Makalah Komunitas Beres.docx

  • Uploaded by: uci
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Komunitas Beres.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,162
  • Pages: 39
KEPERAWATAN KOMUNITAS II “Konsep Perawatan Di Rumah dan Pemberantasan Sarang Nyamuk”

Disusun Oleh Kelas E : Susilawati

1610711108

Suci Tarmira

1610711111

Siti Anisatur Rokhmah

1610711113

Nurfatma Silvia

1610711117

Siti Juharotul Fikriah

1610711123

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA 2019 KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “Konsep Perawatan Di Rumah dan Pemberantasan Sarang Nyamuk” ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II. Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaiakan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang tulus dan ikhlas, telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Depok, 12 Februari 2019

Penulis

2

DAFTAR ISI COVER ........................................................................................................1 KATA PENGANTAR .................................................................................2 DAFTAR ISI................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................4 A. Latar Belakang .................................................................................4 B. Rumusan Masalah ............................................................................4 C. Tujuan Penulisan ..............................................................................5 BAB II PEMBAHASAN .............................................................................6 A. Sejarah Home Care Nursing ...........................................................6 B. Perspektif Home Care nursing ........................................................7 C. Definisi Home Care .........................................................................8 D. Keterampilan Dasar yang Harus Dimiliki Dalam Pelayanan Home Care Nursing....................................................................................9 E. Perawatan Kesehatan Di Rumah ...................................................11 F. Perkembangan Perawatan Kesehatan Di Rumah ..........................12 G. Manfaat Perawatan Kesehatan Dirumah .......................................15 H. Tahap-Tahap Perawatan Kesehatan Dirumah ...............................16 I. Adaptasi ........................................................................................17 J. Partisipasi Klien ............................................................................17 K. Pengertian Home Care ...................................................................18 L. Tujuan Home Care ........................................................................18 M. Konsep Model / Teori Keperawatan yang Mendukung Home Care ...............................................................................................19 N. Landasan Hukum Home Care .......................................................22 O. Lingkup Pelayanan Home Care ....................................................23 P. Mekanisme Pelayanan Home Care ..............................................24 Q. Peran dan Fungsi Perawat Home Care ..........................................24 R. Pemberantasan Sarang Nyamuk ....................................................26 BAB III PENUTUP ...................................................................................38 Simpulan ....................................................................................................38 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan yang berkualitas mempunyai arti bahwa pelayanan yang diberikan kepada individu, keluarga ataupun masyarakat haruslah baik (bersifat etis) dan benar (berdasarkan ilmu dan hukum yang berlaku). Hukum yang mengatur praktik keperawatan telah tersedia dengan lengkap, baik dalam bentuk undang-undang kesehatan, maupun surat keputusan Menkes tentang praktik keperawatan. Dengan demikian melakukan praktik keperawatan bagi perawat di Indonesia adalah merupakan hak sekaligus kewajiban profesi untuk mencapai visi Indonesia sehat tahun 2010. Implementasi praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat sebenarnya tidak harus dilakukan di rumah sakit, klinik, ataupun di gedung puskesmas tetapi dapat juga dilaksanakan dimasyarakat maupun dirumah pasien. Pelayanan keperawatan yang dilkukan dirumah pasien disebut Home Care.

B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Sejarah Home Care Nursing ? 2. Apa Perspektif Home Care nursing ? 3. Apa Definisi Home Care? 4. Bagaimana Keterampilan Dasar yang Harus Dimiliki Dalam Pelayanan Home Care Nursing ? 5. Bagaimana Perawatan Kesehatan Di Rumah ? 6. Bagaimana Perkembangan Perawatan Kesehatan Di Rumah ? 7. Apa Manfaat Perawatan Kesehatan Dirumah ? 8. Apa Tahap-Tahap Perawatan Kesehatan Dirumah ? 9. Bagaimana Adaptasi ? 10. Bagaimana Partisipasi Klien ? 11. Apa Pengertian Home Care? 12. Apa Tujuan Home Care ? 13. Bagaimana Konsep Model / Teori Keperawatan yang Mendukung Home Care ? 4

14. Bagaimana Landasan Hukum Home Care ? 15. Bagaimana Lingkup Pelayanan Home Care ? 16. Bagaimana Mekanisme Pelayanan Home Care ? 17. Apa Peran dan Fungsi Perawat Home Care ? 18. Bagaimana Pemberantasan Sarang Nyamuk?

C. Tujuan Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Sejarah Home Care Nursing 2. Untuk mengetahui Perspektif Home Care nursing 3. Untuk mengetahui Definisi Home Care 4. Untuk mengetahui Keterampilan Dasar yang Harus Dimiliki Dalam Pelayanan Home Care Nursing 5. Untuk mengetahui Perawatan Kesehatan Di Rumah 6. Untuk mengetahui Perkembangan Perawatan Kesehatan Di Rumah 7. Untuk mengetahui Manfaat Perawatan Kesehatan Dirumah 8. Untuk mengetahui Tahap-Tahap Perawatan Kesehatan Dirumah 9. Untuk mengetahui Adaptasi 10. Bagaimana Partisipasi Klien 11. Untuk mengetahui Pengertian Home Care 12. Untuk mengetahui Tujuan Home Care 13. Untuk mengetahui Konsep Model / Teori Keperawatan yang Mendukung Home Care 14. Untuk mengetahui Landasan Hukum Home Care 15. Untuk mengetahui Lingkup Pelayanan Home Care 16. Untuk mengetahui Mekanisme Pelayanan Home Care 17. Untuk mengetahui Peran dan Fungsi Perawat Home Care 18. Untuk mengetahui Pemberantasan Sarang Nyamuk

5

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Home Care Nursing Home care nursing mulai berkembang sejak tahun 1700-an dengan pelayanan home visit pada keluarga yang kurang mampu. Boston Dispensary, merupakan lembaga yang pertama kali memberikan pelayanan dengan konsep home di Amerika Serikat pada tahun 1796. Home care berkembang dari konsep Nusing Home visit yang dikenal dengan istilah dengan District Nurse yang didedikasikan kepada Florence Nightingale yang ditujukan kepada para pasien yang dirawat dirumah (Rice, 2006). Pada tahun 1877 The Women’s Branch yang ada di New York yang memulai memperkerjakan lulusan perawat untuk merawat orang sakit dirumah. Sedangkan di Boston sejak tahun 1886 telah berdiri kumpulan kelompok relawan yang selanjutnya menjadi cikal bakal dari terbentuknya Visiting Nurse Associations (VNAs). Sejak 1893, Lilian Wald dan Mary Brewster mengembangkan home care yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan kesehatan diwilayah New York City sampai tahun 1909, di New York sudah ada hampir 565 lembaga pelayanan home care yang menyerap hampir 1416 perawat home care. Sejak berakhirnya perang dunia II, home care berkembang dengan snagat pesat sebagai bentuk refleksi kebutuhan masyarakat (Rice, 2006). Di Indonesia, home care telah diperkenalkan sejak tahun 1974 oleh almarhum Ibu Jendral A.H. Nasution yang ketika itu lebih berfokus pada pemberian makanan bergizi kepada lanjut usia. “Pendampingan dan Perawatan Sosial Lanjut Usia di Rumah” atau yang dikenal dengan program home care kini telah berkembang pesat ditengah-tengah masyarakat Indonesia dalam beberapa tahun terakhir (Directorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia, 2014). Lahirnya permenkes 148 tahun 2010 tentang regeresi dan praktik keperawatan telah memberikan pentujuk yang jelas tentang kewenangan praktik perawatan dirumah yang bisa dilakukan oleh perawat. Permenkes No 28 tahun 2011 secara ekplisit menyebutkan bahwa home care menjadi bagian pelayanan terintegrasi dari klinik. Dengan demikian, dari sejarahnya, home care merupakan bagian yang sangat penting 6

dalam pengembangan pelayanan keperawatan yang bermutu dan menjadi salah satu pilihan dalam pelayanan kesehatan. Dalam permenkes RI no.75 tahu 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat mengatakan bahwa salah satu upaya kesehata perorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk pelayanan home care.

B. Perspektif Home Care nursing 1. Perspektif Sosial Sebelum tahun 1960-an perawatan dirumah dipandang sebagai pelayanan masyarakat. meskipun keperawatan kesehatan masyarakat berfokus kepada promosi kesehatan, home care nursing khusus berfokus pada pemulihan kesehatan dan perawatan pasien yang sakit. salah satu lembaga seperti visiting nurse associations (VNAs) memiliki misi yang penting yaitu memberikan perawatan dirumah yang berkualitas kepada semua pasien tanpa memperhatikan kemampuan pasien untuk membayar jasa layanan. (Rice, 2006). Home care menjadi pilihan yang cukup baik sebagai salah satu model dalam pemberian pelayanan kesehatan yang cepat, terjangkau yang akan memberikan dampak luas dalam peningkatan pelayanan sehingga dapat mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan. sebelum tahun 1960-an, home care masih digolongkan sebagai pelayanan sosial pemerintah yang berbasis komunitas yang berfokus pada upaya pencegahan untuk keluarga miskin serta rentan. namun saat ini home care merupakan model pelayanan yang lebih banyak mengarah ke private service yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan sebagai dampak perubahan demografi dan epidemiologi. semakin banyaknya lansia, meningkatnya penyakit degeratif kronis, serta semakin terbatasnya kesempatan keluarga untuk mendampingi anggota keluarga yang sakit akibat pergeseran sosial dan budaya (seperti tuntutan pekerjaan, tuntutan jarak tinggal dan keterbatasan waktu) menyebabkan tenaga perawat sangat dibutuhkan untuk menggantikan posisi keluarga tersebut. (Suardana, 2013). 2. Perspektif Teknologi dalam Home Care Kemajuan teknologi yang sangat pesat sangat menunjang dalam pelayanan home care nursing. kemajuan teknologi meudahkan seorang perawat home care 7

dalam mencari artikel dan jurnal terkait dalam pelayanan home care, sehingga meningkatkan pengetahuan dan wawasan perawat home care dalam memberikan pelayanan. Kemajuan teknologi pelayanan kesehatan dan komunikasi memungkinkan pelayanan home care

semakin berkembang. perkembangan komunikasi

memungkinkan pasien, keluarga dan perawat dapat melakukan aktivitas pelayanan dengan semakin baik. penggunaan personal digital assistance sangat membantu dalam melakukan telemonitoring, konsultasi, dan dokumentasi tindakan perawatan yang dilakukan (Rice,2006). Dampak positif dari kemajuan teknologi dalam pelayanan home care yaitu: a. Meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien dengan penyakit kronis dirumah. Contoh : peritoneal hemodialysis. b. Kemajuan teknologi dapat membantu dalam memberikan pelayanan pada pasien dengan keterbatasan fisik dan mental. Contoh : penggunaan berbagai model bed pasien c. Mengurangi kerugian social dan ekonimo akibat pelayanan kesehatan. Contih : keluarga tidak perlu kehilangan pekerjaan karena harus menjaga pasien dirumah sakit d. Melakukan manajemen pemenuhan berbagai kebutuhan pasien dirumah. Contoh : seluruh kebutuhan dasar pasien bias dipenuhi secara operasional e. Melakukan tuntunan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan terhadap pelayanan home secara personal. Contoh : pasien bias memilih perawat yang berkualitas sesuai dengan standar yang dibutuhkan pasien.

C. Definisi Home care adalah pemberian asuhan keperawatan yang berkulitas kepada pasien dirumah yang diberikan secara intermittent atau part time ( Rice. 2016 ). Home care adalah system dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan social diberikan dirumah kepada orang orang cacat atau orang orang yang harus tinggal dirumah karena kondisi 8

kesehatannya ( Nies, M. A. and Mc Ewen, 2001 ). Proses pengembangan pola piker, bahwa perawat perlu memberikan apresiasi terhadap upaya penyembuhan lain yang dilakukan oleh pasien sesuai budaya dan keyakinan pasien. Model ini sebagai bentuk pemahaman terkait penghargaan diri dari pasien terhadap hidup dan kehidupan serta pemehaman spiritual pasien tentang proses yang dialami. Model ini dilakukan ketika kata kata sudah tidak mampu lagi untuk mengungkapkan perasaan antra pasien dan perawat. (Suardana, 2013 )

D. Keterampilan Dasar yang Harus Dimiliki Dalam Pelayanan Home Care Nursing Keterampilan yang harus dimiliki oleh perawat home care dalam memberikan pelayanan home care nursing, yaitu : 1. Keterampilan pengkajian dan evaluasi Saat dirumah pasien, perawat bekerja sendiri. Untuk itu, penguasaan terhadap kemampuan pengkajian menjadi sangat penting. Perawat harus mampu melakukan kajian yang holistic dan mendalam tentang pasien, keluarga, dan lingkungan rumah pasien, termasuk support system yang ada disekitar lingkungan pasien. Kemampuan untuk menilai perkembangan pasien baik jangka pendek, menengah maupun panjang sangat penting karena dengan kemampuan tersebut, perawat akan tahu jika terjadi perkembangan/ perubahan yang tidak sesuai. Kemampuan mengkaji dan mengevaluasi menjadi dasar dalam melakukan perubahan terhadap rencana tindakan yang akan dilakukan, baik menyangkut jenis Tindakan, frekuensi, tindakan maupun kebutuhan terhadap konsultasi dan refeal yang tepat (suardana, 2013) 2. Keterampilan komunikasi yang efektif Jika posisi dokter dan agency jauh, maka perawat merupakan orang terdepan yang berhadapan dengan pasien dan keluargannya, dan sekaligus menjadi chanel dan media komunikasi antara profesui kesehatan dengan pasien. Perawat mampu melakukan komunikasi multidisiplin saat dilakukan confrence dengan multhidisiplin . komunikasi yang baik akan menjaga hubungan antara perawat dengan pasien dan perawat dengan multidisiplin lainnya, komunikasi adalah dasar dari estetika home care. 9

3. Pengambilan keputusan Merawat opasien dirumah pasien yang jauh membutuhkan tanggung jawab khusus yang cukup berat. Perawat harus tau kapan waktunya menghubungi dokter, aytau mengirim pasien kerumah sakit. Untuk itu seseorang perawat home care harus mampu mengambil keputusan. perawat harus tau kapan situasi mengancam atau tidak mengancam pasien. 4. Kemampuan dokumentasi Perawat home care harus memiliki kemampuan pencatatan yang baik terkait tindakan yang dilakukan maupun kondisi pasien. Catatan dapat dijasikanm pedoman untuk perencanaan tidakan, menilai perkembangan pasien dan sebagai data

untuk

mendapatkan

klaim

pembayaran

asuransi,

serta

kreditasi

penyelengaraan home care. 5. Kemampuan berfikuir fleksible, kritis dan kreatif Berkerja dirumah pasien dengan kondisi yang berbeda dan berubah-ubah merupakan pengalaman menarik dari home care. Perawat mungkin saja menemukan situasi yang berbeda yang tidak sesuai dengan kondisi ideal dari perawatan. Berkerja pada lingkungan yang tidak terkontrol, peralatan terbatas tenaga terbatas memerlukan fleksibilitas dan dalam melakukan tindakan, kritis dalam berfikir dan kreatif dalam membuat teknik-teknik khusus sesuai dengan kondisi yang ada. 6. Mengatur diri Perawat home care harus mampu mengatur dirinya sendiri, mampu mengenal keluarga dan pasien dengan lebih baik. mampu mengatur papan seharus nya melakukan pengkajian, melakukan tindakan, mengatur kunjungan dan melakukan kordinasi dengan disiplin lain. Secara umum, sebagian besar tindakan diatur oleh perawat karena perawat adalah manajer dari home care. 7. Penanganan kegawat daruratan Situasi kegawat daruratan bisa terjadi kapan saja pada pasien, baik dalam bentuk kedaruratan nafas, kardiovoskuler, neuro, maupun psikiatri. Oleh karena itu seorang perawat home care harus memiliki kemampuan pemberian bantuan hidup dasar (Suardana, 2013). 10

E. Perawatan Kesehatan Di Rumah Perawatan kesehatan dirumah merupakan salah satu jenis dari perawatan jangka panjang (long term care) yang dapat diberikan oleh tenaga profesional maupun nonprofesional yang telah mendapatkan pelatihan. Perawatan kesehatan dirumah yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan

adalah suatu komponen rentang

pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka dengan tujuan meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan, serta mamaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit terminal. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan klien individual dan keluarga harus direncanakan, dikoordinasi, dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisasi untuk memberi perawatan kesehatan dirumah (home care) melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian atau kombinasi dari keduanya. (C. Warhola, 1980). Sherwen (1991) mendefisinikan perawatan kesehatan dirumah sebagai bagian integral dari pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu individu, keluarga, dan masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka hadapi. Sedangkan Stuart (1998) menjabarkan perawatan kesehatan dirumah sebagai proses keperawatan di rumah sakit, yang merupakan kelanjutan dari rencana pemulangan (discharge planning), bagi klien yang sudah waktunya pulang dari rumah sakit. Perawatan dirumah ini biasanya dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit semula, perawat komunitas dimana klien berada, atau tim khusus yang menangani perawatan dirumah. Menurut American Nurses Association (ANA) tahun 1992, pelayanan kesehatan dirumah adalah perpaduan perawatan kesehatan masyarakat dan keterampilan teknis yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari atas perawat komunitas, perawat geronologi, perawat psikiatri, perawat maternitas, dan perawat medikal bedah. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan perawatan kesehatan dirmah adalah sebagai berikut: 1. Suatu

bentuk

pelayanan

keperawatanyang

memandirikan klien dan keluarga

11

kompreherensif,

bertujuan

2. Pelayanan kesehatan diberikan ditempat tinggal klien dengan melibatkan klien dan keluarganya sebagai subjek yang ikut berpartisipasi merencakana kegiatan pelayanan. 3. Pelayanan dikelola oleh suatu unit atau sarana (instistusi) baik aspek administrasi maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinasikan sebagai kategori tenaga profesional dibantu tenaga non-profesional, dibidang kesehatan maupun nonkesehatan (Depkes, 2002).

Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pelayanan primer, sekunder, dan tersier yang berfokus pada asuhan keperawatan klien melalui kerja sama dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya. Perawatan kesehatan dirumah adalah spektrum kesehatan yang luas dan pelayanan sosial yang ditawarkan pada lingkungan rumah untuk memulihkan ketidakmampuan dan membanu klien yang menderita penyakit kronis (NAHC, 1994).

F. Perkembangan Perawatan Kesehatan Di Rumah Sejauh ini bentuk-bentuk kesehatan yang dikenal oleh masyarakat dalam sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi lain, banyak anggota masyaraka yang menderita sakit dan karena berbagai pertimbangan terpaksa dirawat dirumah dan tidak dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan. Faktor-faktor yang mendukung perawatan kesehatan dirumah adalh berikut ini (Depkes RI, 2002). 1. Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak lagi apabila dirawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya, klien kanker stadium akhir yang secara medis belum ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhannya. 2. Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayan kesehatan pada kasus-kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama. Dengan demikian berdampak pada semakin meningkatnya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut perawatan di rumah. Misalnya, klien pasca stroke yang mengalami komplikasi

kelumpuhan

dan

membutuhkan waktu relatif lama. 12

memerlukan

pelayanan

rehabilitasi

yang

3. Manajemen rumah sakit yang berorientasi

pada profit merasakan bahwa

perawatan klien yang sangat lama (lebih dari satu minggu) tidak menguntungkan bahkan menjadi beban bagi manajemen. 4. Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap diinstitusi pelayanan kesehatan membatasi kehidupan manusia karena seseorang tidak dapat menikmati kehidupan secara optimal dan terikat dengan aturan-aturan yang ditetapkan. 5. Lingkungan dirumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagai klien dibandingkan dengan perawatan dirumah sakit, sehingga dapat mempercepat kesembuhan. Berikut tujuan perawatan dirumah. 1. Membantu klien memelihara atau meningkatkan kesehatan dengan kualitas kehidupannya 2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan 3. Menguatkan fungsi keluarga dan keadekuatan antara keluarga 4. Membantu klien untuk tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan yang diperlukan, rehabilitasi, atau perawatan paliatif 5. Biaya kesehatan akan lebih terkendali Secara umum lingkup perawatan kesehatan dirumah dapat dikelompokkan menjadi: 1. Pelayanan medis dan asuhan keperawatan 2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik 3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik 4. Pelayanan informasi dan rujukan 5. Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kesehatan 6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan 7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial Menurut R. Rice (2001), jenis kasus yang dapat dilayanai pada perawatan kesehatan dirumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan dirumah sakit dan kasus-kasus khusus yang dijumpai dikomunitas. Kasus umum yang merupakan pasca perawatan dirumah sakit adlah klien dengan oenyakit obstruktif paru kronis, gangguan oksigenisasi, penyakit gagal jantung, perlukaan kronis, DM yang disertai ganggren, 13

ganguan fungsi perkemihan, kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi, mendapat terapi cairan infus dirumah, gangguan fungsi persyarafan, dan dengan HIV/AIDS. Sedangkan, kasus dengan kondisi khusus adalah klien setelah melahirkan (post-partum), mempunyai gangguan kesehatan mental, lanjut usia, dan pada kondisi terminal. Sebagai koordinator perawat harus mempunyai pengetahuan tentang pelayanan kesehatan dirumah termasuk kriteria klien, keterampilan komunikasi dan sensitif terhadap kebutuhan klien, serta harus mampu menguasai keterampilan kerja tim dan organisasi juga mampu membaca peluang dan pemasaran produk home care. Perawat home care bekerja dengan berbagai macam klien diantaranya klien lansia dengan penyakit konis , ibu dengan bayi baru lahir, klien dengan penyakit terminal, dan lainnya. Tapi yang menjadi fokus utama dalam home care adalah memandirikan klien dan keluarga serta meningkatkan status kesehatan klien dan keluarga. Dalam hal ini, perawat dapat berperan sebagai pendidik, advokat, manajer kasus, dan sistem pendukung (supportsystem) bagi klien dan keluarga. Secara garis besar peran perawat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut: 1. Perawat Langsung Perawatan yang diberikan memalui interaksi langsung (direct care) antara perawat dengan klien yang meliputi kegiatan pengkajian fisik sampai intervensi keperawatan yang dibutuhkan oleh klien. Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan pada pelayanan dirumah: a. Pengkuran TTV b. Pemasangan atau penggantian selang lambung (nasogastrike tube) c. Pemasangan atau penggantian kateter d. Perawatan luka atau dekubitus e. Penghisapan lendir atau mukus f. Pengambilan prepat (darah, urine, feses atau lainnya) dalam rangka pemeriksaan laboratorium 2. Perawatan tidak langsung Perawatan yanf diberikan melalui interaksi langsung (directcare) dengan perawat. Perawatan tidak langsung cenderung ke arah kegiatan konsultasi maupun konseling. pada tabel dibawah ini dapat dilihat perbedaan komponen tugas 14

merawat secara pribadi dan pelayanan kesehatan dirumah yang diadaptasi dari Garvey E. Logue (1998) dalam buku Community Healt Nursing karya Standhope dan Lancaster (1996). Komponen

Merawat Secara Pribadi

Peran dan Fungsi

1. Pemberian pelayanan secara 1. Distribusi pencegahan penyakit individu

2. Tindakan pelayanan

2. Tindakan pemeliharaan

3. Keterampilan

3. Petugas/penjaga

4. Rehabilitasi

4. Episodik Pembayaran

Pelayanan Kesehatan Dirumah

episodik

(Pengobatan dan rehabilitasi)

Membayar kepada perawat

Membayar ke agen pelayanan kesehatan

Biaya

Dibayar harian atau per jam

Dibayar perkunjungan

Frekuensi

Purna-waktu dan tugas secara Sesuai kebutuhan klien bergantian

G. Manfaat Perawatan Kesehatan Dirumah Merawat kesehatan dirumah memiliki manfaat yang baik untuk keluarga maupun perawat. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut. 1. Manfaat untuk keluarga a. Biaya kesehatan akan lebih terkendali b. Mempererat ikatan keluarga karena dapat berdekatan dengan anggota keluarga yang lain saat sakit c. Merasa lebih nyaman karena berada dirumah. d. Pasien lebih dekat dengan keluarganya sehingga menciptakan rasa aman dan nyaman antara pasien dan keluarganya e. Melibatkan keluarga dalam perawatan pasien sehingga tidak merasa diabaikan.pasien f. Meningkatkan kualitas hidup pasien. 2. Manfaat untuk perawat a. Memberi variasi lingkungan kerja sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang sama 15

b. Dapat mengenal lingkungan dan klien dengan baik sehingga pendidikan kesehatan yang diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien.

H. Tahap-Tahap Perawatan Kesehatan Dirumah Tahap-tahap dalam pemberian pelayanan kesehatan (keperawatan) dirumah adalah sebagai berikut. 1. Fase pre-inisiasi (persiapan) Pada fase pertama in, perawat mendapatkan data tentang keluarga yang akan dikunjungi dari puskesmas atau ibu kader. Perawat perlu membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan yang akan dilakukan. Kontrak waktu kunjungan perlu dilakukan pada fase ini. 2. Fase inisiasi (perkenalan) Pada fase pertama ini mungkin memerlukan beberapa kali kunjungan. Selama fase ini perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan. 3. Fase implementasi Pada fase ini, perawat melakukan pengkajian dan perencanaan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dimiliki oleh keluarga dan klien. Lakukan intervensi sesuai rencana. Eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannya. Berikan pendidikan klien dan keluarga serta sediakan pula informasi tertulis. 4. Fase terminasi Fase ini, perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga. Mnyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang ditangani dan masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh keluarga sangat penting dilakukan pada fase terminasi. Tinggalkan nama, alamat, dan nomor telpon perawat agar mudah dihubungi jika sewaktu-waktu klien membutuhkan. 5. Fase pasca kunjungan Sebagai fase terakhir hendaknya perawat membuat dokumentasi lengkap tentang hasil kunjungan untuk disimpan dipelayanan kesehatan, dokumentasi 16

tersebut harus memenuhi aspek lengkap (complete), jelas (clear) dan dapat dibaca (legible).

I. Adaptasi Proses koping klien melalui fungsi peran mengarah pada respon yang adaptif terutama

pada klien yang mengalami penyakit kronis seperti HIV/AIDS, kanker,

diabetes mellitus, dantekanan darah tinggi. Secara alamiah klien memiliki kemnampuan untuk beradaptasi. Roy dan Andrews adaptasi klien menuju keseimbangan dapat diperoleh melalui aktifitas seperti memenuhi kebutuhan fisiologis, menyadari konsep diri, menyadari fungsi peran masing-masing dan menyadari bahwa manusia saling bergantung satu sama lain. Keempat aktifitas tersebut dapat mengukur kemampuan klien untuk beradaptasi. Praktik keperawatan kesehatan komunitas mendukung klien untuk menggunakan respins adaptif.

J. Partisipasi Klien Dalam praktik keerawatan kesehatan komunitas partisipasi klien meliputi kinerja aktivitas keseharian serta berbagai aktivitas seperti pencapaian tujuan, perawatan diri, dan adaptasi untuk pemberdayaan klien, gambaran lengkap dari patisipasi klien dan praktik keperawatan

kesehatan

komunitas

diuraikan

untuk

memaparkan

bagaimana

pemberdayaan klien direfleksikan dalam praktik keperawatan dirumah dalam proses meningkatkan partisipasi klien melalui perkembangan kognitif dan keterlibatan. Praktik keperawatan komunitas berfokus

untuk memberikan pendidikan

kesehatan yang terkait dengan masing-masing penyakit, keterlibatan keluarga klien dan tenaga kesehatan lain sebagai pemberi layanan keperawatan mendukung keberlanjutan partisipasi klien dari aktivitas sehari-hari, pencapaian tujuan, perawatan diri dan adaptasi. Tujuan perawatan kesehatan dirumah adalah menyiapkan klien untuk mencapai aktivitas hidup yang realisis dan dicapai. Keperawatan komunitas dalam konteks partisipasi klien merupakan ilmu dan seni dalam memberdayakan klien untuk merawat diri sendiri dirumahnya dengan meningkatkan kemampuan dan kekuatannya melalui bantuan,pendidikan,panduan dan motivasi tetapi tidak hanya mengidentifikasi klien melainkan juga melibatkan keluarga dan komunitas. 17

Proses keperawatan kesehatan komunitas berfokus pada pola perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dalam situasi hidup kritis. Tujuannya adalah mempertahankan kegunaan konsep fungsional diri baik fisik maupun psikologis dalam menggadapi ancaman, perubahan,kemunduran, atau kerusakan. Oleh karena itu, hasil partisipasi klien adalah keadaan sehat dan dapat hidup dengan penyakit dilingkungan ramah.

K. Pengertian Menurut depertemen kesehatan (2002) home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan kompherensif yang diberikan kepada individu dan keluarega ditempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, memperetahankan atau memulikan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat penyakit. Home health care adalah system dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan dirumah kepada orang-oreang yang cacat arau orang-orang yang harus tinggal dirumah karna kondidi kesehatannya ( Neis dan MCewen,2001).

L. Tujuan Tujuan dasar dari keperawatan home care adalah : 1. Meningkatkan “support system” yang adekuat dan efektif, serta mendorong digunakanya pelayanan kesehatan 2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan peraqwatan pada anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan 3. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang normal dari seluruh anggta keluarga, serta memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang peningkatan kesehatan pencegahan 4. Menguatkan fungsi keluarga dan kekuatan antar anggota keluarga 5. Meningkatrakan kesehatan.

18

M. Konsep Model / Teori Keperawatan yang Mendukung Home Care Menurut Hidayat (2004), Model / teori keperawatan yang mendukung home care antara lain: 1. Teori Lingkungan (Florence Nightingale) Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen lingkungan terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang meliputi: a. Udara bersih b. Air yang bersih c. Pemeliharaan yang efisien d. Kebersihan e. Penerangan/pencahayaan Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan social dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya. Penekanannya terhadap lingkungan sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan masalah kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara hidup seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya. 2. Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers) Dalam memahami konsep model dan teori ini, Rogers berasumsi bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri. Asumsi tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan manusia dan lingkungan, kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri dari integritas, resonansi dan helicy. Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan, dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Resonansi 19

mengandung arti bahwa

proses

kehidupan

antara

individu

dengan

lingkungan berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang bervariasi dan

helicy

merupakan

proses

terjadinya interaksi antara manusia dengan

lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan-lahan maupun berlangsung dengan cepat. Menurut

Rogers

(1970),

tujuan

keperawatan

adalah

untuk

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistik

keperawatan.

Menurut Rogers, 1979 Kerangka Kerja Praktik:

“Manusia utuh” meliputi proses sepanjang hidup. Klien secara terus menerus berubah dan menyelaraskan dengan lingkungannya. 3. Teori Transkultural nursing (Leininger) Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip “care” dan pemahaman yang dalam mengenai “care” sehingga culture “care”, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan yang realiabel

dan

akurat

untuk perencanaan dan implementasi yang efektif

terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara pandangan dunia, struktur sosial

dan

keyakinan

kultur (orang biasa dan profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan saat bekerja dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain. Struktur social seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit. 4. Theory of Human Caring (Watson, 1979) Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien

sebagai manusia,

dengan

demikian mempengaruhi

kesanggupan pasien untuk sembuh. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang 20

kebutuhan

manusia

yang

saling

berhubungan hidup) eliminasi

yang dan

diantaranya

kebutuhan

meliputi

kebutuhan

makanan

ventilasi,

kebutuhan

kebutuhan

dasar biofisikial dan

(kebutuhan

untuk

cairan, kebutuhan

psikofisikal

(kebutuhan

fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri. 5. Teori Self Care (Dorothea Orem) Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur

dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperawatan Orem

mengembangkan dua bentuk teori Self Care, di antaranya : a. Perawatan diri sendiri (Self Care) 1) Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan oleh individu

itu

sendiri dalam memenuhi

serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan. 2) Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam

melakukan perawatan

diri

sendiri,

yang

dapat

dipengaruhi oeh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain. 3) Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat 4) Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan

yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri

sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya mepertahankan fungsi tubuh. Self Care Requisites terdiri dari beberapa jenis, yaitu : Universal Self Care Requisites (kebutuhan universal manusia yang merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care Requisites 21

(kebutuhan yang berhubungan perkembangan indvidu) dan Health Deviation Requisites (kebutuhan yang timbul sebagai hasil dari kondisi pasien). b. Self Care Defisit Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan

dibutuhkan. Keperawatan

dibutuhkan

seseorang

pada

saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya secara terus menerus. Self care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain. 6. Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care (Rice) Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan keseimbangan sehat sakit yang ditetapkan oleh pasien.

N. Landasan Hukum Home Care 1. Fungsi hukum dalam Praktik Perawat : a. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri d. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi e. perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum. 22

2. Landasan hukum : a. UU Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran b. UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah c. UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan d. PP Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan e. PP Nomor 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah. f. PP Nomor 47 tahun 2006 tentang Jabatan fungsional dokter, dokter gigi, apoteker,ass.apoteker,

pranata

lab.kes.

epidemiologi

kes,

entomology kes, sanitarian, administrator kesehatan, penyuluh kes masy,

perawat

gigi,

nutrisionis,

bidan, perawat, radiographer,

perekam medis, dan teknisi elektromedis g. SK Menpan Nomor 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat. h. Kepmenkes Nomor 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas i. Kepmenkes Nomor 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas. j. Kepmenkes Nomor 374 tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional k. Kepmenkes Nomor 267 tahun 2010 tentang penetapan roadmap reformasi kes.masyarakat. l. Permenkes Nomor 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta m. Permenkes

Nomor

148

tahun

2010

tentang

ijin

penyelenggaraan praktik keperawatan.

O. Lingkup Pelayanan Home Care Menurut Nuryandari (2004) menyebutkan ruang lingkup pelayanan home care adalah: 1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan 2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan upaya lingkungan yang terapeutik 3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik 4. Pelayanan informasi dan rujukan 5. Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kesehatan 23

dan

6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan 7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial

P. Mekanisme Pelayanan Home Care Pasien atau klien yang memperoleh pelayanan keperawatan dirumah dapat merupakan rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas, namun pasien atau klien dapat langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan dirumah atau praktek keperawatan perorangan untuk memperoleh pelayanan. mekanisme yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pasien rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau tidak. 2. Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat dirumah, maka dilakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari pengelola atau agensi staf perawatan kesehatan dirumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan masalahnya dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan, mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan,jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan. 3. Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan keperawatan dirumah baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan dirumah. pelayanan dikordinir dan dikendalikan oleh kasus, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh koordinator kasus. 4. Secara periodik koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.

Q. Peran dan Fungsi Perawat Home Care 1. Manajer kasus : Mengelola dan mengkolaborasikan pelayanan dengan fungsi : a. Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga b. Menyusun rencana pelayanan c. Mengkoordinir aktifitas tim 24

d. Memantau kualitas pelayanan 2. Pelaksana : Memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi pelayanan dengan fungsi : a. Melakukan pengkajian komprehensif b. Menetapkan masalah c. Menyusun rencana keperawatan d. Melakukan tindakan perawatan e. Melakukan observasi terhadap kondisi pasien f. Membantu pasien dalam mengembangkan perilaku koping yang efektif g. Melibatkan keluarga dalam pelayanan h. Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan i. Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan j. Mendokumentasikan asuhan keperawatan Peran Perawat Ekspektasi yang diharapkan oleh pengguna jasa pelayanan home care terhadap peran perawat sangat besar. jika dirumah sakit perawat memiliki tim kerja yang setiap waktu bisa berkoordinasi, maka di home care perawat haruslah seorang ekspert yang memiliki kemampuan lebih karena harus mampu mengatasai setiap permasalahan yang muncul. 1. Patient Educator Perawat dalam melakukan kunjungan ke pasien biasanya dilakukan dalam paruh waktu atau atau dalam kurun waktu tertentu, sehingga waktu kontak langsung dengan pasien terbatas. untuk itu peran perawat sebagai educator sangat penting, untuk mendidik caregiver, keluarga, pasien agar mereka mampu melakukan penanganan terhadap masalah yang dihadapi. perawat wajib memberikan informasi yang cukup terkait manajemen kasus yang ditangani dan membimbing mereka memilih tindakan yang tepat. 2. Patient Advocate Sebagai bagian dari perilaku caring terhadap pasien, perawat merupakan advovate yang tidak hanya memastikan bahwa tindakan telah dilakukan dengan benar, tetapi juga memastikan bahwa tindakan tersebut dilakukan dengan 25

memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dan menjaga hak-hak pasien. advokasi merupakan refleksi dari perilaku standar profesional etika praktek. 3. Case Manager Sebagai manajer kasus, perawat berperan melakukan pengkajian, mengimplementasikan dan mengevaluasi tindakan yang diberikan kepada pasien. selain itu sebagai manajer juga melakukan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan melalui kajian analisis cost effective, kualitas pelayanan dari semua disiplin yang menjadi team home care. 4. Spiritual - Aesthetic Communer Perawat home care akan mengahadapi pasien yang memiliki berbagai latar belakang kondisi dan prognosis penyakit. kasus yang ditangani dalam home care berupa penyakit kronis dan terminal. untuk itu perawat wajib melakukan realisasi dan memberikan dorongan semangat, harapan, dan tuntunan spiritual agar pasien siap menghadapi terjadinya perubahan. spiritual aesthetic communer merupakan satu bentuk penghargaan terhadap proses pengembangan pola pikir. bahwa perawat perlu memberikan apresiasi terhadap upaya penyembuhan lain yang dilakukan oleh pasien sesuai budaya dan keyakinan pasien. model ini sebagai bentuk pemahaman terkait oenghargaan diri dari pasien terhadap kehidupan serta pemahaman spiritual pasien tentang proses yang dialami. model ini dilakukan ketika kata-kata sudah tidak mampu lagi untuk mengungkapkan perasaan antara pasien dengan perawat ( Suardana, 2013). R. Pemberantasan Sarang Nyamuk Pemberantasan sarang nyamuk adalah kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong

nyamuk

penular

demam

berdarah

dengue

di

tempat-tempat

perkembangbiakannya (Susanti, 2012). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus Setyobudi (2011) bahwa partisipasi PSN memiliki pengaruh yang bermakna dengan penerapan jentik nyamuk. Data hasil analisis bivariat menunjukkan nilai RP= 3,103 (95%CI= 1,869-5,149) dengan nilai p= 0,0001. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan masyarakat yang memiliki tingkat partisipasi rendah terhadap PSN terdapat penerapan jentik nyamuk sebesar 3,103 kali dibandingkan dengan masyarakat

26

yang memiliki partisipasi tinggi terhadap PSN. Dengan demikian maka tingkat partisipasi PSN memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap penerapan jentik nyamuk. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) adalah suatu kegiatan masyarakat dan pemerintah yang dilakukan secara berkesinambungan untuk mencegah penyakit demam berdarah. Pemberantasan sarang nyamuk dilakukan dengan melakukan menguras, menutup, mengubur (3M) plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain populasi nyamuk Aedes aegypti dapat dikendalikan, sehingga penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Praktik rumah tangga terhadap PSN DBD adalah kegiatan pemberantasan DBD yang memerlukan peran aktif masyarakat (Depkes RI, 2010). 1. Langkah-langkah PSN Gambar 2.3. Menguras Tempat Penampung Air

(Sumber: Depkes RI 3,2006:13) Praktik PSN yang pertama yaitu menguras tandon air yang bisa dikuras antara lain bak mandi, bak WC, vas bunga, perangkap semut, tempat minum burung, dsb. Cara menguras yang baik adalah dengan menyikat atau menggosok rata dinding bagian dalam tandon air, mendatar maupun naik turun. Maksudnya agar telur nyamuk yang menempel dapat lepas dan tidak menetas jentik (Depkes RI, 2006). Gambar 2.4. Menutup Penampung Air

27

Praktik PSN yang kedua yaitu menutup. Ada 2 jenis menutup tandon air agar tidak dipakai nyamuk berkembangbiak yaitu menutup tandon dengan rapat agar air yang disimpan tidak ada jentiknya. Jenis tandon ini antara lain : gentong, padasan, drum, reservoar, emberisasi, dan sebagainya. Selanjutnya menutup tandon agar tidak terisi air . Misalnya tonggak bambu dapat ditutup dengan pasir atau tanah sampai penuh. Untuk ban, aki, dan sebagainya dapat ditutupi dengan plastik agar tidak kemasukan air atau dimasukkan karung agar tidak tersentuh nyamuk (Depkes RI, 2006). Gambar 2.5. Mengubur Barang Bekas

(Sumber: Depkes RI 3,2006:14) Praktik PSN yang ketiga yaitu mengubur. Barang-barang bekas yang dapat menampung air dan tidak akan dimanfaatkan lagi sebaiknya disingkirkan yang mudah adalah dengan mengubur ke dalam tanah. Beberapa barang bekas yang perlu dikubur antara lain gelas, ember, piring pecah, kaleng, dan lain sebagainya. Plus tindakan memberantas jentik dan menghindari gigitan nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, mengusir nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk, mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat nyamuk gosok, memasang kawat kassa jendela dan ventilasi, tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar, menggunakan sarung klambu waktu tidur, membunuh jentik nyamuk demam berdarah di tempat air yang sulit dikuras atau sulit air dengan menaburkan bubuk larvasida (Depkes RI, 2006).

28

2. Jumantik Mandiri Jumantik mandiri merupakan suatu upaya pengawasan atau pemantauan jentik nyamuk demam berdarah, Aedes aegypti yang dilakukan di wilayahnya sendiri dengan teknik dasar minimal 3M plus, yaitu: a. Menutup, yaitu memberi tutup yang rapat pada tempat air ditampung b.

Menguras, yaitu membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampung air

c. Mengubur, adalah memendam di dalam tanah untuk sampah atau benda yang tidak berguna yang memiliki potensi untuk jadi tempat nyamuk demam berdarah bertelur di dalam tanah. Adapun yang dimaksud dengan plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan seperti: a. Menggunakan obat nyamuk b.

Menggunakan kelambu saat tidur

c. Menanam tanaman pengusir nyamuk d. Memelihara ikan yang dapat memakan jentik nyamuk e. Menghindari daerah gelap di dalam rumah agar tidak ditempati nyamuk f. Memberi bubuk larvasida (Depkes RI, 2010). Jumantik adalah singkatan dari juru pemantau jentik nyamuk. Istilah ini dugunakan untuk para petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan jentik nyamuk demam berdarah, Aedes aegypti di wilayahnya. Menurut PP Provinsi DKI Jakarta No. 6 Tahun 2007 (dalam Erdi Komara), jumantik adalah warga masyarakat yang direkrut dan dilatih untuk melakukan proses edukasi dan memantau pelaksanaan PSN 3 M plus oleh masyarakat. Para jumantik diwajibkan melaporkan hasil pemantauan yang telah dilakukakan ke kelurahan atau desa masing-masing secara rutin dan berkesinambungan. Pemantauan jentik dilakukan satu kali dalam seminggu pada pagi hari. Jumantik yang bertugas di daerah-daerah ini sebelumnya telah mendapatkan pelatihan dari dinas terkait. Mereka juga dalam tugasnya dilengkapi dengan tanda pengenal dan perlengkapan berupa alat

29

pemeriksa jentik seperti cidukan, senter, pipet, wadah-wadah plastik, dan alat tulis (Depkes RI, 2010). a. Tugas Jumantik Tugas para jumantik dalam kegiatan memantau wilayah tersebut adalah: 1) Memeriksa

penerapan

jentik

nyamuk

pada

tempat-tempat

penampung air di dalam dan di luar rumah, dan tempat-tempat yang dapat tergenang air. Apabila dijumpai jentik dan keadaan tidak tertutup, maka petugas mencatatnya sambil memberikan penyuluhan agar dibersihkan dan ditutup rapat. Untuk tempattempat air yang sulit dikuras dan dibersihkan seperti tangki air biasanya tidak diperiksa, tetapi diberikan bubuk larvasida atau pembunuh jentik. 2) Memberikan peringatan kepada pemilik rumah agar tidak membiarkan banyak tumpukan pakaian atau banyak pakaian yang tergantung di dalam rumah. 3) Mengecek kolam ikan agar bebas dari jentik nyamuk. 4) Memeriksa rumah kosong atau tidak berpenghuni untuk melihat penerapan jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air yang ada. 5) Membubuhkan bubuk larvasida pada tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras atau dibersihkan (Depkes RI, 2010). b. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pemantauan Jentik Dalam melaksanakan tugasnya sebagai jumantik, ada beberapa langkahlangkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaan pemantauan jentik nyamuk oleh jumantik yaitu (Depkes RI, 2006): 1) Pemetaan dan pengumpulan data penduduk, rumah/bangunan dan lingkungan oleh puskesmas. 2) Pertemuan atau pendekatan a) Pendekatan lintas sektor di tingkat desa b) Petemuan tingkat kelurahan c) Pertemuan tingkat RT yang dihadiri oleh warga setempat 30

3) Temukan rumah/keluarga yang akan dikunjungi/diperiksa dengan cara: a) Melakukan Kunjungan Rumah Kunjungan rumah dilakukan secara langsung oleh jumantik untuk memeriksa rumah apakah terdapat jentik nyamuk atau tidak. Berikut ini adalah langkah yang harus dilakukan dalam melakukan kunjungan rumah: 1))

Membuat

rencana

kapan

masing-masing

rumah/keluarga akan dikunjungi misalnya untuk jangka waktu satu bulan. 2))

Memilih waktu yang tepat untuk berkunjung

3))

Memulai pembicaraan dengan sesuatu yang sifatnya menunjukan perhatian kepada keluarga itu.

4))

Membicarakan tentang penyakit demam berdarah.

5))

Mengajak

untuk

bersama

memeriksa

tempat

penampung air dan barang-barang yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti. 6))

Jika ditemukan jentik, maka kepada tuan rumah pengelola bangunan diberi penjelasan tentang cara yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti baik di dalam maupun di luar ruangan

7))

Jika

tidak

ditemukan

jentik,

maka

rumah

disampaikan pujian dan memberikan saran untuk terus menjaga agar selalu bebas jentik nyamuk. 4) Melakukan Pemeriksaan Jentik Cara memeriksa jentik : a) Memeriksa bak mandi/WC, tempayan, drum, dan tempattempat penampung air lainnya. 31

b) Jika tidak tampak, ditunggu kurang lebih 0,5-1 menit. Jika ada jentik, ia akan muncul ke permukaan air untuk bernafas. c) Di tempat yang gelap menggunakan senter. d) Memeriksa juga vas bunga, tempat minum burung, kalengkaleng, ban bekas,dan lainnya. 5) Cara Mencatat Dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Jentik Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa jumantik, seorang jumantik akan mencatat hasil temuan jentik dan selanjutnya memberikan kan hasilnya kepada yang berwenang untuk selanjutnya dijadikan sebagai laporan pemantauan jentik. Cara mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan jentik adalah sebagai berikut (Depkes RI 3, 2006): a) Menuliskan nama desa/kelurahan yang akan dilakukan pemeriksaan jentik. b) Menuliskan nama keluarga/pengelola (petugas kebersihan) bangunan dan c) Alamatnya pada kolom yang tersedia. d) Bila ditemukan jentik, menuliskan tanda (+). Apabila tidak ditemukan,ditulis

tanda (-) di kolom yang tersedia pada

formulir JPJ 1. e) Menuliskan hal-hal yang perlu diterangkan pada kolom keterangan seperti rumah/kavling kosong, penampung air hujan, dan lain-lain. f) Melaporkan hasil pemerikaan jentik (ABJ) ke puskesmas sebulan sekali 3. Self Reliance Self reliance atau kemandirian merupakan kemampuan untuk memelihara dan melindungi kesehatan mereka sendiri. Self reliance merupakan kemandirian dari masyarakat yang berdaya sebagai hasil dari pemberdayaan masyarakat yang kemudian akan membentuk suatu masyarakat yang mandiri ( Soekidjo, 2012). 32

Kemandirian masyarakat di bidang kesehatan sebagai hasil pemberdayaan di bidang kesehatan sesungguhnya merupakan perwujudan dari tanggung jawab mereka agar hak-hak kesehatan mereka terpenuhi. Hak-hak kesehatan setiap anggota masyarakat ialah hak untuk dilindungi dan dipeliharanya kesehatan mereka sendiri, tanpa tergantung kepada pihak lain, baik pemerintah maupun organisasi masyarakat yang lain. Peran pemerintah dan melindungi kesehatan masyarakat hanyalah sebagai fasilitator, motivator, atau stimulator. Menurut Soekidjo (2012), masyarakat yang mandiri di bidang kesehatan apabila: a. Mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah-masalah kesehatan, terutama di lingkungan atau masyarakat setempatagar masyarakat mampu mengenali masalah kesehatan faktor-faktor yang mempengaruhinya, masyarakat harus mempunyai pengetahuan kesehatan yang baik (health literacy). b. Mampu mengatasi masalah-masalah kesehatan mereka sendiri secara mandiri. Masyarakat yang mandiri dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan mengandung pengertian, masyarakat bersangkutan mampu menggali potensi masyarakat setempat untuk mengatasi masalah kesehatan mereka. c. Mampu memelihara dan melindungi diri, baik individual, kelompok, atau masyarakat dari ancaman-ancaman kesehatan. d. Mampu meningkatkan kesehatan baik individual, kelompok, maupun masyarakat. Peningkatan self reliance diukur dari peningkatan sikap dan praktik PSN masyarakat. Sikap PSN merupakan perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang untuk bertindak yang kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tindakan pemberantasan sarang nyamuk di tempat-tempat perindukannya. Praktik PSN merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata pemberantasan sarang nyamuk di tempat-tempat perindukannya yang kemudian melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya dalam memberantas sarang nyamuk (Notoatmodjo, 2003). 4. Angka Bebas Jentik (ABJ) 33

Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik dengan cara menghitung rumah atau bangunan yang tidak dijumpai jentik dibagi dengan seluruh jumlah rumah atau bangunan. Dengan demikian keadaan bebas jentik merupakan suatu keadaan dimana ABJ lebih atau sama dengan 95%. Keadaan dimana parameter ini diketahui jumlah telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes aegypti) berkurang atau tidak ada. Dengan demikian, semakin tinggi nilai ABJ suatu daerah menunjukkan semakin rendah risiko terjadinya penyakit demam berdarah dengue dan begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai ABJ semakin tinggi risiko penyakit DBD. ABJ merupakan salah satu ukuran metode survei jentik yang dilakukan melalui metode single larvae dan metode visual. Program DBD biasanya menggunakan metode visual (Depkes RI, 2010). 5. One Home One Jumantik Pemberdayaan

masyarakat

adalah

upaya

fasilitas

yang

bersifat

noninstruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan

memanfatkan

potensi

setempat dari fasilitas yang ada baik dari instansi lintas sektoral maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan tokoh masyarakat (Kemenkes RI). Pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan atau meningkatkan kemandirian masyarakat. Dalam pemberdayaan masyarakat, hal yang terutama adalah adanya partisipasi masyarakat yaitu keterlibatan masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan pedesaan merupakan aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program yang dilaksanakan (Soekidjo Notoatmodjo, 2007).

34

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan sangatlah penting untuk mencegah penyakit, meningkatkan usia hidup dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Untuk

mencapai

tujuan

tersebut

perlu

adanya

upaya

pengorganisasian masyarakat yang pada hakikatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber daya yang ada di dalam masyarakat itu sendiri melalui upaya preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif kesehatan mereka sendiri (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat persuasif dan melalui memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, praktik, dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan, serta memecahkan masalah dengan menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat. Tujuan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan antara lain: a. Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. b. Manimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka. c. Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya perilaku sehat (Rafless bencoolen, 2011: 1). 6.

“OHOJu” a. Definisi “OHOJu” “OHOJu” atau One Home One Jumantik merupakan suatu model pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan dari konsep jumantik mandiri yaitu juru pemantau jentik yang dilakukan secara mandiri oleh masyarakat untuk melindungi wilayahnya dari jentik nyamuk demam berdarah, dengan teknik dasar 3M plus, yaitu: 1) Menutup, yaitu memberi tutup yang rapat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat air minum, penampung air lemari es, dan lain-lain.

35

2) Menguras, membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampung air seperti kolam renang, bak mandi, ember air, tempat air minum, penampung air lemari es, dan lain-lain. 3) Mengubur, adalah memendam didalam tanah untuk sampah atau benda yang tidak berguna yang memiliki potensi untuk nyamuk demam berdarah bertelur di dalam tanah. Adapun yang dimaksud dengan plus adalah bentuk kegiatan seperti menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, menanam tanaman pengusir nyamuk, memelihara ikan yang dapat memakan jentik nyamuk, menghindari daerah gelap di dalam rumah agar tidak ditempati nyamuk dengan mengatur ventilasi, dan pencahayaan (Depkes RI, 2010). ”OHOJu” merupakan warga masyarakat setempat yang telah dilatih mengenai penyakit DBD dan upaya pencegahannya, sehingga mereka dapat mengajak masyarakat seluruhnya untuk berpartisipasi aktif mencegah penyakit DBD. Tujuan pembentukan “OHOJu” agar dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan keluarga untuk membiasakan diri dalam menjaga kebersihan lingkungan secara mandiri, terutama tempat-tempat yang dapat menjadi sarang nyamuk penular DBD. b. Karakteristik ”OHOJu” “OHOJu” merupakan warga masyarakat yang tinggal di Kelurahan Karangrejo yang sesuai dengan syarat dan ketentuan menjadi “OHOJu”. Selanjutnya mereka akan dilatih bagaimana memeriksa jentik nyamuk penyebab demam berdarah minimal dengan teknik dasar 3M plus. Syaratsyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi “OHOJu” sebagai berikut: a) Bertempat tinggal di daerah yang bersangkutan. b) Usia produktif (15-64 tahun). c) Sehat jasmani maupun rohani. d) Dapat membaca dan menulis dengan tingkat pendidikan minimal lulus SD. e) Mampu berkomunikasi dengan baik dan jelas. 36

f) Mampu menjadi motivator. g) Mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik.Sebagai salah satu upaya peningkatan angka bebas jentik di kelurahan Karangrejo, “OHOJu” dengan kriteria dan syarat-syarat yang telah ditentukan diharapkan akan semakin meningkatkan kemandirian masyarakat utamanya terhadap upaya-upaya preventif terhadap penyakit DBD khususnya bagi diri mereka dan keluarga. c. Kerangka Teori Behavioral house Health education compenent of health program

praktik PSN DBD

“OHOju” Health problems

( one home one jumantik )

1. rendahnya kemandirian masyarakat 2. rendahnya ABJ 3. tingginya angka kejadian DBD

Non behavioral causes dukungan dan kebijakan

Non health faktors Quality of life

1. partisipasi masyarakat 2. kesadaran masyarakat

peningkatan self relience

Peningkatan ABJ Sumber: Schmidt, dkk (1990) Dikutip dari Smet (1994) dalam Eunike R. Rustiana (2005)

37

BAB III KESIMPULAN

Di awal perjalanannya home care nursing sesungguhnya merupakan bentuk pelayanan yang sangat sederhana, yaitu kunjungan perawat kepada pasien tua atau lemah yang tidak mampu berjalan menuju rumah sakit atau yang tidak memiliki biaya untuk membayar dokter di rumah sakit atau yang tidak memiliki akses kepada pelayanan kesehatan karena strata sosial yang dimilikinya. Pelaksanaannya juga merupakan inisiatif pemuka agama yangcare terhadap merebaknya kasus gangguan kesehatan. Perawat yang melakukannya dikenal dengan istilah perawat kunjung (visiting nurse). Bentuk intervensi yang diberikan berupa kuratif dan rehabilitative.

38

DAFTAR PUSTAKA A. Aziz Alimul Hidayat. 2004. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Zang, S.M. & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual perawatan dirumah (Home Care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I. Jakarta: EGC. Ropi, H. (2004). Home Care Sebagai Bentuk Praktik Keperawatan Mandiri. Majalah Keperawatan (Nursing Journal of Padjajaran University), 5 (9), 8 – 1 Zang, S.M. & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual perawatan dirumah (Home Care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I. Jakarta: EGC. Ropi, H. (2004). Home Care Sebagai Bentuk Praktik Keperawatan Mandiri.Majalah Keperawatan (Nursing Journal of Padjajaran University), 5 (9), 8 – 15 Boedhi-Darmojo, R. & Martono, H. (1999). Text book of geriatric: Health science in elderly. Jakarta: FK UI

39

Related Documents


More Documents from "nabila bilah"