Ppt Referat Anestesi .pptx

  • Uploaded by: Desi Purnamasari Yanwar
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ppt Referat Anestesi .pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,437
  • Pages: 23
PENATALAKSANAAN ANESTESI PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN GINJAL DESI PURNAMSARI Y/ 03014047

PENDAHULUAN ◦ Ginjal memerankan berbagai fungsi tubuh yang sangat penting bagi kehidupan, yakni menyaring (filtrasi) sisa hasil metabolisme dan toksin dari darah serta mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit yang kemudian dibuang melalui urine ◦ Banyak obat-obatan yang biasanya digunakan selama anestesia yang setidaknya sebagian tergantung pada ekskresi ginjal untuk eliminasi. Dengan adanya kerusakan ginjal, modifikasi dosis harus dilakukan untuk mencegah akumulasi obat atau metabolit aktif ◦ ◦ Referat ini akan mendiskusikan tentang pendekatan dan perhatian terhadap penatalaksanaan anestesi umum pada pasien dengan gangguan ginjal

ANATOMI GINJAL ◦ Berada di rongga abdomen, berada di belakang peritoneum, dan terletak di kanan kiri kolumna vertebralis sekitar vertebra T12 hingga L3 ◦ potongan frontal ginjal, ditemukan dua lapisan ginjal di distal sinus renalis, yaitu korteks renalis (bagian luar) yang berwarna coklat gelap dan medulla renalis(bagian dalam) yang berwarna coklat terang ◦ Vaskularisasi

FISIOLOGI GINJAL ◦ Ginjal memerankan berbagai fungsi tubuh yang sangat penting bagi kehidupan, yakni menyaring (filtrasi) sisa hasil metabolisme dan toksin dari darah serta mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit yang kemudian dibuang melalui urine ◦ Beberapa fungsi ginjal: ◦ ◦ ◦ ◦ ◦ ◦ ◦ ◦ ◦

Regulasi volume dan osmolalitas cairan tubuh Regulasi keseimbangan elektrolit Regulasi keseimbangan asam basa Ekskresi produk metabolit dan substansi asing Fungsi endokrin Partisipasi dalam eritropoiesis Pengatur tekanan arteri Pengaturan produksi 1,25-dihidroksi vitamin D3 Sintesa glukosa19,20

PENYAKIT GINJAL ◦ Penyakit ginjal adalah keadaan dimana ginjal tidak bekerja sebagaimana mestinya dengan berbagai sebab.

GAGAL GINJAL AKUT ◦ suatu sindrom klinik akibat adanya gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara mendadak, dalam hitungan jam hingga beberapa hari, yang menyebabkan retensi sisa metabolisme nitrogen (urea-kreatinin) dan non-nitrogen, dengan atau tanpa disertai oliguri. ◦ kadar kreatinin serum meningkat sebanyak 0.5mg/dl/hari dan kadar nitrogen urea dalam darah sebanyak 10mg/dL/hari dalam beberapa hari

GAGAL GINJAL KRONIS ◦ Penyakit ginjal kronik adalah suatu kondisi kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 - 10 bulan atau lebih berupa laju filtrasi glomerulus (LFG) yang kurang dari 60mL/menit/1,73m2 dengan atau tanpa kerusakan ginjal (PERMENKES RI No.812 Tahun 2010).

EVALUASI FUNGSI GINJAL ◦ Laju filtrasi glomerulus ◦ Normalnya, nilai LFG pada laki-laki muda normal adalah 125 ± 15 mL/menit/1,73m2 sedangkan pada perempuan muda normal adalah 110 ± 15 mL/menit/1,73m2 .



◦ ◦

[( 140 – umur ) x BB]

CrCl = --------------------------72 x kreatinin plasma

◦ Untuk wanita, persamaan tadi dikali dengan 0,85 untuk mengkompensasi perbedaan kecil pada massa otot. ◦ Konsentrasi serum kreatinin memerlukan 48-72 jam untuk menyeimbangkan pada level baru yang berhubungan dengan perubahan akut pada GFR

◦ BUN (Blood Urea Nitrogen) ◦ Konsentrasi BUN normal adalah 10 – 20 mg/dl

◦ BUN adalah berhubungan langsung dengan katabolisme protein dan berhubungan terbalik dengan GF

◦ Serum kreatinin ◦ Kreatinin adalah produk dari metabolisme otot yang tanpa enzim dikonversi ke kreatinin. ◦ Konsentrasi kreatinin serum berhubungan langsung dengan massa otot tubuh tapi berkebalikan dengan GF

◦ BUN : Rasio kreatinin ◦ Aliran yang rendah dari tubulus ginjal membantu reabsorpsi urea namun tidak mempunyai efek pada ketetapan kreatinin. Sebagai hasil, rasio BUN terhadap kreatinin serum meningkat diatas 10:1.

◦ Creatinin clearence ◦ menilai secara klinik keseluruhan fungsi ginjal. ◦ Mild renal impairment berdasarkan CrCl 40-60 mL/min. Clearances antara 25 dan 40 mL/min membentuk disfungsi renal moderate dan hampir biasanya menyebabkan simptom. CrCl kurang dari 25 mL/min merupakan indikasi dari gagal ginjal.

◦ Urinalisis ◦ evaluasi fungsi renal. ◦ Urinalisis rutin termasuk pH,berat jenis(BJ), deteksi dan kuantitas glukosa, protein, bilirubin dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sedimen urin.

PERUBAHAN FUNGSI GINJAL DAN EFEKNYA TERHDAPAT AGEN-AGEN ANESETSI ◦ Banyak obat-obatan sebagian tergantung pada ekskresi renal untuk eliminasi. Sehingga modifikasi dosis harus dilakukan untuk mencegah akumulasi obat atau metabolit aktif. Agen intravena

Propofol, etomidate

Tidak ada efek signifikan

barbiturat

Peningkatan sensitivitas selama induksi

Ketamin

Potensi akumulasi pada gagal ginjal

benzodiazepin

Penigkatan sensitivitas pada pasien hipoalbuminemia

Agen antikolinergik

Potensi akumulasi bila dosis diulang

Phenothiazines, H2 Blockers

Agen inhalasi Agen volatile

Eliminasi tidak tegantung ginjal Enflurane dan sevoflurane tidak disarankan pada pasien penyakit ginjal karena potensi akumilsi fluoride

Nitrous Oxide

Dibatasi dgn tujuan meningkatakna oenggunaan 02 pada keadaan anemiai

Pelumpuh otot Succinyl choline

aman pada gagal ginjal, dengan konsentrasi serum kalium kurang dari 5 mEq/L pada saat induksi

Cisatracurium, atracurium & Mivacurium

obat pilihan untuk pelumpuh otot pada pasienpasien dengan gagal ginjal.

Vecuronium & Rucoronium

Eliminasi dari vecuronium secara primer ada di hati,

Pancuronium, Pipecuronium, Alcuronium, & Doxacurium

tergantung terutama pada ekskresi renal (6090%).

Metocurine, Gallamine & Decamethonium

tergantung pada ekskresi ginjal untuk eliminasi dan harus dihindari peng gunaannya dari pasien dengan gangguan fungsi ginjal.

Obat-obat Reversal

-Ekskresi ginjal adalah rute utama eliminasi bagi edrophonium, neostigmine & pyridostigmine -Waktu paruh pada pasien gang. Ginjal menanjang

Anestesi pada pasien dengan gagal ginjal dengan pertimbangan pre operasi ◦ Evaluasi preoperatif ◦ Berhubungan dengan komplikasi post operatif atau trauma ◦ Gagal ginjal akut adalah penurunan fungsi ginjal secara cepat yang menghasilkan penumpukan dari sampah nitrogen (azotemia). ◦ Evaluasi fisik dan laboratorium harus di fokuskan pada fungsi jantung dan pernafasan

◦ EKG harus diperiksa secara hati-hati sebagai tanda-tanda dari hiperkalimia atau hipokalimia ◦ Waktu perdarahan dan pembekuan dianjurkan, khususnya jika ada pertimbangan regional anestesi.

Obat yang berpotensial berakumulasi secara signifikan pada pada pasien dengan gangguan ginjal Anticholinergics :

•Atropine, Glycopyrrolate

Muscle relaxants :

•Metocurine, Gallamine, Decamethonium, Pancuronium, Pipecurium, Doxacurium, Alcuronium

H2 reseptor antagonists :

•Cimetidine, Ranitidine

Calcium Channel antagonis :

• Nifedipine, Diltiazem

β – Adrenergic blockers :

•Propanolol, Nadolol, Pindolol, Atenolol

Anti Hipertensi :

• Clonidine, Methyldopa, Captporil, Enalapril, Lisinopril, Hydralazine, Nitroprusside (Thiocyanate)

Antiarrhytmics :

• Procainamide, Disopyramide, Bretylium, Tocainide, Encainide (Genetically determined)

Bronchodilators : Psychiatric : Antibiotics :

Anticonvulsants :

• Terbutalline •Lithium •Penicillins, Cephalosporin, Aminoglycosid, Tetracycline, Vancomycin

•Carbamazepine, Ethosuximide, Primidone

ANESTESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL ◦ Evaluasi preoperatif

◦ Manajemen periope yang direncanakan untuk mengoptimalkan elektrolit, metabolisme, dan status volume. ◦ Dialisis sehari sebelum operasi ◦ Pentingnya menjaga euvolemia ◦ Evaluasi fisik dan laboratorium harus di fokuskan pada fungsi jantung dan pernafasan ◦ Terapi obat preoperatif diberikan secara hati-hati pada obat yang dieliminasi di ginjal. Penyesuaian dosis dan pengukuran kadar darah (jika memungkinkan) dibutuhkan untuk mencegah toksisitas obat.

◦ Premedikasi

◦ Tujuan : sedasi adekuat tanpa menyebabkan depresi cardiovascular dan respiratori ◦ Pada pasien yang relatif stabil dan sadar -> pengurangan dosis dari opioid atau benzodiazepin. ◦ Profilaksis untuk aspirasi = H2 blocker ◦ Metoclopramide, 10 mg secara oral atau tetes lambat intra vena-> mempercepat pengosongan lambung, mencegah mual dan menurunkan resiko aspirasi. ◦ Pengobatan preoperatif terutama obat anti hipertensi harus dilanjutkan sampai pada saat pembedahan.

◦Intraoperatif ◦ Monitoring ◦ Prosedur pembedahan membutuhkan perhatian pada kondisi medis secara menyeluruh. Karena bahaya dari adanya oklusi, tekanan darah sebaiknya tidak diukur dari cuff pada lengan dengan fistula arteriovena. ◦ Untuk operasi yang banyak kehilangan cairan atau darah, pemantauan urin output dan volume intravaskular sangat pentin ◦ diusahakan pencapaian urin output lebih besar dari 0,5 mL/kgBB/jam.

◦ Induksi ◦ Dosis dari zat induksi harus dikurangi untuk pasien yang sangat sakit. Thiopental 2-3 mg/kg atau propofol 1-2 mg/kg sering digunakan. Etomidate, 0,2-0,4 mg/kg dapat dipertimbangkan pada pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil. ◦ Opioid, beta-bloker (esmolol), atau lidokain bisa digunakan untuk mengurangi respon hipertensi pada intubasi. ◦ Succinylcholine, 1,5 mg/kg, bisa digunakan untuk intubasi endotrakeal jika kadar kalium darah kurang dari 5 meq/L. ◦ Rocuronium (0,6mg/kg),cisatracurium (0,15 mg/kg), atracurium (0,4 mg/kg) atau mivacurium (0,15 mg/kg) dapat digunakan untuk mengintubasi pasien dengan hiperkalemia

◦ Pemeliharaan ◦ mengkontrol hipertensi dengan efek minimal pada cardiac output, karena peningkatan cardiac output merupakan kompensasi yang prinsipil dalam mekanisme anemia. ◦ Anestesi volatil, nitrous oxide, fentanyl, sufentanil, alfentanil, dan morfin dianggap sebagai agen pemeliharaan yang memuaskan. ◦ Anestesi volatil, nitrous oxide, fentanyl, sufentanil, alfentanil, dan morfin dianggap sebagai agen pemeliharaan yang memuaskan. ◦ Nitrous oxide dan jangan digunakan pada pasien dengan konsentrasi hemoglobin yang sangat rendah (< 7g/dL) untuk pemberian 100% oksigen.

◦ Terapi cairan ◦ Operasi superfisial melibatkan trauma jaringan yang minimal memerlukan penggantian cairan dengan 5 % dekstrosa dalam air. Prosedur ini berhubungan dengan kehilangan cairan yang banyak atau pergeseran yang membutuhkan kristalloid yang isotonik, koloid, atau keduanya. ◦ Ringer laktat sebaiknya dihindari pada pasien hiperkalemia yang membutuhkan banyak cairan.

◦ Terapi Cairan ◦ Perhatikan jika ditemukan pemberian cairan yang berlebihan, namun masalah biasanya jarang dengan pasien yang urin outputnya cukup. Maka perlu dilakukan pemantauan pada urin outputnya, jika cairan yang berlebihan diberikan maka akan menyebabkan edema atau kongestif paru yang lebih mudah ditangani daripada gagal ginjal akut.

◦ Post operatif ◦ Tujuan : pemeliharaan normovolemia, kestabilan sistem kardiovaskular, oksigen tambahan untuk mengimbangi kadar hemoglobin yang rendah, dan analgesik yang tepat. ◦ Infus dengan campuran dosis rendah anastesi lokal dan opioid memberikan pengurangan nyeri yang terbaik ◦ NSAIDs harus dihindari pada pasien ini disebabkan potensial renal toxicity dan erosi traktus gastrointestinal

Related Documents

Referat Si_.pptx
November 2019 5
Anestesi
November 2019 48
Ppt Referat Terbaruu.pdf
October 2019 12
Ppt Referat Anak Final.pptx
December 2019 14

More Documents from "Destin Marseli"

Case 3 Hiperbilirubin.docx
November 2019 26
Case 1 Brpn, Pertusis.docx
December 2019 29
Tata Laksana Konstipasi.docx
December 2019 26
Pemeriksaan Fisik Anak
November 2019 35
Case 2 Talassemia.pptx
December 2019 29
Brpn.docx
November 2019 22