Makalah Idk Buk Etik.docx

  • Uploaded by: Elsa Rahmadi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Idk Buk Etik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,505
  • Pages: 15
MAKALAH EFEK-EFEK SAMPING OBAT

Disusun Oleh: 1. Dini yuliawati 2. Dede juliansyah 3. Elsa rahmadi januastuti 4. Saupi yaumil mahfuz 5. Rian erlangga putra

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM TA. 2017/2018

KATA PENGANTAR Puji dan syukur terucap hanya pada Allah SWT yang Maha Esa atas Ridhanya, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas mengenai efek-efek obat. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabatnya, serta seluruh umat yang senantiasa taat dalam menjalankan syariatnya. Kami mengucapkan terima kasih yang tiada tara kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak. Bila dalam penyampaian makalah ini ditemukan hal-hal yang tidak berkenan bagi pembaca, dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf yang setulusnya. Kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini kedepan. Semoga taufik, hidayah dan rahmat senantiasa menyertai kita semua menuju terciptanya keridhaan Allah SWT.

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Rumusan masalah C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian efek samping obat B. Masalah efek samfing obat C. Macam-macam efek samping obat D. Upaya pencegahan dan penanggulangan

E. Efek pengulangan atau penggunaan obat yang lama F. Efek menggunakan obat campuran BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR FUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Rumusan masalah 1. Pengertian efek samping obat 2. Masalah efek samfing obat 3. Macam-macam efek samping obat 4. Upaya pencegahan dan penanggulangan 5. Efek pengulangan atau penggunaan obat yang lama 6. Efek menggunakan obat campuran

C. Tujuan Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa diharapkan mampu memahami pancasila sebagai dasar Negara dan idiologi Negara refublik Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian efek samping pada obat Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan berbahaya yang diakibatkan oleh suatu pengobatan. Efek samping obat, seperti halnya efek obat yang diharapkan, merupakan suatu kinerja dari dosis atau kadar obat pada organ sasaran. Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab efek samping. Hal ini terjadi ketika tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat) lalai dalam memeriksa obat yang dikonsumsi oleh pasien, sehingga terjadi efek-efek tertentu yang tidak diharapkan di dalam tubuh pasien. Bertambah parahnya penyakit pasien yang dapat berujung kematian merupakan kondisi yang banyak terjadi di seluruh dunia akibat interaksi obat ini. Interaksi ini dapat terjadi antar obat atau antara obat dengan makanan/minuman. Bahkan tanaman yang digunakan dalam pengobatan alternatif yang disangka aman oleh sebagian besar masyarakat juga dapat berinteraksi dengan obat lainnya. Contohnya adalah tanaman St. John's wort (Hypericum perforatum), yang digunakan untuk pengobatan depresi sedang. Tanaman ini menyebabkan peningkatan enzim sitokrom P450 yang berperan dalam metabolisme dan eliminasi banyak obat-obatan di tubuh, sehingga pasien yang mengkonsumsi St John's wort akan mengalami pengurangan kadar obat lain dalam darah yang digunakan bersamaan.

B. Masalah efek samping pada obat Obat, selain memberikan efek terapi yang diharapkan, juga dapat memberikan efek yang tidak diinginkan yaitu efek samping obat, atau “adverse drug reaction”. Efek samping merupakan efek sekunder, efek yg tidak diinginkan, dapat diprediksi. Kedua efek muncul dengan frekuensi dan durasi yang berbeda pada setiap individu, tergantung dari dosis obat, frekuensi penggunaan, cara pakai, kondisi fisik, dan faktor genetis sang pengguna. Hampir sebagian besar obat memiliki efek samping karena jarang sekali obat yang beraksi cukup selektif pada target aksi tertentu. Suatu obat bisa bekerja pada suatu reseptor tertentu yang terdistribusi luas dalam berbagai jaringan di tubuh. Sehingga

walaupun sasarannya adalah reseptor pada pembuluh darah jantung misalnya, ia bisa juga bekerja pada reseptor serupa yang ada di saluran nafas, sehingga menghasilkan efek yang tak diinginkan pada saluran nafas. Contohnya, obat anti hipertensi propanolol dapat memicu serangan sesak nafas pada pasien yang punya riwayat asma. Misalnya Digitalis : meningkatkan konstraksi miokard, Efek sampingnya: mual, muntah. Semakin selektif suatu obat terhadap target aksi tertentu, semakin kecil efek sampingnya. Dan itulah yang kemudian dilakukan pada ahli produsen obat untuk membuat suatu obat yang semakin selektif terhadap target aksi tertentu, sehingga makin kurang efek sampingnya. Efek samping tidak dapat dihindari atau dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan menghindari factor-faktor resiko yang sebagian besar sudah diketahui.

C. Macam-macam efek samfing obat 1. Obat tife A Efek Samping Tipe A adalah efek samping yang sudah terdeteksi saat uji klinik, berkaitan dengan dosis (dose-related) dan timbul berkaitan dengan efek farmakologi (khasiat) dari obat tersebut. Meningkatkan efek samping yang ditimbulkan, secara umum efek samping tipe A ini tidaklah berat. Contohnya penggunaan fenotiasin dapat menimbulkan ekstrapiramidal karena efek anti kolinergiknya, penurunan dosis berkemungkinan dapat menurunkan efek sampingnya. Peningkatan efek farmakologi melebihi normal suatu obat pada dosis terapi yang dianjurkan, seperti bradikardia pada pengguna antagonist betaadrenoseptor dan perdarahan pada pengguna antikoagulan. Mudah diduga (prediktabilitas tinggi) melalui pengenalan efek farmakologi obat yang bersangkutan, biasanya tergantung pada dosis yang digunakan. Insiden dan mordibitasnya tinggi tetapi umumnya memiliki angka mortalitas yang rendah. Sering timbul akibat perubahan farmakokinetik obat oleh penyakit atau farmakoterapi yang bersamaan.

Efek Samping Tipe A bersifat intrinsik, bergantung dari konsentrasi, dosis, serta bahan-bahan kimia yang dikandung oleh suatu jenis obat. Umumnya merupakan

kelanjutan

khasiat

terapetik.

Kejadiannya

dapat

diprediksi

sebelumnya. Insidens tipe ini paling tinggi. Reaksi-reaksi ini dapat diprediksi dalam hal farmakologi primer dan sekunder obat dan biasanya tergantung kepada dosis. Contoh jenis reaksi ini termasuk hipoglikemia dengan hipoglikemi oral dan hipotensi dengan anti-hipertensi. Reaksi ini harus diantisipasi, dan sering bisa dieliminasi dengan mengurangi dosis. Reaksi-reaksi ini dapat diprediksi dalam hal farmakologi primer dan sekunder obat dan biasanya tergantung kepada dosis. Contoh jenis reaksi ini termasuk hipoglikemia dengan hipoglikemi oral dan hipotensi dengan anti-hipertensi. Reaksi ini harus diantisipasi, dan sering bisa dieliminasi dengan mengurangi dosis. 2. Obat tipe B ESO type B (ESO dose Independent) ialah ESO yang merupakan suatu respon jarang atau tidak umum terjadi dan tidak dapat diduga sebelumnya. Si ESO tipe B tidak berhubungan dengan khasiat farmakologik obat, dan yang terjadi tidak bergantung pada dosis. Reaksi ini lebih jarang terjadi (dibanding dengan tipe A), tetapi lebih sering bersifat fatal. Reaksi tipe B ini biasanya berat, bahkan sering menyebabkan kematian dan pengurangan dosis tidak bermanfaat untuk mengurangi efek amping. Oleh karene itu, pemberian obat harus segera dihentikan. Reaksi tipe B ini umumnya bersifat imunologik dan dapat timbul sebagai syok anafilakti atau hiperfeleksi maligna. Untuk menghindari dan untuk kewaspadaan kita terhadap reaksi tipe B ini.diperlukan data-gata berisi informasi mengenai ESO yang telah dilaporkan dari pengalaman pemakaian obat, atau dari evaluasi pemakaian obat. 3.

Obat Tipe C (Chronic) Reaksi yang terkait dengan penggunaan obat jangka lama, contohnya adalah ketergantungan Benzodiazepine, chloroquine dan analgesik nefropati (kerusakan pada ginjal). Reaksi-reaksi dapat dijelaskan dengan baik dan kronik tetapi dapat diantisipasi.

Benzodiazepine

biasanya

digunakan

untuk

gangguan

kecemasan,

insomnia, gangguan kejang, gangguan suasana hati, gangguan gerakan, intoksikasi (keracunan) dan melepaskan ketergantungan terhadap alcohol dan zat lainnya. Contoh obat jenis ini adalah alprazolam, bromazepam, chloridazepoxide, clobazam, clonazepam, clorazepate, diazepam, dll. Chloroquine biasanya digunakan untuk pencegahan malaria dan sebagai modifikasi obat anti rematik. Obat populer berdasarkan Chloroquine adalah Klorokuin FNA, resochin dan Dawaquin. 4. Obat tipe D Efek samping obat tertunda/lambat yang terjadi beberapa tahun setelah terapi seperti karsinogen (penyabab kanker) dan teratogen. Diperkirakan bahwa toksisitas tersebut dihalangi oleh penelitian mutagenisitas praklinis. Penelitian karsinogen untuk senyawa kimia baru perlu dilakukan secara menyeluruh sebelum

lisensi

diethystilbesterol.

produk

diberikan.

Diethystilbesterol

Contohnya

digunakan

efek

untuk

samping

indikasi

obat

vaginitis

gonorrheal, vaginitis atrofi, gejala menopause, dan postpartum menyusui penekanan untuk mencegah pembengkakan payudara. 5. Tipe E (Ending) Efek samping obat terjadi pada akhir terapi jika obat diberhentikan secara mendadak/tiba-tiba.

Contohnya

pada

penggunaan

steroid

yang

meng

induced cushing syndrome. Sindrom Cushing menjelaskan tanda-tanda dan gejala yang berhubungan dengan kontak yang terlalu lama dengan tingkat tinggi terhadap hormone kortisol. Kortisol adalah hormon steroid, lebih khusus glukokortikoid yang diproduksi oleh fasciculate zona korteks adrenal. 6. Efek samping yang paling sering muncul, yaitu sakit kepala, darah tinggi, atau seluruh badan terasa tidak enak, selain itu ada beberapa efek samping lain yang lazim muncul, yaitu: a. Kelelehan Obat dapat menyebabkan tubuh menjadi lemas sehingga badan menjadi terasa lelah.

b. Anemia Merupakan salah satu yang menyebabkan tubuh kita merasa lelah. c. Masalah pencernaan Banyak obat yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada perut. Obat dapat menyebabkan mual, muntah, kembung, atau diare. d. Perut kembung Dapat dikurangi dengan menghindari makanan seperti buncis, beberapa macam sayuran mentah dan kulit sayuran e. Diare Diare dapat berkisar antara ringan sampai berat. Jika berat segeralah periksa ke dokter. Jangan lupa perbanyak minum air putih. f. Lipodistrofi Yaitu kehilangan lemak pada lengan, kaki dan wajah, penambahan lemak pada perut atau dibelakang leher dan peningkatan lemak (kolesterol) dan gula (glukosa) dalam darah. Perubahan ini dapat meningkatkan resiko serangan jantung atau serangan otak. g. Tingkat lemak atau gula yang tinggi dalam darah Termasuk

kolesterol,trigliserida

dan

glukosa.

Masalah

ini

dapat

meningkatkan resiko penyakit jantung. h. Masalah kulit Beberapa obat menyebabkan ruam (gatal-gatal pada kulit), ada yang bersifat sementara , tetapi dapat menimbulkan reaksi berat. Periksalah ke dokter jika mengalami ruam. Selain itu obat juga dapat menyebabkan kulit kering dan rambut rontok. Pelembab kulit dapat membantu masalah kulit. i. Neuropati Neuropati adalah penyakit yang sangat nyeri disebabkan oleh kerusakan saraf. Penyakit ini biasanya dimulai dari kaki dan tangan. j. Toksisitas mitokondria Toksisitas mitokondria merupakankerusakan rangka dalam sel. Penyakit ini dapat menyebabkan neuropati atau kerusakan pada ginjal dan dan dapat meningkatkan asam laktit dalam tubuh.

k. Osteoporosis Pada penderita HIV obat dapat menyebabkan mineral tulang hilang dan tulang menjadi rapuh. 7. Efek teratogenik. Tragedi talidomit di awal 1960-an meningkatkan minat terhadap pengetahuan, pencegahan, dan pengobatan kelainan perkembangan manusia. Sekitar 3 % dari seluruh bayi manusia baru lahir menunjukkan cacat bawaan yang berarti untuk klinis. Dari jumlah ini,sekitar 7% disebabkan oleh paparan terhadap zat kimia,fisika, biologi selama di dalam kandungan. Sekitar 15%-25% berkaitan dengan mutasi gen atau penyimpangan kromosom, 20% karena etiologi multifaktor dan lebih 50% karena penyebab yang tidak diketahui. Tahap perkembangan embrio menentukan kerentanan terhadap teratogen. Beberapa paparan teratogenik bertindak langsung terhadap embrio. Sementara, sebagian lagi bertindak melalui penengah (intermediate)yang dihasilkan melalui metabolisme ibu. Tahap kehamilan sangat mempengaruhi kemaknaan paparan obat.

D. Upaya pencegahan dan penanggulangan Masing-masing obat mempunyai keunggulan dan kekurangan masing-masing, baik dari segi manfaat maupun kemungkinan efek sampingnya. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah, jangan terlalu terpaku pada obat baru, di mana efek-efek samping yang jarang namun fatal kemungkinan besar belum ditemukan. Sangat bermanfaat untuk selalu mengikuti evaluasi/penelaahan mengenai manfaat dan risiko obat, dari berbagai pustaka standard maupun dari pertemuan-pertemuan ilmiah. Selain itu penguasaan terhadap efek samping yang paling sering dijumpai atau paling dikenal dari suatu obat akan sangat bermanfaat dalam melakukan evaluasi pengobatan. 1. Upaya pencegahan Agar kejadian efek samping dapat ditekan serendah mungkin, selalu dianjurkan untuk melakukan hal-hal berikut:

a. Selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien pada waktu-waktu sebelum pemeriksaan, baik obat yang diperoleh melalui resep dokter maupun dari pengobatan sendiri b. Gunakan obat hanya bila ada indikasi jelas, dan bila tidak ada alternatif non-farmakoterapi c. Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus d. Berikan perhatian khusus terhadap dosis dan respons pengobatan pada: anak dan bayi, usia lanjut, dan pasien-pasien yang juga menderita gangguan ginjal, hepar dan jantung. Pada bayi dan anak, gejala dini efek samping seringkali sulit dideteksi karena kurangnya kemampuan komunikasi, misalnya untuk gangguan pendengaran e. Perlu ditelaah terus apakah pengobatan harus diteruskan, dan segera hentikan obat bila dirasa tidak perlu lagi f. Bila dalam pengobatan ditemukan keluhan atau gejala penyakit baru, atau penyakitnya memberat, selalu ditelaah lebih dahulu, apakah perubahan tersebut

karena

perjalanan

penyakit,

komplikasi,

kondisi

pasien

memburuk, atau justru karena efek samping obat 2. Penanganan efek samping Dengan melihat jenis efek samping yang timbul serta kemungkinan mekanisme terjadinya, pedoman sederhana dapat direncanakan sendiri, misalnya seperti berikut ini: a. Segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek samping. Telaah bentuk dan kemungkinan mekanismenya. Bila efek samping dicurigai sebagai akibat efek farmakologi yang terlalu besar, maka setelah gejala menghilang dan kondisi pasien pulih pengobatan dapat dimulai lagi secara hati-hati, dimulai dengan dosis kecil. Bila efek samping dicurigai sebagai reaksi alergi atau idiosinkratik, obat harus diganti dan obat semula sama sekali tidak boleh dipakai lagi. Biasanya reaksi alergi/idiosinkratik akan lebih berat dan fatal pada kontak berikutnya terhadap obat penyebab. Bila sebelumnya digunakan berbagai

jenis obat, dan belum pasti obat yang mana penyebabnya, maka pengobatan dimulai lagi secara satu-persatu. b. Upaya penanganan klinik tergantung bentuk efek samping dan kondisi penderita. Pada bentuk-bentuk efek samping tertentu diperlukan penanganan dan pengobatan yang spesifik. Misalnya untuk syok anafilaksi diperlukan pemberian adrenalin dan obat serta tindakan lain untuk mengatasi syok. Contoh lain misalnya pada keadaan alergi, diperlukan penghentian

obat

yang

dicurigai,

pemberian

antihistamin

atau

kortikosteroid (bila diperlukan), dan lain-lain.

E. Efek pengulangan atau penggunaan obat yang lama 1. Reaksi hipersensitif suatu reaksi alergik merupakan respon abnormal; terhadap obat atau zat dimana pasien sebelumnya telah kontak dengan obat tersebut sehingga berkembang timbulnya antibody. 2. Kumulasi suatu fenomena pengumpulan obat dalam badan sebagai akibat pengulangan penggunaan obat, dimana obat diekskresikan lebih lambat dibanding kecepatan adsorpsi. 3. Toleransi suatu fenomena berkurangnya respon terhadap dosis obat yang sama. Untuk memperoleh respon yang sama perlu dosisnya diperbesar. Ada tiga macam toleransi, a. Toleransi primer, ialah toleransi bawaan yang terdapat pada sebagian orang dan binatang. b. Toleransi sekunder, ialah toleransi yang diperbolehkan akibat penggunaan obat yang sering diulangi. c. Toleransi silang, ialah toleransi yang terjadi akibat penggunaan obatobat yang mempunyai struktur kimia yang serupa, dapat pula terjadi antara zat-zat yang berlainan, misalnya alcohol dan barbital.

4. Takhifilaksis suatu fenomena berkurangnya kecepatan respon terhadap aksi obat pada pengulangan penggunaan obat dalam dosis yang sama. Respon mula-mula tidak terulang meskipun dengan dosis yang lebih besar. 5. Habituasi suatu gejala ketergantungan psikhologik terhadap suatu obat ( psychological dependence ).

F. Efek menggunakan obat campuran 1. Adisi campuran obat atau obat yang diberikan bersama-sama menimbulkan efek yang merupakan jumlah dari efek masing-masing obat secara terpisah pada pasien. 2. Sinergis campuran obat atau obat yang diberikan bersama-sama dengan alsi proksimat yang sama, menimbulkan efek, yang lebih besar daripada jumlah efek masing-masing obat secara terpisah pada pasien. 3. Potensiasi campuran obat atau obat yang diberikan secara bersama-sama dengan aksi-aksi yang tidak sama diberikan pada pasien, menimbulkan efek lebih besar daripada efek masing-masing obat secara terpisah pada pasien. 4. Antagonis campuran obat atau obat yang diberikan bersama-sama pada pasien yang menimbulkan efek yang berlawanan aksi dari salah satu obat, mengurangi efek dari salah satu obat yang lain. 5. Interaksi obat fenomena yang terjadi bila efek suatu obat dimodifikasi oleh obat lain yang tidak sama atau sama efeknya dan diberikan sebelum atau bersama-sama. Interaksi obat dapat berlangsung dengan beberapa cara, antara lain : a. Interaksi kimia, contih : Fenitoin diikat oleh Kalsium, Tetraksiklin oleh logam valensi dua.

b. Kompetisi untuk protein plasma, contoh : Salisilat, Fenilbutazon dan Indometazin mendesak ikatan obat lain pada protein, hingga memperkuat khasiat obat tersebut. c. Induksi enzim, obat menstimulasi pembentukan enzim hati, lalu menimbulkan obat tersebut cepat dieliminasi dan juga mempecepat perombakan obat lain. Contoh : Hipnotika memperlancar biotransformasi antikoagolasia dan antidepresif trisiklis hingga memperlemah efek obat tersebut. d. Inhibisi enzim, obat mengganggu fungsi hepar dan enzim-enzimnya. Contoh : alcohol dapat memperkuat obat lain.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran Makalah ini masih sangat sederhana untuk itu kami berharap sumbang saran dari para pembaca yang budiman demi perbaikan makalah ini. Kami menyarankan agar makalah ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Related Documents


More Documents from "Irma Lona"