Rmk 1.docx

  • Uploaded by: Feryal Amima Widadi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rmk 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,049
  • Pages: 7
Paradigma Ilmu Pengetahuan Sosial Burrell dan Morgan (1979) mengelompokkan literatur akuntansi ke dalam dua asumsi utama, yaitu asumsi ilmu pengetahuan sosial dan asumsi kemasyarakatan. Asumsi ilmu sosial termasuk didalamnya asumsi tentang ontologi (realisme-nominalisme), epistemologi (positivisme-antipositivisme), human nature (determinisme-voluntarisme), dan metodologi (nomotetis-ideografik). Terdapat beberapa asumsi yang menjelaskan pendekatan berbeda terhadap ilmu sosial, yaitu : 1.

Ontological nature, asumsi yang menekankan pentingnya pemahaman terhadap fenomena yang sedang diinvestigasi. Misalkan pertanyaan apakah realita yang diinvestigasi bersifat eksternal terhadap individu (memang terjadi dan individu tidak memberikan pengaruh terhadap realita) atau apakah realita merupakan hasil dari pikiran manusia (bersifat internal).

2.

Epistemological nature, asumsi mengenai dasar pengetahuan. Penekanan dari asumsi ini adalah bagaimana memandang sifat dari pengetahuan itu sendiri, apakah bersifat hard, nyata dan tangible, atau pengetahuan lebih bersifat soft, lebih subjektif, dan transendal (spiritual).

3.

Human nature, asumsi mengenai hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Pertanyaan mendasar untuk memahami human nature adalah apakah manusia dan pengalamannya merupakan hasil dari lingkungan ataukah manusia yang berperan untuk mempengaruhi lingkungan.

Menurut Burrell dan Morgan (1979), dua asumsi tersebut menghasilkan empat paradigma yang terdiri dari paradigma fungsionalis, paradigma interpretatif, paradigma radikal humanis, dan paradigma radikal strukturalis.

Burrell & Morgan (1979) membagi paradigma tersebut sebagai: a. Paradigma Fungsionalis Paradigma ini merupakan paradigma yang dominan pada studi organisasi. Paradigma ini menyediakan penjelasan yang rasional tentang masalah kemanusiaan. Pada dasarnya paradigma ini bersifat pragmatis dan mengakar kepada konsep positivisme. Hubungan-hubungan yang ada bersifat konkret dan bisa diidentifikasi, dipelajari, dan diukur melalui media ilmiah. b. Paradigma Interpretatif Paradigma ini menjelaskan tentang kestabilan perilaku dalam pandangan seseorang individual. Paradigma ini memfokuskan pada pemahaman mengenai dunia yang diciptakan secara subjektif apa adanya serta prosesnya. c. Paradigma Radikal Humanis Paradigma ini berpandangan bahwa kesadaran seseorang didominasi oleh struktur ideologinya, cara pandang hidupnya, dan interaksinya dengan lingkungan. Hal ini akan mengarahkan hubungan kognitif antara dirinya dan kesadaran sebenarnya, sehingga mencegah pemenuhan kepuasan pada manusia. d. Paradigma Radikal Strukturalis Paradigma ini mempercayai bahwa perubahan radikal dibentuk pada sifat struktur sosial. Masyarakat dapat dikarakteristikan dengan konflik fundamental yang akan menghasilkan perubahan radikal melalui krisis politik dan ekonomi. Sedangkan Chua (1986) membagi paradigma dalam ilmu social menjadi 3 paradigma yaitu : a. Paradigma Posivitisme/Fungsionalist Secara ringkas, positivisme adalah pendekatan yang diadopsi dari ilmu alam yang menekankan pada kombinasi antara angka dan logika deduktif (umum ke khusus) dan penggunaan alat-alat kuantitatif dalam menginterpretasikan suatu fenomena secara

objektif. Pendekatan positivisme berangkat dari keyakinan bahwa pembenaran sebuah ilmu dan penelitian berasal dari penggunaan data-data yang terukur secara tepat, yang diperoleh melalui survei atau kuesioner kemudian dikombinasikan dengan statistik dan pengujian hipotesis yang bebas nilai atau objektif. Dengan cara tersebut suatu fenomena dapat dianalisis untuk ditemukan hubungan antara variabel-variabel yang terlibat didalamnya. Hubungan tersebut adalah hubungan korelasi atau hubungan sebab akibat. b. Paradigma Interpretif Menurut Chua (1986) pendekatan alternatif ini berasal dari filsuf jerman yang memfokuskan pada peranan bahasa, interpretasi, dan pemahaman dalam ilmu sosial. Sedangkan menurut Burrel dan Morgan, paradigma ini menggunakkan cara pandang yang nominalis yang melihat realitas sosial sebagai sesuatu yang hanya merupakan tabel, nama, atau konsep yang digunakan untuk membangun realitas, dan bukanlah sesuatu yang nyata melainkan hanyalah pemahaman atas sesuatu yang diciptakan oleh manusia. Oleh karena itu realitas sosial merupakan sesuatu yang berada dalam diri manusia itu sendiri, sehingga bersifat subjektif bukan objektif sebagimana yang dipahami oleh paradigma fungsionalis. Pendekatan ini memfokuskan pada sifat subjektif dunia sosial dan berusaha untuk memahami kerangka berpikir objek yang sedang dipelajarinya. Titik fokusnya ada pada diri individu dan persepsi manusia terhadap realitas di luar mereka. Dari sudut pandang interpretif ini, ilmu pengetahuan tidak digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi, namun untuk memahami. Berkaitan dengan sistem pengedalian dan akuntansi manajemen, terdapat dua perbedaan antara paradigma fungsional dengan interpretif. Perbedaan pertama adalah bahwa paradigma interpretif memusatkan perhatian tidak hanya pada bagaimana membuat perusahan berjalan dengan baik, tetapi juga bagaimana menghasilkan

pemahaman yang luas dan mendalam mengenai bagaimana manajer dan karyawan dalam organisasi memahami akuntansi, berpikir tentang akuntansi, serta berinteraksi dan menggunakan akuntansi. Perbedaan kedua adalah bahwa para interaksionis tidak percaya pada keberadaan realitas organisasi yang tunggal dan konkret, melainkan pada situasi yang ditafsirkan organisasi organisasi dengan caranya masing-masing. c. Paradigma Kritis Pendekatan kritis lebih bertujuan untuk memperjuangkan ide peneliti agar membawa perubahan substansial pada masyarakat. Penelitian diharapkan bukan lagi menghasilkan karya tulis ilmiah yang netral atau tidak memihak, atau bersifat apolitis, namun lebih untuk mengubah institusi sosial, cara berpikir, dan perilaku masyarakat ke arah yang diyakini lebih baik. Oleh karena itu, dalam pendekatan ini pemahaman yang mendalam tentang suatu fenomena berdasarkan fakta lapangan perlu dilengkapi dengan analisis dan pendapat yang berdasarkan keadaan pribadi peneliti, asalkan didukung argumentasi yang memadai. Pendekatan kritis didefinisikan sebagai proses pencarian jawaban yang melampaui penampakan di permukaan saja yang seringkali didominasi oleh ilusi, dalam rangka menolong masyarakat untuk mengubah kondisi mereka dan membangun dunianya agar lebih baik (Neuman, 2003:81). Dua paradigma yang dibangun oleh Burrell dan Morgan serta Gioia dan Pitre yaitu paradigma radical humanist dan radical structuralist akhirnya dijadikan satu. Hal ini karena munculnya paradigma baru yang merupakan gabungan antara kedua paradigma tersebut. Dalam hal ini didukung oleh Chua yang mewadahi kedua paradigma tersebut dalam satu wadah yaitu paradigma kritis (the critical paradigma). Digabungkannya antara paradigm radical humanist dan radical structuralist menjadi satu karena menurut Chua kedua paradigma tersebut sebenarnya memiliki kesamaan ide.

Menurut Chua, pernyataan yang diungkapkan oleh Burrell & Morgan untuk paradigma radikal humanis dengan paradigma radikal strukturalis dapat digabungkan menjadi satu paradigma yaitu paradigma kritis (The Critical Paradigm). Dari pendapat yang telah dijabarkan di atas, dalam mengembangkan paradigmanya, penulis melihat pada dasarnya adalah sama karena didasarkan dari 4 dimensi yang ada dalam filsafat ilmu pengetahuan yaitu dimensi ontologis, dimensi epistemologis, dimensi aksilogis dan dimensi metodologis. Burrel & Morgan menggembangkan dimensi tersebut dan digambarkan sebagai berikut:

Pendekatan Subjetivism

Pendekatan Objectivism

Nominalism

Ontology

Realism

Anti Positivism

Epistemology

Positivism

Voluntarism

Aksiology

Determinism

Ideographic

Metodology

Nomothetic

The Sociology of Radical Change

Radikal Humanis

Radikal Strukturalis

Subjective

Objective

Interpretif

Fungsionalis

The Sociology of Regulation

Empat paradigma ini memiliki asumsi meta teoritis yang amat mendasar dimana paradigma- paradigma tersebut bertanggung jawab atas kerangka dari referensi, mode teori, dan modus operandi dari teori sosial yang mengoperasikan teori tersebut. Selain itu paradigma ini bersifat eksklusif.

Daftar Pustaka Burrell, G dan G. Morgan, 1979, Sociological Paradigms and Organisational Analysis: Elements of The Sociology of Corporate Life. Heinemann Educational Books, London Chua, Wai Fong. 1986. Radical Developments in Accounting Thought. The Accounting Review, Vol 61, No 4.

Related Documents

Rmk
June 2020 28
Rmk
October 2019 46
Rmk Fiks.docx
April 2020 24
Rmk .docx
October 2019 35
Rmk Lamberton.docx
April 2020 20
Rmk Aspek Umum
May 2020 0

More Documents from "sakarosandy"

Rmk 1.docx
June 2020 6
Rmk 3 Fix.docx
June 2020 3
Makalah Fiks.docx
June 2020 0
Rmk 5.docx
June 2020 4
Rmk 4.docx
June 2020 4
Rmk 2.docx
June 2020 12