Rmk Plk Sap 7 Kel 3.docx

  • Uploaded by: gungintan
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rmk Plk Sap 7 Kel 3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,957
  • Pages: 10
PASAR DAN LEMBAGA KEUANGAN “KONSEP PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN DANA” Dosen Pengampu : Dr. Ida Bagus Panji Sedana, S.E., M.Si

Oleh Kelompok 3 : I Made Brahmanta Dwikayana

1707521060

I Komang Dimas Wiyana

1707521067

Ni Wayan Eling Juliatri

1707521073

Anak Agung Ayu Intan Kusuma W

1707521074

Robert Bakhita Dos Martires Guterres De Sousa

1707521142

Putu Arie Mahawira Yuditira

1707521149

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2019

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank Bank merupakan lembaga keuangan perantara (intermediary) yang dapat menghimpun dan mengalokasikan dana dari atau kepada masyarakat. Sumber utama likuiditas perbankan adalah melalui arus modal masuk (capital inflows) seperti penanaman modal asing berjangka panjang, portofolio investasi berjangka pendek, dan pembiayaan deficit fiscal. Sebagaimana diketahui, dewasa ini, keberadaan bank yang merupakan salah satu lembaga yang menyediakan fasilitas jasa baik dalam hal penyimpanan, penukaran, penyaluran, hingga jasa perantara terlihat terus mengembangkan

penyediaan jasa-jasa tersebut guna mengikuti tuntunan kemajuan

perekonomian yang begitu pesat baik dalam cara bertransaksi, cara penukaran, hingga pengambilan dana yang semakin modern. Dari beberapa jasa di atas, peran serta bank di dalam penghimpunan dana (funding) yang ada di masyarakat menjadikannya sebagai salah satu indikator inflasi penting dan bersama pemerintah dapat bekerja sama untuk menjaga tingkat inflasi serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Indonesia. Namun sebelum beranjak lebih jauh mengenai penghimpunan dan penyaluran dana bank, kita perlu ketahui juga apa saja sumber penghimpunan dana, bagaimana pertimbangan penggunaan dana bank, konsep sumber dana bank, kebijakan penghimpunan dan penggunaan dana. Selain itu juga harus mengetahui dan resiko penyaluran kredit yang masih kurang kita ketahui, sehingga perlu untuk kita pelajari bersama secara lebih mendalam tentang hal-hal tersebut. Untuk hal tersebutlah kita akan membahas secara rinci mengenai penghimpunan dan penyaluran dana bank. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dan apa sajakah sumber penghimpunan dana? 2. Apakah pengertian dan bagaimanakah pertimbangan penggunaan dana bank? 3. Bagaimanakah strategi mengelola modal bank? 4. Bagaimanakah konsep sumber-sumberdana bank? 5. Bagaimanakah kebijakan penghimpunan dan penggunaan dana?

6. Apakah yang dimaksud dari pinjaman tunai dan pinjaman non tunai? 7. Bagaimanakah risiko penyaluran kredit? 8. Bagaimanakah strategi untuk mengelola suku bunga 1.3Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dan sumber penghimpunan dana 2. Untuk mengetahui pengertian dan pertimbangan penggunaan dana bank 3. Untuk mengetahui strategi dalam mengelola modal bank 4. Untuk memahami konsep sumber-sumber dana bank 5. Untuk mengetahui kebijakan penghimpunan dan penggunaan dana 6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pinjaman tunai dan pinjaman non tunai 7. Untuk mengetahui risiko penyaluran kredit 8. Untuk mengetahui strategi dalam mengelola suku bunga

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian dan Sumber Penghimpun Dana a. Pengertian Penghimpunan Dana Kegiatan usaha yang utama dari suatu bank adalah penghimpunan dan penyaluran dana. Penyaluran dana dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan akan dapat dilakukan apabila dana telah dihimpun. Pengertian menyalurkan dana adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan, dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi bank yang berdasarkan prinsip syari’ah (Hidayat, dkk, 2012:109). Keberhasilan suatu bank dalam memenuhi maksud itu dipengaruhi antara lain oleh hal-hal sebagai berikut: 1. Kepercayaan masyarakat pada bank yang bersangkutan. 2. Perkiraan tingkat pendapatan yang akan diperoleh (expected rate if return). 3. Risiko penyimpanan dana. 4. Pelayanan yang diberikan oleh bank kepada penyimpan dana (Trihandaru dan Budisantoso, 2009:95-96). b. Sumber Penghimpun Dana Pada dasarnya suatu bank mempunyai empat alternatif untuk menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu: 1. Dana Sendiri Bank sentral mengatur tentang proporsi minimal modal sendiri dibandingkan dengan total nilai Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Proporsi ini lebih dikenal dengan istilah rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio—CAR). 2. Dana dari Deposan Dana dari deposan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Giro Rekening giro (checking account) adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan cek untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindahbukuan. Cek, merupakan perintah tak bersyarat kepada bank untuk membayar sejumlah

uang tertentu pada saat penyerahannya atas beban rekening penarik cek. Bilyet giro, merupakan surat perintah dari nasabah kepada bank untuk memindahbukukan sejumlah uang tertentu atas beban rekening penarik/pemilik pada tanggal tertentu kepada pihak yang tercantum dalam bilyet giro tersebut. Jasa giro, merupakan suatu imbalan yang diberikan oleh bank kepada giran atas sejumlah saldo gironya yang mengendap di bank. b. Deposito Berjangka Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara deposan dan pihak bank. Pihak bank akan memfasilitasi perpanjangan otomatis (automatic roll over—ARO) atas deposito berjangka tersebut. Karena adanya ARO tersebut, maka bank harus membayar dana ini dengan tingkat bunga yang relatif lebih besar dibandingkan dengan simpanan dalam bentuk yang lain. c. Tabungan Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengn syarat tertentu yang disepakati, berbeda dengan cek atau bilyet giro atau alat lain yang dapat dipersamakan dengan itu. Cara penarikan rekening tabungan yang paling banyak digunakan saat ini adalah dengan buku tabungan, cash card atau kartu ATM, dan kartu debet. d. Cara lain penghimpunan dana dari deposan Persaingan yang ketat dalam penghimpun dana antar bank telah memunculkan produk-produk baru dalam penghimpun dana. Produkproduk baru tersebut antara lain: 1) Sertifikat deposito, merupakan deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperjualbelikan. Agar simpanan ini dapat diperjual belikan dengan mudah maka penarikan pada saat jatuh tempo dapat dilakukan atas unjuk, sehingga siapa pun yang memegang bukti simpanan tersebut dapat menguangkannya pada saat jatuh tempo. 2) Deposit on call, adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan pemberitahuan lebih dahulu dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah. 3) Rekening giro terkait tabungan, merupakan fasilitas bank yang memungkinkan nasabah menikmati bunga yang lebih tinggi, yaitu bunga tabungan, namun tetap dapat menikmati kelebihan fasilitas rekening gironya. Penyetoran oleh nasabah selalu dimasukkan ke rekening tabungan, sementara jika nasabah menarik cek atau bilyet giro dan ternyata saldo rekening giro

tidak mencukupi, maka pihak bank akan melakukan pemindahbukuan dari tabungan ke rekening giro (Trihandaru dan Budisantoso, 2009:96-99). 3. Dana Pinjaman Dana pinjaman yang diperoleh bank dalam rangka menghimpun dana antara lain dapat berupa: a. Call Money Merupakan sumber dana yang diperoleh bank berupa pinjaman jangka pendek dari bank lain melalui interbank call money market. Sumber dana ini sering digunakan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek, seperti bila terjadi kalah kliring atau adanya penarikan dana besar-besaran oleh para deposan (rush). b. Pinjaman antarbank Kebutuhan pendanaan kegiatan usaha suatu bank dapat juga diperoleh dari pinjaman jangka pendek dan menengah dari bank lain. Pinjaman ini dilakukan bukan untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek, melainkan untuk memenuhi suatu kebutuhan dana yang lebih terencana dalam rangka pengembangan usaha atas meningkatkan penerimaan bank. c. Kredit Liquiditas Bank Indonesia (KLBI) Merupakan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia terutama kepada bank yang sedang mengalami kesulitan likuiditas. Masalah kesulitan likuiditas karena kalah kliring atau adanya penaikan dana secara besar-besaran oleh nasabahnasabah suatu bank (rush). Untuk kepentingan mempertahankan kepercayaan masyarakat kepada bank secara umum, maka BI akan berusaha memberikan bantuan likuiditas kepada bank tersebut sepanjang masih memungkinkan untuk ditolong (Trihandaru dan Budisantoso, 2009:100) 4. Sumber Dana Lain Sumber dana yang lain ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan usaha perbankan dan perekonomian secara umum. Sumber-sumber tersebut antara lain: a. Setoran jaminan (Storjam) Merupakan sejumlah dana yang wajib diserahkan oleh nasabah yang menerima jasa-jasa tertentu dari bank. Jasa-jasa bank yang memerlukan storjam ini antara lain adalah Letter of Credit (L/C) dan Bank Garansi (BG). Dana storjam yang tersimpan di

bank tidak menimbulkan kewajiban bagi bank untuk memberikan imbal jasa berupa bunga sehingga dana ini merupakan dana murah yang dapat digunakan bank untuk kegiatan usahanya. b. Dana transfer Salah satu jasa yang diberikan bank adalah pemindahan dana. Pemindahan dana bisa berupa pemindahbukuan antar rekening, dari uang tunai ke suatu rekening, atau sebaliknya. Dana transfer yang tersimpan di bank tidak menimbulkan kewajiban kepada bank untuk memberikan imbal jasa berupa bunga sehingga dana ini merupakan dana murah bagi bank. c. Surat Berharga Pasar Uang Salah satu akibat adanya serangkaian paket deregulasi perbankan sejak 1980-an adalah diperkenalkannya Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) sebagai salah satu instrumen yang dipergunakan pihak bank untuk menghimpun dana. SBPU merupakan surat-surat berharga jangka pendek yang dapat diperjualbelikan dengan cara di diskonto oleh Bank Indonesia. Pada saat suatu bank mempunyai kelebihan likuiditas, bank tersebut dapat membeli berbagai macam SBPU, dan menjualnya kembali pada saat mengalami kekurangan likuiditas. d. Diskonto Bank Indonesia Fasilitas diskonto adalah penyediaan dana jangka pendek oleh BI dengan cara pembelian promes dan wesel yang diterbitkan oleh bankbank atas dasar diskonto. Fasilitas diskonto ini merupakan upaya terakhir bank dan merupakan bantuan bank sentral sebagai lender of last resort. Fasilitas diskonto ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu fasilitas diskonto yang diberikan dalam rangka memperlancar pengaturan dana bank sehari-hari dan fasilitas diskonto yang diberikan dalam menggulangi kesulitan pendanaan karena rencana pengerahan dana tidak sesuai dengan penarikan kredit jangka menengah atau jangka panjang oleh nasabah (mismatch) (Trihandaru dan Budisantoso, 2009:95-96). 2.2 Pengertian dan Pertimbangan Penggunaan Dana Bank Sebelum bank memutuskan untuk memilih suatu bentuk aset tertentu dalam pengalokasian dana yang telah berhasil dihimpun, banyak hal yang harus dipertimbangkan. Meskipun pertimbangan tersebut mencakup banyak hal, terdapat tiga hal utama yang selalu menjadi perhatian bank. Ketiga hal tersebut adalah risiko, hasil, dan jangka waktu. a. Risiko dan Hasil

Apapun bentuk aset yang dipilih, pengalokasian dana selalu berkaitan dengan aspek risiko dan “rate of return” dari aset tersebut. Pada dasarnya bank menginginkan bentuk aset yang berisiko serendah mungkin, namun dapat menghasilkan penerimaan atau rate of return setinggi mungkin.Kalau dimungkinkan setiap badan usaha menginginkan agar semua dananya diwujudkan dalam aset produktif (earning aset). Semakin tinggi rate of return yang mungkin dapat diperoleh dari suatu aset, maka semakin tinggi pla tingkat risiko yang ditanggungnya dan sebaliknya. Apabila menggunakan istilah lain, semakin tinggi pula tingkat risikonya. Hubungan tersebut dapat dilihat pada grafik Gambar 2.1 Hubungan antara Risiko dan Rate of Return Sumber: Budisantoso dan Nuritomo, 2015:131 Menyadari situasi tersebut, suatu bank biasanya terlebih dahulu menentukan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggung. Setelah mentukan tingkat risiko, kemudia menentukan alternatif bentuk aset yang diinginkan. Tingkat risiko yang diharapkan tidaklah mungkin sama dengan nol karena pada dasarnya tidak ada bentuk aset yang sama sekali tidak berisiko. b. Jangka Waktu dan Likuiditas Bank memerlukan berbagai bentuk aset yang disesuaikan dengan keperluan kegiatan usahanya. Berdasarkan pada pertimbangan tersebut, bank memilih berbagai macam bentuk aset dengan mempertimbangkan jangka waktu aset tersebut dapat dijadikan likuid. Adanya sumber-sumber dana jangka pendek menuntut agar bank mengalokasikan sejumlah dananya dalam bentuk aset yang tingkat likuiditasnya cukup tinggi. Secara lebih rinci, alokasi dari dana yang telah berhasil dihimpun oleh bank dapat dalam bentuk-bentuk berikut. 1. Cadangan Likuiditas Ditujukan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek. Sebagai konsekuensinya, risiko dari aset ini tergolong rendah dan bank tidak dapat terlalu banyak mengharapkan adanya penerimaan dalam jumlah yang tinggi dari aset ini, bahkan kadang-kadang aset ini disebut aset yang tidak produktif (idle fund). Cadangan likuiditas ini terdiri dari atas dua kategori, yaitu: a) Cadangan primer (primary reserves) Cadangan primer bisa dalam bentuk uang kas, saldo pada bank sentral, saldo pada bank lain, dan warkat dalam proses penagihan. Aset ini

ditunjukan terutama untuk memenuhi ketentuan Reserve Requirement yang ditentukan oleh bank sentral dan juga untuk kegiatan usaha sehari-hari seperti penarikan dana oleh nasabah, penyelesaian kliring, pemberian kredit, kewajiban yang akan jatuh tempo. b) Cadangan sekunder Di Indonesia aset ini dapat berupa Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara, dan sertifikat deposito. Pada saat suatu bank mempunyai kelebihan likuiditas, bank tersebut dapat membeli berbagai macam SBPU, dan menjualnya kembali pada saat mengalami kekurangan likuiditas. Penempatan dana dalam bentuk cadangan sekunder ini terutatama ditunjukan untuk: 1) memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek yang sebelumnya telah dapat diperkirakan seperti penarikan simpanan dan pencairan kredit; 2) memperoleh penerimaan Meskipun kebutuhan jangka pendek ini dapat diperkirakan sebelumnya, namun sering kali terjadi kebutuhan likuiditas mendadak dalam jumlah yang cukup besar. Untuk mengatisipasi hal tersebut, bank membentuk cadangan sekunder berupa surat berharga jangka pendek yang mudah diperjualbelikan. Aset ini mengandung

Related Documents

Rmk Plk Sap 7 Kel 3.docx
November 2019 18
Rmk Sap 7 (1).docx
December 2019 30
Rmk Sap 2.docx
November 2019 33
Rmk Sap 1.docx
May 2020 15

More Documents from "Anonymous 8YeypUb"

Rmk Plk Sap 7 Kel 3.docx
November 2019 18
Pkg 4.docx
April 2020 15
Kel 3 Rps 11
August 2019 30
Critical Review.docx
April 2020 19