Rmk 4.docx

  • Uploaded by: Feryal Amima Widadi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rmk 4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,059
  • Pages: 7
PARADIGMA POSTMODERN

1. Pendahuluan Pendekatan dalam penelitian kualitatif, merupakan sebuah upaya untuk mencari, menemukan, atau memberi dukungan akan kebenaran yang relatif, dimana suatu model biasanya dikenal dengan paradigma. Muhadjir dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif (2000:236) bahwa benang merah pola fikir modern antara lain: yang rasionalistik, yang fungsionalis, yang interpretif, dan yang teori kritis: yaitu dominannya rasionalitas. Makalah ini akan membahas lebihh lanjut tentang konsep dari paradigm postmo.

2. Rumusan Masalah a. Bagaimanakah focus penelitian postmo? b. Apakah yang dimaksud The Great Interpreter? c. Bagaimakah Pendekatan Yang Digunakan Dalam Paradigma Postmo? 3. Pembahsan a. Fokus Postmo Paradigma Postmo yang dibahas dalam makalah ini muncul pertama kali di lingkungan gerakan arsitektur. Arsitektur modern berorientasi pada fungsi struktur; sedangkan arsitektur posmo berupaya menampilkan makna simbolik dari konstruksi dan ruang. Muhadjir (2000:237) berpendapat bahwa Posmo bukan menolak rasionalitas tetapi tidak membatasi rasionalitas pada yang linier, tidak membatasi pada yang standar termasuk yang divergen, horizontal, dan heterarkhik tetapi lebih

menekankan pada pencarian rasionalitas aktif kreatif. Bukan mencari dan membuktikan kebenaran, melainkan mencari makna perspektif dan problematis; logika yang digunakan adalah logika unstandard menurut Borghert (1996), logika discovery menurut Muhadjir (1982), atau logika inquiry menurut Conrad (1993). Tata berfikir spesifik yang dianut paradigm posmo yakni:

kontradiksi,

kontroversi, paradoks, dan dilematis. Paradigma ini lebih melihat realitas sebagai suatu problematis, sebagai selalu yang perlu di inquired, yang selalu perlu didiscovered, sebagai sebuah kontroversial. Bukannya harus tampil ragu, melainkan harus memaknai dan selanjutnya in action. Ber-action sesuai dengan indikator jalan benar. Dalam indikator yang benar, dipertanyakan ‘absolut’ itu dimana? Bagi para sekuler: benar absolut adalah benar secara universal, benar berdasarkan keteraturan semesta. Sedangkan keteraturan semesta sampai millenium ketiga pun masih banyak yang belum terungkap. Beberapa waktu belakangan baru saja teramati bagaimana suatu galaksi terbentuk, baru saja teridentifikasi DNA sebagai intinya gen yang diturunkan, dengan diketemukannya struktur setiap sesuatu dapat dikembangkan tiruan

berupa

polimer

dan

lainnya.

Bagi

yang

religius,

benar

absolut hanya diketahui Allah. Manusia berupaya mengungkap dan memanfaatkan keteraturan semesta untuk kemaslahatan manusia. Posmo dengan logika dan rasionalitas berupaya untuk in action berkelanjutan. Segala yang problematis, yang beragam, yang kontradiksi perlu dipecahkan secara cerdas untuk menemukan jalan menuju kebenaran Ilmiah. Muhadjir (2000) memilahkan ilmu menjadi empat yakni:

 Temuan

basic and advanced research yang umumnya lewat eksperimen

laboratory  Temuan fikir cerdas manusia, umumnya  Temuan rekayasa teknologi  Temuan rekayasa social Pada era modern, baik positivist maupun postpositivist, para ahli terpusat pada upaya membangun kebenaran dengan mencari tata hubungan rasional-logis, baik secara linier pada positivist, maupun secara kreatif (divergen, lateral, holographik, dan lain-lain) pada postpositivistik. Pada era Postmodern para ahli tidak mencari hubungan rasional-integratif, melainkan menemukan secara kreatif kekuatan momental dari berbagai sesuatu yang saling independen dan dapat dimanfaatkan. Akhir era postposivist menampilkan pemikiran sistematik, sedang awal berfikir postmodern perlu mulai mengembangkan pemikiran sinergik.Berfikir sistemik sekaligus sinergik dapat dilakukan dalam paradigma postmodern.

b. The Great Interpreter Beberapa pemikir terus berupaya memperbaiki cara memperbaiki kebenaran epistemologiik. Dedukasi spekulatif dikritik, diperbaiki dengan induktif empiric analitik. Dari berpikir deduktif spekulatif, diperbaiki menjadi empiric analitik, diperbaiki menjadi holistic empiric dari grass root, diperbaiki dengan membangun konstruk teori yang berkeadilan, dan akhirnya menyambut tuntutan percepatan

perubahan diperlukan kita menjadi “The Great Interpreter. Siapa “kita” itu?Grass root, ilmuwan, atau siapa? Pada era posmo, sosok masa depan sebagai produk invensi manusia dalam basic research dan produk inovasi manusia dalam membuat rekayasa teknologi dan rekayasa sosial menjadi semakin sulit digambarkan. Sosok teknologi dan sosok kehidupan manusia harus secara aktif kita interpreti dan kita harus selalu kreatif mendekonstruk paradigm pemikiran kita.“Kita” sebagai individu dan terutama sebagai kesatuan kehidupan manusia perlu mengembangkan karakteristik posmo dalam berilmu pengetahuan. c. Pendekatan Postmo (Pendekatan Dekonstruktif) Muhadjir (2000) mengguakan istilah yang dapat saling dipertukarkan, yakni postmodern dan dekonstruksi. Berpikir posmo pada hakikatnya adalah berpikir dekonstruksi, demikian juga sebaliknya. Pendekatan yang digunakan, adalah pendekatan dekonstruksi karena karakteristik teoretik metodologik paling dasar dan esensial

dari

postmodern,

poststruktural

dan

postparadigmatik

adalah

mendekonstruksi. Berikut Pendekatan dekonstruktif dalam paradigm Postmo: 1) Daniel Bell : Masyarakat Pasca- Industri Berkembangnya pendekatan postmodern memang berangkat dari kenyataan perkembangan iptek yang luar biasa cepatnya dengan dampaknya pada ekonomi, sosial, dan politik yang akhirnya terjadi pergeseran orientasi budaya manusia masyarakat pascaindustri. Bell membagi masyarakat menjadi 3 bagian, yaitu: a) Struktur sosial (menyangkut sistem ekonomi, teknologi, okupasional)

b) Polity (mengatur distribusi kekuasaan dan penyelesaian konflik kepentingan kelompok dan individu) c) Budaya (wadah ekspresi simbolisme dan makna) 2) Culture Shift Inglehart Inglehart memilahkan materialist values dan postmaterialist values. Tujuantujuan

berikut

dipandang

sebagai

ekspresi

atau

aktualisasi

materialist/

postmaterialist value. a) Materialist Values (klater pertama) : ketertiban nasional, stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, memiliki militer yang kuat, stabilitas ekonomi dan kriminalitas minim. b) Postmarialist Values (klaster kedua) : hak bicara rakyat atas keputusan pemerintah, hak kebebasan bicara, hak bicara atas dunia kerjanya dan lingkungan masyarakatnya, membuat kota dan desanya lebih nyaman, membuat kehidupan masyarakat lebih ramah, dan lebih menghargai ide daripada uang 3) Charles Handy : The Age of Unreason The Age of Unreason (1991) merupakan buku tulisan Charles handy. Handy berfokus terhadap kasus-kasus kecil dengan pemaknaan kreatif tak terduga. Pemikiran ini menjadikan pemikiran orang, prediksi orang tentang kasusnya diakui benar, sedangkan cara pemikiran dan prediksinya tidak lazim. Sifat kreatif tidak terduga, pandangan bahwa kita adalah pencipta masa depan, dan ciptaan kita itupun tidak dapat kita perkirakan, itulah sekian sifat dari postmodernisme.

4) Poststrukturalis Derrida Jacques Derrida (1930) dikenal sebagai tokoh dekontruksi studi sastra yang pertama. Dalam jangka panjang studi sastra hanya mengenal strukturalisme positivistic (linguistic modern) dari Ferdinand de Saussere. Bagi Derrida symbol ataupun tanda itu bersifat arbriter, pemknaannya tidak bersifat logosentris. Postmodern merajut implikasi poststrukturalis dalam 3 core, yaitu : pencerahan ilmu (kebenaran), aesthetic (keindahan) dan moralitas (kebaikan). 5) Postmodernisme Loytard Jean- Francois Loytard (1942) dikenal sebagai tokoh yang pertama kali mengenalkan konsep postmodernisme dalam filsafat.Istilah postmodern sudah lama dipakai dalam dunia arsitektur. Dominasi luar biasa dari technoscience dalam kebudayaan, melewati kebutuhan manusia.Sehingga technoscience memperburuk krisis kemanusiaan, demikian Loytard 6) Postparadigmatik Logika paradigmatic menggunakan alur tata fikir sekaligus : baik yang linier, yang lateral, yang divergen, dan konvergen, juga menggunakan telaah substantive dan instrumentatif, juga tata fikir logic lainnya. 4. Simpulan 5. Benang merah pola fikir modern antara lain: yang rasionalistik, yang fungsionalis, yang interpretif, dan yang teori kritis: yaitu dominannya rasionalitas.

DAFTAR PUSTAKA Borgherts, Donald M. 1996. The Encyclopedia of Philosophy Supplement. New York: Simon & Schuster Macmillan. Conrad, C., et al. 1993. Qualitative Research in Higher Education. Needham Heights MA: Giun Press. Muhadjir, Noeng, (2000), Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pakesarasin

Related Documents

Rmk
June 2020 28
Rmk
October 2019 46
Rmk Fiks.docx
April 2020 24
Rmk .docx
October 2019 35
Rmk Lamberton.docx
April 2020 20
Rmk Aspek Umum
May 2020 0

More Documents from "sakarosandy"

Rmk 1.docx
June 2020 6
Rmk 3 Fix.docx
June 2020 3
Makalah Fiks.docx
June 2020 0
Rmk 5.docx
June 2020 4
Rmk 4.docx
June 2020 4
Rmk 2.docx
June 2020 12