Kasus Neurobehavior Pada Lansia Tentang Pencegahan Primer Stroke Dan Hipertensi Pada Lansia.docx

  • Uploaded by: Muthia
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kasus Neurobehavior Pada Lansia Tentang Pencegahan Primer Stroke Dan Hipertensi Pada Lansia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 606
  • Pages: 4
KASUS NEUROBEHAVIOR PADA LANSIA TENTANG PENCEGAHAN PRIMER STROKE DAN HIPERTENSI PADA LANSIA

DISUSUN OLEH : MUDA RESKI MOH FAJRI YUMIKO PASTIKA SUTRI DAWATI

DOSEN PEMBIMBING : Ns.YOLA YOLANDA.M.Kep

STIkes MERCUBAKTIJAYA PADANG 2019

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lansia adalah proses menjadi lebih tua dengan umur mencapai 55 tahun ke atas. Pada lansia akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial. Salah satu contoh kemunduran fisik pada lansia adalah rentannya lansia terhadap penyakit, khususnya penyakit degeneratif. Penyakit degeratif yang umum diderita pada lansia salah satunya adalah hipertensi dan stroke. Hipertensi merupakan masalah besar dan serius di seluruh dunia karena prevelansinya tinggi dan cenderung meningkat dimassa yang akan datang. Hipertensi dapat menyerang hampir semua golongan masyarakat dunia. Jumlah lansia yang menderita hipertensi terus bertambah dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah tuberkolosis, yakni 6,7% dari populasi kematian pada semua umur Pada umumnya untuk lansia dalam pola makannya masih salah. Kebanyakan lansia masih menyukai makanan-makanan yang asin dan gurih, terutama makan-makanan cepat saji yang banyak mengandung lemak jenuh serta garam dengan kadar tinggi. Mereka yang senang makan makanan asin dan gurih berpeluang besar terkena hipertensi. Kandungan Na (Natrium) dalam garam yang berlebihan dapat menahan air retensi sehingga meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja keras memompa darah dan tekanan darah menjadi naik. Maka dari itu bisa menyebabkan hipertensi. Penyebab lain selain pola makan yang sering dialami oleh penderita hipertensi adalah stres. Dikarenakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

Kasus Hipertensi dan Stroke Ny.S 65 tahun dibawa ke IGD oleh keluarganya karena kelemahan anggota gerak bagian kanan yang dirasakan kira-kira setengah jam yang lalu yaitu ketika bangun tidur jam 5 pagi. Pasien tampak mengantuk, tidak merasakan nyeri kepala tidak ada mual dan muntah, tidak ada kejang, pasien sulit berkomunikasi, sebelumnya pasien belum pernah sakit seperti sekarang. Hasil pengukuran antropometri diperoleh RI. 159 cm dan LLA 28,5 cm. Riwayat kesehatan : Ny.S adalah penderita DM dan hipertensi, keduanya tidak terkontrol, kurang lebih 10 tahun, jarang berolahraga, dengan pola makan yang tidak teratur. Suami Ny.S seorang perokok berat, 15-20 batang per hari. Pemeriksaan fisik : KU : samnolen, GCS : E3M6V (afasia), Tekanan darah : 1600/100 mmhg, denyut nadi : 76x/menit, reguler respirasi : 24x/menit, suhu tubuh : 36,5’c. Status internus : dalam batas normal, pemeriksaan neurologis : meningal sign (-), N. Cranialis : Parase N VII kanan tipe sentral, parase N XIII kanan. Hasil laboratorium : hb : 12,8 gr/dl, leukotsit : 7800/mm3, Trombosit : 240.000mm3, gula darah puasa : 140 mg/dl, LDL : 170 mgdl, triglesirida : 190 mg/dl, asam urat : 5,2 mg/dl, pemeriksaan penunjang lain : CT Scan kepala terdapat gambaran infart cerebri, diagnosis klinis : hemiparesis dekstra, diagnosis etiologis : stroke non hemoragic. Anamnesa gizi : Pagi : nasi (1 piring penuh), Oseng tahu (1 piring kecil), pisang gorang (2 buah). Siang : nasi (1 piring penuh), semur ayam (1 potong), tempe goreng (2 potong), lalapan timun (1 piring kecil), buah pisang. Sore : tahu isi (2 buah). Malam : nasi (1 piring penuh) balado ikan mas (1 potong), oseng pare (i mangkok.

Pencegahan Primer Pencegahan primer merupakan pencegahan sejati yang mendahului suatu penyakit dan diterapkan pada individu yang sehat secara fisik dan emosional. Program ini mencakup pendidikan kesehatan dan aktifitas kebugaran fisik serta nutrisional yang dapat diberikan secara individual maupun kelompok atau dapat pula berfokus pada individu yang beresiko untuk memperoleh penyakit tertentu. Pencegahan priemr mencakup seluruh usaha promosi kesehatan dan aktivitas pendidikan kesejahteraan yang berfokus pada pemeliharaan atau peningkatan kesehatan keseluruhan dari individu, keluarga dan komunitas.

Related Documents


More Documents from "margareth Datang"