Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Dosen Pengampu : Ns. Reny Sulistyowati, S.Kep., M.Kep. Mata Kuliah : KMB II
D I S U S U N
OLEH : RATIH EMASIA PUTRI NIM
: PO.62.20.1.16.156
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN REGULER III POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya lah Tugas tentang Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal ini dapat diselesaikan dengan baik. Tugas makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari Dosen mata kuliah KMB II. Tugas ini dibuat dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan andil terhadap pembuatan tugas ini. Kami sepenuhnya menyadari bahwa tugas ini tidak terlepas dari sejumlah kekurangan. Untuk itu saya mengharapkan saran dan tanggapan yang bersifat membangun demi penyempurnaan tugas ini.
Palangka Raya, April 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ................................................................................................... Kata Pengantar ...................................................................................................... i Daftar Isi ............................................................................................................... ii Anatomi Fisiologi ................................................................................................. 1 Pengertian ........................................................................................................... 1 Etiologi ................................................................................................................. 2 Klasifikasi ............................................................................................................ 3 Patofisiologi ......................................................................................................... 4 Manifestasi Klinis ................................................................................................ 5 Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................................... 6 Penatalaksanaan ................................................................................................... 8 Askep ................................................................................................................... 8 Daftar Pustaka
ii
A. Anatomi Fisiologi Ginjal merupakan organ berpasangan. Beratnya ± 125 gr, terletak pada posisi disebelah lateral vertebralis torakalis bawah, beberapa cm dsebelak kanan dan kiri garis tengah. Organ ini terbungkus oleh jaringan ikat tipis disebut kapsula renis. Disebelah anterior dipisahkan kavum abdomen dan isinya oleh lapisan peritoneum. Disebelah posterior dilindungi oleh dinding toraks bawah. Darah dialirkan kedalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis membawa darah kembali kedalam vena kava inverior. Urin terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal dalam nefron. Ginjal terdiri dari bagian external (korteks), bagian internal (medulla), setiap ginjal terdiri dari ± 1 juta nefron. Fungsi nefron adalah proses pembentuka urin dimulai dari darah mengalir lewat glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron (tersusun atas jonjot-jonjot kapiler) mendapat darah lewat vasa aferen dan mengalir balik lewat fasa eferen. Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi (air dan molekul-molekul kecil akan dibiarkan lewat, molekul besar tetap bertahan dalam aliran darah) cairan (filtrate) disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus ± 20% plasma lewat glomerulus disaring dalam nefron dengan jumlah sekitar 180 liter flitrat/hari
Fungsi Ginjal Menurut Sherwood (2011) mengatakan bahwa ginjal memiliki fungsi yaitu: a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh. b. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam panjang tekanan darah arteri c. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh. d. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh. e. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
pengaturan jangka
B. Pengertian Penyakit Gagal Ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan normal. Gagal ginjal dibagi menjadi dua kategori yaitu gagal ginjal kronik dan gagal ginjal akut. (Price & Welson, 2006) Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal. Pada kondisi normal, pertama-tama darah akan masuk ke glomerulus dan mengalami penyaringan melalui pembuluh darah halus yang disebut kapiler. Di glomerulus, zatzat sisa metabolisme yang sudah tidak terpakai dan beberapa yang masih terpakai serta cairan akan melewati membran kapiler sedangkan sel darah merah, protein dan zat-zat yang berukuran besar akan tetap tertahan di dalam darah. Filtrat (hasil penyaringan) akan terkumpul di bagian ginjal yang disebut kapsula Bowman. Selanjutnya, filtrat akan diproses di dalam tubulus ginjal. Di sini air dan zat-zat yang masih berguna yang terkandung dalam filtrat akan diserap lagi dan
akan terjadi penambahan zat-zat sampah metabolisme lain ke dalam filtrat. Hasil akhir dari proses ini adalah urin (air seni). Gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri . Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa , terlebih pada kaum lanjut usia . Secara umum, gagal ginjal adalah penyakit akhir dari serangkaian penyakit yang menyerang traktus urinarius. Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni Gagal Ginjal Akut (acute renal failure = ARF) dan Gagal Ginjal Kronik (chronic renal failure = CRF). 1. Gagal Ginjal Akut Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tublar dan glomerular (Brunner & Suddarth,2000) Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat. Penyakit gagal ginjal akut adalah suatu penyakit dimana ginjal tidak dapat lagi menjalankan fungsinya sebagai organ pembuangan, ginjal secara relatif mendadak tidak dapat lagi memproduksi cairan urine yang merupakan cairan yang mengandung zat-zat yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari tubuh .Gagal ginjal akut biasanya disertai oliguria (pengeluaran kemih <400ml/ hari). (Price and Wilson, 1995 : 885).
2. Gagal Ginjal Kronik Gagal ginjal kronik adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseibangan metabolik,caira dan elektrolit yang mengakibatkan uremia atau azotemia. (Brunner & Suddarth,2000) Kegagalan ginjal menahun merupakan suatu kegagalan fungsi ginjal yang berlangsung perlahan-lahan, karena penyebab yang berlangsung lama,sehingga tidak dapat menutupi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit. (Purnawan Junadi,1989) C. Penyebab 1. Penyebab gagal ginjal akut menurut (Brunner & Suddarth,2000) a. Kondisi Pre Renal (Hipoperfusi ginjal) Kondisi pre renal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum yang menyebabkan terjadinya hipoperfusi renal adalah : Penipisan volume Hemoragi Kehilangan cairan melalui ginjal (diuretic,osmotic) Kehilangan cairan melalui saluran GI (muntah,diare) Gangguan efisiensi jantung Infark miokard Gagal jantung kongestif Disritmia
Syok karsinogenik Vasodilatasi Sepsis Anafilaksis Medikasi antihipertensif
b. Kondisi Intra Renal (kerusakan actual jaringan ginjal) Penyebab intra renal gagal ginjal akut adalah kerusakan glumerulus atau tubulus ginjal yang dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini : Cedera akibat terbakar dan benturan Reaksi transfuse yang parah Agen nefrotoksik Antibiotic aminoglikosida Agen kontras radiopaque Logam berat (timah,merkuri) Obat NSAID Bahan kimia dan pelarut Pielonefritis akut Glumerulonefritis c.
Kondisi Post Renal (Obstruksi Aliran Urine) Kondisi pascarenal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari obstruksi dibagian distal ginjal. Obstruksi ini dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi sebagai berikut : Batu traktus urinarius Tumor BPH Struktur Bekuan darah
d. Sedangkan penyebab gagal ginjal kronik antara lain : Diabetes Melitus Glumeruloneritis kronis Pielonefritis Hipertensi tak terkontrol Obstruksi saluran kemih Penyakit ginjal polikistik Gangguan vaskuler Lesi herediter Agen toksik (timah,kadmium dan merkuri) D. Klasifikasi Gagal ginjal kronik dibagi dalam 3 stadium 1. Stadium I
Penurunan cadangan ginjal, ditandai dengan kehilangan fungsi nefron 40-75%. Passion biasanya tidak mempunyai gejala, karena sisa nefron yang ada dapat membawa fungsi-fungsi normal ginjal. 2. Stadium II Insufisiensi ginjal Kehilangan fungsi ginjal 75-90% pada tingkat ini terjadi kreatinin serum dan nitrogen urea darah, ginjal kehilangan kemampuannya untuk mengembangkan urin pekat dan azotemia 3. Stadium III Payah gagal ginjal stadium akhir atau uremia Tingkat renal dari GGK yaitu sisa nefron yang berfungsi <10%. Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan menyolok sekalisebagai respon terhadap GFR yang mengalami penurunan sehingga terjadi ketidakseimbangan kadar ureum nitrogen darah dan elektrolit, pasien diindikasikan untuk dialysis.
1.
2. 3. 4. 5.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG: Stadium 1 Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih normal (>90 ml/menit/1,73 m2) Stadium 2 Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89 mL/menit/1,73 m2 Stadium 3 Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73 m2 Stadium 4 Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 mL/menit/1,73 m2 Stadium 5 Kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73 m2 atau gagal ginjal terminal.
E. Patofisiologi a) Terdapat empat tahapan terjadinya gagal ginjal akut menurut (Brunner & Suddarth,2000): 1. Periode Awal Merupakan awal kejadian penyakit dan diakhiri dengan terjadinya oliguria 2. Periode Oliguri Pada periode ini volume urine kurang dari 400 ml/24jam, disertai dengan peningkatan konsentrasi serum dari substansi yang biasanya diekskresikan oleh ginjal (urea,kreatinin, asam urat, kalium dan magnesium). Pada tahap ini untuk pertama kalinya gejala uremik muncul dan kondisi yang mengancam jiwa seperti hiperkalemia terjadi. 3. Periode Diuresis Pasien menunjukkan peningkatan jumlah urine secara bertahap.,disertai tanda perbaikan glumerulus. Nilai laboratorium berhenti meningkat dan akhirnya menurun. Tanda uremik mungkin masih ada,sehingga penatalaksanaan medis dan keperawatan masih di perlukan. Pasien harus dipantau ketat akan adanya dehidrasi selama tahapan ini, jika terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya meningkat. 4. Periode Penyembuhan Merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan berlangsung selama 3-12 bulan Nilai laboratorium akan kembali normal Namun terjadi penurunan GFR permanen 1%-3%. b) Sedangkan pada gagal ginjal kronik menurut (Brunner & Suddarth,2000):
1. Gangguan Klirens Renal. Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal 2. Retensi Cairan dan Natrium. Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap-akhir; respons ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. 3. Asidosis. Dengan semakin berkembangnya penyakit renal,terjadi asidosis metabolic seiring dengan ketidak mampuan ginjal mengekskresikan muatan asam yang berlebihan. 4. Anemia Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal 5. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat. Abnormalitas utaa yang ain pada gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolisme kalsim dan fosfat. 6. Penyakit tulang uremik (osteodistrofi renal). Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon.
F. Manifestasi Klinik a) Manifestasi klinik Gagal Ginjal Akut menurut (Brunner & Suddarth,2000): Hampir setiap system tubuh dipengaruhi ketika terjadi kegagalan mekanisme pengaturan ginjal normal. Pasien tampak sangat menderita dan letargi disertai mual persisten, muntah, dan diare. Kullit dan membrane mukosa kering akibat dehidrasi, dan nafas mungkin berbau (sector uremik). Manifestasi system saraf pusat mencakup rasa lemah, sakit kepala, kedutan otot, dan kejang. 1. Perubahan Haluaran Urin. Haluaran urin sedikit, dapat mengandung darah, dan gravitasi spesifiknya rendah (1010 normalnya 1015-1025) 2. Peningkatan BUN dan Kadar Kreatinin. Terdapat peningkatan yang tetap dalam BUN dan laju peningkatannya bergantung pada tingkat katabolisme (pemecahan protein), perfusi renal dan masukkan protein. 3. Hiperkalemia. Pasien yang mengalami laju filtrassi glomerulus tidak mampu mengeksresikan kalium. 4. Asidosis meabolik. Pasien oliguria akut tidak dapat mengeliminasi matan metabolic seperti sustansi jenis asam yang dibentuk oleh proses metabolic normal. b) Tanda dan Gejala pada Gagal Ginjal Kronik: Menurut (Long, 1996 :369) Gejala dini 1. Lethargi
2. 3. 4. 5. 6. • 1. 2. 3. 4.
Sakit kepala Kelelahan fisik dan mental Berat badan berkurang Mudah tersinggung Depresi Gejala lebih lanjut Anoreksia Mual disertai muntah Nafas dangkal Sesak nafas Menurut Suyono (2001):
• 1. 2. 3. 4. 5. • 1. 2. 3. 4. • 1. 2. 3. 4. 5. • 1. 2. 3.
Kardiovaskular Hipertensi Pitting edema Edema periorbital Pembesaran vena leher Friction rub perikardial Pulmoner Krekel Napas dangkal Kusmaul Sputum kental Gastrointestinal Anoreksia, mual dan muntah Pendarahan saluran GI Ulserasi dan pendarahan pada mulut Konstipasi Napas berbau amonia Muskuloskeletal Keram otot kehilangan kekuatan otot Fraktur tulang Foot drop
G. Pemeriksaan Diagnostik 1. Elektrokardiogram (EKG), Perubahan yang terjadi berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit dan gagal jantung. 2. Kajian foto toraks dan abdomen, Perubahan yang terjadi berhubungan dengan retensi cairan. 3. Osmolalitas serum, Lebih dari 285 mOsm/kg 4. Pelogram Retrograd, Abnormalitas pelvis ginjal dan ureter 5. Ultrasonografi Ginjal, Untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas 6. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi, Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif 7. Arteriogram Ginjal, Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular
H. Penatalaksanaan Medik 1. Terapi medis pada pasien Gagal Ginjal Akut menurut (Brunner & Suddarth,2000): Gagal ginjal memiliki kemampuan pulih yang luar biasa dari penyakit. Oleh karena itu, tujuan penanganan gagal ginjal akut adalah untuk menjaga keseimbangan kimiawi normal dan mencegah komplikasi sehingga perbaikan jaringan ginjal dan pemeliharaan fungsi ginjal dapat terjadi. a. Dialysis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hyperkalemia, pericarditis dan kejang. b. Penanganan hyperkalemia keseimbangan cairan dan elektrolit merupkan masalah utama pada gagal ginjal akut; hyperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. c. Mempertahankan keseimbangan cairan. Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pad berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah, dan status klinis pasien. d. Pertimbangan nutrisional. Diet protein dibatasi sampai 1g/kg selama fase oligurik untuk menurunkan pemecahan protein dan mencegah akumulasi produk akhir toksik. e. Cairan IV dan diuretic. Aliran darah ke ginjal yang adekuat pada banyak pasien dapat dipertahankan melalui cairan IV dan medikasi. f. Koreksi asidosis dan peningkatan kadar fosfat. Jika asidosis berat terjadi, gas darah arteri harus dipantau; tindakan ventilasi yang tepat harus dilakukan jika terjadi masalah pernafasan. 2. Terapi medis pada pasien Gagal Ginjal Kronik : a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya. Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah sebelum terjadinya penurunan LFG, sehingga pemburukan fungi ginjal tidak terjadi. Pada ukuran ginjal yang masih normal secara ultrasonografi,biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dapat menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik. b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid. Penting sekali untuk mengikuti dan mencatata kecepatan penurunan LFG pada pasien penyakit GGK, hal ini untuk mengetahui kondisi komorbid yang dapat memperburuk keadaan pasien. c. Memperlambat pemburukan (progresis) fungsi ginjal. Faktor utama penyebab perburukan fungsi ginjal adalah terjadinya hiperfiltrasi glomerulus. Dua cara penting untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulur adalah pembatasan asupan protein dan terapi farmakologis. d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular merupakan hal yang penting, karena 40 s.d. 45% kematian penyakit GGK disebabkan penyakit kardiovaskular e. Pencegahan dan terapi komplikasi. Penyakit ginjal kronik mengakibatkan berbagai komplikasi yang manisfestasinya sesuai dengan derajat penurunan fungsi ginjal yang terjadi. f. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transpalasi ginjal. Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15ml/menit. Terapi pengganti tersebut dapat berupa hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.
a. b. c. d.
Menurut (Andra & Yessie 2013 : 234) Pengaturan minum → pemberian cairan Pengendalian hipertensi =< intake garam Pengendalian K+ darah Penanggulangan anemia → transfusi
e. f. g. h. i. j.
Penanggulangan asidosis Pengobatan dan pencegahan infeksi Pengaturan protein dalam makan Pengobatan neuropati Dialisis Transplantasi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL Menurut Marillyn E. Doenges ( 2000 ) pengkajian meliputi: 1. Pengkajian Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan yang akan membantu dalam penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan. a. Identitas klien Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua.tas dan koma b. Keluhan utama Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicard/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma. c. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan sebelumnya Berapa lama klien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya. d. Aktifitas / istirahat : • Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise • Gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen • Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak e. Sirkulasi • Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina) • Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak tangan. • Nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir. • Pucat, kulit coklat kehijauan, kuning. • Kecenderungan perdarahan f.
Integritas Ego
• • g. • • • h. • • • • • • i. • • • • • j. • • k. • • • l. • • • • • • m. • n. • o. • • •
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan. Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian. Eliminasi Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut Abdomen kembung, diare, atau konstipasi Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria. Makanan / cairan Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan amonia) Penggunaan diuretik Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir) Perubahan turgor kulit/kelembaban. Ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah. Neurosensori Sakit kepala, penglihatan kabur. Kram otot / kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremiras bawah. Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor. Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang. Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis. Nyeri / kenyamanan Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki. Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah. Pernapasan Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak. Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman. Batuk dengan sputum encer (edema paru). Keamanan Kulit gatal Ada / berulangnya infeksi Pruritis Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal. Ptekie, area ekimosis pada kulit Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi Seksualitas Penurunan libido, amenorea, infertilitas Interaksi sosial Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga. Penyuluhan / Pembelajaran Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi. Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan. Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini / berulang.
2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data dari pasien. Kemungkinan diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut : a.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
b.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
c.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan rencana tindakan.
3. Intervensi
NO
Dx kep
1
1
Tujuan dan KH
Tujuan Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan. Kriteria hasil : • Menunjukkan pemasukan dan pengeluaran mendekati seimbang • Turgor kulit baik • Membran mukosa lembab • Berat badan dan tanda vital stabil
Intervensi
- Kaji status cairan : • Timbang berat badan harian • Keseimbangan masukan dan haluaran
Rasional
- Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452)
• Turgor kulit dan adanya oedema • Distensi vena leher • Tekanan darah, denyut dan irama nadi - Batasi masukan cairan
- Pembatasan cairan akan menentukan berat badan ideal, haluaran urine dan respons terhadap terapi. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452). - Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat
• Elektrolit dalam batas normal
diidentifikasi. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452).
- Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452).
- Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan
- Perubahan ini menunjukkan kebutuhan dialisa segera. (Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, vol 1, Barbara Ensram, hal 156).
- Pantau kreatinin dan BUN serum
2
2
Tujuan Mempertahankan - Kaji / catat pemasukan diet - Membantu dalam masukan nutrisi yang mengidentifikasi defisiensi dan adekuat kebutuhan diet. Kondisi fisik umum gejala uremik dan pembatasan diet multiple Kriteria hasil : mempengaruhi pemasukan makanan. (Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Mempertahankan/mening Doenges, hal 620). katkan berat badan seperti yang diindikasikan oleh situasi
individu. Bebas oedema
3
3
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat ditoleransi Kriteria hasil :
Berkurangnya keluhan lelah
- Kaji pola diet nutrisi pasien - Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam • Riwayat diet menyusun menu. (Keperawatan Medikal Bedah • Makanan kesukaan edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452) • Hitung kalori
- Kaji faktor yang menimbulkan keletihan
- Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan Anemia (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Ketidakseimbangan cairan Suddart, hal 1454). dan elektrolit Retensi produk sampah
Peningkatan keterlibatan Depresi pada aktifitas social - Tingkatkan kemandirian - Meningkatkan aktivitas Laporan perasaan lebih dalam aktivitas perawatan ringan/sedang dan berenergi diri yang dapat ditoleransi, memperbaiki harga diri. bantu jika keletihan terjadi. Frekuensi pernapasan dan frekuensi jantung kembali dalam rentang normal setelah - Anjurkan aktivitas penghentian aktifitas. alternatif sambil istirahat. - Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454).
- Anjurkan untuk beristirahat - Istirahat yang adekuat setelah dialisis dianjurkan setelah dialisis, yang bagi banyak pasien sangat melelahkan. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner &
Suddart, hal 1454). 4
4 Tujuan: Ansietas berkurang dengan adanya peningkatan pengetahuan tentang penykit dan pengobatan. Kriteria hasil :
Mengungkapkan pemahaman tentangkondisi, pemeriksaan diagnostic dan rencana tindakan. Sedikit melaporkan perasaan gugup atau takut.
4. Implementasi
- Bila mungkin atur untuk kunjungan dari individu yang mendapat terapi.
- Individu yang berhasil dalam koping dapat pengaruh positif untuk membantu pasien yang baru didiagnosa mempertahankan harapan dan mulai menilai perubahan gaya hidup yang akan diterima. (Rencana Asuhan Keperawatan vol 1, Barbara Engram hal 159).
a. Membantu Meraih Tujuan Terapi -
Mengusahakan agar orang tetap menekuni pantangan air yang sudah dipesankan.
-
Mengusahakan agar orang menekuni diet tinggi karbohidrat disertai pantangan sodium, potassium, phosphorus dan protein.
-
Tenekuni makanan bahan yang mengikat fosfat.
-
Memberikan pelunak tinja bila klien mendapat aluminium antacid.
-
Memberikan suplemen vitamin dan mineral menurut yang dipesankan.
-
Melindungi pasien dari infeksi.
-
Mengkaji lingkungan klien dan melindungi dari cedera dengan cara yang seksama.
-
Mencegah perdarahan saluran cerna yang lebih hebat dengan menggunakan sikat gigi yang berbulu halus dan pemberian antacid.
b. Mengusahakan Kenyamanan -
Mengusahakan mengurangi gatal, memberi obat anti pruritis menurut kebutuhan.
-
Mengusahakan hangat dan message otot yang kejang dari tangan dan kaki bawah.
-
Menyiapkan air matol buatan untuk iritasi okuler.
-
Mengusahakan istirahat bila kecapaian.
-
Mengusahakan agar klien dapat tidur dengan cara yang bijaksana.
c. Konsultasi dan Penyuluhan -
Menyiapkan orang yang bisa memberi kesempatan untuk membahas berbagai perasaan tentang kronisitas dari penyakit.
-
Mengusahakan konsultasi bila terjadi penolakan yang mengganggu terapi.
-
Membesarkan harapan orang dengan memberikan bantuan bagaimana caranya mengelola cara hidup baru.
-
Memberi penyuluhan tentang sifat dari CRF, rasional terapi, aturan obat-obatan dan keperluan melanjutkan pengobatan. (Keperawatan Medikal Bedah, Barbara C. Long).
5. Evaluasi Pertanyaan-pertanyaan yang umum yang harus diajukan pada evaluasi orang dengan kegagalan ginjal terdiri dari yang berikut.
-
Apakah terdapat gejala-gejala bertambahnya retensi cairan?
-
Apakah orang menekuni pesan diet dan cairan yang diperlukan?
-
Apakah terdapat gejala-gejala terlalu kecapaian?
-
Apakah orang tidur nyenyak pada malam hari?
-
Apakah orang dapat menguraikan tentang sifat CRF, rasional dan terapi, peraturan obat-obatan dan gejala-gejalayang harus dilaporkan?
Daftar Pustaka Bararah, Taqiyyah dan Jauhar Mohammad. 2013. Asuhan Keperawatan Edisi Ke-1.
Jakarta:
Prestasi Pustaka. Bararah, Taqiyyah dan Jauhar Mohammad. 2013. Asuhan Keperawatan Edisi Ke-2. Jakarta: Prestasi Pustaka. Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Medah Edisi Ke-8. Jakarta: EGC http://infoaskepdengangagalginjal.blogspot.co.id/2016/01/