AKUNTANSI KEBERLANJUTAN Ringkasan Artikel: Sustainability accounting—a brief history and conceptual framework by Geoff Lamberton EKA 453 A Selasa, 4 Maret 2019
OLEH KELOMPOK 5: I Kadek Rama Artikanaya
(1607531068/07)
Dewa Made Dwi Juni Antara
(1607531071/08)
Gede Marco Pradana Dika Putra
(1607531099/13)
K. Trianny Putri Mahadewi Lestariningrum T.
(1607531133/30)
Disampaikan Kepada : Dr. I Putu Sudana, S.E., MSAcc., Ak
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA PROGRAM REGULER/ S1 AKUNTANSI TAHUN AJARAN 2018/2019
SEJARAH SINGKAT AKUNTANSI KEBERLANJUTAN Gray (1993) mengidentifikasi tiga metode akuntansi keberlanjutan yang berbeda, yaitu: 1. Sustainable cost (biaya keberlanjutan) Biaya berkelanjutan adalah biaya atau sejumlah uang yang harus dikeluarkan organisasi pada akhir periode penghitungan untuk menempatkan biosfer atau keadaan bumi kembali ke posisi semula pada awal periode akuntansi. (Gray, 1994, hlm. 33) 2.
Natural capital inventory accounting (akuntansi persediaan sumber daya alam) Akuntansi persediaan sumber daya alam yaitu pencatatan ketersediaan sumber daya dari waktu ke waktu, dengan perubahan tingkat persediaan digunakan sebagai indikator kualitas lingkungan. Berbagai jenis persediaan sumber daya alam yang dibedakan dalam kategori yang berbeda (Gray, 1994). Gray menyarankan empat kategori modal alam: 1). Kritis, 2). Tidak dapat diperbarui / tidak dapat disubstitusikan, 3). Tidak terbarukan / tersubstitusi, 4). Terbarukan.
3.
Input–output analysis (analisis input – output) Analisis input-output bertujuan untuk mengukur semua input bahan ke dalam proses, dan output barang jadi, emisi, bahan daur ulang dan limbah untuk dibuang (Jorgensen, 1993. Analisis input-output menggunakan teknik penyeimbang yang lazim bagi akuntan, menerapkan prinsip apa yang masuk harus keluar, memberikan pendekatan disiplin untuk penyediaan informasi lingkungan.
Triple bottom line accounting dan Global Reporting Initiative (GRI) Elkington (1999) menjelaskan suatu bentuk akuntansi keberlanjutan yang disebut sebagai triple bottom line (TBL), yang bertujuan untuk melaporkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan organisasi. Versi terbaru dari Pedoman Akuntansi Keberlanjutan GRI, dirilis pada KTT Dunia tentang Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg pada Agustus 2002. Pedoman ini mengacu pada definisi keberlanjutan tiga dimensi yang diterima dengan menggunakan serangkaian indikator kinerja untuk mengukur masing-masing dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial, serta serangkaian indikator terintegrasi yang menangkap berbagai dimensi.
1
Kerangka kerja akuntansi keberlanjutan Terdapat lima komponen kerangka akuntansi keberlanjutan yang diambil dari model akuntansi keuangan yang diperluas menjadi kerangka kerja komprehensif, yaitu: 1. Tujuan kerangka akuntansi keberlanjutan; Tujuan utama dari kerangka akuntansi keberlanjutan adalah untuk mengukur kinerja organisasi menuju tujuan keberlanjutan. Informasi mengukur kinerja menuju keberlanjutan dapat melayani baik akuntabilitas atau keputusan. Yang penting untuk tujuan ini adalah definisi keberlanjutan yang dipilih, yang menentukan kedalaman dan kompleksitas kerangka akuntansi. 2.
Prinsip-prinsip yang mendukung penerapan kerangka kerja; Prinsip-prinsip ini analog dengan prinsip-prinsip dan konvensi yang mendukung akuntansi keuangan, seperti biaya historis, prinsip going concern dan konservatisme, dan konvensi mengenai periode akuntansi dan entitas pelaporan.
3.
Alat pengambilan data, catatan akuntansi, dan teknik pengukuran; Alat manajemen data yang digunakan untuk menangkap dan mencatat data akuntansi keberlanjutan adalah analog dengan jurnal akuntansi keuangan, buku besar dan neraca saldo yang digunakan untuk merekam data keuangan. Teknik pengukuran meliputi penggunaan indikator kinerja dan metode penilaian yang digunakan untuk memperkirakan, misalnya, aset dan kewajiban lingkungan.
4.
Laporan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada pemangku kepentingan; Data yang ditangkap oleh kerangka akuntansi keberlanjutan akan dilaporkan kepada pengguna dalam bentuk informasi kuantitatif dan kualitatif dan harus sesuai dengan serangkaian atribut kualitatif.
5.
Atribut kualitatif dari informasi yang dilaporkan menggunakan kerangka kerja. Atribut kualitatif ini diambil dari Pedoman Pelaporan Keberlanjutan GRI, dan setara dengan atribut yang ditentukan untuk data akuntansi keuangan dalam SAC 3 (2002).
2
KESIMPULAN: Asumsi penting dari penelitian ini adalah bahwa dampak perusahaan terhadap lingkungan dapat diubah dengan memberikan informasi yang relevan kepada para pemangku kepentingan. Menghubungkan kinerja keberlanjutan dengan tingkat pajak yang dikeluarkan di tingkat perusahaan harusnya dapat meningkatkan kemungkinan manajemen perusahaan merespons informasi yang dihasilkan. Harapan bahwa organisasi bisnis memberlakukan pajak lingkungan kepada konsumen akan mengimbangi melemahkan harga barang dan jasa ekonomi yang meluas dari kegagalan untuk memasukkan biaya lingkungan dan sosial dalam harga pasar. Pembentukan tim keberlanjutan transdisipliner independen untuk menyiapkan dan mengaudit akun keberlanjutan akan menambah kredibilitas proses. Akuntan perlu memperluas pengetahuan mereka dan membangun dialog umum untuk memfasilitasi wacana dengan profesional sosial dan ekologi. Alternatif yang lebih hemat biaya untuk persiapan reguler dan berkelanjutan dari informasi akuntansi keberlanjutan bisa dengan menyiapkan laporan keberlanjutan (katakanlah) setiap 3 tahun, dengan menggunakan data yang harus dikumpulkan oleh perusahaan setiap tahun. Arah masa depan penelitian akuntansi keberlanjutan harus terus menampilkan kualitas penting keanekaragaman. Upaya untuk meningkatkan cakupan, kedalaman dan kualitas informasi akuntansi keberlanjutan perlu dilengkapi dengan penelitian yang mengacu pada pengetahuan dari luar akuntansi dan bisnis konvensional. Contoh menarik diberikan oleh proyek bersama antara GPI Atlantic dan Pusat Studi Bhutan, yang melaporkan pekerjaan yang sedang berjalan menuju pengukuran modal manusia, sosial dan alam termasuk kualitas lingkungan, kesehatan, keamanan, kesetaraan, pendidikan dan waktu luang (Coleman , 2004, hlm. 5). Proyek ini mengacu pada fondasi Buddhis dan komitmen Pemerintah Bhutan untuk mencapai kemajuan nyata menuju operasionalisasi tujuan Kebahagiaan Nasional Bruto. Menggambar proyek-proyek inovatif, bila perlu pada perspektif budaya alternatif diperlukan untuk menginformasikan akuntansi yang mampu memberikan kontribusi asli untuk keberlanjutan.
3
DAFTAR REFERENSI Lamberton, Geoff. 2005. Sustainability accounting—a brief history and conceptual framework. Accounting Forum. 29: 7–26.
4