BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia bertanggung jawab penuh terhadap kesejahteraan rakyat. Hal ini tertera pada pasal 27 ayat 2 Undang-undang dasar 1945 yang berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”Keberhasilan pembangunan nasional Indonesia menunjukan adanya peningkatan umur harapan hidup yaitu dari 45,7 tahun pada tahun 1968 menjadi 61,3 pada tahun 1992 (BPS) . Peningkatan umur harapan hidup membawa akibat pada pertambahan jumlah penduduk usia lanjut yang berarti pula semakin memerlukan upaya pelayanan kesejahteraan para lanjut usia yang semakin baik. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah diantaranya semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Kondisi ini menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas . Pandangan masyarakat pada umumnya terhadap lanjut usia adalah menganggapnya seperti beban. Padahal saat ini keberadaan lanjut usia sudah dipandang sebagai potensi yang bisa memberikan konstribusi dalam pembangunan. Seiring dengan angka haapan hidup yang semakin baik, maka jumlah lanjut usia semakin meningkat. Lanjut usia memiliki potensi, maka mereka perlu mendapatkan penguatan agar mereka tidak menjadi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial(PMKS) yang akan membebani keluarganya. Hal ini penting, mengingat nilai kekeluargaan didalam masyarakat sudah mulai melemah. Lanjut usia sebagai individu tetap membutuhkan teman untuk berbagai, baik dalam keluarga maupun didalam lingkungan sosialnya. Mengingat usianya yang sudah lanjut mereka memiliki keterbatasan mobilitas dan berdampak pada relasi sosial mereka. Relasi sosial menjadi sempit dan ini akan berdampak pada aspek psikologis lanjut usia itu sendiri. Mereka menjadi merasa terasing dan tidak punya harapan hidup (hopeles) yang lebih baik di masa tuanya. Saat ini pelayanan terhadap lanjut usia baik potensial maupun terlantar masih
sangat terbatas. Layanan lanjut usia yang diselenggarakan
pemerintah lebih banyak berbasis panti sosial dan lebih banyak diperntukan bagi lanjut usia non potensial. Masih banyak lanjut usia terlantar di masyarakat yang potensial. Oleh sebab itu , pekerjaan sosial memperhatikan individu, orang-orang dan masyarakat yang bekerja dengan orang-orang yang memiliki kerentanan dan mungkin memiliki hambatan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Pekerja sosial bekerja sebagai penengah antara individi
yang termarginilisasikan dengan lingkunan sosial yang mungkin berkontribusi terhadap termarganilisasikan mereka. Pekerja sosial perlu memiliki keahlian yang tinggi
dan
pengetahuan yang luas untuk bekerja secara efektif dalam menangani permasalahan dalam hal ini lanjut usia terlantar (lansia).
B. TUJUAN PENULISAN a.
Untuk mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi masalah lanjut usia terlantar
b.
Untuk mengetahui pengertian dari lanjut usia terlantar.
c.
Untuk mengetahui penyebab lanjut usia terlantar sehingga menjadi masalah sosial.
d.
Untuk mengetahui pelayanan pekerja sosial terhadap lanjut usia terlantar.
e.
Untuk mengetahui sistem sumber yang dapat diberikan pekerja sosial kepada lanjut usia terlantar.
f.
Untuk mengetahui cara pekerja sosial dalam memecahkan masalah sosial melalui pendekatan-pendekatan masalah sosial.
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN Stanley and Beare (2007), menedefinisikan lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi . Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah tangga. Kriteria simbolik seseorang dianggap tua ketika cucu pertamanya lahir. Stanley and Beare (2007), menganalisis kriteria Lanjut usia dari 57 negara didunia dan menemukan bahwa kriteria lansia yang paling umum adalah gabungan antara usia kronologis dengan perubahan dalam peran sosial, dan diikuti oleh perubahan status fungsional seseotang. Menurut Permensos RI NO.8 TAHUN 2012 lanjut usia terlantar adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh ) tahun ke atas. Pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia adalah proses penyuluhan sosial, bimbingan ,konseling,bantuan,santunan dan perawatan yang dilakukan secara terarah, terencana dan berkelanjutan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia atas dasar pendekatan pekerjaan sosial. Sistim panti adalah bentuk pelayanan yang mewnempatkan penerima pelayanan kedalam suatu lembaga tertentu(panti ) sedangkan luar panti ( non panti ) merupakan bentuk pelayanan yang menempatkan penerima pelayanan di luar lembaga tertentu (panti) misalnya keluarga, masyarakat dan lain-lain. Kelembagaan Sosial Lanjut Usia adalah proses kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia yang berkoordinasi
mulai
dari
tahap
perencanaan,
yang
dilaksanakan
melalui/oleh
organisasi/lembaga baik pormal maupun informal. Perlindungan sosial adalah upaya Pemerintah dan masyarakat untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. Aksesbilitas adalah kemampuan untuk menjangkau dan menggunakan pelayanan dan sumber-sumber yang seharusnya diperoleh seseorang untuk meningkatkan kesejahteraan sosialnya.
1. Masalah Lanjut Usia Permasalahan-permasalahan yang dihadapi para lanjut usia antara lain : a) Terjadinya kemunduran fungsi fisik yang membawa dampak pada kemunduran kesehatan dengan pola penyakit yang spesifik. b) Adanya keterbatasan kesempatan kerja bagi para lanjut usia sehingga para lanjut usia yang tidak memiliki pekerjaan, hidup dan berada dalam kemiskinan. Disamping itu juga karena keluarganya tidak mampu merawat dehingga mereka menjadi terlantar. c) Berkurangnya integrasi dengan lingkungannya sebagai akibat dari berberkurangnya kegiatan sosial. Hal ini cenderung berpengaruh negatif pada kondisi sosial psikologis lanjut usia sehingga mereka sudah tidak diperlukan masyarakat lingkungannya. d) Adanya perubahan tatanan kehidupan masyarakat dari masyarakat agraris mengarah ke masyarakat industri, cenderung menimbulkan pergeseran nilai sosial masyarakat yang memberikan penghargaan dan penghormatan kepada lanjut usia. 2.
Batasan Lanjut Usia .
Menurut Prof . Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokan menjadi usia dewasa muda (elderly adulhood) ,18 atau 25-29 tahun , usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65 tahun , lanjut usia (geriatric age), lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old) ,lebih dari 80 (very old) 3.
Faktor Penyebab Lanjut Usia
Ada beberapa factor penyebab dimana lanjut usia menjadi terlantar, yaitu : a.
Ketiadaan anak keluarga, kerabat dan masyarakat lingkungan yang dapat memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupannya.
b.
Kesulitan hubungan antara lanjut usia dengan keluarga dimana selama ini ia tinggal.
c.
Ketiadaan
kemampuan
keuangan/ekonomi
dari
keluarga
yang
menjamin
penghidupannya secara layak. d.
Kebutuhan penghidupannya tidak dapat dipenuhi melalui lapangan kerja yang ada.
e.
Perkawinan anak sehingga anak hidup mandiri dan terpisah dari orangtua, serta urbanisasi yang menyebabkan lanjut usia terlantar
B. PENGELOLAAN INSTITUSI BAGI LANSIA 1.
Pelayanan untuk lansia dalam panti Sosial
a) Sasaran Pelayanan Sasaran pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia melalui panti sosial adalah Lanjut Usia yang: a. Berusia 60 tahun keatas b. Tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk kelangsungan hidupnya, c. Tidak mempunyai keluarga dan atau memiliki keluarga tetapi tidak mampu memelihara orang tuanya yang sudah lanjut usia. b) Jenis pelayanan Panti sosial sebagai lembaga pengganti keluarga memberikan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia tidak hanya ditujukan kepada lanjut usia, tetapi juga kepada keluarga lanjut usia dan masyarakat. Jenis-jenis pelayanan yang diberikan meliputi: Pelayanan kebutuhan makan,dengan pengaturan menu kebutuhan gizi lansia. Pemeliharaan kesehatan dan kebersihan, melalui pemeriksaan rutin, pengobatan pada saat menderita sakit. Pemberian bimbingan rohani,berupa bimbingan mental, keagamaan dan bimbingan kemasyarakatan. c) Proses pelayanan Proses pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu tahapan pendekatan awal, tahapan pelaksanaan dalam pelayanan panti dan tahap resosialisasi. 1. Pendekatan awal Untuk memperkenalkan dan mempermudah pelaksanaan program pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia kepada instansi terkait, organisasi sosial dan masyarakat. 2. Tahapan pelaksanaan Tahap mulai dilaksanakannya kegiatan pemberiapelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia meliputi kegiatan penerimaan lanjut usia (yang sudah ditetapkan /diseleksi) menjadi penerima pelayanan panti, pemberin bimbingan (fisik, mental, sosial dan keterampilan), 3. Tahap Resosialisasi Tahap persiapan akhir dari suatu proses pelayanan bagi para lanjut usia yang akan diambil keluarganya, seperti : Upaya mempersiapkan lanjut usia kembali kepada keluarga Upaya mempertahankan kondisi lanjut usia setelah berada diluar panti sosial
Pemberian kepastian berakhirnya pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia dari panti sosial berdasarkan pertimbangan keadaan atau kondisi terakhir lanjut usia dan keluarganya.
2.
Pelayanan sosial Non Panti bagi Lanjut usia A. Pelayanan berbasiskan keluarga Keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri dari orang-orang diatas 2 orang atau
lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan atau adopsi . Dalam pelayanan ini, lanjut usia tetap tinggal dilingkungan keluarga bersama dengan anak atau sanak keluarga atau dirumah lanjut usia sendiri bersama suami, istri, dengan atau tanpa kehadiran anak atau sanak keluarganya. Keluarga sebagai lembaga sosialisasi pertama dan utama dalam masyarakat merupakan wadah penanganan permalahan yang paling layak bagi lanjut usia, teruatama karena : a) Dukungan emosional dari keluarga sangat menetukan keberhasilan dalam
menangani
permasalahan. b) Lanjut usia tetap dapat mengalihkan pengalaman kepada seluruh anggota keluarganya, khususnya generasi muda c) Keluarga meruapakan titik awal tumbuh berkembangnya pola fikir, pola sikap, dan atau pola tindak terhadap lanjut usia Dibawah ini bentuk-bentuk penanganan yang berbasiskan keluarga : a.
Santunan keluarga Santunan keluarga merupakan pelayanan yang paling banyak dilakukan dalam hal
lanjut usia tidam mampu, sakit atau cacat sedangkan keluarganya tidak mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang memadai b.
Paket Bantuan Usaha Produktif Upaya ini dilakasanakan Dapertemen Sosial dalam rangka meningkatkan kemampuan
dan kemandirian lanjut usia melalui kegiatan-kegiatan sektor informal dirumah masingmasing, baik secara individual maupun kelompok
B. Pelayanan berbasiskan masyarakat Dalam upaya ini lanjut usia tetap tinggal dirumah atau keluarga masing-masing dan hanya menggunakan fasilitas atas pelayanan pada waktu-waktu tertentu disiang hari. bentukbentuk pelayanan berbasiskan masyarakat :
1.
Pusat Pelayanan Lanjut usia Berbagai kegiatan yang disediakan dilingkungan fasilitas ini adalah rekreasi, latihan
keterampilan, kegiatan kesenian dan kebudayaan , rehabilitasi, kesehatan dan kegiatankegiatan sosial lainnya . 2.
Klab Lanjut Usia Pelayanan yang disediakan dalam klab ini seperti pusat pelayanan lanjut usia hanya
penggunaanya terbatas pada lanjut usia yang menjadi angggota . Klab tersebut di organisasi oleh lanjut usia atau badan sosial .
C. Pelayanan berbasiskan lembaga Penanganan melalui lembaga kepada lanjut usia yang memerlukan pelayanan intensif untuk tujuan penyembuhan, rehabilitasi dan perawatan jangka pendek atau panjang . Pelayanan yang dapat berikan berbasiskan lembaga yaitu : 1.
Rumah Sakit Lanjut usia Pelayanan yang diberikan rumah sakit ini sama dengan rumah sakit lainnya , yaitu
penyembuhan penyaki-penyakit fisik yang disandang lanjut usia. Rumah sakit lanjut usia tidak menyediakan perawatan jangka panjang. 2.
Panti Werdha Pada umumnya panti werdha memberikan akomodasi dan pelayanan dan perawatan
jangka panjang bagi lanjut usia yang tidak mempunyai sanak keluarga dan tidak mampu menyewa rumah sendiri, yang mengalami masalah dengan sanak keluarganya atau tidak ingin membebani kelurga.
C. IDENTIFIKASI POTENSI DAN SISTEM SUMBER PADA LANJUT USIA Terkait dengan pengembangan potensi bagi lanjut usia kita melihat kembali adanya kewajiban lanjut usia. Kewajiban-kewajiban lanjut usia sesuai dengan UU no. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, antara lain: 1) Membimbing dan memberikan nasihat secara arif dan bijaksana berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, terutama di lingkungan keluarganya dalam rangka menjaga martabat dan meningkatkan kesejahteraannya; 2) Mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian, ketrampilan, kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus; 3) Memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus.
Terkait dengan upaya menggali potensi lanjut usia ini maka dapat dilakukan pemahaman kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh lanjut usia sebelum dilakukan pengembangan potensi sesuai dengan potensi lanjut usiat ersebut. Pengembangan potensi lanjut usia menjadi salah satu upaya pemberdayaan lanjut usia potensial, pemberdayaan lanjut usia di maksudkan agar lanjut usia tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pengembangan potensi lanjut usia potensial dapat di lakukan sesuai bidang keahlian/kemampuan yang dimiliki lanjut usia pada saat sebelum memasuki usia lanjut. Misalnya keahlian sebagai pengajar dan pendidik, wiraswasta/usaha, advokat, ulama dan sebagainya. Dengan kata lain bahwa lanjut usia potensial masih bisa beraktualisasi diri dengan keahliannya baik secara mandiri/dilakukan sendiri maupun di fasilitasi secara kelembagaan. Penanganan terhadap lanjut usia terlantar yang masih produktif yaitu pemberdayaan lanjut usia melalui pemberian bantuan usaha ekonomis produktif dan kelompok usaha bersama. Selain itu ada juga pemberian bantuan pelayanan dan jaminan sosial lanjut usia terlantar yang berasal dari Departemen Sosial RI.
D. PENDEKATAN PADA LANJUT USIA 1.
Pendekatan agama
Yaitu dengan penanaman nilai-nilai agama sejak dini terhadap tipa individu dalam masyarakat. Untuk mengawal kepribadian dan spiritual para lansia. Setidaknya dapat meminimalisir/mencegah perbuatan/sikap aneh(berperilaku seperti anak-anak ataupun bertengkar) yang ditimbulkan mereka. 2.
Pendekatan hukum
Pendekatan hukum ini berlaku bagi semua orang.Baik dalam segi perlindungan hukum maupun penegakkan terhadap pelanggaran norma hukum. 3.
Pendekatan jurnalistik
Penyebaran info tentang masalah sosial melalui media dan memperkenalkan tentang sebabakibat dan cara mengatasinya. 4.
Pendekatan ekologi
Pendekatan yang didasarkan atas konsep dan prinsip ekologi. Menelaah masalah lansia terlantar dari komponen masyarakat di tempat tertentu dengan segala aspek yang dikaji.
5.
Pendekatan multidisipliner
Dikaji dan dianalisis dari berbagai disiplin ilmu seperti Sosiologi, Ekonomi, Antropologi, Geografi, Psikologi dan gerontologi.
1.
Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Kesehatan Lansia Di Panti Wreda
a) Upaya promotif Upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan derajat kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya, keluarga, maupun masyarakat. Kegiatan tersebut dapat berupa penyuluhan/demonstrasi dan pelatihan bagi petugas panti mengenai hal-hal berikut ini: 1) Masalah gizi dan diet 2) Perawatan dasar kesehatan 3) Keperawatan kasus darurat 4) Mengenal kasus gangguan jiwa 5) Olahraga 6) Teknik-teknik berkomunikai 7) Bimbingan rohani 8) Sarasehan, pembinaan mental dan ceramah keagamaan 9) Pembinaan dan pengembangan kegemaran pada lansia di panti 10) Rekreasi 11) Kegiatan lomba antar lansia di dalam panti atau antar panti 12) Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di panti maupun masyarakat 13) luas melalui berbagai macam media. b) Upaya preventif Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan dan komplikasinya. Kegiatannya dapat berupa kegiatan berikut ini: a.
Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan dipanti oleh petugas kesehatan yang datang ke panti secara periodik atau di puskesmas dengan menggunakan KMS lansia.
b.
Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di puskesmas maupun petugas panti yang telah dilatih dalam pemeliharaan kesehatan lansia.
c.
Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas panti yang menggunakan buku catatan pribadi.
d.
Melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan kondisi masingmasing.
e.
Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan kondisi kesehatannya masing-masing.
f.
Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
g.
ntasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap lingkungan sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu mengadakan hubungan dan pembatasan terhadap waktu, tempat, dan orang secara optimal.
c) Upaya kuratif Upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau petugas panti terlatih sesuai kebutuhan. Kegiatan ini dapat berupa hal-hal berikut ini: a.
Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau petugas panti yang telah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan petugas kesehatan/puskesmas.
b.
Pengobatan jalan di puskesmas.
c.
Perawatan dietetic.
d.
Perawatan kesehatan jiwa.
e.
Perawatan kesehatan gigi dan mulut.
f.
Perawatan kesehatan mata.
g.
Perawatan kesehatan melalui kegiatan di puskesmas.
h.
Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang diperlukan.
d) Upaya rehabilitatife Upaya untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal mungkin. Kegiatn ini dapat berupa rehabilitasi mental, vokasional (keterampilan / kejuruan), dan kegiatan fisik.
2.
Pengelolaan Kesejahteraan Lansia Bagi Masyarakat
a.
Upaya dalam Peningkatan Kesejahteraan Sosial Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia potensial meliputi: a) pelayanan keagamaan dan mental spiritual; b) pelayanan kesehatan; c) pelayanan kesempatan kerja; d) pelayanan pendidikan dan pelatihan;
e) pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; f) b.
bantuan sosial.
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjutusia tidak potensial meliputi: a) pelayanan keagamaan dan mental spiritual; b) pelayanan kesehatan; c) pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; d) perlindungan sosial; e) pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum;
E. PROGRAM/KEGIATAN Home care merupakan pelayanan kesehatan di rumah. Pelayanan kesehatan diberikan secara komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan menggunakan teknologi yang sederhana maupun teknologi tinggi tetapi tepat guna. Bentuk pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di rumah klien yang merupakan pelayanan professional, menggunakan metode sistematik dalam manajemen kasus. Lingkup pelayanan meliputi : 1.
Pelayanan asuhan keperawatan
2.
Konsultasi medik
3.
Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan terapeutik
4.
Pelayanan informasi & rujukan
5.
Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan dalam rangka memandirikan klien dan keluarga
6.
Hygiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7.
Pelayanan perbantuan untuk kegiatan sosial Adapun program/kegiatan home care (perawatan kesehatan rumah) pada lansia yang
dapat dilaksanakan, antara lain: 1) Manajemen kasus home care a.
Melakukan seleksi kasus
Melakukan spesifikasi pasien lansia dengan perawatan khusus (usia lanjut pasca rawat inap dan risiko tinggi) seperti cidera, diabetes mellitus, gagal jantung, asma berat, stroke, amputasi, luka kronis, nutrisi melalui infus, dll. Disamping itu, pelayanan perawatan rumah dilakukan juga bagi lansia mandiri meliputi upaya promotif dan preventif. b.
Melakukan pengkajian kebutuhan pasien
Perawat melakukan pengkajian pada kebutuhan pasien sepert kondisi fisik, kondisi psikologis, status sosial ekonomi, pola perilaku pasien, sumber-sumber yang tersedia di keluarga pasien. c.
Membuat perencanaan pelayanan
1) Membuat rencana kunjungan 2) Membuat rencana tindakan 3)
Menyeleksi sumber-sumber yang tersedia di keluarga/masyarakat
d. Melakukan koordinasi pelayanan 1.
Memberi informasi berbagai macam pelayanan yang tersedia
2.
Membuat perjanjian kepada pasien dan keluarga/pendamping pasien tentang pelayanan
e.
3.
Menkoordinasikan kegiatan tim sesuai jadwal
4.
Melakukan rujukan pasien
Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan 1) Memonitor tindakan yang dilakukan oleh tim 2) Menilai hasil akhir pelayanan (sembuh, rujuk, meninggal, menolak) 3) Mengevaluasi proses manajemen kasus 4) Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur
F. ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM Program pembinaan kesehatan lansia ini bertujuan meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai eksistensinya dalam masyarakat (Depkes RI, 2003). Dalam hal ini pemerintah mengupayakan beberapa cara untuk meningkatkan kesejahteraan lansia dimana salah satunya adalah dengan pembentukan home care (perawatan kesehatan rumah). Program/kegiatan perawatan kesehatan lansia di rumah sudah dilandasi oleh dasar hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Walaupun telah cukup banyak produk hukum yang telah diterbitkan, namun belum ada peraturan pelaksanaannya. Begitu pula belum disusunnya peraturan daerah, petunjuk pelaksanaan, dan petunjuk teknisnya sehingga penerapan di lapangan sering menimbulkan permasalahan. Kelangkaan sumber daya manusia, sarana, prasarana, serta koordinasi dan keterpaduan sering menimbulkan masalah atau hambatan dalam mencapai kegiatan yang optimal. Menurut pendapat Maryam, dkk, 2008, dimana menyatakan ada beberapa undang-undang yang perlu disusun demi mengoptimalkan dalam memberikan pelayanan bagi lanjut usia, diantaranya adalah UU
tentang pelayanan lansia berkelanjutan (Continuum of Care), UU tentang tunjangan perawatan lansia (Medicare), UU tentang penghuni panti (Charter of Resident’s Right), UU tentang pelayanan lansia di masyarakat (Community Option Program). Dilihat dari pelaksanaan program/kegiatan perawatan kesehatan rumah yang telah ada, sudah terancang sistematik dalam suatu manajemen kasus, dimana pada rancangan program pelaksanaan home care dimulai dari perencanaan manajemen kasus home care, rancangan asuhan keperawatan yang akan diberikan, serta pencatatan dan pelaporan home care dalam bentuk tabel indikator penilaian.
Hanya saja sekarang untuk pelaksanaan kedepannya
diperlukan suatu keterpaduan baik dari aspek petugas, tempat, waktu, biaya, pesan, serta dalam manajemen kegiatan agar kegiatan pelayanan homecare dapat berdaya guna. Selain itu untuk menunjang pelayanan perawatan kesehatan rumah yang optimal perlu diadakan pelatihan dan pendidikan bagi setiap petugas kesehatan, instansi, serta anggota masyarakat yang akan melaksanakan kegiatan pelayanan pada lansia, baik melalui pelatihan dan pendidikan dalam maupun luar negeri.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Menurut Permensos RI NO.8 TAHUN 2012 lanjut usia terlantar adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Lanjut usia sebagai individu tetap membutuhkan teman untuk berbagai, baik dalam keluarga maupun didalam lingkungan sosialnya. Mengingat usianya yang sudah lanjut mereka memiliki keterbatasan mobilitas dan berdampak pada relasi sosial mereka. Relasi sosial menjadi sempit dan ini akan berdampak pada aspek psikologis lanjut usia itu sendiri . Mereka menjadi merasa terasing dan tidak punya harapan hidup (hopeles) yang lebih baik di masa tuanya . Kegiatan pembinaan pada lansia belumlah optimal, hal ini terkait dengan kurangnya peran serta keluarga, masyarakat maupun instansi terkait pembinaan Kesejahteraan Lansia yang mana salah satu bentuk peran serta masyarakat terhadap lansia adalah dengan adanya kelembagaan atau wadah bagi lansia.
B. SARAN Disarankan agar dilakukan beberapa upaya agar usaha pelayanan geriatri khususnya dan pelayanan kesejahteraan Iansia pada umumnya dapat dicapai, yaitu penyiapan fasilitas dan sumber daya fisik maupun manusia, fasilitas meliputi kelengkapan mulai di tingkat layanan berbasis masyarakat sampai ke fasilitas rujukan di rumah sakit. Sumber daya manusia meliputi semua tenaga kesehatan yang diharapkan memberi layanan geriatri, mulai perawat, tenaga sosio-medik, tenaga rehabilitasi, dan lain-lain. Pengertian tentang kesehatan lanjut usia bukan saja hanya perlu dimengerti dan dipahami oleh jajaran tenaga kesehatan, akan tetapi juga oleh jajaran tenaga kesejahteraan sosial, sehingga upaya yang perlu dilakukan bisa dijalankan secara terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Adang Setiana, 2012. Analisis Kebijakan Pemberdayaan dan Perlindungan Sosial Lanjut Usia. Jakarta: Deputi Bidang Koordinasi Perlinfungan Sosial dan Pemberdayaan Rakyat. Ahmad Jubaedi, dkk, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Madika. Argo Demartoto, 2007. Pelayanan Sosial Non Panti bagi Lansia. Surakarta: Universitas Negri Surakarta. Drs. Setyoko, 1997. Petunjuk Teknis Pelaksaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia dalam Panti. Jakarta: Departemen Sosial RI. Karin Crawford, Janet Walker, 2012. Pekerjaan Sosial dengan Kelompo Lanjut Usia. Bandung: STKS Bandung