Sap 5 - Rmk & Kasus.docx

  • Uploaded by: purba
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sap 5 - Rmk & Kasus.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,629
  • Pages: 15
RINGKASAN MATERI KULIAH DAN PEMBAHASAN KASUS ETIKA BISNIS DAN PROFESI

SAP 5

OLEH: KELOMPOK 3 IDA AYU AGUNG EMAWATI (1781611009 / 09) LUH GDE MERTA WIDYA SANTHI (1781611012 / 11) NI LUH PUTU UTTARI PREMANANDA (1781611013 / 12) ANAK AGUNG TRI MEGAWATI (1781611024 / 22)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2018

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan ringkasan materi kuliah dan pembahasan kasus mengenai Practical Ethical Decision Making. Kami harapkan ringkasan materi kuliah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan ringkasan materi kuliah ini. Kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak kami harapkan untuk peningkatan ringkasan materi kuliah kami selanjutnya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Denpasar, September 2018

Penulis

ii

DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................................... i KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii A. Pendahuluan ..........................................................................................................................1 B. Sniff Tests Dan Aturan Praktis Umum – Tes Awal Etikalitas Sebuah Keputusan ..............2 C. Analisis Dampak Pemangku Kepentingan-Perangkat Komprehensif Untuk Menilai Keputusan Dan Tindakan ......................................................................................................3 D. Pendekatan Filosofis Dan Analisis Dampak Pemangku Kepentingan ..................................7 E. Memodifikasi Pendekatan Tradisional Analisis Damak Pemangku Kepentingan: Menilai Motivasi, Kebajikan Yang Diharapkan Dan Sifat Karakter ..................................................7 F. Permasalaha Lainnya dalam Pengambilan Keputusan Etis ...................................................8 G. Sebuah Kerangka Kerja Komperehensif Pengambilan Keputusan .....................................10

Pembahasan Kasus ...................................................................................................................11

iii

RINGKASAN MATERI KULIAH “Practical Ethical Decision Making”

PENDAHULUAN A. Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis Kerangka kerja dirancang untuk meningkatkan pertimbangan etis dengan menyediakan: 1. Pengetahuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis isu-isu penting yangharus dipertimbangkan dan pertanyaan atau tantangan yang harus diungkap. 2. Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan faktor keputusan yangrelevan ke dalam tindakan praktis. Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (ethical decission making-EDM) menilai etikalitas keputusan atau tindakan yang dibuat terkena dampak konsekuensi atau kekayaan yang dibuat dalam hal keuntungan bersih atau biaya, ak dan kewajiban terkena dampak, kesetaraan yang dilibatkan dan motivasi atau kebijakan yang diharapkan. B. Pendekatan Filosofis - Sebuah Ikhtisar: Konsekuensialisme (Utilitarianisme), Deontologi, dan Etika Kebajikan Terdapat

tiga

pendekatan

filosofis

untuk

pengambilan

keputusan

etis

yaitu

konsekuensialisme (utilitarianisme), deontologi, dan etika kebajikan. Masing-masing dari tiga pendekatan memberikan kontribusi yang berbeda-beda dalam menghasilkan

pendekatan

yang berguna dan dapat dipertahankan untuk pengambilan keputusan etis dalam bisnis atau kehidupan pribadi. C. Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi 1. Konsekuensialism AACSB

berpendapat,bpendekatan

konsekuensialis

mengharuskan

pelajar

untuk

menganalisis keputusan dalam hal kerugian dan manfaatnya bagi pemangku kepentingan dan untuk mencapai sebuah keputusan yang menghasilkan kebaikan dalam jumlah besar. Tindakan dan sebuah keputusan akan menjadi etis jika konsekuensi positif lebih besar dari konsekuensi negatifnya. 2. Utilitarianisme Utilitarianisme klasik yang terkait dengan utilitas secara keseluruhan mencakup keseluruhan varian, oleh karena itu hanya dari manfaat parsial dalam keputusan etis dalam konteks sebuah bisnis, professional, atau organisasi.

1

pengambilan

3. Teleologi Oleh karena konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil atau akhir dari suatu tindakan, teori-teori tersebut sering dianggap sebagai teleologis. D. Deontologi Pendekatan deontologis mengangkat isu-isu yang berkaitan dengan tugas, hak, serta pertimbangan keadilan dan mengajarkan para mahasiswa untuk menggunakan standar moral, prinsip, dan aturan-aturan sebagai panduan untuk membuat keputusan etis yang terbaik. Penggunaan pendekatan yang sama juga dapat menghasilkan rasa hormat terhadap hak asasi manusia dan perlakuannya yang adil bagi semua. Hal ini dapat dicapai dengan mengadopsi posisi bahwa seseorang harus memenuhi kewajiban atau tugas yang menghormati moral atau hak asasi manusia dan hukum atau kontrak. Di bawah kepentingan pribadi yang terkendali, kepentingan individu juga diperhitungkan dalam keputusan dimana kepentingan tersebut tidak dapat diabaikan atau dikesampingkan. Individu dianggap sebagai akhir daripada sebagai sarana untuk mencapai akhir atau tujuan. E. Etika Kebajikan Terdapat beberapa keraguan kekuatan etika kebajikan sebagai pendekatan untuk EDM. Sebagai contoh, etika kebajikan berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang menggabungkan kepekaan moral, persepsi, imajinasi, penilaian, dan beberapa mengklaim bahwa hal ini tidak mengarah pada prinsip-prinsip EDM yang mudah digunakan. Kritik lainnya yang relevan, termasuk bahwa: 1. Interprestasi kebajikan adalah hal yang sensitive terhadap budaya. 2. Seperti juga penafsiran dari apa yang dibenarkan atau yang benar. 3. Persepsi seseorang tentang apa yang benar pada tingkat tertentu dipengaruhi oleh ego atau kepentingan pribadi. SNIFF TESTS DAN ATURAN PRAKTIS UMUM TES AWAL ETIKALITAS SEBUAH KEPUTUSAN Pendekatan filosofi memberikan dasar bagi pendekatan keputusan praktis dan bantuan yang berguna, meskipun sebagian besar eksekutif dan akuntan professional tidak menyadari bagaimana dan mengapa demikian. Direktur, eksekutif dan akuntan professional telah mengembangkan tes dan aturan praktis yang dapat digunakan untuk menilai etikalitas keputusan dalam tahap awal. Merupakan hal yang wajar bagi karyawan dan manager ditanya

2

agar memeriksa keputusan yang diajukan dengan cara pendahuluan yang cepat untuk melihat apakah perlu diadakan analisis etika tambahan yang menyeluruh. Tes cepat seperti ini disebut dengan “Sniff Tests”. ANALISIS

DAMPAK

PEMANGKU

KEPENTINGAN

PERANGKAT

KOMPREHENSIF UNTUK MENILAI KEPUTUSAN DAN TINDAKAN A. Gambaran Umum Padangan tradisional megenai akuntabilitas perusahaan baru-baru ini telah dimodifikasi menjadi dua cara. Pertama, asumsi bahwa semua pemegang saham hanya ingin dimaksimalkan keuntungan jangka pendek tampaknya merupakan fokus yang terlalu sempit. Kedua, hak-hak dan klaim dari mayoritas kelompok bukan pemegang saham, seperti karyawan, konsumen, pemasok, kreditor, pemerhati lingkungan, masyarakat lokal, dan pemerintah yang memiliki kepentingan atau interes dalam hasil keputusan atau pada perusahaan itu sendiri, telah diselaraskan dengan status dalam pengambilan keputusan perusahaan. Investor etis dan investor lainnya, serta kelompok pemangku kepentingan, cenderung tidak mau memaksa mengeluarkan laba tahun berjalan jik itu berarti merugikan lingkungan atau hak-hak pemangkun kepentingan lainnya. Mereka percaya pada pengelolaan perusahaan secara lebih luas dari pada keuntungan jangka pendek. Eksekutif dan direktur yang melihat

jauh kedepan menginginkan kekhawatiran ini diperhitungkan sebelum

pemangku kepentingan yang tersinggung harus mengingatkan mereka. Perusahaan menemukan bahwa di masa lalu mereka telah secara sah dan pragmatis bdertanggung jawab kepada pemegang saham, tetapi mereka juga makin bertanggung jawab kepada para pemangku kepentingan. B. Kepentingan Dasar Para Pemangku Kepentingan Untuk memfokuskan analisis dan pengambilan keputusan pada dimensi etika: 1. Kepentingan mereka harus menjadi lebih baik sebagai akibat dari keputusan tersebut. 2. Keputusan akan menghasilkan distribusi yang adil antara manfaat dan beban. 3. Keputusan seharusnya tidak menyinggung salah satu hak setiap pemangku kepentingan, termasuk hak pengambilan keputusan. 4. Perilaku yang dihasilkan harus menunjukkan tugas yang diterima sebaik- baiknya.

3

C. Pengukuran Dampak yang Dapat Diukur 1. Laba Laba merupakan dasar untuk kepentingan pemegang saham dan sangat penting untuk kelangsungan hidup dan kesehatan perusahaan kita. Di masa inflasi, laba merupakan hal yang penting untuk menggantikan inventori pada harga tinggi yang diperlukan. Laba merupakan dasar untuk kepentingan pemegang saham dan sangat

penting untuk

kelangsungan hidup dan kesehatan perusahaan kita. 2. Produk yang Tidak Termasuk dalam Laba: Dapat Langsung Diukur Eksternalitas lain muncul ketika biaya tersebut dimasukkan dalam penentuan laba perusahaan, tetapi ketika manfaatnya dinikmati oleh orang-orang diluar perusahaan. Sumbangan atau beasiswa adalah contoh eksternalitas, dan tentunya akan menarik untuk memasukkan perkiraan manfaat yang terlibat dalam keseluruhan evaluasi keputusan yang diusulkan. Masalahnya adalah bahwa baik keuntungan maupun biaya beberapa dampak negatif, seperti berkurangnya kesehatan yang diderita orang karena menyerap polusi, dapat diukur secara langsung, tetapi mereka harus dimasukkan dalam penilaian secara keseluruhan. Meskipun tidak mugkin untuk mengukur eksternalitas tersebut secara langsung, ada kemungkinan untuk mengukur dampak tidak langsung dengan menggunakan alternatif pengganti. 3. Membawa Masa Depan ke Masa Kini Teknik untuk membawa dampak keputusan masa depan ke dalam analisis ditangani secara paralel dengan analisis penganggaran modal, di mana nilai-nilai masa depan didiskontokan pada tingkat bunga yang mencerminkan tingkat suku bunga yang diharapkan di masa mendatang. Pendekatan ini ditunjukkan sebagai bagian dari analisis biaya-manfaat (ABM) dalam Brooks (1979). Apa yang diperkenankan pada analisis biaya-manfaat bagi pembuat keputusan adalah untuk membawa manfaat dan biaya masa depan ke masa kini agar dapat dianalisis secara lebih lengkap dari sebuah keputusan. 4. Menangani Ketidakpastian Hasil Berbagai teknik telah dikembangkan untuk memasukkan ketidakpastian ini ke dalam analisis keputusan yang diusulkan. Sebagai contoh, analisis dapat didasarkan pada perkiraan terbaik, dalam tiga kemungkinan (paling optimis, pesimis, dan perkiraan terbaik), atau nilai-nilai yang diharapkan, di mana dikembangkan dari sebuah simulasi komputer. Semua ini merupakan nilai-nilai yang diharapkan, yang merupakan kombinasi dari nilai dan kemungkinan terjadinya. Hal ini biasanya dinyatakan sebagai berikut: Nilai Hasil yang Diharapkan = Nilai Hasil x Kemungkinan Terjadinya Hasil Keuntungan

4

Pendekatan baru ini disebut sebagai analisis risiko-manfaat (RBA), dan dapat diterapkan di mana hasil berisiko ditemukan dalam kerangka berikut: Nilai yang Diharapkan dari Manfaat Bersih Nilai Masa Kini yang Diharpkan - Nilai Masa Kini dari Biaya Masa Datang Disesuaikan dengan Risiko

5. Identifikasi dan Petingkat Pemangku Kepentingan Pengukuran laba, yang ditambahkan oleh eksternalitas yang didiskontokan ke masa sekarang dan difaktorkan oleh resiko hasil, lebih berguna dalam menilai keputusan yang diusulkan jika dibandingkan dengan hanya darikeuntungan saja. Namun demikian, manfaat dari analalisis dampak pemangku kepentingan bergantung pada identifikasi penuh semua pemangku kepentingan dan kepentingan mereka, serta apresiasiyang penuh terhadap signifikansi dampaknya pada posisi masing-masing. Nilai-nilai yang termasuk dalam ABM atau RBA dapat ditimbang, atau nilai bersih sekarang dapat dibuat peringkat sesuai dengan dampak yang dibuat pada pemangku kepentingan yang terlibat. Peringkat pemangku kepentingan dan dampak yang terjadi atas mereka bergantung pada ketahanan situasional mereka dalam menahan dampak juga digunakan ketika dampak yang tidak bisa diukur sedang dipertimbangkan. Mitchell, Agle, dan Wood (1997) menyatakan bahwa pemangku kepentingan dan kepentingan mereka dinilai dalam tiga dimensi yaitu legitimasi atau hak hukum dan/atau moral untuk mempengaruhi organisasi; kekuatan untuk memengaruhi organisasi melalui media, pemerintah atau cara yang lain; serta urgensi (urgensitas) yang dirasakan nyata dari persoalan yang muncul. D. Penilaian Dampak yang Tidak Dapat Dikuantifikasi Kepedulian atas perlakuan yang telah adil telah menjadi perhatian masyarakat baru– baru ini mengenai isu–isu seperti diskriminasi terhadap perempuan dan hal lainnya yang menyangkut perekrutan, promosi, dan pembayaran. Akibatnya, keputusan akan dianggap tidak etis kecuali jika dipandang wajar oleh semua pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan individu maupun kelompok umumnya berharap dapat menikmati hak–hak sebagai berikut. -

Kehidupan

-

Kesehatan dan Keselamatan

-

Perlakuan adil

-

Penggunaan hati nurani

-

Harga diri dan privasi

-

Kebebasan berbicara

5

Beberapa hak ini telah dilindungi undang–undang dan peraturan hukum, sedangkan yang lain

ditegakkan

melalui

hukum

umum

atau

melalui

sanksi

publik bagi yang

melanggar. Sebagai contoh, karyawan dan konsumen dilindungi undang–undang

kesehatan

dan keselamatan, sedangkan martabat dan privasi dilindungi hukum umum, dan efek jera menjadi subjek dari sanksi publik. E. Analisis Dampak Pemangku Kepentingan: Pendekatan Tradisional Pengambilan Keputusan Penting untuk diakui, bahwa ketika masing-masing pendekatan berhubungandengan perkembangan deontologist terhadap dampak pada hak-hak, keadilan, dan tugas-tugas yang diharapkan, tidak ada yang secara khusus memasukkan kajian mendalam tentang motivasi bagi keputusan-keputusan yang terlibat, sifat kebajikan atau karakter yang diharapkan di era akuntabilitas pengku kepentingan modern. Suatu analisis etika yang konprehensif harus keluar dari odel tradisional Tucker, Velasquez, dan Pastin untuk memasukkan penilaikan tentang motivasi, kebijakan,dan karakteryang ditampikan dibandingkan dengan yang diharapkan oleh para pemangku kepentingan. F. Pendekatan 5-Pertanyaan Tradisional Keputusan yang diusulkan ditantang dengan mengajukan semua pertanyaan. Jika respons negatif timbul (atau lebih dari satu) ketika semua lima pertanyaan diajukan/dipertanyakan, maka pengambil/pembuat keputusan dapat mencoba untuk merevisi tindakan yang diusulkan untuk menghapus dan/atau mengimbangi jawaban negatif itu. Apabila proses revisi berhasil, maka usulan menjadi etis. G. Pendekatan Standar Moral Tradisional Pendekatan standar moral untuk analisis dampak pemangku kepentingan membangun secara langsung atas tiga kepetingan mendasar dari para pemangku kepentingan yang diidentifikasi Utilitarian memaksimalkan keuntungan bersih bagi seluruh masyarakatapakah tindakan tersebut memaksimalkan manfaat sosial dan meminimalkan luka sosial H. Pendekatan Pastin Tradisional Mark Pastin(1986) menggunakan konsep etika aturan dasar utnuk menangkap gagasan bahwa individu dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar untuk nilainilai pundamental yang mengatur perilaku mereka atau perilaku yang diharapkan. Jika keputusan dianggap menyinggung nilai-nilai ini, ada kemungkinan terjadi kekecewaan atau balas dendam. Untuk memahami aturan dasar yang berlaku, mengatur komitmen organisasi

6

secara benaratas proposal, dan melindungi para pembuat keputusan, Pastin mengusulkan agar dilakukan pemeriksaan terhadap keputusan atau tindakan dimasa lalu. I. Memperluas dan Memadukan Pendekatan Tradisional Dari waktu ke waktu, masalah etika akan muncul yang mungkin tidak sesuai dengan salah satu pendeatan yang telah diuraikan. Sebagai contoh, isu yang diangkat oleh permasalahan etika dapat diperiksa dengan pendekatan 5 pertanyaan, kecuali jika ada dampak jangka panjang yang signifikan atau hal lain yang lebih membutuhkan analisis biaya-manfaat dari pada keuntungan sebagai pertanyaan tingkat pertama. Untungnya, anaisis biaya-manfaat dapat diganti atau ditambahkan untuk memperkaya pendekatan tersebut. PENDEKATAN FILOSOFIS DAN ANALISIS DAMPAK PEMANGKU KEPENTINGAN Pendekatan filosofis konsekuensialisme, deotologi, dan etika kebajikan merupakan landasan, dan harus selalu diingat untuk menginformasikan dan memperkaya, analisis ketika mengguanakan tiga pendekatan dampak pemangku kepentingan. Pendekatan analissi dampak pemangku kepentingan yang digunakan harus memberikan pemahaman tentang fakta-fakta, hak, kewajiban, dan keadilan yang terlibat dalam keputusan atau tindakan yang penting untuk analisis etika yangtepat dari motivasi, kebajikan, dan karakter yang diharapkan. MEMODIFIKASI PENDEKATAN TRADISIONAL ANALISIS DAMPAK PEMANGKU KEPENTINGAN: MENILAI MOTIVASI, KEBIJAKAN YANG DIHARAPKAN, DAN SIFAT KARAKTER Suatu analisis etika yang komperhensif harus melebihi pendekatan tradisional Tucker, Velasquez, dan pastin untuk menggabungkan penilaian tentang motivasi, kebajikan, dan karakter yang terlibat dalam perbandingan dengan apa yang diharapkan oleh para pemangku kepentingan.

Perilaku

pribadi atau

perusahaan tidak

memenuhi harapan, mungkin

akan berdampak negatif pada reputasi dan kemampuan untuk mencapai tujuan strategisyang berkelanjutan

dalam

jangka

menengah

dan

panjang,

proses

penilaian

dampak pemangku kepentingan akan menawarkan kesempatan untuk menilai motivasi yang mendasari kepututsan atau tindakan yang diusulkan. Kesimpulannya, dalam rangka untuk memastikan analisis EDM yang komperhensif, penilaian motivasi, kebajikan, dan sifat karakter yang diharapkan,harus ditambahkan pada pendekatan tradisional sehingga menghasilkan 5 pertanyaaan modifikasi atau analisis Tucker, pendekatan standar moral yang

7

dimodifikasi, pendekatan pastin yang dimodifikasi, atau kombinasi turunan dari pendekatan yang dimodifikasi. PERMASALAHAN LAINNYA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS Istilah masalah bersama mengacu pada kesengajaan atau mengetahui penggunaan aset atau sumber daya yang dimiliki bersama secara berlebihan. Namun, dalam praktiknya sering kali pengambil keputusan tidak peka terhadap masalah bersama, sehingga tidak akan memberikan atribut nilai yang cukup tinggi untuk penggunaan aset atau sumber daya, dan karena itu mereka membuat keputusan yang salah. Perbaikan yang berulang-ulang adalah salah satu keuntungan darimenggunakan kerangka kerja EDM yang diusulkan. Menggunakan serangkaian pendekatan filosofis, 5-pertanyaan, standar moral, Pastin, atau pendekatan bersamayang memungkinkan aspek-aspek tidak etis dari sebuah keputusan dapat diidentifikasi, kemudian dimodifikasi secara berulang-ulanguntuk memperbaiki dampak keseluruhan dari keputusan tersebut. Pada akhir setiap pendekatan EDM, harus ada pencarian yang spesifik untuk hasil sama-sama untung. Proses ini melibatkan pelaksanaan imajinasi moral. Menghindari perangkap umum pengambilan keputusan etis sangatlah penting. Pengalaman menunjukkan bahwa para pengambil keputusan secara berulang-ulang membuat kesalahan berikut ada banyak contoh dimana budaya perusahaan yang tidak didasarkan pada nilai-nilai etika telah memengaruhi atau memotivasi eksekutif dan karyawan untuk membuat/mengambil keputusan yang tidak etis. Banyak eksekutif salah mengira bahwa tindakan tidak etis dapat diterima karena: a. semua orang melakukannya, atau b. jika saya tidak melakukannya, orang lain akan melakukannya, atau c. saya bebas dari beban tanggung jawab karena atasan memerintahkan saya untuk melakukannya. Sering kali, dampak yang paling signifikan (bagi para pemangku kepentingan yang bukan pemegang saham) dari tindakan yang diusulkan adalah apa yang akan terjadi di masa depan akan terlebih dahulu menimpa pemangku kepentinganyang bukan pemegang saham. Banyak manajer hanya peduli dengan suatu tindakan yang sah secara hukum. Mereka berpendapat, jika sah secara hukum,maka tindakan tersebut etis. Faktanya adalah undangundang dan peraturan tidak seperti yang diinginkanmasyarakat, tetapi reaksi bisa datang jauh sebelum undang-undang dan peraturanyang baru dibuat. Salah satu alasannya adalah bahwa perusahaan mencobamemengaruhi perubahan aturan tersebut. Hanya karena tindakan yang diusulkan sah secara hukum, tidak berarti itu membuatnya menjadi tindakan yang etis. 8

Terkadang, pengambil keputusan memiliki sikap bias atau ingin bersikap adil hanya untuk kelompok yang mereka suka. Sayangnya, mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan opini publik dan biasanyaharus membayar kekeliruan mereka di akhir. Bias tidak terbatas pada keadilan saja. Para pembuat keputusan harus meneliti dampak pada keseluruhan hak semua kelompok pemangku kepentingan. Selain itu, para pembuat keputusan harus didorong untukmempertimbangkan nilai-nilai mereka sendiri saat membuat keputusan. Bias yang didasarkan atas prasangka bukan satu-satunya alasan penilaian keliru dari tindakan yang diusulkan. Penilaian dapat menutupi kepentingan pribadi yang saling bertentangan — kepentingan pengambil keputusan versus kepentingan terbaik perusahaan, atau kepentingan kelompokdimana pembuat keputusan bersikap parsial versus kepentingan terbaik perusahaan, keduanya dapat menyebabkan penilaian dan keputusan yang keliru.Kada ng-kadang, karyawan terjebak pada apa yang disebut dengan slippery slope,dimana mereka mulai dengan keputusan kecil yang bertentangan dengankepentingan majikan mereka, diikuti oleh keputusan lain yang tumbuh secarasignifikan, dan akan menjadi sangat sulit untuk mengoreksi atau mengakuikeputusan yang mereka buat sebelumnya. Sering kali, para pengambil keputusan gagal mengantisipasi apa yang mereka lakukan untuk sau kelompokakan berkontribusi memicu tindakan orang lain. Sebagai contoh, pencemaranlingkungan di negara yang jauh dari perusahaan dapat menyebabkan reaksi negatif dari pelanggan dalam negeri dan pasar modal. Kebutuhan untuk mengidentifikasi semua kelompok pemangku kepentingan dankepentingan mereka sebelum menilai dampaknya pada masing-masing kelompokmerupakan bukti pribadi. Namun, hal ini merupakan langkah yang sering diambiltanpa pemahaman, dengan hasil bahwa isu-isu penting menjadi tidak diketahui. Pendekatan yang berguna untuk membantu masalah ini adalah untuk berspekulasi pada kemungkinan buruk yang mungkin terjadi dari tindakan yang diusulkan, dan mencoba untuk menilai bagaimana media akan bereaksi. Kecenderungan yang umum adalah untuk memperlakukankepentingan seluruh pemangku kepentingan menjadi sama pentingnya. Namun,mereka yang mendesak biasanya menjadi yang terpenting. Mengabaikan

hal

ini

benar-benar

picik, dan

dapat menghasilkan

keputusan yang

suboptimal dan tidak etis. Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, keputusan etis yang komprehensif tidak bisa dilakukan jika salah satu dari ketiga aspek ini ada yang terlupakan. Namun, berulang kali para pembuat keputusan mengambil jalan pendek dan menderita akibatnya. Selama bertahuntahun, pengusaha dan profesional tidak khawatir tentang motivasi untuksebuah tindakan, 9

selama konsekuensinya dapat diterima. Sayangnya, banyak pengambil keputusan kehilangan kebutuhan untuk meningkatkan manfaat bersih secara keseluruhan bagi semua (atau sebanyak mungkin orang), dan mengambil/membuat keputusan yang dibuat untuk menguntungkan dirinya, aauhanya beberapa di antaranya, yang bermanfaat dalam jangka pendek danmerugikan orang lain pada jangka panjang. Keputusan picik ini, yang diambil demi keuntungan pribadi pengambil keputusan, mencerminkan risiko tata kelolayang tinggi bagi organisasi. Anggota dewan, eksekutif, dan akuntan profesional diharapkan untuk bertindak dengan itikad baik dan melaksanakan tugas fidusia bagi orang-orang yang bergantung pada mereka. Mengabaikan kebajikan yang diharapkandari mereka dapat menyebabkan ketidakjujuran, kurangnya integritas dalam penyusunan laporan, kegagalan untuk bertindak atas nama pemangku kepentingan, dan kegagalan untuk menunjukkan keberanian dalam menghadapiorang lain yang terlibat dalam tindakan tidak etis, atau whistle-blowing saat dibutuhkan. Akuntan profesional yang mengabaikan kebajikan yang diharapkandari mereka cenderung melupakan bahwa mereka diharapkan untuk melindungi kepentingan umum. SEBUAH KERANGKA KERJA KOMPREHENSIF PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS Pendekatan terbaik EDM akan bergantung pada sifat dari tindakan yangdiusulkan atau dilema etikan dan pemangku kepentingan yang terlibat. Pendekatan dan isu-isu yang telah dijelaskan sebellumnya dapat digunakansecara terpisah atau dalam kombinasi gabungan untuk membantu dalam mengambilkeputusan etis. Pengalaman menunjukan bahwa dengan menyelesaikan tiga langkah berikut menyediakan dasar untuk menantang keputusan yang diusulkan. a. Identifikasi fakta dan semua kolompok pemangku kepentingan serta kepentingan yang mungkin akan terpengaruhi. b. Membuat peringkat para pemangku kepentingan serta kepentingan mereka,identifikasi yang paling penting dan lebih mempertimbangkan mereka dalam analisis c. Menilai dampak dari tindakan yang diusulkan pada setiap kepeentingan kelompok pemangku kepentingan berkenaan dengaan kekayaan mereka,keadilan perlakuan, dan hak-hak lainnya, termasuk harapan kebajikan, menggunakan pertanyaan kerangka kerja yang komprehensif, dan memastikan bahwa perangkap umum yang dibahas nanti tidak masuk kedalam analisis.

10

PEMBAHASAN KASUS It’s Still About Reputation

1. Siapa yang sebenarnya harus disalahkan karena ditemukan adanya prosedur yang longgar? Pihak yang bertanggungjawab atas prosedur yang longgar yaitu: -

Pihak manajemen seharusnya lebih intens memonitoring dalam hal produksi obat, dimana obat ini nantinya akan di konsumsi oleh masyarakat banyak, dan harus bertanggungjawab bila seandainya nanti terdapat kesalahan yang mengakibatkan konsumen keracunan.

-

Food and Drug Administration (FDA) karena salah satu wewenang dari FDA adalah mengatur berbagai produk dalam menjamin keamanan publik AS. Dalam kasus ini keamanan publik AS diragukan karena kurangnya pengawasan dari FDA. FDA juga bertanggungjawab karena telah meloloskan produksi obat yang menimbulkan kerugian/berbahaya untuk dikonsumsi.

2. Bagaimana seharusnya situasi ini diperbaiki? Mengikuti prosedur dalam memproduksi dan mendistribusikan obat sesuai dengan Current Good Manufacturing Processes yang sudah ditetapkan dan lembaga FDA harus merevisi prosedur pengawasan, dengan lebih memperketat proses pengawasan dan memastikan agar manajemen perusahaan melaksanakan semua prosedur. Hal-hal yang telah dilakukan pihak J&J: -

CEO Jim Burke, dia secara tepat mengatakan bahwa panggilan tugas dia adalah menyelamatkan nyawa dan menyelamatkan perusahaan — kedua hal tersebut hanya bisa dicapai melalui kepercayaan.

-

Johnson & Johnson memberitakan semua proses produksi dan quality control-nya ke publik — tidak hanya pada penyidik.

-

J&J kemudian segera menciptakan sistem packaging yang lebih aman namun jauh lebih mahal pada saat itu, tanpa menaikkan harga sehingga ia mengorbankan profit.

-

Menarik semua produk tylenol di Amerika dan melakukan pengujian terhadap 8 juta tablet.

-

Bertanggung jawab atas perawatan rumah sakit para korban.

3. Bagaimana mungkin pekerjaan yang dilakukan oleh FDA diperbaiki? Pengiriman surat peringan untuk McNeil dilakukan oleh FDA pada tanggal 15 Januari 2010, laporan investigasi telah dirilis oleh FDA. Laporan investigasi berisi tentang 11

beberapa jenis pelanggaran dan temuan tetang kegagalan McNeil untuk memenuhi standar sendiri serta mendesak McNeil untuk melakukkan penyidikan produk dari pabrik yang berbau dan berjamur. Hal tersebut dilakukan FDA untuk memastikan bahwa perusahaan memproduksi dan mendistribusikan obat yang aman bagi konsumen sesuai dengan cGMP. 4. J&J berada dalam berita yang positif karena mengingat mereka sebelumnya tercemar capsules of Tylenol dan telah melakukan penarikan atas obat tersebut. Mengapa orang J&J berperilaku berbeda, hampir 30 tahun kemudian? Pada tahun 1982 tersebut, J&J telah merubah segala prosedur produksi yang menyimpang, menarik produknya secara sigap, sehingga membangun opini publik yang baik dan menimbulkan kepercayaan kembali. Hal ini dilakukan karena J&J selaku perusahaan induk, memiliki rasa tanggungjawab sosial yang tinggi. Namun di tahun 2010, perusahaan J & J kurang menanggapi laporan dari FDA, sehingga produknya menimbulkan banyak keluhan dari masyarakat. Meski demikian, J&J tetap bertindak untuk menarik produknya dan menutup pabrik Fort Washington. 5. Bagaimana biaya total bencana ini diperkirakan? Tentu saja, apabila dilihat dari segi biaya, dampak yang dialami oleh Johnson & Johnson sangat besar dalam jangka pendek. Sebelum insiden Tylenol terjadi, harga saham Johnson & Johnson adalah $46.12 yang langsung turun hingga 7% sebelum menjadi stabil pada tingkat $45-an. J & J pun terpaksa menghapus $50 juta dari laba triwulan ketiganya, yang pada waktu itu merupakan jumlah yang besar. Menurut Associated Press, saham J & J turun 2,5 persen menjadi $ 57,12. Perkiraan biaya penarikan dan penutupan pabrik Fort Washington adalah $ 600 juta 2010.

12

Related Documents

Rmk Kombis Sap 5.docx
October 2019 29
Rmk Sap 2.docx
November 2019 33
Rmk Sap 1.docx
May 2020 15
Rmk Sap 10 Fix.docx
December 2019 23
Rmk Akpri Sap 3 Fix.pdf
December 2019 24

More Documents from "Shintya Rahayu Dewi Damayanthi"

Sap 9 - Rmk.docx
October 2019 45
Pajak Sap 5.docx
December 2019 38
Pajak Sap 4.docx
December 2019 56