Case 2 Talassemia.pptx

  • Uploaded by: Desi Purnamasari Yanwar
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Case 2 Talassemia.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,047
  • Pages: 56
LAPORAN KASUS SEORANG ANAK PEREMPUAN DENGAN PERTUSIS

Pembimbing : dr. Arifiyah, Sp.A Disusun oleh : Desi Purnamsari Yanwar 030.14.047

IDENTITAS PASIEN DAN ORANG TUA/WALI

DATA

PASIEN

AYAH

IBU

Nama

An. P

Tn. M

Ny. K

Umur

14 tahun

45 tahun

42 tahun

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki

Perempuan

Alamat

Bandung, Kec. Tegal Selatan

Agama

Islam

Islam

Islam

Suku Bangsa

Jawa

Jawa

Jawa

Pendidikan

-

SD

SD

Pekerjaan

-

Buruh

IRT

Penghasilan

-

 Rp. 2.500.000,-/bulan

-

Keterangan

Hubungan orangtua dengan anak adalah anak kandung

Asuransi

BPJS PBI

No. RM

944453

Anamnesis

Keluhan utama Lemas sejak 2 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien tampak pucat, mudah letih, dan malas untuk beraktifitas Pasien juga mengegluh demam sejak 2 hari SMRS, demam naik turun, batuk dan pilek (+), Perut terasa penuh dan membesar, nafsu makan ↓, BAB hitam (-), BAK merah (-), Anak mudah sakit, dan tidak selincah anakanak seusianya. Riwayat mimisan atau perdarahan (-), lebam-lebam pada tubuh (-)

Riwayat penyakit dahulu dan yang pernah diderita • Sering menderita demam dan ISPA •

Tidak pernah dirawat di RS

Riwayat Penyakit Keluarga ◦ Tdak ada yang menderita gejala yang sama seperti yang dialami oleh pasien ◦ Tidak ada anggota keluarga yang menderita ppenyakit kelainan darah atau thalsemmia

Riwayat konsumsi obat

Riwyat sosial ekonomi

Penghasilan :  Rp. 2.500.000,/bulan. Dengan penghasilan yang tidak menetap

Kesan: Riwayat sosial ekonomi kurang baik.

Morbiditas kehamilan

Kehamilan Perawatan antenatal

Tempat persalinan Penolong persalinan Cara persalinan Masa gestasi

Kelahiran Keadaan bayi

Anemia (-), hipertensi (-), diabetes melitus (-), penyakit jantung (-), penyakit paru (-), merokok (-), infeksi (-), minum alkohol (-)

Rutin kontrol ke bidan 1 kali setiap bulan. Riwayat imunisasi TT (+) 2 x, konsumsi suplemen selama kehamilan (-), riwayat minum obat tanpa resep dokter dan jamu (-)

Klinik Bidan Bidan Spontan Pervaginam Cukup bulan (9 bulan) Berat lahir: 3200 gram Panjang lahir: 42 cm Lingkar kepala : (orangtua pasien tidak ingat) Keadaan lahir : Langsung menangis kuat,tidak pucat dan tidak biru Air ketuban : Jernih Nilai APGAR: (orangtua pasien tidak ingat) Kelainan bawaan: (-)

Kesan : Riwayat perawatan antenatal cukup baik, riwayat morbiditas/penyulit tidak ada, Neonatus aterm, lahir spontan pervaginam, air ketuban jernih, bayi dalam keadaan bugar.

◦ Riwayat Pemeliharaan Postnatal ◦ Pemeliharaan setelah kelahiran dilakukan di Puskesmas dan Posyandu sebulan sekali dan anak dalam keadaan sehat.

◦ Corak Reproduksi Ibu ◦ Ibu P1A0, pasien adalah pertama dan satu-satunya

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Crossectional : Berata badan sekarang : 31kg Tinggi badan sekarang : 142cm Longitudinal : ∫Berat badan 1 bulan yll : 29kg Berat badan sekarang : 31kg Tinggi badan 1 bulan yll : 142cm Tinggi bdan sekarang : 142cm

- Motorik Kasar : - Motoric halus : - Komunikasi/berbicara : interaksi dengan teman sekolah baik - Personal sosial : pasien bias mengikuti pelajaran di sekolah

Pubertas - Rambut pubis : Std I Tanner (Tidak ada) - Payudara : Std II Tanner (bakal payudara dan papil sedikit menonjol) Diakatakan pubertas – tingkat II Tanner - Menarche : (-)

Riwayat Makan dan minum Umur (bulan)

ASI/PASI

0–2

Buah/ Biskuit

Bubur Susu

Nasi Tim

ASI

-

-

2–4

ASI + Susu formula

-

-

4–6

-

+

-

-

6-8

-

-

-

-

8 – 10

-

-

+

10 - 12

-

+

Kesan: Pasien masih mengkonsumsi ASI ekslusif

+

FOOD

RECALL

Jenis makanan

Frekuensi

Jumlah

Nasi/pengganti

3x/hari

2 centong nasi

Sayur

1 kali sedikit

1 mangkok kecil

Daging

1 kali/minggu

1 potong

Telur

2 kali

Ikan

1 kali

Tahu

1 kali

Tempe

1 kali/hari

potong

Susu

2 kali/hari

2 gelas

Riwayat imunisasi VAKSIN BCG DTP/ DT POLIO CAMPAK HEPATITIS B

ULANGAN

DASAR (umur)

(umur)

1 bulan

2 bulan

3 bulan

4 bulan

-

2 bulan

3 bulan

0 bulan

2 bulan

3 bulan

-

-

-

Lahir

2 bulan

3 bulan

4 bulan

2 bulan

3 bulan

4 bulan

Hib Kesan: Imunisasi dasar pasien lengkap

-

-

-

4 bulan

-

-

4 bulan

-

-

-

-

-

-

-

-

9 bulan

Riwayat pernikahan Ayah

Ibu

Nama

Tn. M

Ny. K

Perkawinan ke-

1

1

Umur saat menikah

31 tahun

28 tahun

Pendidikan terakhir

SD

SMP

Suku

Jawa

Jawa

Agama

Islam

Islam

Keadaan kesehatan

Sehat

Sehat

Kosanguinitas

-

-

PEMERIKSAAN FISIK 11 Maret 2019, pukul 10.00 WIB, di Ruang PICU RSU Kardinah Tegal

Keadaan Umum

Tanda Vital

• Kesadaran : Compos Mentis • Kesan : tampak sakit sedang, tampak lemah • Kesan gizi : kesan gizi kurang • Perawakan pendek

• Tekanan darah : • Nadi : 98x/menit reguler • Laju nafas : 20 x/menit • Suhu : 36,4 oC, Axilla

Data Antropometri • Berat badan sekarang : 29 kg • Tinggi badan sekarang : 142 cm • Lingkar kepala : 55 cm

Kulit

warna kulit sawo matang, pucat (-), sianosis (-), ikterik (-), ptekie(-)

Kepala

Normocephali Rambut Wajah Mata

Status Generalis

Hidung

Telinga Mulut

Leher Paru

Simetris, tidak terdapat pembesaran KGB Inspeksi

Palpasi Perkusi Auskultasi

Hitam, Tidak mudah di cabut Facies cooley (penonjolan maksila dan tulang pipi) Conjunctiva anemis (-/-),sklera ikterik(-/-), mata cekung (-), jarak kedua mata terlihat lebar Pangkal hidung terlihat masuk, deviasi (-), sekret (-/-), napas cuping hidung (-) Normotia, discharge (-/-) Bibir kering (-), bibir sianosis (-),

Bentuk dada simetris kanan – kiri. Strenum dan iga normal. Retraksi (-). Gerak napas simetris, tidak ada hemithotax yang tertinggal. Simetris, tidak ada yang tertinggal Tidak dilakukan Suara nafas vesikuler(+/+), rhonki (+/+), wheezing (-/-).

Jantung

Abdomen

Inspeksi Palpasi

Ictus cordis tidak tampak. Ictus cordis teraba di ICS IV midklavikula sinistra.

Perkusi Auskultasi

Tidak dilakukan Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Inspeksi Auskultasi Palpasi

Membesar, simetris Bising usus (N) Supel, distensi (-), hepatomegaly 3 jari dibawah arcus costae, dan lien Schufnerr III timpani di 4 kuadran Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan,jenis kelamin Laki-laki Tidak ada kelainan Superior Inferior

Perkusi Vertebra Genetalia Anorektal Ekstremitas

Kulit

Akral Dingin

-/-

-/-

Akral Sianosis

-/-

-/-

CRT

<2”

<2”

Oedem

-/-

-/-

Tonus Otot

Normotonus

Normotonus

Trofi Otot

Normotrofi

Normotrofi

Ref. Fisiologis

+

+

Ref. Patologis

-

-

Hiperpigmentasi, pucat

Pemeriksaan khusus Lingkar kepala: 55 cm = -2SD s/d +2SD ◦ Kesan: = Normocephali

Pengukuran Status Gizi ◦ BB/U : 31/52 x 100 = 59,6% ( BB kurang) ◦ TB/U : 142/163 x 100% = 87,1 % (Mild Stunting, Perawakan pendek) ◦ dibawah persentil 5 (Perawakan pendek) ◦ Status gizi : BB actual x 100% ◦



-----------------------

BB Baku untuk TB actual

◦ =31 x100 : 37 = 83,7% (Gizi Kurang) ◦ ◦ Kesan gizi : BB kurang, Perawakan pendek, Gizi kurang

11/03/2019

12/03/19

13/03/19

14/03/19

27/03/19

Nilai Rujukan

(14.22)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hematologi

Hemoglobin

4,1 (L)

4,3 (L)

8,6 (L)

10,5 (L)

9,2 (L)

11,2 -15,7 g/dl

Lekosit

7,4

7,3 (L)

5,9 (L)

5,1 (L)

7700

4,4 – 11,3 103/µl

Hematokrit

12,3 (L)

13,9 (L)

26,1 (L)

30,6

28 (H)

37-47 %

Trombosit

1316 (H)

1378 (H)

1417 (H)

1376 (H)

269

150-521 103/µl

Eritrosit

2,3 (L)

2,5 (L)

4,1

4,6 (H)

4,0

4,1 – 5,1 106/µl

RDW

37,4 (H)

38,6 (H)

37,1 (H)

35,8 (H)

MCV

53, 0 (H)

54,9 (L)

63 (L)

66,1 (L)

69 (L)

80-96 U

MCH

17,7 (L)

17 (L)

20,8 (L)

22,7 (L)

23

28-33Pcg

MCHC

33,3

30,9 (L)

33

34,3

34

33-36 g/dl

11,5-14,5%

DIFF COUNT

11/03/2019

Nilai Rujukan

Glukosa Sewaktu

128 H

Mg/dl

50 - 80

Netrofil

68,9

%

25 – 60

Limfosit

25,4

%

25 – 50

SGOT

27

U/L

< 34 u/l

Monosit

4,4

%

1–6

SGPT

10,2

U/L

<34 u/l

Eosinofil

1 (L)

%

1–5

Asam Urat

6,5

Mg/dL

2,6 – 6, 0

Basofil

0,1

%

0–1

ELEKTROLIT

10/03/2019

Natrium

136,4

Nilai Rujukan Mmol/

132 -145

L Kalium

3,57

Mmol/

3,1 – 5,1

L Klorida

107,6 (H)

Mmol/ L

96 - 111

Gambran darah tepi Eritrosit

Trombosit

• Anisositosis, dan poiklositosis sedang • Mikrositosis hipokrom(ovalost, mikrosit, teardrop, pearshape, pencilsel, targetsel)

• jumlah dan morfologi dalam batas nomal, clumping trombosit negatif

Lekosit • Estimasi jumlah tampak normal, morfologi dalam batas normal, sel blast negatif

Kesan • Anemia mikrositik, DD : infeksi, anemia defisiensi besi, thalasemia, trombositois

Saran • CRP, Fe, TIBC • Hb elektroforensis • Monitoring darah rutin

Indeks sel darah merah

Nilai rujukan

Hb

4,3

12-16 g/dl

Eritrosit

2,5

3,5-5,4

MCV

54,9

80-96

MCH

17

27-31

MCHC

30,9

30-35

RDW

38,6

11,5-14,5

Morfologi RBC : Anisotisosis, poikilositosis berat, polikromasi, tampak ditemukan mikrosit, makrosit, tear drop cells, pear shape cells, schystocyte, basophyllic stippling (+) Pemeriksaan HbH : (-) Analisis hasil dan kesimpulan Sesua dengan heterozygositas ganda Hemoglobin D dan Hemoglobin E DD : Hemoglobin D

Analisis HB (microcapilary HB electrophoresis) HB A

29,3 (L)

96-9-97,9

Hb A2

0,2 (L)

2,0-3,5

Hb D zone

64,5

-

Hb E zone

6,0

-

Rontgen Thorax AP ◦ COR : bentuk dan letak jantung normal ◦ PULMO : corakan bronkovaskuler tampak meningkat ◦ Tampak bercak pada kedua lapangan paru ◦ Tak tampak penebalan hilus kanan kiri ◦ Sinus costophrenicus kanan kiri tampak lancip ◦ Tak tampak kelainan pada tulang maupun soft tissu ◦ Kesan : ◦ Cor tak membesar ◦ Gambran bronkopneumonia

Daftar masalah Subjektif : • Tampak pucat dan lemah • Batuk dan pilek • Perawakan pendek

Objektif : • • • • • • • • •

Konjungtiva anemis Facies cooley Heaptomegali Splenomegali Schuffner IIIII Gizi kurang, perawakan pendek Pubertas terlambat Hiperpigmentasi kulit Anemia Trombositosis

Morfologi RBC : • Anisotisosis, poikilositosis berat, polikromasi, tampak ditemukan mikrosit, makrosit, tear drop cells, pear shape cells, schystocyte, basophyllic stippling (+) • HB elektroforesis :

DIAGNOSIS BANDING Lemas, pucat

Batuk

-

Thalasemia Anemia defisiensi besi Anemia penyakit kronis Leukemia

- Bronkopneumonia - ISPA

DIAGNOSIS KERJA: Thalasemmia Bronkopneumonia Status gizi : perawakan pendek, gizi kuran Pubertas terlambat

Serum iron dan Total banding capacity

PEMERIKSAAN ANJURAN

Analisis DNA : untuk mendeteksi mutasi/delesi gen

PENATALAKSANAAN Non medikamentosa • Rawat inap untuk monitoring gejala • Tirah baring (bed rest). • Memperbaiki keadaan umum penderita

Medikamentosa • • • • • • • • • • •

O2 sungkup 2 liter/menit (k/p) IVFD RL 20tpm Inj. Ceftriaxon 2 x 1gr Inj. Gentamisin 2 x 80mg Per Oral : • Parasetamol 3 x ½ tab (k/p) Transfusi PRC Transfusi Darah PRC • Kebutuhan : 29 x 15 = 435 cc I : 200ml dalam 4 jam selang 6 jam II : 250 ml dalam 4 jam Inj. Furosemid 10mg tiap post transfusi Cek DR post transfusi

Edukasi • Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit pasien, pengobatan, dan komplikasi yang mungkin dapat terjadi • Menjelaskan mengenai aktivitas yang boleh dan perlu dikurangi pada pasien

PROGNOSIS ◦ Quo ad vitam

: dubia ad bonam

◦ Quo ad fungsionam

: dubia ad bonam

◦ Quo ad sanationam

: dubia ad bonam

14/03/2019 Perawatan hari ke-4

15/03/2019 Perawatan hari ke-5

S

S : lemas (+), pucat (+), Batuk (+), demam (-), Post transfusi 3 PRC

S : lemas (+), pucat berkurang(+), Batuk (+), demam (-), Post transfusi 3 PRC

O

KU: CM, tampak sakit sedang TTV: HR : 88 x/m, RR 20x/m, S 36,5ºC, SpO2 98%

KU: CM, tampak sakit sedang TTV: HR : 88 x/m, RR 20x/m, S 36,5ºC, SpO2 98%

• • •

Follow up

• •

Status generalis: Kepala: Normocephali Mata: CA(+/+),SI (-/-) Thoraks: SNV (+/+), rh (/), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-),g (-), retraksi (-) Abdomen: Supel, BU (), hepatomegaly 3 jari dibawah arcus costae, splenomegaly Schufnerr III Ekstremitas atas-bawah: AH(+/+), OE (-/-) CRT <2 detik, kulit hiperpigmentasi

• • • • •

Status generalis: Kepala: Normocephali Mata: CA(+/+),SI (-/-) Thoraks: SNV (+/+), rh (/), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-),g (-), retraksi (-) Abdomen: Supel, BU (), hepatomegaly 3 jari dibawah arcus costae, splenomegaly Schufnerr III Ekstremitas atas-bawah: AH(+/+), OE (-/-) CRT <2 detik, kulit hiperpigmentasi

A

• • •

Bronkopneumonia Thalasemia Trombositosis

• • •

Bronkopneumonia Thalasemia Trombositosis

P



IVFD RL 2otpm



Cefixime 2 x 200g



Inj. Ceftriaxon 2 x 1gr



Paraceamol 3 x ½ tab (k/p)



Inj. Gentamisin 2 x 80mg



As. Folat 2 x 1tab



Per Oral :



Vit B complex 2 x 1 tab

o

Parasetamol 3 x ½ tab (k/p)

Pasien boleh pulang Pemeriksaan anjuran: • Cek ulang darah rutin • Hb elektroforesis

Anamnesis

   

ANALI SIS KASUS

Pucat lama Perut buncit Tumbuh kembang terlambat

Pemeriksaan fisik

   



Anemia Facies cooley  Hepatosplenom egaly  Gizi krang

Perawakan pendek Hiperpigmentas i kulit Pubertas terlambat

Laboratorium



Darah tepi lengkap o Hb : 4,1 g/dl o Indeks eritrosit :

o

o

 RDW : 37,4 %  MCV : 53,0  MCH 17,7 %  MCHC : 33,3 % Sediaan apus darah tepi  Anisotisosis, poikilositosis berat, polikromasi, tampak ditemukan mikrosit, makrosit, tear drop cells, pear shape cells, schystocyte, basophyllic stippling (+) Trombositosis : 1316 x 103/µl

Laboratorium Analisi hemoglobin

1.

Elektroforesis hemoglobin a. Hb A : 29,3 % () b. Hb D zone : 64,5 % () c. Hb E xone : 6,0 % d. Hb A2 : 0,2 %

Penegakan diagnosis ◦ HbA2 pada pasien ini rendah, dimana biasanya ditemukan kadar HbA2 yang tinggi pada pasien thalsemia betha. ◦ HbA2 dapat menjadi lebih rendah dari kadar sebenarnya akibat kondisi defiseinsi besi, sehingga diperlukan terapi defisiensi besi sebelum emlakukan HPLC ulang untuk menilai kuantitas subtype Hb.

◦ Feritin serum rendah merupakan petunjuk adanya defisiensi besi, namun tidak menyingkirkan kemungkinan thalassemia trait. Bila defisiensi besi telah disingkirkan, nilai HbA2 normal, namun indeks eritrosit masih sesuai dengan thalassemia, maka dapat dicurigai kemungkinan thalassemia α, atau koeksistensi thalassemia β dan δ.

Pemeriksaan anjuran ◦ Serum iron dan Total banding capacity ◦ Cek ferritin ◦ Analisis DNA :untuk mendeteksi mutasi/delesi gen ◦ Analisis DNA merupakan upaya diagnosis molekular thalassemia, yang dilakukan pada kasus atau kondisi tertentu: ◦ Ketidakmampuan untuk mengonfirmasi hemoglobinopati dengan pemeriksaan hematologi: ◦ Diagnosis thalassemia β mayor yang telah banyak menerima transfusi. Diagnosis dapat diperkuat dengan temuan thalassemia β heterozigot (pembawa sifat thalassemia beta) pada kedua orangtua ◦ Identifikasi karier dari thalassemia β silent, thalassemia β dengan HbA2 normal, thalassemia α0, dan beberapa thalassemia α+. ◦ Identifikasi varian hemoglobin yang jarang. ◦ Keperluan konseling genetik dan diagnosis prenatal

Rencana penatalaksaan : • Nutrisi dan suplmentasi • Pasien thalassemia umumnya mengalami defisiensi nutrisi akibat proses hemolitik, peningkatan kebutuhan nutrisi, dan morbiditas yang menyertainya seperti kelebihan besi, diabetes, dan penggunaan kelasi besi • Keterlambatan tumbuh kembang • gangguan pertumbuhan seperti perawakan pendek, pubertas terlambat

TINJAUAN PUSTAKA

PERTUSIS ◦ Definisi ◦ Infeksi akibat bakteri gram negatif bordetella pertusis pada saluran nafas sehingga meninmbulkan batuk heba yang khas ( IDAI, 2011)

◦ Pertusis disebut juga batuk rejan (whooping cough) atau batuk seratus hari. ◦ Merupakan penyakit menular akut yang menyerang saluran pernapasan. ◦ Penyebabnya adalah kuman Bordetella (Haemophilus) pertussis.

ETIOLOGI Haemophilus pertusis → Bordetella pertusis / Bordetella parapertusis - Coccobacilus gram negative - Aerobik - Berkapsul - Tidak berspora

EPIDEMIOLOGI ◦ Manusia satu-satunya host ◦ Ditemukan di seluruh dunia

◦ Angka kematian didunia 360.000/tahun ◦ Semua usia, terutama 1-5 tahun ◦ Remaja dan dewasa → sumber infeksi bayi

PATOGENESA

Droplet → Bordetella pertusis Trachea, Bronchus

ToXin -Infiltrasi leukosit, reaksi radang -Hiperplasi limfoid -Nekrosis lapis basal epitel

Atelektase, Emphysema

Infeksi Sekunder

Bronchopneumonia

MANIFESTASI KLINIS ◦

Inkubasi 7-14 hari



Berlangsung 6-8 mgg s/d beberapa bulan



Ada 3 stadium : 1. 2. 3.

Std Kataralis / Prodormal (1-2 mgg) Std Spasmodik / Paroxysmal (2-4 mgg) Std Konvalensi (2 mgg)

Stadium Kataralis / Prodormal Gambaran klinik Std. Kataralis (1 - 2 minggu) menyerupai gejala infeksi saluran napas • pilek (rhinorreha) • injeksi konjungtiva • lakrimasi • panas tidak terlalu tinggi • batuk ringan malam hari Sukar dibedakan dengan common cold

atas :

Stadium Spasmodik / paroxysmal ◦Batuk ↑ → Whooping cough ◦Saat serangan : wajah merah/sianosis, mata melotot, lidah keluar, wajah cemas, edema wajah, keringat ↑ ◦Sering diakhiri muntah ◦Serangan 4-40 x/ lebih ◦Pemicu : makan/minum, tekanan trachea, aktivitas fisik

Stadium Konvalensi ◦Batuk & muntah ↓ ◦Infeksi saluran nafas susulan (+) → batuk paroxysmal kambuh

DIAGNOSA ◦ Ditegakkan gejala klinis + laboratorium ◦ Anamnesa riwayat kontak Kriteria WHO : Penyakit berta dengan batuk paroxysmal >21 hari dan kultur (+) atau serologi (+) atau kontak Laboratorium : Darah → Lekositosis (20.000-100.000) Diff. count limfositosis absolut Kultur apusan nasopharynx (std. prodormal) Serologis ELISA → IgM, IgG, IgA spesifik thd toxin

DIAGNOSA BANDING ◦ Infeksi pernapasan karena adenoviral – gejala awal mirip berupa demam, konjungtivitis, terkadang nyeri tenggorokan. ◦ Pneumonia – pada pasien yang kecil dapat menunjukkan gejala batuk stakato (inspirasi di antara setiap batuk). ◦ Infeksi pernapasan virus syncytial (Respiratory syncytial virus)/RSV. – umumnya pada saluran pernapasan bawah, sering ditemukan rhonki basah dan mengi. ◦ Infeksi B. parapertussis, B. bronkiseptika, dan adenovirus dapat menyerupai sindrom klinis B.pertussis, dapat dibedakan dengan isolasi kuman penyebab1.


PENATALAKSANAAN ◦ Tujuan terapi adalah membatasi jumlah paroksismal, untuk mengamati keparahan batuk, memberi bantuan bila perlu, dan memaksimalkan nutrisi, istirahat, dan penyembuhan tanpa sekuele. Tatalaksana 1. Umum * isolasi * bersihkan / isap lendir * pantau secara berkala tanda vital * cairan dan kalori sesuai dgn kebutuhan harian * hindari makanan / minuman yg merangsang batuk Bila perlu O2

PENATALAKSANAAN ◦

MEDIKAMENTOSA

- Antimikroba ◦ Erythromycin 50 mg/kgbb/hr (14 hr) ◦ Azitromycin 10 mg/kgbb/hr (hr I), selanjutnya 5mg/kgbb/hr (hr II-V) Kortikosteroid

dexametason : 0,5 mg / kg bb/ hari / i.v / 3 dosis

KOMPLIKASI ◦ Pneumonia merupakan penyulit paling sering → sebabkan kematian 90% pada anak < 3 tahun ◦ Pneumonia dapat disebabkan Bordetella pertussis sendiri, tapi lebih sering disebabkan bakteri sekunder Haemophylus influen-zae, Streptokokus pnemumoniae, Stafilokokus aureus, Stafilokokus pyogenes ◦ B. Sistim saraf pusat ◦ ◦ ◦ ◦

hipoksia dan anoksia (batu berkepanjangan dan sumbatan lendir) perdarahan subaraknoid masif (tekanan intrakranial ↑ akibat batuk) ensefalopatia gangguan elektrolit

PENCEGAHAN Pencegahan 1. Imunisasi aktif - vaksin pertusis dari Bordetella pertusis yang telah dimatikan - diberi bersama vaksin difteri dan tetanus - dosis imunisasi dasar 12 IU - diberi 3 kali dengan jarak 1 - 2 bulan, sejak usia 2 bulan - anak usia > 7 tahun tidak memerlukan imunisasi rutin lagi

PENCEGAHAN Pencegahan (2) - bila prevalensi tinggi → imunisasi dapat dimulai pada usia 2 minggu dengan jarak 4 minggu 2. Imunisasi pasif Antibodi dari ibu → menembus barrier plasenta dalam jumlah sedikit → daya lindung kurang

PROGNOSIS Prognosis - Bergantung usia → anak yang lebih tua prognosis lebih baik.

- Bayi mempunyai risiko kematian 0,5 –1% → ensefalopatia - Observasi jangka panjang → keadaan apnea atau kejang akan menyebabkan gangguan intelektual di kemudian hari

Related Documents

Case 2
December 2019 17
Case 2
October 2019 19
Case 2
November 2019 14
Case Study 2-2
April 2020 9
Basket Case 2
May 2020 7

More Documents from ""

Case 3 Hiperbilirubin.docx
November 2019 26
Case 1 Brpn, Pertusis.docx
December 2019 29
Tata Laksana Konstipasi.docx
December 2019 26
Pemeriksaan Fisik Anak
November 2019 35
Case 2 Talassemia.pptx
December 2019 29
Brpn.docx
November 2019 22