Dhf New

  • Uploaded by: novavaa
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dhf New as PDF for free.

More details

  • Words: 4,466
  • Pages: 23
Visi Pada tahun 2020 menghasilkan ahli madya keperawatan yang unggul dalam penguasaan teknologi keperawatan neurosains

TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN ANAK ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF

Disusun oleh: Kelompok 2/ 4 Reguler C

1.

Devia Wati

P3.73.20.1.16

2.

Iradiana Fierda K

P3.73.20.1.16

3.

Muhammad Hidayat

P3.73.20.1.16

4.

Nova Nur Kholifah

P3.73.20.1.16

5.

Putri Yolanda

P3.73.20.1.16

6.

Sindy Nurul F

P3.73.20.1.16

7.

Zakia Salsabila

P3.73.20.1.16

Pembimbing : Ns. Jathu Dwi Wahyuni S.Kep., M.Kep

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D III KEPERAWATAN TAHUN 2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan DHF” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak. Dalam penyusunan makalah ini penulis menemui kesulitan saat membuat makalah. Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Ns. Jathu Dwi Wahyuni S.Kep., M.Kep selaku dosen penanggung jawab mata kuliah Keperawatan Neurosains I dan pembimbing penyusunan makalah. 2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan dalam penyusunan makalah. 3. Tak lupa juga kepada teman-teman seperjuangan yang telah membantu dan memberi dukungan dalam penyusunan makalah. Penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Terima kasih Bekasi, Agustus 2018

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2 DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3 BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4 A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4 B. Tujuan ........................................................................................................................... 4 C. Sistematika Penulisan .................................................................................................. 5 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ................................................................................. 6 A. KONSEP DASAR......................................................................................................... 6 1.

Pengertian ................................................................................................................. 6

2.

Anatomi Fisiologi ...................................................................................................... 6

3.

Etiologi ..................................................................................................................... 10

4.

Klasifikasi ................................................................................................................ 10

5.

Patofisiologi ............................................................................................................. 11

6.

Tanda dan Gejala ................................................................................................... 13

7.

Pemeriksaan Diagnostik ........................................................................................ 14

8.

Penatalaksanaan ..................................................................................................... 15

B. ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................................... 17 1.

Pengkajian ............................................................................................................... 17

2.

Diagnosa keperawatan ........................................................................................... 19

3.

Perencanaan ............................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vector nyamuk Aedes Aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur <15tahun dengan tingkat serangan tertinggi dalam umur 5-9 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa (Rahma, 2011). World Health Organization (WHO) (2016) tahun 2015, menyebutkan bahwa wabah demam berdarah tersebar di seluruh dunia. Filipina melaporkan lebih dari 169.000 kasus dan malaysia melebihi 111.000 kasus dengan demam berdarah, meningkat 59,5% dan 16% dalam jumlah kasus tahun sebelumya. Diperkirakan 500.000 orang dengan dengue parah memerlukan rawat inap setiap tahunnya dan sebagian besar diantaranya adalah anak-anak. Sekitar 2,5% dari mereka tidak dapat diselamatkan (meninggal dunia). Kementerian Kesehatan menyebutkn hingga akhir Februari tahun 2016, kejadian luar biasa (KLB) penyakit DHF dilaporkan ada di 12 kabupaten dan 3 kota dari 11 provinsi di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah penderita DHF di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2-16 sebanyak 8.487 orang penderita DBD dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak yang mengalami DBD yaitu pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25% (Kemenkes RI, 2016). Maka dari itu, penulis tertarik untuk membahas mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan DHF.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah membahas asuhan keperawatan pada anak dengan DHF diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF 2. Tujuan Khusus a. Dapat menjelaskan pengertian DHF b. Dapat menjelaskan anatomi fisiologi c. Dapat menyebutkan etiologi DH

d. Dapat menjelaskan patofisiologi DHF e. Dapat menyebutkan tanda dan gejala DHF f. Dapat menjelaskan pemeriksaan diagnostik DHF g. Dapat menyebutkan penatalaksanaan DHF h. Dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF

C. Sistematika Penulisan BAB I

Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II tinjauan kepustakaan Bab ini menjelaskan bagaimana pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan serta asuhan keperawatan pada anak dengan DHF BAB III Penutup Bab ini terdiri dari simpulan dan saran dari isi makalah ini. DAFTAR PUSTAKA

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthopodborn virus) da ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes albopictus dan Aedes aegypti) (Ngastiyah, 2014). DBD adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah tropis. Penderitanya terutama adalah anak-anak berusia di bawah 15 tahun, tetapi sekarang banyak juga orang dewasa terserang penyakit virus ini. Sumber penularan utama adalah manusia, sedangkan penularannya adalah nyamuk Aedes (Soedarto, 2009). Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi

perdarahan

dan

bertendensi

mengakibatkan

renjatan

yang

dapat

menyebabkan kematian (Arief Mansjoer, 2000). Dengue hemoragic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leukopenia, dengan / tanpa ruam (rash) dan limfadenopati. Thrombocytopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (Noer Syaifullah, 2000). Jadi demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan menifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menyebabkan kematian. Untuk memahami DHF perlu pemahaman terkait Anatomo fisiologi pada sistem sirkulasi.

2. Anatomi Fisiologi Berikut adalah anatomi fisiologi yang berhubungan degan penyakit DHF yanG petama adalah sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah, dan darah.

a. Jantung Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara paruparu, agak lebih kearah kiri.

Gambar 1 : Anatomi sistem sirkulasi (Sumber: Guiton, 1992) b. Pembuluh Darah Pembuluh darah ada 3 yaitu: 1) Arteri (Pembuluh Nadi) Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa pembuluh darah arteri yang penting: a) Arteri koronaria Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi dinding jantung b) Arteri subklavikula Arteri subklafikula adalah bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher dan melewati aksila. c) Arteri Brachialis Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan atas

d) Arteri radialis Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari e) Arteri karotis Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak f) Arteri temporalis Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di depan telinga g) Arteri facialis Teraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan bawah h) Arteri femoralis Arteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha menuju ke belakang lutut i) Arteri Tibia Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki j) Arteri Pulmonalis Arteri pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-paru. 2) Kapiler Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang lebih besar yang disebut vena. 3) Vena (pembuluh darah balik) Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena yang penting: a) Vena Cava Superior. Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor dari daerah kepala, thorax, dan ekstremitas atas. b) Vena Cava Inferior Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh bagian bawah. c) Vena jugularis Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung d) Vena pulmonalis

Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-paru. c. Darah Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah (Evelyn.P, 2002). Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna merah (Syaifudin, 1997). Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma (Guyton, 1992). Jadi darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah yang berwarna merah yang cair disebut plasma dan yang padat di sebut sel darah yang befungsi sabagai transfer makanan bagi sel. Volume darah pada tubuh yang sehat / organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah. Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari pada air yaitu mempunyai berat jenis 1.041 – 1.067 dengan temperatur 380C dan PH 7.37 – 1.45 Fungsi darah secara umum terdiri dari: 1) Sebagai Alat Pengangkut a) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh. b) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru. c) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh. 2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody atau zat-zat anti racun. a) Menyebarkan panas keseluruh tubuh. Fungsi khususnya lebih lanjut di terangkan lebih banyak di struktur atau bagian dari masing-masing sel darah dan plasma darah.

Adapun proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat, yaitu: sumsum tulang, hepar dan limpa. 1) Sumsum Tulang Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah:

3. Etiologi Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue. Virus dengue ini terutama ditularkan melaui vektor nyamuk Aesdes aegypti. Jenis nyamuk ini terdapat hampir diseluruh Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan laut. Di Indonesia, virus tersebut sampai sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari arthropedi borne viruses (Arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN4. DEN-3 merupakan penyebab terbanyak di Indonesia. Infeksi salah satu serotipe menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain (Nursalam dkk, 2008)

4. Klasifikasi Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksius Dengue DD/ DBD

Derajat

DD

Gejala

Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit kepala, nyeri retro-orbital, sakit pada otot, sakit pada persendian

DBD

I

Gejala diatas ditambah uji bendung positif

DBD

II

Gejala diatas ditambah perdarahan spontan

DBD

III

Gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta gelisah)

DBD

IV

Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur

Sumber : Soadjas, 2011

DBD dibedakan menjadi 4 derajat, sebagai berikut : a.

Derajat I : demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan (uji turniket positif)

b.

Derajat II : seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain

c.

Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah

d.

Derajat IV : ranjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur. (WHO, 2017)

5. Patofisiologi Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberi gejala DF. Pasien akan mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada RES seperti pembesaran kelenjer getah bening, hati, dan limfa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang mendaparkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Hal ini disebut the secondary heterologous infection atau the sequential infection of hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu rekasi anamnetik antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang tinggi (Wijaya & Putri, 2016).

Akibat aktivitas C3 dan C5 akan dilepaskan C3a dan C5a, 2 peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat yang menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma akibat pembesaran plasma terjadi pengurangan volume plasma yang menyebabkan hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan (Ngastiyah, 2014). Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian (Ngastiyah, 2014). Trombositopenia terjadi akibat meningkatnya destruksi trombosit. Penyebab peningkatan destruksi trombosit tidak diketahui, namun beberapa faktor dapat menjadi penyebab seperti yaitu virus dengue, komponen aktif systemkomplemen, dan kerusakan sel endotel. Trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan system koagulasi dianggap sebagai penyebab utama perdarahan pada DBD (Soedarmo dkk, 2008). Salah satu kondisi utama yang patut diwaspadai terkait DBD adalah dehidrasi yaitu ketika terjadi gigitan nyamuk, tubuh akan memberikan reaksi imun yang menyebabkan pelepasan zat-zat sitokin. Mekanisme ini menyebabkan gejala demam, pegal, atau sakit kepala. Sitokin itu bermuara ke pembuluh darah kapiler yang sangat tipis sehingga terjadilah kebocoran plasma. Saat terjadi kebocoran, yang keluar adalah cairan tubuh, sel darah putih, hingga sel darah merah. Ini antara lain bisa dilihat dari munculnya bintik kemerahan pada kulit, bahkan perdarahan. Karena itu pasien harus segera dibawa ke rumah sakit jika mengalami mimisan atau muntah darah. Berkurangnya volume cairan darah pada pengidap DBD hingga lebih dari 20%. Cara paling efektif dan cepat untuk mengembalikan hilangnya cairan darah akibat kebocoran dan mencegah dehidrasi adalah dengan memberikan cairan yang mengandung ionseperti yang biasa diberikan pada pasien diare. Tetapi dehidrasi pada pasien diare dan DBD berbeda, diare yaitu kehilangan cairan akibat peningkatan pengeluaran tinja dalam sehari dapat menguras jumlah cairan tubuh dalam waktu singkat. Apalagi jika ditambah anak mengalami muntah dan sulit makan, keseimbangan asam basa dan elektrolit tubuh juga akan

terganggu. Anak akan jatuh pada keadaan dehidrasi. Berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik. Untuk derajat yang berdasarkan tonisitas plasma biasanya dilakukan oleh dokter dengan pemeriksaan lebih lanjut. Tentunya hal ini membahayakan dan sama-sama dapat menimbulkan kematian. Untuk penanganan DBD Cairan ini lebih disarankan pada air mineral, karena air biasa tidak dapat mengembalikan ion yang hilang dari tubuh. Selain itu, pemberian cairan yang mengandung ion juga akan membantu mencegah penggumpalan darah di dalam pembuluh darah. Jumlah cairan yang mengandung ion yang perlu diberikan, kurang lebih setara dengan kebutuhan cairan harian ditambah jumlah cairan yang hilang dari tubuh. Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai jumlah cairan yang mengandung ion yang harus dikonsumsi sesuai kebutuhan dan kondisi tubuh. 6. Tanda dan Gejala Penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif (Ngastiyah, 2014) Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda – tanda anak menjadi makin lemah, ujung – ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin, dan lembap. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang (Ngastiyah, 2014). Gejala klinis untuk diagnosis DBD, sebagai berikut : a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari tanpa sebab jelas b. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji torniket positif dan adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya petekia, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena atau hematemesis c. Pembesaran hati ( sudah dapat diraba sejak permulaan sakit

d. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun ( menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.

7. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan darah : 1) Pemeriksaan Darah lengkap a) Hemoglobin biasanya meningkat, apabila sudah terjadi perdarahan yang banyak

dan hebat Hb biasanya menurun Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL b) Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan terjadi kebocoran

plasma Nilai normal: 33- 38% c) Trombosit biasa nya menurun akan mengakibat trombositopenia kurang dari

100.000/ml Nilai normal: 200.000-400.000/ml d) Leukosit mengalami penurunan dibawah normal Nilai normal: 9.000-

12.000/mm3 2) NS1 antigen adalah modalitas diagnostik yang mampu mendeteksi infeksi virus dengue (sejak hari pertama demam) lebih awal dibandingkan pemeriksaan antibodi IgM (muncul sekitar hari ke-7) dan IgG dengue (muncul sekitar 3 bulan). Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang cukup baik dimiliki oleh pemeriksaan NS1 antigen dalam menegakkan diagnosis IVD. Sensitivitas

NS1

antigen

dilaporkan

mencapai

98,9%

(82,0%-98,9%).

Spesifisitasnya bahkan mencapai 100%, artinya jika hasil pemeriksaan NS1 antigen positif artinya pasien tersebut dapat dipastikan terinfeksi virus dengue. Sebuah penelitian melaporkan bahwa waktu terbaik pemeriksaan NS1 antigen adalah demam hari 1-2 dengan positivity rate 100%. Sedangkan positivity rate-nya terus turun dari hari ke hari (92.3% hari ke 3, 76.9% hari ke 4, 56.4% hari ke 5, 43.1% hari ke 6 dan 29.8% hari ke 3) Pemeriksaan kimia darah akan menunjukkan: hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia 3) Pemeriksaan analisa gas darah, biasanya diperiksa:

a) pH darah biasanya meningkat Nilai normal: 7.35-7.45 b) Dalam keadaan lanjut biasanya terjadi asidosis metabolik mengakibatkan pCO2 menurun dari nilai normal (35 – 40 mmHg) dan HCO3 rendah. 4) Pemeriksaan rontgen thorak Pada pemeriksaan rontgen thorak ditemukan adanya cairan di rongga pleura yang meyebabkan terjadinya efusi pleura. (Wijayaningsih, 2013)

8. Penatalaksanaan Ngastyah (2014), menyebutkan bahwa penatalaksanaan pasien DBD ada penantalaksanaan medis dan keperawataan diantanya : a. Penatalaksanaan Medis 1) DBD tanpa renjatan Demam tinggi, anoreksia, dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus. Orang tua dilibatkan dalam pemberian minum pada anak sedikt demi sedikit yaitu 1,5-2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik dan kompres hangat. Jika anak mengalami kejang-kejang diberi luminal dengan dosis : anak yang berumur 1 tahun 75mg. atau antikonvulsan lainnya. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien teruss menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancan terjadinya dehidrasi atau hematokrit yang cenderung meningkat. 2) DBD disertai renjatan Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segara dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang biasanya diberikan Ringer Laktat. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila renjatan sudah teratasi, kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam. Pada pasien dengan renjatan berat atau renjatan berulang perlu dipasang CVP (central venous pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui safena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU. b) Penatalaksanaan keperawatan 1) Perawatan pasien DBD derajat I

Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada pasien influenza biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya, tetapi terdapat juga gejala perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak, observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24 jam. Obat-obatan harus diberikan tepat waktunya disamping kompres hangat jika pasien demam. 2) Perawatan pasien DBD derajat II Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika datang dirawat sudah dalam keadaan lemah, malas minum dan tidak jarang setelah dalam perawatan baru beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah infus lebih baik dipasang pada dua tempat. Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin serta trombosit. 3) Perawatan pasien DBD derajat III (DSS) Pasien DSS adalah pasien gawat maka jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama adalah kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini mencapai puncaknya dengan ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah sangat lambat karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat. Akibat terjadinya kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan cairan didalam rongga pleura dan menyebabkan pasien agak dispnea, untuk meringankan pasien dibaringkan semi-fowler dan diberikan O2. Pengawasan tanda vital dilakukan setiap 15 menit terutama tekanan darah, nadi dan pernapasan. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit tetap dilakukan secara periodik dan semua tindakan serta hasil pemeriksaan dicatat dalam catatan khusus.

B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas pasien Nama, umur (pada DBD tersering menyerang anak dengan usia kurang 15 tahun), jenis kelamin, alamat, nama orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua. b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama Keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke

rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah. 2) Riwayat kesehatan sekarang Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang

disertai menggigil. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, anak anak semakin lemah. Kadang – kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri oto dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakkan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis. 3) Riwayat kesehatan dahulu Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD,

anak biasanya mengalami serangan ulangan DBD dengan tipe virus yang lain. 4) Riwayat gizi Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua

anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat beberapa faktor predisposisinya. Anak yang menderita DBD sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsumakan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang. c. Kondisi lingkungan Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju kamar) d. Pola kebiasaan 1) Nutrisi dan metabolisme Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang. 2) Eliminasi alvi (buang air besar) Anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara pada DBD grade IV bisa terjadi melena.

3) Eliminasi urin (bang air kecil) Pada anak DBD akan mengalami urine output sedikit. Pada DBD grade IV sering terjadi hematuria. 4) Tidur dan istirahat Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Anak biasanya sering tidur pada siang hari dan pada sore hari ,tidak memakai kelambu dan tidak memakai lotion anti nyamuk. 5) Kebersihan Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk memebersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti, dan tidak adanya keluarga melakukan 3m plus yaitu menutup, mengubur, menguras dan menebar bubuk abate. e. Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum : 1) Tingkat kesadaran Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade

III dan grade IV karena nilai hematokrit meningkat menyebabkan darah mengental dan oksigen ke otak berkurang. 2) Keadaan umum Lemah 3) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak

teraba (grade IV), tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC) 4) Kepala Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam. 5) Mata Konjungtiva anemis 6) Hidung Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III,

IV. 7) Telinga Terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV) 8) Mulut Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan

gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan mengalami hyperemia pharing 9) Leher Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran 10) Dada/thorak I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak. Pal : Biasanya

fremitus kiri dan kanan tidak sama Per : Bunyi redup karena terdapat adanya

cairan yang tertimbun pada paru A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, dan IV. 11) Abdomen : I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites. Pal : Mengalami

nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) Per : Terdengar redup A : Adanya penurunan bising usus 12) Sistem integument

Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji tourniket. Turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan timbulnya petekie di bagian volar lengan bawah (Soedarmo, 2008). 13) Genitalia

Biasanya tidak ada masalah 14) Ekstremitas

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku sianosis/tidak

2. Diagnosa keperawatan a. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme. b. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme regulasi. d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera. e. Resiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma darah f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen ke jaringan g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (mual, muntah dan anoreksia) h. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan adanya cairan di rongga pleura. (Nanda, 2015)

3. Perencanaan Diagnosa keperawatan

Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan hasil

Kekurangan cairan

volume Setelah

Definisi

penurunan

dilakukan Manajemen cairan

: tindakan keperawatan a) Pertahankan catatan cairan diharapkan

intravaskular, interstisial, keseimbangan

terjadi intake dan output yang cairan akurat

dan atau intraseluler. Ini dengan kriteria hasil :

b)

Monitor

mengacu pada dehidrasi. a) Tekanan darah tidak hidrasi Faktor risiko : a)

terganggu

Perubahan

mental

b)

status b)

status

(misalnya

membrane

mukosa

Keseimbangan lembab, denyut nadi

Penurunan intake dan output tidak adekuat, dan tekanan

tekanan darah

terganggu

darah)

c) Penurunan tekanan nadi c) Berat badan stabil c) Monitor vital sign d) Penurunan volume nadi tidak terganggu e) Penurunan turgor kulit f)

Membran

d) Monitor masukan

d) Turgor kulit tidak atau cairan dan hitung

mukosa terganggu

intake kalori harian

kering

e) Hematokrit sedikit e)

g) Kulit kering

terganggu

Monitor

status

nutrisi

h) Peningkatan suhu tubuh f) Berat jenis urin f) Dorong pasien untuk Faktor yang berhubungan sedikit terganggu

menambah asupan oral

dengan :

(misalnya, memberikan

a) Kehilangan cairan aktif

sedotan,

b) Kegagalan mekanisme

cairan diantara waktu

regulasi

makan) g)

menawarkan

Tawari

makanan

ringan(misalnya minuman ringan dan buahan segar/ jus buah) h)

Kolaborasi

pemberian cairan IV i)

Monitor

hasil

laboratorium

Hipertermia Defenisi

:

Setelah

dilakukan Perawatan Demam

peningkatan tindakan keperawatan a) Pantau suhu dan

suhu tubuh diatas kisaran diharapkan normal

tandatanda vital lainnya

Batasan termoregulasi normal b) Monitor warna kulit

karakteristik :

dengan kriteria hasil:

a) Kunvulsi

a)

b) Kulit kemerahan

peningkatan

Tidak

dan suhu

ada c) Berikan obat atau suhu cairan IV (misalnya,

c) Peningkatan suhu tubuh tubuh

antipiretik,

diatas kisaran normal

b)

Tidak

ada agenantibakteri,

d) Kejang

hipertermia

e) Takhikardi

c) Tidak ada sakit d) Monitor penurunan

f) Takhipnea

kepala

agen anti menggil)

tingkat kesadaran

g) Kulit terasa hangat d) Tidak ada sakit otot Faktor yang berhubungan e)

dan

Tidak

e) Tutup pasien dengan

ada selimut atau pakaian

dengan :

perubahan warna kulit

ringan, tergantung pada

a) Anastesia

f) Tidak ada dehidrasi

fase demam ( yaitu:

b) Penurunan respirasi

memberikan

c) Dehidrasi

hangat

untuk

d) Pemajanan lingkungan

dingin,

menyediakan

yang panas

pakaian

atau

linen

e) Penyakit

tempat

tidur

untuk

f)

Peningkatan

metabolisme

laju

selimut fase

demam f)

Dorong

cairan

g)

konsumsi Fasilitasi

istirahat h)

Kompres

hangat

pasien pada lipat paha dan aksila Resiko

perdarahan Setelah

Definisi

:

mengalami

dilakukan Pencegahan Perdarahan

beresiko tindakan keperawatan a)

Monitor

ketat

penurunan diharapkan keparahan tandatanda perdarahan

volume darah yang dapat kehilangan darah tidak b) Catat nilai Hb dan mengganggu

kesehatan terjadi dengan kriteria Ht

Faktor resiko :

hasil :

sebelum

sesudah

terjadinya

a) Aneurisme

a)

b) Defisiensi

kehilangan darah yang c) Monitor nilai labor

pengetahuan

Tidak

dan

terlihat

ada perdarahan

d)

Monitor

status

b) Tidak ada hematuria cairan yang meliputi c) Tidak ada keluar intake dan ouput darah dari anus d)

Tidak

e) Observasi adanya ada darah

dalam

hematemesis e) Tidak cairan

sekresi

tubuh

ada penurunan tekanan Instruksikan darah sistolik f)

Tidak

penurunan darah diastolik

untuk

f) pasien

meningkatkan

ada makanan

yang

kaya

tekanan vitamin K g) keluarga

Instruksikan untuk

memonitor tandatanda perdarahan

dan

mengambil

tindakan

yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)

DAFTAR PUSTAKA

Related Documents

Dhf New
October 2019 47
Dhf Implementasi Dhf-1.docx
December 2019 39
Dhf Lapsus.docx
April 2020 29
Dhf - Copy.doc
December 2019 41
Dhf-dikonversi.docx
April 2020 29
Patogenesis Dhf
October 2019 38

More Documents from "Ari Santi"

Askep Pada Anak Dengan Dhf
October 2019 50
Dhf New
October 2019 47