BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Karakteristik posmo dalam pengembangan ilmu adalah karakteristik sikap
ilmiah dalam memaknai perubahan sosial masyarakat. Untuk memahami percepatan perubahan sosial yang luar biasa membuat kita perlu mencari filsafat, teori, dan pembaharuan pengembangan ilmu yang tepat. Di samping itu mengenali karakteristik posmo tidak hanya untuk mengubah sikap ilmiah, disetujui juga meminta agar substansi telaahnya dikenal baik, dan selanjutnya diolah dengan lebih baik. Studi Geertz di Pare yang disamarkan dengan nama Mojokuto membagi masyarakat menjadi priayi, abangan dan santri mendapat kritik para fungsionalis (yang
positivistik
modern),
sebagai
sinkretis
dengan
mengarahkan
ke
marginalisasi peran Islam, dan dimaknai apakah Islam itu tidak berbahaya. Tetapi interpretasi Geertz tentang priayi, abangan dan santri juga mendapat kritik dari para Muslim sekarang, dengan mendeskontruk paradigm yang dipakai Geertz, menampilkan peran aktif dan Islam yang signifikan. Dengan demikian, bahwa pengembangan ilmu perlu menyadari kerangka fikir filsafatnya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Fokus Posmo Konsep Posmo pertama kali muncul dilingkungan gerakan arsitektur.
Arsitektur modern berorientasi pada fungsi struktur, sedangkan arsitektur posmo berupaya menampilkan makna simbolis dari konstruksi dan ruang. Penulis melihat adanya benang merah pola pikir era modern: yang rasionalistis, yang fungsionalitas, yang interpretif, dan yang teori kritis yaitu: dominannya rasionalitasnya. Dalam komparasi dapat dijumpai: yang positivis membuat generalisasi dari frekuensi dan variansi, yang interpretif membuat kesimpulan generative dari esensi; yang positivis menguji kebenaran dengan uji validitas, yang interpretif menguji truthvoriness lewat triangulasi. Tradisi ilmu sampai teori kritis masih "mengejar" grand theory. Logika yang dikembangkan dalam berilmu pengetahuan masih dalam kerangka mencari kebenaran, membuktikan kebenaran, dan mengonfirmasikan kebenaran. Sejumlah ahli mendeskripsikan posmo sebagai menolak rasionalitas yang digunakan oleh para fungsionalis, rasionalis, interpretif, dan teori kritis. Menurut pencermatan penulis posmo bukan menolak rasionalitas, tetapi tidak membatasi rasionalitas pada yang linier, tidak membatasi pada yang standar termasuk yang divergen, horizontal, dan heterarkis, tetapi lebih menekankan pada pencarian rasionalitas aktif kreatif. Bukan mencari dan membuktikan kebenaran, melainkan men- cari makna perspektif dan problematis; logika yang digunakan adalah logika
unstandard menurut Borcherts (1996), logika discovery menurut penulis (1998), atau logika inquiry menurut Conrad (1993). Rasionalitas modernis yang "mengejar" grand theory dan jabaran- nya, ditolak oleh posmo. Posmo menggantinya dengan perbedaan (differences), pertentangan (opposites), paradoks, dan penuh misteri (enigma) Dalam pola pikir modern, kontradiksi intern merupakan indikator lemahnya suatu atau teori. Dalam era posmo kontradiksi baik intern maupun menjadi suatu pola dapat diterima, buku ini akan tepat digunakan untuk pengembangan pola spesifik posmo. Tata berfikir spesifik yang dianut paradigm posmo yakni: kontradiksi, kontroversi, paradoks, dan dilematis. Paradigma ini lebih melihat realitas sebagai suatu problematis, sebagai selalu yang perlu di inquired, yang selalu perlu didiscovered, sebagai sebuah kontroversial. Bukannya harus tampil ragu, melainkan harus memaknai dan selanjutnya in action. Ber-action sesuai dengan indikator jalan benar. Dalam indikator yang benar, dipertanyakan ‘absolut’ itu dimana? Bagi para sekuler: benar absolut adalah benar secara universal, benar berdasarkan keteraturan semesta. Sedangkan keteraturan semesta sampai millenium ketiga pun masih banyak yang belum terungkap. Beberapa waktu belakangan baru saja teramati bagaimana suatu galaksi terbentuk, baru saja teridentifikasi DNA sebagai intinya gen yang diturunkan, dengan diketemukannya struktur setiap sesuatu dapat dikembangkan tiruan berupa polimer dan lainnya. Bagi yang religius, benar absolut hanya diketahui Allah. Manusia berupaya mengungkap dan memanfaatkan keteraturan semesta untuk kemaslahatan manusia. Posmo dengan logika dan rasionalitas berupaya untuk in action berkelanjutan. Segala yang problematis , yang beragam, yang kontradiksi perlu dipecahkan secara cerdas untuk
menemukan jalan menuju kebenaran. Ilmiah, bagi era modern akan bergerak dari tesis satu ke tesis lain, dan dari teori satu ke teori lain. Ilmiah, bagi era posmo dengan logic of discovery dan logic of inquiry bergerak dari innnovation dan invention satu ke innovation dan invention lain. Kebenaran semesta dapat dipilahkan menjadi dua, yaitu kebenaran keteraturan substantif dan kebenaran keteraturan esensial. Invensi berbagai keteraturan esensial dapat dikreasikan oleh manusia berbagai rekayasa teknologi. Hasilnya dapat luar biasa dan tak terduga, sebagaimana temuan di bidang komputer, temuan DNA, polimer dan lain-lain. Karena itu, inovasi hasil rekayasa teknologi memang tak tergambarkan sebelumnya, dan substansu kebenarannya pun memang belum ada. Meskipun demikian bertolak dari invensi-invensi esensial, imajinasi manusia dapat memprediksikan inovasi masa depan, seperti cerita ilmiah imajinatif pistol laser dari Prins Barin di planet Mars, pesawat ruang angkasa dari Flash Gordon, pembiakan lewat sel, ternyata terbukti dapat direalisasikan. Berbeda dengan rekayasa sosial. Banyak futurolog menampilkan struktur masyarakat atau dinamika masyarakat masa depan, seperti Toffler, Daniel Bell, Naisbitt, atau lainnya. Meskipun menggunakan indikator tertentu, tetap saja akan lebih banyak salahnya daripada benarnya. Dari penjelasan di atas, dapat dijelaskan bahwa ilmu menjadi empat yaitu: temuan basic and advanced research yang umumnya lewat eksperimen laboratori (seperti listrik, sinar gamma, struktur polimer, DNA); kedua, temuan fikir cerdas manusia, umumnya secara deduktif (seperti temuan angka arab, angka 0, sistem desimal, huruf latin, logika); ketiga, temuan rekayasa teknologi, temuan technological and advanced research, yang umumnya lewat eksperimen laboratori
(seperti temuan televisi, komputer, satelit, polimer buatan, operasi jantung); dan keempat, temuan rekayasa sosial (seperti sistem kasta, monarkhi, teori konflik, teori fungsionalisme, teori posmo). Apakah posmo hanya menyangkut rakayasa sosial? Tidak. Dengan mengkonstruksi paradigma genetik jantan-betina, menjadi paradigma lain, ditemukan DNA. Dengan mendekonstruk sistem desimal menjadi sistem digital berkembang software ilmu komputer. Dekonstruksi paradigma sosial, berkembang berbagai teori para futurolog. Dekonstruksi sosial paling banyak, tetapi nampaknya juga yang paling banyak membuat kesalahan prediksi. Makna poststruktural, postparadigmatik akan menjadi semakin menonjol dalam peran berfikir postmodern. Pada era modern, baik positivist maupun postpositivist, para ahli terpusat pada upaya membangun kebenaran dengan mencari tata hubungan rasional-logik, baik secara linier pada positivist, maupun secara kreatif (divergen, lateral, holographik, dan lain-lain) pada postpositivistik. Pada era Postmodern para ahli tidak mencari hubungan rasional-integratif, melainkan menemukan secara kreatif kekuatan momental dari berbagai sesuatu yang saling independen dan dapat dimanfaatkan. Akhir era postposivist menampilkan pemikiran sistematik, sedang awal berfikir postmodern perlu mulai mengembangkan pemikiran sinergik. Berfikir sistemik sekaligus sinergik dapat dilakukan dalam paradigma postmodern. 2.2
THE GREAT INTERPRETER Banyak pihak terus berupaya memperbaiki cara mencari kebenaran
epistemologis. Deduksi spekulatif dikritik; diperbaiki dengan induktif empirikanalitis. Mengadopsi paradigma kuantitatif, ilmu sosial yang dikembangkan
berangkat dari teori spesifik dikritik; diperbaiki dengan pendekatan holistisinterpretif memberangkatkan penelitian dari grass root. Menyadari penerapan konstruk sosial yang tidak adil, pendekatan interpretif dari grass root perlu disempumakan dengan membangun konstruk teori yang lebih berkeadilan. Memahami pemikiran dari grass root membuat kita paham pemikiran mendasar tetapi elementer. Memahamkan grass root untık berpikir maju berdasar conscientiannya perlu, meskipun itu sulit. Feirian, untuk mengajak berpikir maju dari diperlukan wawasan perlu dibangun kerangka teori. Phenomenologikinterpretif diperbaiki dengan Teori Kritis dengan Weltanschauung. Percepatan perubahan, termasuk semakin bertubi-tubinya permasalahan yang muncul, tidak cukup dipecahkán menggunakan rasionalitas modern, baik positivistik maupun pospositivistik. Kita memerlukan paradigma baru, mendekonstruk paradigma lama Itulah posmo. Dari berpikir deduktif spekulatif, diperbaiki menjadi empirik analitis, diperbaiki menjadi holistis empirik dari grass root, diperbaiki dengan membangun konstruk teori yang berkeadilan, dan akhirnya menyambut tuntutan percepatan perubahan diperlukan kita menjadi The Great Interpreter. Siapa "kita" itu? Grass root, ilmuwan, atau siapa? Dari buku Sosiologi Neubeck kita dapat membaca cerita berikut. Craig Miller jatuh dari kelas menengah. Di Kansas Miller menjadi salah satu keluarga yang berbahagia, karena dia bekena di TWA sebagai teknisi dengan gaji kelas menengah. Anaknya masih dapat berimajinasi kepada teman sekolahnya, ketika ada pesawat sedang melintas terbang dengan mengatakan bahwa ayahnya bekerja
di TWA. Tiba-tiba perusahaan penerbangan tersebut mengalami kesulitan sehingga ayahnya diberhentikan. Ketika dia mulai mencari pekerjaan baru, dalam usia 37 tahun, yang tersedia bluecollar job dengan gaji $ 5 per jam, dibanding kerja sebelumnya $ 15.65 per jam. Ayahnya terpaksa menerima pekerjaan sebagai sopir bus sekolah setiap jam 07.00 dan jam 15.00. Di antara jam tersebut bekerja di counter McDonald, yang terpaksa harus mengucapkan “Yes,sir" dan "Thank you, ma'am" kepada anak-anak ingusan yang membelinya. Istrinya pun, Susan, terpaksa harus kerja part time di malam jam. Bila kerja Mr. Miller yang serabutan, ditambah kerja tambahan istrinya, jumlah pendapatamnya kurang dari setengah gajinya di TWA, di samping kehilangan status kelas menengahnya. Hal ini tidak hanya menyangkut keluarga Miller, melainkan banyak sekali pekerjaan di lingkungan industri manufacturing di Amerika Serikat. Dari tahun 1969 hingga 1994 jumlah pekerja subsektor tersebut berkurang 8,3 %. Ratusan ribu pekerjaan manufaktur telah beralih keluar negeri, dan teknologi lebih maju menggantikannya. Memahamkan dan memahami trend perubahan dunia kerja di perlukan siapa pun. Aktif mencari informasi dan memahami perubahan menjadi penting untuk siapa pun. Data berikut adalah data di Amerika Serikat. Penulis tata jangka waktunya sesuai pola negara agraris, beralih ke negara industri, industri massive, sampai ke pasca industri. Trend tenaga kerja sektor primer terusturun, dari 65% (1850), 50% (1865), 35% (1905), 15% (1945), 4% (1967), dan sejak 1980 cenderung stabil pada angka 2%. Trend tenaga kerja sektor sekunder 17% (1850), 25% (1865), 32% (1905), dan fluktuatif dalam mode 35% (dari 1920-1965),
selanjutnya mulai menurun menjadi 30% (1978), dan sekarang menjadi 20%. Trend sektor tersier memiliki garis linier persis terbalik dari sektor primer. Dari 17% (1850), 35% (1905), 45% (1925), 65% (1978), dan menjadi 75 % (1990). Sistem informasi tenaga kerja lebih terperinci juga dapat diperoleh di Amerika Serikat. Dengan data semacam itu Mr. Miller kedua, ketiga, dan lebih banyak lagi antargenerasi jangan terjadi, karena yang bersangkutan dan juga masyarakat dapat mengantiispasi. Bahwa krisis moneter di Muangthai, Indonesia, dan Korea Selatan tahun 1997, dan juga gempa bumi besar di Osaka yang berdampak luas, memang di situlah terbatasnya daya prediksi ilmuan. Tugas siapa yang membuat prediksi perubahan-perubahan seperti itu? Apakah Miller salah atau kebijakan politik perubahan? Bila Miller tahu bahwa teknologi manufacturing pesawat terbang akan segera berganti, dia menyiapkan diri dengan meningkatkan pergetahuan sesuai teknologinya mungkin dia bisa selamat. Tetapi apakah sesederhana itu? Dan teknologi lebih maju dan memerlukan buruh lebih sedikit. Saat komputer mulai digunakan dalam sekretaris pekerja, semula orang risau akan terjadi pengurangan sekretaris. Ternyata sekretaris lebih banyak dibutuhkan, karena dengan komputer layanan semakin dapat mendukung dan diintensifkan. Cukup kompleks. Oleh karena itu, pada era posmo sosok masa depan sebagai produk invensi manusia dalam basic research dan produk inovasi manusia dalam membuat rekayasa teknologi dan rekayasa sosial menjadi semakin sulit digambarkan. Sosok teknologi dan gambar kehidupan manusia harus aktif kita interpreti dan kita harus selalu kreatif mendekonstruk paradigma pemikiran kita. "Kita" sebagai individu dan
mengutamakan kehidupan manusia perlu mengembangkan karakteristik posmo dalam berilmu pengetahuan. 2.3
Pendekatan Postmo (Pendekatan Dekonstruktif) Muhadjir (2000) menggunakan istilah yang dapat saling dipertukarkan,
yakni postmodern dan dekonstruksi. Berpikir posmo pada hakikatnya adalah berpikir dekonstruksi, demikian juga sebaliknya. Pendekatan yang digunakan, adalah pendekatan dekonstruksi karena karakteristik teoretik metodologik paling dasar dan esensial dari postmodern, poststruktural dan postparadigmatik adalah mendekonstruksi. Berikut Pendekatan dekonstruktif dalam paradigm Postmo: 1. Daniel Bell : Masyarakat Pasca- Industri Berkembangnya pendekatan postmodern memang berangkat dari kenyataan perkembangan iptek yang luar biasa cepatnya dengan dampaknya pada ekonomi, sosial, dan politik yang akhirnya terjadi pergeseran orientasi budaya manusia masyarakat pascaindustri. Bell membagi masyarakat menjadi 3 bagian, yaitu: a. Struktur
sosial
(menyangkut
sistem
ekonomi,
teknologi,
okupasional) b. Polity (mengatur distribusi kekuasaan dan penyelesaian konflik kepentingan kelompok dan individu) c. Budaya (wadah ekspresi simbolisme dan makna) Konsep dasar masyarakat pascaindustri adalah perubahan struktur sosial, yaitu perubahan dalam struktur ekonomi, teknologi dan okupasional. Meskipun struktur sosial, budaya, dan polity ada dan saling
mempengaruhi, tetapi apabila ada satu perubahan pada salah satu hal akan menimbulkan masalah bagi yang lain. Deskripsi Daniel bell berfokus pada dua dimensi, yaitu sentralitas ilmu teoritis dan ekstensi jasa professional. Bell menampilkan konsep sektor jasa umum, dagang, dan sosial sebagai sektor tersier dalam posmo berkembang menjadi: a. sektor tersier (jasa umum) b. sektor kuarter (jasa real estate dan leasing) c. sektor kuiner (jasa ilmiah dalam kedokteran dengan teknologi canggih dan research) 2. Culture Shift Inglehart Inglehart memilahkan materialist values dan postmaterialist values. Tujuan-tujuan berikut dipandang sebagai ekspresi atau aktualisasi materialist/ postmaterialist value. a. Materialist Values (klater pertama) : ketertiban nasional, stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, memiliki militer yang kuat, stabilitas ekonomi dan kriminalitas minim. b. Postmarialist Values (klaster kedua) : hak bicara rakyat atas keputusan pemerintah, hak kebebasan bicara, hak bicara atas dunia kerjanya dan lingkungan masyarakatnya, membuat kota dan desanya lebih nyaman, membuat kehidupan masyarakat lebih ramah, dan lebih menghargai ide daripada uang 3. Charles Handy : The Age of Unreason
The Age of Unreason (1991) merupakan buku tulisan Charles handy. Handy berfokus terhadap kasus-kasus kecil dengan pemaknaan kreatif tak terduga. Pemikiran ini menjadikan pemikiran orang, prediksi orang tentang kasusnya diakui benar, sedangkan cara pemikiran dan prediksinya tidak lazim. Sifat kreatif tidak terduga, pandangan bahwa kita adalah pencipta masa depan, dan ciptaan kita itupun tidak dapat kita perkirakan, itulah sekian sifat dari postmodernisme. 4. Poststrukturalis Derrida Jacques Derrida (1930) dikenal sebagai tokoh dekontruksi studi sastra yang pertama. Dalam jangka panjang, studi sastra hanya mengenal strukturalisme positivistik (linguistic modern) dari Ferdinand de Saussere. Bagi Derrida symbol ataupun tanda itu bersifat arbriter, pemaknaannya tidak bersifat logosentris. Postmodern merajut implikasi poststrukturalis dalam 3 core, yaitu : pencerahan ilmu (kebenaran), aesthetic (keindahan) dan moralitas (kebaikan). Para postrukturalis sependapat dengan strukturalis bahwa semua unsur dalam bahasa itu mempunyai makna, tetapi makna itu berkembang terus dalam sejarah perubahan. Jika bahasa secara konstan berubah terus maknanya, bagaimana seseorang dapat menjamin kemungkinan benarnya penafsiran. Dengan demikian, segala sesuatu merupakan bagian dari perubahan dinamis termasuk makna teks. Postrukturalis 5. Postmodernisme Loytard Jean- Francois Loytard (1942) dikenal sebagai tokoh yang pertama kali mengenalkan konsep postmodernisme dalam filsafat. Istilah
postmodern sudah lama dipakai dalam dunia arsitektur. Posmo menolak ide otonomi estetik dari modernis, hierarki, genealogis, kontinuitas dan perkembangan. Posmo berupaya mempresentasikan yang tidak dapat dipresentasikan oleh modernisasi. Dominasi luar biasa dari technoscience dalam kebudayaan melewati kebutuhan manusia. Sehingga technoscience memperburuk krisis kemanusiaan, demikian Loytard berpendapat. 6. Dekonstruksi Studi Islam Dekonstruksi An Na’im Menurut penafsiran An Na’im ayat-ayat Makkiyah adalah ayatayat universal, yang menyerukan moral universal Islam. Adapun ayat-ayat Madaniyah turun karena seruan moral universal Islam belum dapat direalisasikan, diperlukan pengaturan-pengaturan yang menyesuaikan dengan kondisi waktu pemerintahan di Madinah dijalankan. Dalam seruan moral universal Islam bersifat kosmopolit, tidak ada diskriminasi etnik, keyakinan beragama, dan juga gender. Bilal yang hitam pekat salah satu sahabat dekat Rasulullah. Pendidikan bersifat kosmopolit, kafah: siapa pun dapat belajar, dan para tawanan perang dapat dibebaskan setelah mengajar tulis-baca pada sekian Muslim. Dari kehidupan masa jahiliyah, wanita yang sama sekali tidak dihargai menghadapi seruan universal Islam ternyata tidak segara direalisasikan. Wanita masih terseokseok dan masih memperoleh hambatan untuk dapat memerankan sederajatan. Saat di Madinah ketertinggalan wanita masih sangat terasa, sehingga
muncullah
ayat-ayat
Madaniyah
yang
menjadi
mendiskriminasikan wanita: wanita tidak boleh memimpin, untuk menjadi
saksi wanita perlu ada dua, adapun laki-laki cukup satu, hak waris pria dengan wanita berdanding dua dengan satu. Awal di Madinah Rasulullah Saw memercayai semua warga Madinah. Ternyata orang Yahudi menghianati, sehingga muncul perlakuan yang berbeda antra Muslim dan non-Muslim. a.
Tafsir Nasaks-menasakh Dalam pandangan An Na’im, pada periode hijrah ke Madinah, ayat-
ayat Makkiyah perlu dinasaks atau ditunda, diganti, dan ayat-ayat Madiniyah menasakhnya. Pada era sekarang di mana kehidupan lebih terbuka, demokrasi dapat berjalan, dan wanita telah mampu tampil dalam kesederajatan maka ayat-ayat Madaniyah perlu dinasakh, dan ayat-ayat Makkiyah perlu menasaks kembali dengan seruan moral universal Islam. Pemerintah Islam Andalusia abad ke-8 M dapat bertahan selama 6 abad sampai abad ke-13 M di bumi Eropa yang Katholik, karena kosmopolitnya pemerintah Islam Andalusia: melindungi yang Katholik dan Yahudi. b. Tafsir Pengembangan-Penundaan Sejumlah The Wisdom of Allah Dalam salah satu ujian disertasi terungkap bahwa yang mengenal nasakh-menasakh hanyalah Fakultas Syari’ah, fakultas lainnya tidak mengenal. Artinya, nasakh-menasaks itu sebatas konsekuensi hukum syar’i. Maka dalam kuliah epistemologi berbagai program studi aqidahfilsafat, hukum islam, dan pendidikan Islam nasakh-menasakh penulis ganti dengan pengembangan bertahap atau penundaan sejumlah ayat dan
sejumlah hadis qudsi(hadis yang disabdakan oleh Rasulullah Saw atas petunjuk wahyu(sekaligus mengganti istilah tasyri’: hadis berdasar wahyu dan mempumyai konsekuensi syar’i) c.
Pengembangan Bertahap Larangan minum khomer mengalami pengembangan bertahap.
Mulai dari boleh minum khomer asal tidak sedang mau shalat; dan pada akhirnya minum khomer dilarang, haram. d.
Penundaan Pada saat sekitar masa hijrah ke Madina, wanita belum dapat
berperan aktif dengan kemampuan sederajat. Saat A’isyah istri kesayangan Rasulullah Saw diperkenankan menjadi panglima perang, banyak fitnah terjadi. Masyarakat Arab belum siap mendudukkan peran wanita seperti itu. Posisi wanita yang berbeda pada era hijrah ke Madinah terpaksa didiskriminasikan menjadi wanita tidak boleh memimpin, hak waris wanita setangah hak pria. 2.4
Postparadigmatik
Masa Depan Tak Dapat Diprediksikan Logika klasik menampilkan all are completely infinite. Hilbert menawarkan 2 dua program untuk mengatasi berpikir infinite menjadi berpikir infinite matematik dengan proof theory, dengan berpikir finite nonmatematik dengan paradigma. Ilmuan mutakhir mulai berpikir bahwa paragidma mana pun yang ada perlu dikritisi sekaligus dikreatifi secara cerdas dan bijak untuk siap didekontruksi, sekaligus dikosntruk paradigma baru yang tetap terbuka pada kritik dan kreasi baru masa depan, membuat paradigma baru menjadi postparadigmatik.
1.
The Age of Unreason Foucault mendeskripsikan perubahan yang tak dapat diduga (perubahan
dalam kegilaan) dengan istilah yang disalin ke bahasa Inggris unreason. Charles Handy pemikir pragmatik menyajikan buku dengan judul The Age of Unreason yang implementasinya menjadi berupaya untuk selalu kreatif, hukum sebab akibat yang linier tak dapat digunakan lagi. The future is to be shaped by us and for us, demikian charles handy. Posmodernisme memprediksikan indeterminate future events. Itu telaah sosial kehidupan masyarakat. 2.
Discontinuity Sejarah Foucault dalam bukunya Archeology of Knowledge (1969) sebagai poskrip
teoretis dari buku-bukunya terdahulu antara lain mengetangahkan bahwa sejarah adalah telaah continuity pemikiran dari periode ke periode lain. Dalam buku metodologi penelitian kualitatif Edisi III tahun 1993 telah diperkenalkan pola pikir morfogenetis, yaitu pola pikir bahwa perkembangan itu dapat linier atau nonlinier, dapat berlangasung berkelanjutan ataupun tak berkelanjutan. 3.
Discontinuity Alam Juga Terjadi Dari sisi proses alam pun, penulis mengetengahkan tetang proses menjadi;
substansinya belum ada, tetapi proses berdasar ketundukan pada hukum-hukum keteraturan alam semesta pun dapat diprediksikan bahwa proses menjadi pada waktunya akan dapat muncul substansi baru. Tiu yang telah dapat diprediksikan. Kreativitas manusia memanfaatkan hukum keteraturan alam semesta, ternyata mampu mengembangkan proses menjadi berlian yang memerlukan proses berjuta
tahun, dapat dibuat imitasi hukum proses menjadi berlian dalam industri, sehingga dapat diciptakan industri berlian. Para ahli berlian di New York belum berhasil mengidentifikasi beda berlian alami dengan berlian industri. Terbukti indeterminate future events tidak hanya sebatas proses kehidupan sosial, dan terbukti dapat terjadi juga pada proses kealaman. Discourses Untuk pengembangan ilmu masa depan Foucault menyodorkan penggunaan discourses sebagai metode pengembangan ilmu masa depan. 1.
Discourses sebagai Wacana Discourses merupakan wacana berdiskusi antarbanyak ide, banyak orang,
dengan banyak cara untuk mendiskusikan konsep filsafat, konsep teoretis, sampai konsep pragmatik dengan tujuan mengkonstuk kembali atau rekonseptualisasi yang ada. 2.
Discourses Foucauldian Discourses Foucauldian memang banyak mengajak diskusi atas banyak ide,
banyak ahli, dan banyak cara, dan berupaya mengkonstruk konsep filosofis, konsep teoretis, atau konsep pragmatik yang lebih diidealkan; lebih diidealkan dalam makna moral, dalam makna teoretis, ataupun dalam makna pragmatis, berupaya untuk menyepakati konsep yang ideal. 3.
Tafsir Nasakh-Menasakh Dalam studi islam, diajarkan untuk jangan memikirkan DzatKu Allah.
Membayangkan Tuhan seperti apa dalam Islam dilarang. Banyak sekali hikmahnya Rasulullah menyatakan bahwa beliau tidak tahu yang gaib, kecuali diberitau sedikit oleh Allah. Membuat rekaan tantang yang gaib dapat
menyesatkan
umat. Dengan demikian, dekonstruksi dan pengembangan
paradigma samapi porstparadigmatik Islam perlu mengacu pada kawasan ilmiah studi Islam.
BAB III PENUTUP 3.1
Simpulan Konsep Posmo pertama kali muncul dilingkungan gerakan arsitektur.
Arsitektur modern berorientasi pada fungsi struktur, sedangkan arsitektur posmo berupaya menampilkan makna simbolis dari konstruksi dan ruang. Berpikir posmo pada hakikatnya adalah berpikir dekonstruksi, demikian juga sebaliknya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan dekonstruksi karena karakteristik teoretik metodologik paling dasar dan esensial dari postmodern, poststruktural dan postparadigmatik adalah mendekonstruksi. Paragidma mana pun yang ada perlu dikritisi sekaligus dikreatifi secara cerdas dan bijak untuk siap didekontruksi, sekaligus dikosntruk paradigma baru yang tetap terbuka pada kritik dan kreasi baru masa depan, membuat paradigma baru menjadi postparadigmatik.