BAB 1 PENDAHULUAN Demam dengue atau Dengue Fever (DF) dan Demam Berdarah Dengue atau Dengeu Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit indeksu yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruamh, limfadenipati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Virus penyebab DF dan DHF sama, yang membedakan diantara keduanya adalah adanya kebocoran plasma pada DHF sehingga gejala yang ditunjukkan pada DHF lebih parah dan resiko kematiannya lebih tinggi dibandingkan dengan DF. Kejadian DHF dan DF tersebar di wilayah asia tenggara, pasifik barat, dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden DHF di Indonesia antara lain 6 hingga 15 per 100.000 oenduduk (1989 – 1995), dan pernah meningkat pesar saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk per tahun pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menerun hingga mencapai 2% pada tahun 1999. Berdasarkan survey yang dilakukan WHO, tahun 2000-2008 terjadi peningkatan pesat angka kejadian DHF di seluruh dunia. Pada kurun waktu tersebut dilaporkan jumlah rata-rata kasus per tahunnya adalah 1.656.870. Angka tersebut meningkat 3.5 kali dari periode survey sebelumnya, yaitu tahun 1990-1999. Pada periode tersebut terekam jumlah kasus rata-rata per tahunnya hanya sejumlah 479.848 Selain itu, terjadi juga perluasan daerah geografis pada kurun waktu tersebut. Penyebaran infeksi dengue ditemukan meluas hingga Bhutan, Nepal, Timor-Leste, Hawaii, Galapagos Islands (Ecuador), Chile, Hong Kong, dan Macau. Sembilan outbreak infeksi dengue ditemukan di Queensland utara, Australia pada kurun waktu 2000-2008. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan infeksi dengue merupakan suatu masalah kesehatan yang masih menjadi beban, tidak hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan dapat membantu rekan petugas kesehatan lainnya agar lebih memahami tentang infeksi dengue serta cara diagnosis dan tata laksana dari infeksi dengue.
BAB II LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN Nama
: Ny. W
Umur
: 24 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal Lahir
: 14 Maret 1993
Agama
: Islam
Alamat
: Ampenan - Mataram
Bangsa
: WNI
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
MRS Tanggal
: 31 Januari 2018, pukul 13.36 WITA
No. RM
: 202430
ANAMNESIS PASIEN (Alloanamnesis, tanggal 31 Januari 2018) A. Keluhan Utama Demam B. Riwayat penyakit Sekarang Pasien datang diantar oleh keluarga ke RSUD Kota Mataram, dengan keluhan demam sejak 6 hari SMRS. Demam timbul mendadak dan dirasakan terus-menerus dan hanya turun bila minum obat penurun panas (parasetamol), tetapi demam kembali naik. Pasien juga mengeluh mengalami pusing, mual dan muntah. Mual dan muntah dialami setiap makan, muntah berisi cairan. Pasien menyangkal adanya mimisan dan gusi berdarah. Pasien mengeluh BAB berwarna hitam sebanyak 2 kali sejak 2 hari SMRS. Keluhan lain yang dirasakan pasien yaitu nyeri pada ulu hati. BAK dalam batas normal. Pasien mengatakan belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Pasien mengatakan di rumahnya tidak ada yang mengalami hal serupa, tetapi di lingkungan sekitar rumahnya ada yang mengalami hal ini.
C. Riwayat Penyakit Dahulu 1. Riwayat Komorbid Lain : HT (-), DM (-), Jantung (-), Liver (-) 2. Riwayat Alergi
: disangkal
3. Riwayat Operasi
: disangkal
4. Riwayat MRS
: disangkal
5. Riwayat Trauma
: disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga 1. Riwayat keluarga sakit serupa
: disangkal
2. Riwayat Keluarga
: HT (-), DM (-), Jantung (-)
3. Riwayat Atopi
: disangkal
E. Riwayat Kebiasaan 1. Merokok
: disangkal
2. Makan pedas : (+) 3. Minum kopi
: disangkal
4. Minum teh
: (+)
5. Minum jamu : disangkal 6. Minum soda : disangkal III.
HASIL PEMERIKSAAN FISIK PASIEN A. Keadaan Umum KU Kesadaran Gizi B. Vital Sign
: Sedang : Compos Mentis (GCS E4 V5 M6) : Kesan gizi cukup.
Tekanan Darah Nadi RR Suhu C. Status Generalis
: 100/80 mmHg : 86x/menit : 20x/ menit : 37,60C
1. Kepala
: simetris (-), deformitas (-), reflek cahaya (+/+)
2. Leher
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) : simetris (-/-), deviasi trakea (-/-), peningkatan JVP (-/-)
3. THT
: Tak ada kelainan
4. Mulut
: Bibir
: Lembab
Bau pernafasan
: Normal
Gigi geligi
: Lengkap
Palatum
: Leviasi (-)
Gusi
: Warna merah muda, perdarahan (-)
Selaput Lendir
: Normal
Lidah
: Putih kotor, ulkus (-)
5. Kulit
: dalam batas normal
6. Thorak
: dinding thoraks jejas (-)
Pulmo
:
-
Inspeksi : pernafasan simetris kanan dan kiri
-
Pal pasi
: gerakan tertinggal (-)
-
Perkusi
: sonor (-/-),
-
Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
:
-
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
-
Pappasi
: Ictus cordis kuat angkat
-
Perkusi
: Batas jantung Batas jantung kanan atas
: SIC II linea parasternalis
dextra Batas jantung kanan bawah
: SIC IV linea parasternalis
dekstra Batas jantung kiri atas
: SIC II linea parasternalis
sinistra Batas jantung kiri bawah
:
SIC
V
linea
klavicularis sinistra -
Auskultasi: bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
medio
7. Abdomen Inspeksi
: Tidak tampak adanya kelainan kulit, distensi (-)
Auskultasi
: bising usus (+)
Perkusi
: Timpani di seluruh quadran abdomen
Palpasi
: Supel di seluruh kuadran abdomen, turgor kulit baik, nyeri tekan (+) di epigastrium, hepar tidak teraba membesar, lien tidak teraba membesar, ballottement (-), tes undulasi (-)
8. Ekstremitas
IV.
1. Ekstremitas Superior
: edema tidak ditemukan, akral hangat
2. Ekstremitas Inferior
: edema tidak ditemukan, akral hangat
PEMERIKSAAN PENUNJANG A. Pemeriksaan laboratorium (31-01-2018)
Laboratorium
Hasil
Satuan
Nilai Normal
HEMATOLOGI Hemoglobin
13,8 g/dL
14,0-17,5
Leukosit
5.87 /µL
4.5 -11.50
Hematokrit
35,9 %
40.0 - 52.0
PLT
44.000 /µL
150.000-450.000
MCV
85,0 fL
80-96
MCH
32,8 Pg
26-32
MCHC
38,6 g%
32-36
Hitung Jenis Eosinofil
1,0 %
0-4
Basofil
0,4 %
0-1
Neutrofil
34,0 %
50-70
Limfosit
56,4 %
18-42
Monosit
8,2 %
2-11
KIMIA KLINIK FAAL HATI
SGOT
69 U/L
7-35
SGPT
34 U/L
13-35
SEROLOGI
V.
Ig M Anti Dengue
Positive
Ig G Anti Dengue
Negative
RESUME MASALAH -
VI.
Demam Mual Muntah Melena
DIAGNOSIS -
VII.
DHF gr II
TERAPI Non Farmakologi - Istirahat - Minum obat teratur - Menjaga asupan cairan. Pasien diminta banyak minum -
Farmakologi IVFD Nacl 0,9% 20 tpm Inj Ondancentron 3 x 4 mg Inj. Omeprazole 2 x 40 mg Inj. Paracetamol 3 x 500 mg Inj. Asam tranexamat 3 x 500 mg Cek DL / hari
Lembar Observasi Tanggal/Jam 01-02-18 13.00 WITA
S : Lemas, BAB hitam (-), nyeri perut (+) O: KU : Compos mentis TD :110/70 mmHg, N : 80x/mnt RR: 20x/mnt Tax : 37oC Abdomen : BU (+) normal, nyeri tekan (+) Hasil lab (01-02-2018) Hb 13,5 Hct 35,8 PLT 48.000 WBC 5,87 A : DHF gr II P : (Advice dokter Sp.PD)
02-02-2018 13.00 WITA
-
Terapi Lanjut
-
Inj. Asam Tranexamat stop
S : Lemas, BAB hitam (-), mual (+) O: KU : Compos mentis TD 120/80 mmHg, N : 82x/mnt, RR: 20x/mnt, Tax: 36,8 oC Hasil lab (02-02-2018) A: DHF gr II Hb Hct PLT WBC P : (Advice dokter Sp.PD) Terapi Lanjut
03-02-2018 13.00 WITA
S : Lemas O : TD: 110/ 70 mmHg N : 78x/mnt, RR: 20x/mnt, Tax: 36,8 oC
Hasil lab : 03-02-2018 Hb Hct PLT WBC A : DHF gr II P : (Advice dokter Sp.PD) Terapi Lanjut 04-02-2018 13.00 WITA
S : keluhan (-) O : KU : Compos mentis TD: 120/80 mmHg, N : 84x/mnt, RR: 20x/mnt, Tax: 36,5 oC Hasil lab : 04-02-2018 Hb Hct PLT WBC A: DHF gr II P : (Advice dokter Sp.PD) Terapi teruskan
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI Demam dengue atau dengue fever (DF) dan demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik (Suhendro, 2006). Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok. 3.2 ETIOLOGI Demam dengue dan DHF disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106 (Suhendro, 2006). Virus ini termasuk genus flavivirus dari family Flaviviridae. Ada 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Serotipe DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasuskasus parah. Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan memberikan kekebalan seumur hidup tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang lain. Sehingga seseorang yang hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi sebanyak 4 kali seumur hidupnya. Dengue adalah penyakit daerah tropis dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari. Faktor risiko penting pada DHF adalah serotipe virus, dan faktor penderita seperti umur, status imunitas, dan predisposisi genetis. Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (diderah perkotaan) dan Aedes albopictus (didaerah pedesaan). Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah
Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih
Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, pot tanaman, tempat minum burung, dan lain – lain.
Jarak terbang ± 100 meter
Nyamuk betina bersifat ‘ multiple biters’ (mengigit beberapa orang karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat)
Tahan dalam suhu panas dan kelembapan tinggi
3.3 PATOGENESIS Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali akan memberikan gejalan seperti Demam Dengue (DD). Apabila orang tersebut mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan, maka reaksi yang ditimbulkan akan berbeda.4,5 DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali mendapatkan infeksi berulang virus dengue lainnya. Virus akan bereplikasi di nodus limfatikus regional dan menyebar ke jaringan lain, terutama ke sistem retikuloendotelial (RES) dan kulit secara bronkogen maupun hematogen. Tubuh akan membentuk kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a, sehingga permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat.4,5 Akan terjadi juga agregasi trombosit yang melepaskan ADP. Trombosit melepaskan vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor 3 yang merangsang koagulasi intravaskular. Terjadinya aktivasi faktor XII akan menyebabkan pembekuan intravaskular yang meluas dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah.4,5 Perjalanan penyakit DBD terbagi dalam 3 fase yaitu yaitu febris, kritis, dan recovery (penyembuhan).6
a)
Fase febris Pasien akan mengeluh demam yang mendadak tinggi. Kadang-kadang suhu tubuh
sangat tinggi hingga 40oC dan tidak membaik dengan obat penurun panas. Fase ini biasanya akan bertahan selama 2-7 hari dan diikuti dengan muka kemerahan, eritema, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia, dan nyeri kepala. Beberapa pasien mungkin juga mengeluhkan nyeri tenggorokan atau mata merah (injeksi konjungtiva). Sulit untuk membedakan dengue dengan penyakit lainnya secara klinis pada fase awal demam. Hasil uji torniquet positif pada fase ini meningkatkan kemungkinan adanya infeksi dengue. Demam juga tidak dapat dijadikan parameter untuk membedakan antara kasus dengue yang gawat dan tidak gawat. Oleh karena itu, memperhatikan tanda-tanda peringatan ( warning signs) dan parameter lain sangat penting untuk mengenali progresi ke arah fase kritis. Warning signs meliputi:
Klinis: nyeri abdomen, muntah persisten, akumulasi cairan, perdarahan mukosa, pembesaran hati > 2 cm
Laboratorium: peningkatan Ht dengan penurunan trombosit.
Manifestasi perdarahan ringan seperti petekie dan perdarahan membran mukosa (hidung dan gusi) dapat terjadi. Petekie dapat muncul pada hari- hari pertama demam, namun dapat juga dijumpai pada hari ke-3 hingga hari ke-5 demam. Perdarahan vagina masif pada wanita usia subur dan perdarahan gastrointestinal (hematemesis, melena) juga dapat terjadi walau lebih jarang. Bentuk perdarahan yang paling ringan, uji torniquet positif, menandakan adanya peningkatan fragilitas kapiler. Pada awal perjalanan penyakit 70,2% kasus DBD mempunyai hasil positif. Hati sering ditemukan membesar dan nyeri dalam beberapa hari demam. Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba hingga 2- 4 cm di bawah arcus costae. Pada sebagian kecil dapat ditemukan ikterus. Penemuan laboratorium yang paling awal ditemui adalah penurunan progresif leukosit, yangdapat meningkatkan kecurigaan ke arah dengue.
b)
Fase kritis Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat demam mulai
cenderung turun dan pasien tampak seakan- akan sembuh, maka hal ini harus diwaspadai sebagai awal kejadian syok. Saat demam mulai turun hingga dibawah 37,5-38oC yang
biasanya terjadi pada hari ke 3- 7, peningkatan permeabilitas kapiler akan terjadi dan keadaan ini berbanding lurus dengan peningkatan hematokrit. Periode kebocoran plasma yang signifikan secara klinis biasanya terjadi selama 24-48 jam. Leukopenia progresif disertai penurunan jumlah platelet yang cepat merupakan tanda kebocoran plasma. Derajat kebocoran plasma dapat bervariasi. Temuan efusi pleura dan asites secara klinis bergantung pada derajat kebocoran plasma dan volume terapi cairan. Derajat peningkatan hematokrit sebanding dengan tingkat keparahan kebocoran plasma. Keadaan syok akan timbul saat volume plasma mencapai angka kritis akibat kebocoran plasma. Syok hampir selalu diikuti warning signs. Terdapat tanda kegagalan sirkulasi seperti kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba. Saat terjadi syok berkepanjangan,organ yang mengalami hipoperfusi akan mengalami gangguan fungsi, asidosis metabolik, dan koagulasi intravaskula diseminata (KID). Hal ini menyebabkan perdarahan hebat sehingga nilai hematokrit akan sangat menurun pada keadaan syok hebat. Pasien yang mengalami perbaikan klinis setelah demam turun dapat dikatakan menderita dengue yang tidak gawat. Beberapa pasien dapat berkembang menjadi fase kritis kebocoran plasma tanpa penurunan demam sehingga pada pasien perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya kebocoran plasma. c)
Fase penyembuhan Jika pasien dapat bertahan selama 24-48 jam saat fase kritis, reabsorpsi gradual cairan
ekstravaskular akan terjadi dalam 48-72 jam. Keadaan umum pasien membaik, nafsu makan kembali, gejala gastrointestinal berkurang, status hemodinamik meningkat, dan diuresis normal. Beberapa pasien akan mengalami ruam kulit putih yang dikelilingi area kemerahan disekitarnya dan pruritus generalisata. Bradikardia dan perubahan elektrokardiografi juga sering ditemukan pada fase ini. Hematokrit akan stabil atau lebih rendah karena efek dilusi yang disebabkan reabsorpsi cairan. Jumlah leukosit biasanya akan meningkat segera setelah demam turun, namun trombosit akan meningkat kemudian. Pemberian cairan pada fase ini perlu diperhatikan karena bila berlebihan akan menimbulkan edema paru atau gagal jantung kongestif.
Gambar 3.1 Perjalanan DBD2 3.4 MANIFESTASI KLINIS Pada dasarnya ada empat sindrom klinis dengue yaitu (Pudjiadi, 2010; WHO, 2011): 1. Silent dengue atau Undifferentiated fever Pada bayi, anak, dan dewasa yang terinfeksi virus dengue untuk pertama kali mungkin akan berkembang gejala yang tidak bisa dibedakan dari infeksi virus lainnya. Bercak maculopapular biasanya mengiringi demam. Biasanya juga muncul gejala saluran pernafasan atas dan gejala gastrointestinal. 2. Demam dengue klasik Demam dengue atau disebut juga dengan demam dengue klasik lebih sering pada anak yang lebih tua, remaja, dan dewasa. Secara umum, manifestasi berupa demam akut, terkadang demam bifasik disertai dengan gejala nyeri kepala, mialgia, atralgia, rash, leukopenia, dan trombositopenia. Adakalanya, secara tidak biasa muncul perdarahan gastrointestinal, hipermenorea, dan epistaksis masif. Pada daerah yang endemis, insidensi jarang muncul pada penduduk lokal 3. Demam berdarah Dengue ( Dengue Hemorrhagic fever)
Demam berdarah dengue lebih sering muncul pada anak usia kurang dari 15 tahun pada daerah yang hiperendemis. Hal ini dikaitkan dengan infeksi virus dengue berulang. Demam berdarah dengue memiliki karakteristik onset akut demam yang sangat tinggi, disertai dengan tanda dan gejala yang sama dengan demam dengue. Gejala perdarahan yang muncul dapat berupa tes torniquet yang positif, ptekie, perdarahan gastrointestinal yang masif. Saat akhir dari fase demam, ada tendensi untuk berkembang menjadi keadaan syok hipovolemik oleh karena adanya plasma leakage. Terdapat tanda bahaya, antara lain : muntah persisten, nyeri abdomen, letargi, oligouria yang harus diketahui untuk mencegah syok. Kelainan hemostasis dan adanya plasma leakage merupakan tanda utama dari demam berdarah dengue. Trombositopenia dan peningkatan hematokrit harus segera ditemukan sebelum muncul adanya tanda syok. Demam berdarah dengue biasa terjadi pada anak dengan infeksi sekunder virus dengue yang mana sudah pernah terinfeksi oleh virus dengue DEN-1 dan DEN-3. 4. Dengue Shock Syndrome (DSS) Manifestasi yang tidak lazim melibatkan berbagai organ misalnya hepar, ginjal, otak, dan jantung yang dikaitkan dengan infeksi dengue telah dilaporkan meningkat pada berbagai kasus yang tidak memiliki bukti terjadinya plasma leakage. Manifestasi tersebut dikaitkan dengan syok yang berkepanjangan.
3.4.1 Demam Dengue Masa inkubasi antara 4 – 6 hari (berkisar 3 – 14 hari) disertai gejala konstitusional dan nyeri kepala, nyeri punggung, dan malaise (WHO,2011). Awal penyakit biasanya mendadak dengan adanya trias yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan dan ruam/rash (Soedarmo, 2012).
Demam : suhu tubuh biasanya mencapai 39oC sampai 40oC dan demam bersifat bifasik yang berlangsung sekitar 5-7 hari (WHO, 2011).
o
Ruam kulit : kemerahan atau bercak-bercak merah yang terdapat di dada, tubuh serta abdomen, menyebar ke anggota gerak dan muka. Ruam bersifat makulopapular yang menghilang pada tekanan. Ruam timbul pada 6-12 jam sebelum suhu naik pertama kali (hari sakit ke 3-5) dan berlangsung 3-4 hari (Soedarmo, 2012).
Anoreksi dan obstipasi sering dilaporkan, di samping itu perasaan tidak nyaman di daerah epigastrium disertai nyeri kolik dan perut lembek sering ditemukan. Gejala klinis lainnya meliputi fotofobia, berkeringat, batuk. Kelenjar limfa servikal dilaporkan membesar pada 67-77% kasus atau dikenal sebagai Castelani’s sign yang patognomonik (Soedarmo, 2012). Kelainan darah tepi demam dengue adalah leukopeni selama periode pra demam dan demam, nutrofilia relatif dan limfopenia, disusul oleh neutropenia relatif dan limfositosis pada periode puncak penyakit dan pada masa konvalesens. Eusinofil menurun atau menghilang pada permulaan dan pada puncak penyakit, hitung jenis neutrofil bergeser ke kiri selama periode demam, sel plasma meningkat pada periode memuncaknya penyakit dengan terdapatnya trombositopenia. Darah tepi menjadi normal kembali dalam waktu 1 minggu (Soedarmo, 2012). Pada daerah endemis, tes torniquet yang positif dan leukopenia ( < 5.000 cell/mm3) dapat membantu penegakan diagnosis dari infeksi dengue dengan angka prediksi 70 – 80 %. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan (WHO, 2011):
Hitung sel darah putih biasanya normal saat permulaan demam kemudian leukopeni hingga periode demam berakhir
Hitung trombosit normal, demikian pula komponen lain dalam mekanisme pembekuaan darah. Pada beberapa epidemi biasanya terjadi trombositopeni
Serum biokimia/enzim biasanya normal, kadar enzim hati mungkin meningkat.
Peningkatan hematokrit ringan oleh karena akibat dari dehidrasi dikaitkan dengan demam yang tinggi, muntah, anoreksia, dan minimnya intake oral.
Penggunaaan analgesik, antipiretik, antiemetik, dan antibiotik dapat mengintervensi peningkatan hasil laboratorium fungsi hepar dan pembekuan darah.
2.9.2 Demam Berdarah Dengue
Pada awal perjalanan penyakit, DBD menyerupai kasus DD. Pada DBD terdapat perdarahan kulit, uji tornikuet positif, memar dan perdarahan pada tempat pengambilan darah vena. Petekia halus tersebar di anggota gerak, muka, aksila sering kali ditemukan pada masa dini demam. Epistaksis dan perdarahan gusi jarang dijumpai sedangkan perdarahan saluran pencernaan hebat lebih jarang lagi dan biasanya timbul setelah renjatan tidak dapat diatasi (Soedarmo, 2012). Hati biasanya teraba sejak awal fase demam, bervariasi mulai dari teraba 2-4 cm dibawah lengkung iga kanan. Derajat pembesaran hati tidak berhubungan dengan keparahan penyakit. Untuk menemukan pembesaran hati, harus dilakukan perabaan setiap hari. Nyeri tekan di daerah hati sering kali ditemukan dan pada sebagian kecil kasus dapat disertai ikterus. Nyeri tekan di daerah hati tampak jelas pada anak besar dan ini berhubungan dengan adanya perdarahan (Soedarmo, 2012) Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan adanya trombositopenia sedang hingga berat disertai hemokonsentrasi. Fenomena patofisiologis utama yang menentukan derajat penyakit dan membedakan DBD dari DD ialah peningkatan permeabilitas pembuluh darah, menurunnya volume plasma, trombositopenia, dan diatesis hemoragik (Soedarmo, 2012)
2.9.3 Expanded Dengue Syndrome /Manifestasi Unusual Menurut Kalayanarooj dan Nimmannitya tahun 2004 mengklasifikasikan manifestasi unusual infeksi virus dengue berupa keterlibatan gangguan susunan saraf pusat (SSP), gagal fungsi hati, gagal fungsi ginjal, fungsi pernapasan, fungsi jantung, infeksi ganda dan kondisi yang memperberat. neurologi
Ensefalopati/ensefalitis, meningitis aseptik, perdarahan/trombosis intrakranial, kejang, mental confusion, kaku kuduk, mono-/polineuropati, guillain barre syndrome, mielitis
gastro-intestinal
Hepatitis/gagal hati fulminan, acalculous cholecystitis, pankreatitis akut, febrile diarrhea
Ginjal
Hemolytic uremic syndrome
Jantung
Miokarditis, gangguan konduksi, perikarditis
Pernapasan
ARDS, perdarahan paru
Hati
spontaneous splenic rupture, lymphnode infarction Gambar 1.6 Manifestasi Unusual (Kalayanarooj, 2004)
2.9.4 Dengue Shock Syndrome Pada DSS dijumpai adanya manifestasi kegagalan sirkulasi yaitu nadi lemah dan cepat, tekanan nadi menurun (<20mmHg), hipotensi, kulit dingin dan lembab dan pasien tampak gelisah.
Gambar 1.7 Gambaran Skematis Kebocoran Plasma pada DBD
Gambar 1.8 Manifestasi Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue