanusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Yaitu virus yang tergolong arbovirus, berbentuk batang bersifat termolabil, stabil pada suhu 70 º C.
C. Tanda dan Gejala 1. Demam Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala - gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung, nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyertainya. 2. Perdarahan Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. 3. Hepatomegali Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita.
4. Renjatan (Syok). Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. D. Klasifikasi Klasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya dibagi menjadi 4 golongan, yakni : 1. Derajat I Adanya demam disertai dengan gejala klinis lain, tanpa adanya perdarahan spontan. biasanya mengalami panas sekitar 2-7 hari, Uji tourniquet hasilnya ialah positif, trombositipenia, & hemokonsentrasi. 2.
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan adanya beberapa gejala perdarahan spontan seperti adanya petekie, hematemesis, ekimosis, perdarahan gusi, melena, dan ditemukan pula adanya perdarahan pada kulit. 3. Derajat III Ditandai oleh adanya gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah & cepat (>120x/mnt) tekanan nadi sempit , tekanan darah mengalami penurunan
4. Derajat IV Nadi tidak teraba sama sekali, tekanan darah juga tidak teratur, anggota gerak/akral teraba dingin, berkeringat & kulit tampak pucat/biru.
E. Patofisiologi Demam Berdarah tidak tertular langsung dari satu orang ke orang lainnya, namun melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk pada saat viremia, yaitu sejak beberapa saat
sebelum panas sampai masa demam berakhir, biasanya berlangsung 3-5 hari, nyamuk menjadi infektif 8-12 hari setelah menghisap darah orang yang infektif dan penderita akan tetap infektif selama hidupnya. Adapun masa inkubasi dari 3-14 hari, biasanya 4-7 hari. Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang
menentukan
beratnya
penyakit
adalah
meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
F. Pathway
Derajat Syok Hemoragik Klas I
Klas II
Klas III
Klas IV
Kehilangan dlm %
< 15%
15 – 30%
30 – 40%
> 40%
Kehilangan dlm cc
< 750 cc
750 – 1500 cc
1500 – 2000 cc
> 2000 cc
Frek. Nadi
< 100x/m
100x/m
120x/m
> 140x/m (tidakteraba)
Sistolik
> 110 mmHg
> 100 mmHg
< 90 mmHg
< 90 mmHg
Cap refill
Normal
Delayed
Delayed
Delayed
Frek. Nafas
16x/m
16 – 20 x/m
21 – 26 x/m
> 26 x/m
Kesadaran (mental state)
Sadar (anxious)
Gelisah (agitated)
Kesadaranmenurun (confused)
Lemahtakbergerak (lethargic)
G. Pemeriksaan Penunjang 1. Hb dan PCV meningkat (> 20 %). 2. Trombositopenia (< 100.000/ml). 3. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis). 4. Ig.D dengue positif. 5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia, hiponatremia. 6. Urin dan pH darah mungkin meningkat. 7. Asidosis metabolik: pCO2 < 35-40 mmHg, HCO3 rendah. 8. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
H. Penatalaksanaan 1. Tirah baring atau istirahat baring. 2. Diet makan lunak. 3. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa : Susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF. 4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl) merupakan cairan yang paling sering digunakan. 5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam. 6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen. 7. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut. 8. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder. 9. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk. 10. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20-30 ml/kg BB.Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada klien DBD tanpa renjatan apabila :
a. Klien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi. b. Hematokrit yang cenderung mengikat.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DHF
A. Pengkajian 1. Identitas : Nama, umur, alamat, tanggal, masuk, tanggal pengkajaan, diagnosa medis, dll. 2. Penanggung jawab : Nama, umur, agama, pekerjaan, hubungan dengan klien. 3. Keluhan utama : Klien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun. 4. Riwayat penyakit sekarang : Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun. 5. Riwayat penyakit terdahulu : Tidak ada penyakit yang diderita secara spesifik. 6. Riwayat penyakit keluarga : Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty. 7. Pengkajian Per Sistem a. Sistem Pernapasan Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles. b. Sistem Persyarafan Klien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran. c. Sistem Kardiovaskuler Dapat
terjadi
hemokonsentrasi,
uji
tourniquet
positif,
trombositipeni,dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, sianosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur. d. Sistem Pencernaan Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang,
penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena. e. Sistem Perkemihan Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah. f. Sistem Integumen Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering.
B. Analisa Data Secara teori, analisa yang didapat sebagai berikut: No 1.
Data Fokos DS : Ibu
klien
anaknya
Etiologi
Masalah
Gigitan nyamuk
Hipertermi
mengatakan
badanya
panas
Virus dengue
semakin tinggi. DO :
Viremia
Badan klien teraba hangat. Peningkatan suhu tubuh 2
DS : Ibu
Gigitan nyamuk klien
mengatakan
anaknya malas minum.
Gangguan keseimbangan
Virus dengue
cairan
DO : - Mukosa bibir kering.
Mual dan muntah
- Mata terlihat cekung. - Turgor kulit cukup.
Kurangnya masukan cairan
3
DS : Ibu
Gigitan nyamuk klien
anaknya
mengatakan
malas
makan,
Virus dengue
karna takut muntah. DO : - Klien tampak lesu.
Viremia
Defisit nutrsi
- Klien tampak lemah. Mual muntah
Tidak nafsu makan 4
DS :
Gigitan nyamuk
Resikoperdarahan
Ibu mengatakan anaknya mengalami gusi berdarah.
DO :
Virus dengue
Verimia
- Gusi klien tampak merah. - Di bawah kulit ada bintik-
Permeabilitas kapiler
bintik merah.
meningkat
Risiko perdarahan
C. Diagnosa Keperawatan 1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue. 2. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. 3. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun. 4. Risiko
perdarahan
berhubungan
dnegan
penurunan
faktor-faktor
pembekuan darah (trombositopeni).
D. Intervensi Keperawatan 1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue. Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan perawatan 2 x 7 jam diharapkan suhu tubuh klien dapat berkurang dengan kriteria hasil : -
Klien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman
-
Suhu 36,8-37,50C.
-
Respirasi 16-24 x/mnt
-
Nadi 60-100 x/mnt Intervensi
Rasional
1. Beri kompres air hangat.
1. Untuk membuka pori-pori.
2. Berikan/anjurkan klien untuk 2. Untuk mengganti cairan tubuh banyak
minum
1500-2000
yang hilang akibat evaporasi.
cc/hari. 3. Anjurkan
klien
untuk 3. Memberikan rasa nyaman dan
menggunakan pakaian
yang
pakaian yang tipis mudah
tipis dan mudah menyerap
menyerap keringat dan tidak
keringat.
merangsang peningkatan suhu tubuh.
4. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan
4. Mendeteksi dini kekurangan cairan
serta
keseimbangan
darah) tiap 3 jam sekali.
mengetahui cairan
dan
elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum klien.
5. Kolaborasi dalam
dengan
doktenr
pemberian
cairan
intravena dan pemberian obat sesuai program.
5. Pemberian
cairan
sangat
penting bagi klien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh klien.
2. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler keekstravaskuler. Tujuan dan kriteria hasil: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 7 jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil : - Turgor kulit baik - Haluaran urin tepat secara individu
Intervensi
Rasional
1. Observasi vital sign tiap 3
1. Vital
jam/lebih sering.
sign
membantu
mengidentifikasi
fluktuasi
cairan intravaskuler. 2. Observasi intake dan output. Catat
2. Penurunan haluaran urine
warna
pekat
urine/konsentrasi. 3. Anjurkan
diduga
dehidrasi.
untuk
minum
3. Untuk memenuhi kabutuhan
1500-2000 ml /hari.
cairan tubuh peroral.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
dengan
pemberian
4. Dapat meningkatkan jumlah
cairan
cairan
intravena
tubuh,
mencegah
untuk terjadinya
hipovolemik syok.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan anoreksia. Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 7 jam diharapkan tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi dengan kriteria hasil : - Tidak ada tanda-tanda malnutrisi - Menunjukkan bera tbadan yang seimbang Intervensi 1. Kaji
riwaya
termasuk
Rasional tnutrisi, 1. Mengidentifikasi
makanan
yang
intervensi
selanjutnya.
disukai. 2. Observasi
dan
catat 2. Mengawasi
masukan makanan klien.
3. Timbang BB tiap hari (bila
masukan
kalori,
konsumsi makanan. 3. Mengawasi penurunan.
memungkinkan). 4. Berikan makanan sedikit 4. Makanan
sedikit
dapat
namun
sering dan
makan
atau
diantara
menurunkan
waktu
kelemahan
dan
masukan
juga
meningkatkan
makan.
mencegah distensigaster.
5. Berikan dan bantu oral
5. Meningkatkan nafsu makan dan
hygiene.
masukan peroral.
6. Hindari
makanan
yang
merangsang
6. Menurunkan
dan
distensi
dan
iritasigaster.
mengandung gas.
4. Risiko
perdarahan
berhubungan
dengan
penurunan
faktor-faktor
pembekuan darah(trombositopeni). Tujuan dan kriteria :Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 7 jam tidak terjadi perdarahan dengan kriteria hasil : -
TD 100/60 mmHg
-
N: 80-100x/menit regular
-
Pulsasi kuat
-
Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat Intervensi
Rasional
1. Monitor tanda-tanda 1. Penurun antrombosit merupakan penurunan trombosit
adanya kebocoran pembuluh darah.
yang disertai tanda 2. Untuk klinis.
tanda
mengetahui
kemungkinan
perdarahan yang dialami klien.
2. Monitor
trombosit 3. Aktifitas klien yang tidak terkontrol dapat
setiap hari.
menyebabkan terjadinya perdarahan. 4. Keterlibatan klien dan keluarga dapat
3. Anjurkan untuk
klien banyak
membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.
istirahat (bedrest). 5. Mencegah terjadinya perdarahan lebih 4. Berikan
penjelasan
lanjut.
kepada
klien
keluarga
dan untuk
melaporkan jika ada tanda
perdarahan
seperti: BAB hitam, gusi berdarah dll. 5. Antisipasi perdarahan
adanya :
Gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan
mulut,
berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
DAFTAR PUSTAKA
Novaliana. 2016. Asuhan Keperawatan pada pasien DHF. Fakultas Ilmu Kesehatan: UMP.
Susilaningrum, R. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan anak untuk Perawat dan Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.