ASUHAN KEPERAWATAN REPRODUKSI PERDARAHAN ANTENATAL
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1
ANNISA ZAHRA ARENA IRAWAN DARA JINGGA DELVI SUSANTI DIAN RESTUTI FADILLAH ELKHUSNA FEBRI MUTIA RANI PUTRI ANDESKO
PROGRAM STUDI S – 1 KEPERAWATAN STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG TA 2017/2018
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perdarahan sebelum,sewaktu dan setelah persalinan adalah suatu emergensi yang berbahaya dan memiliki resiko tinggi mengancam ibu dan janin. Sampai sekarang perdarahan dalam obstetric masih memegang peranan penting sebagai penyebab urutan kematian maternal di dunia, diikuti oleh hipertensi dan infeksi pada kehamilan. Setiap tahunnya, terestimasi sekitar 500.000 angka kematian pada ibu hamil dan perdarahan adalah 30,8% sebagai penyebabnya. Perdarahan pada kehamilan juga 99% terjadi di Negara berkembang dan hanya 1% terjadi di Negara maju. Indonesia adalah salah satu Negara berkembang tersebut dan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi indicator penting untuk menggambarkan tingkat kesehatan ibu dan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan. Berdasarkan survey demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012..AKI di Indonesia masih tinggi, yakni sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sayangnya, angka tersebut jauh disbanding target AKI MDGs pada tahun 2015, yakni 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Kondisi sosial budaya masing-masing daerah dan tingkat pendidikan turut memeberikan kontribus, masih banyak daerah yang masih meggunakan dukun sebagai penolong persalinan. Khususnya di desa-desa. Berbagai faktor tersebut menyebabkan ibu hamil yang mengalami perdarahan terlambat menerima bantuan medis Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Terdapat beberapa pembagian perdarahan sesuai dengan usia kehamilan. Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus, sedangkan pada kehamilan lanjut disebut sebagai perdarahan antepartum.perdarahan antepartum lebih berbahaya karena sering sekali mengancam nyawa ibu dan janin. Pada prakteknya, karena gejala yang sering kali tidak khas dan dianggap tidak berbahaya menyebabkan banyaknya penundaan diagnosis dan pengobatan. Padahal, kasus perdarahan perlu didiagnosa sesegera mungkin dan diberikan tatalaksana awal untuk mengurangi resiko pada ibu dan janin
1.2 RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah pada asuhan keperawatan ini : 1. Bagaimana Definisi dari perdarahan antenatal? 2. Bagaimana Klasifikasi dari perdarahan antenatal? 3. Bagaimana Etiologi dari perdarahan antenatal? 4. Bagaimana Patofisiologi dari perdarahan antenatal? 5. Bagaimana WOC dari perdarahan antenatal? 6. Bagaimana Manifestasi Klinis dari perdarahan antenatal? 7. Bagaimana Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik dari perdarahan antenatal? 8. Bagaimana Penataksanaan dari perdarahan antenatal? 9. Bagaimana Komplikasi dari Perdarahan antenatal? 10. Bagaimana asuhan keperawatan dari perdarahan antenatal?
1.3
TUJUAN PENULISAN
2. Untuk mengetahui Definisi dari Perdarahan antenatal 3. Untuk mengetahui klasifikasi dari perdarahan antenatal 4. Untuk mengetahui patofisiologi Perdarahan antenatal 5. Untuk mengetahui Etiologi dari perdarahan antenatal 6. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis perdarahan antenatal 7. Untuk mengetahui Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik. 8. Untuk mengetahui Penataksanaan. 9. Untuk mengetahui Komplikasi dari perdarahan antenatal
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
DEFENISI Perdarahan antenatal pada trimester pertama (kehamilan muda) adalah perdarahan pervaginam
pada
kehamilan
kurang
dari
22
minggu
(Saifuddin
:
2004).
Perdarahan antenatal pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan atau perdarahan intrapartum sebelum kelahiran
Perdarahan kehamilan muda adalah perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 22 minggu
atau
kurang
dari
usia
kehamilan
5
bulan
(Maulana
:
2008).
Perdarahan kehamilan lanjut adalah perdarahan dari saluran genital di akhir kehamilan setelah usia gestasi 24 minggu dan sebelum awitan persalinan (Fraser Cooper : 2009). Jadi, Perdarahan antenatal merupakan perdarahan dari traktus genital yang terjadi pada saat kehamilan.
KLASIFIKASI PERDARAHAN ANTENATAL
ABORTUS 1. Defenisi Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan,dan sebagai batasan ialah usia kehamilan kurang dari 20 mingggu atau berat janin kurang dari 500gram Aborus spontan adalah abortus yang berlangsung tanpa tindakan,Abortus provokatus adalah abortus yang terjadi dengan sengaja.Abortus ini dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu: 1) Abortus medisinalis bila di dasarkan pada pertimbangan dokter umum menyelamakan ibu. 2) Abortus kriminalis adalah abortus yang di sengaja karena dengan tindakan-tindakan illegal yang tidak terindikasi medis yang dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien(unsafe abortion)
2. Etiologi Hal yang menyebabkan abortus dapat di sebabkan oleh:
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda. faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan yaitu: 1. Kelainan kromosom,terutama trisomi autosom dan monosomi X. paling sering ditemukannya kromosom dengan trisomi 16. lebih dari 60% abortus spontan yang gterjadi pada trimester pertama menunjukan beberapa tipe abnormalitas genetik. 2. Lingkungan sekitar tempat omplantasi kurang sempurna.Adanya faktor anatomi kongenital pada ibu yaitu kelainan duktus mullerian (uterus
bersepta)
kelainan
kongenital
arteri
uterina
yang
membahayakan aliran darah endometrium kelainan yang di dapat misalnya
adliesi
intraumetrin
(synechia)
leimioma
dan
endometriosisi. Adanya inkompetensi serviks. 3. Pengaruh dari luar akibat radiasi,virus,obat-obatan rekreasional tertentu yang di anggap teratogenik harus di cari melalui anamnesa.Seperti penggunaan alkhol dan tembakau.
Kelainan pada plasenta misalnya endrateritis pada terjadi dalam villi koriales menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
penyakit ibu yang kronis dan melemahkan seperti pneumonia, tifus abdominalis, anemia berat, dan keracunan.
Faktor faktor 1. faktor endokrin
Faktor endokrin berpotensi menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20% kasus.
hipertiroidisme defensiensi progesteron dan diabetes melitus.
Progesteron yaitu berkurangnya hormon gesteron pada korpus luteum yang berfungsi mempertahankan desidua sebelum plasenta matur.
2. Faktor imunologi
Terdapat antibodi kardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah di belakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurang nya aliaran darah dari ari-ari tersebut.
Faktor imunologis tang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus spontan berulang antara lain: Antibodi antinurclear,antikogulan lupus,dan antibodi cardiolipid.
Inkompatibilitas ABO dengan reaksi antigen antibodi dan menyababkan abortus berulang,karena pelepasan histamin menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas kapiler.
3. Faktor Nutrisi
Adanya malnutrisi umum yang sangat berat memiliki ke mungkinan paling besar menjadi predisposisi abortus.
Meskipun demikian, belum ditemukan bukti bahwa defisien salah satu / semua nutrien dalam makanan merupakan suatu penyebab abortus yang penting.
4. Faktor psikologis
Dibuktikan bahwa ada hubungan anatara abortus yang berulang dengan keadaan mental akan tetapi belum dapat di jelaskan sebabnya.
Biasanya ibu yang belum matang secara emosional merupakan kelompok yang peka terhadap terjadinya abortus.
3. Patofisiologis a. Pada awal abortus terjadi pendarahan dalam desidua basalis, kemudian di ikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan di anngap benda asing dalam uterus. b. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. c. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu vili korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat di keluarkan seluruhnya. d. Pada kehamilan 8-14 minggu penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak di lepaskan sempurna dan menimbulkan banyak pendarahan. e. pada kehamilan lebih 14 minggu janin di keluarkan lebih dahulu daro pada plasenta. f. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera di lepas dengan lengkap. g. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.
h. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. i. Ada kalanyakantong amnion kosong atau tampak kecil tanpa bentuk yang jelas pula jinin telah mati lama,mola kruenta,maserasi,fetus kompresus.
4. Klasifikasi Abortus A. Abortus imminens:
Abortus immines adalah keadaan dimana perdarahan dari intrauterine yang timbul sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu dengan kolik uterus tanpa pengeluaran hasil konsepsi.
Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau di pertahankan.
Gejalanya di tandaidengan perdarahaan bercak hingga sedang serviks masih tertutup (karena pada saat pemeriksaana dalam belum ada pembukaan) uterus sesuai usia gestasi kram perut bahwa nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali,tidak di temukan kelainan pada serviks
B. Abortus insipiens :
Abortus insipiens,Abortus yang sedang mengancam yang di tandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Gejalanya berupa perdarahan sedang hinggs massif/banyak,terkadang keluar gumpalan darah,serviks terbuka,uterus sesuai masa kehamilan kram nyeri perut bawah karena kontraksi rahim kuat.
C. Abortus inkomplit :
Abortus inkomplit abortus diman sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.
Abortus ini ditandai dengan pendarahan sedang hingga banyak.
Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan perdarahan masih berlangsung terus,serviks terbuka karena masih ada benda di dalam uterus yang dianggap orpusalliem, makan uterus akan terus berusaha mengeluarkan dengan mendadakan kontraksi tetapi kalau kedaan ini di biarkan lama,serviks akan menutup kembali uterus sesuai dengan masa
kehamilan,kram atau nyeri perut bagian bawah dan terasa mulesmules,ekspulsi sebagian hasil konsepsi.
D. Abortus kompletus :
Abortus kompletus seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Abortus ini ditandai dengan perdarahan bercak hingga sedang,serviks tertutup / terbuka, uterus lebih kecil dari usia gestasi,sedikit atau tanpa nyeri perut bagian bawah dari riwayat hasil konsepsi,pada abortus komplit perdarahan segera berkurang setelah isi rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai dan pada pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7-10hari setelah abortus.
Jika pada 10 hari setelah abortus perdarahan belum berhenti kemungkinan terjadi abortus inkomit dan endometrosis postabortum segera di pikirkan
E. Missed abortion :
Missed abortion,abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan hingga 8 minggu lebih.
Abortus ini ditandai dengan gejala amenore, pada kehamilan usia 1420 minggu, penderita biasanya merasakan rahimnya semakin mengecil dan
tanda-tanda
kehamilan
sekunder
pada
payudara
mulai
menghilang,serviks tertutup dan ada darah sedikit,sekali-sekali pasien merakan perutnya dingin dan kososng F. Abortus Habitualis :
abortus habitualis ,suatu kedaan di mana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
Pasien dengan abortus habitualis biasanya akan mudah hamil lagi ,tetapi kehamilannya selalu berakhir dengan keguguran/abortus secara berturut-turut.
Bishop melaporkan kejadian abortus habitualis sekitar 0,41% dari seluruh kehamilan.
Abortus ini dapat disebabkan oleh faktor kelainan anatomis ,inkompetensia serviks,dan faktor imunologis.
G. Abortus infeksius :
abortus infeksius,adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
Gejala
dapat
berupa
panas
tinggi,tampak
sakit
dan
lelah,takikardi,perdarahan yang berbau,uterus yang membesar,dan melembut serta adanya nyeri tekan. H. Abortus Septik :
Abortus septik adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum(septicemia atau peritonitis).
Gejala abortus septic sama dengan abortus infeksiosus,namun prognosis nya dapat mencapai keadaan infeksi seluruh tubuh (septicema) dan dapat jatuh dalam keadaan syok septic.
Bila sampai terjadi sepsis dan syok,penderita akan lebih panas tinggi ,menggigil dan tekanan darah menurun.
I. Kehamilan Anembrionik
Kehamilan anembrionik,biasa disebut juga dengan blighted ovum dimana mudigh tidak kebentuk sejak awal walaupun kantong gestasi tetap terbentuk.
Disamping mudigh,kantong kuning telur juga tidak ikut terbentuk.
Kehamilan ini dapat mencapai usia 16 minggu ,kemudian terjadi abortus spontan.
Pengelolaan kehamilan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuratase secara efektif .
5. Penanganan :
a. Penanganan pada ibu dengan abortus Imminens :
Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai pendarahan terhenti.
Pasien diingatkan untuk tidak melakukan senggama selama lebih kurang 2 minggu.
Tidak ada pengobatan khusus hanya dapat diberi sedativa,misalnya dengan luminal,codein,atay morfin (sesuai protap dan intruksi dokter).
Keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberi obat-obatan hormonal dan antispasmodic misalnya progesteron 10 mg setiap hari untuk terapi substansi dan untuk mengurangi kerentanan otot-otot uterus (misalnya: Gestanon).
Pemberian spasmolitik agar uterus tidak terus berkontraksi hingga rangsangan mekanik uterus berkurang.
b. Penanganan pada ibu dengan abortus insipiens :
Pasien harus dirawat dirumah sakit .
Karena tidak ada kemungkinan kelangsungan hidup bagi janin pada abortus insipiens,tugas perawat dan bidan sebagai asisten mempersiapkan alatalat,pantau kondisi pasien ,membantu memberikan obat intravena sesuai intruksi dokter, dan memasang infus RI,dengan oksitosin 20 unit dengan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi (dibawah pengawasan dokter).
c. Penanganan pada ibu dengan abortus inkomplit :
Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
Pendarahan pada abortus inkompletus
dapat
banyak sekali,sehingga
menyebabkan syok dan pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
Dalam penanganannya ,apabila abortus inkompletus di sertai syok karena pendarahan ,segera harus diberikan infus cairan NaCl fisiologi atau cairan ringer yang disusul dengan transfusi.
Setelah syok diatasi,dilakukan kerokan.
Pasca tindakan disuntikkan intramuskulus ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400meg peroral untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.
d. Penanganan pada ibu dengan Abortus Kompletus : Jika bidan atau perawat menemukan klien dengan abortus komplit beberapa hal dapat dilakukan antara lain :
Hasil konsepsi tidak perlu evaluasi lagi karena sudah keluar.
Hanya
lakukan
observasi
untuk
melihat
adanya
pendarahan
banyak,memastikan untuk memantau keadaan umum ibu setelah abortus.
Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600mg/ hari selama 2 minggu.
Jika
anemia
berat
berikan
transfusi
darah,tetapi
hanya
dengan
uterotonika,berikan konseling pasca abortus dan pemantauan lanjut. e. Penanganan pada ibu dengan missed abortion : Jika bidan atau perawat menemukan kasus missed abortion :
Segera rujuk kerumah sakit atau pertimbangan plasenta dapat melekat dengan erat didinding rahim,sehingga prosedur evakuasi (kuratase) akan lebih sulit dari risiko perforasi, pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi dengan batang laminarian selama 12 jam,tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenis yang berlanjut dengan gangguan pembekuan darah.
Perlakuan kuratase isap dan prostaglandin oleh dokter ahli kandungan lebih disukai tergantung pada ukuran uterus dan hari haid.
6. Penatalaksanaan Umum
a. istirahat baring,tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah keuterus dan berkurangnya rangsangan mekanik. b. pada kehamilan lebih dari 12 minggu diberikan infus oksitosin dimulai 8 tetes permenit dan naikkan sesuai kontraksi uterus. c. bila pasien syok karena pendarahan berikan infus ringer taktat dan selekas mungkin transfusi darah. d. medikamentosa :
Simptomatik : analgesic ( as. Mefenamat) 500 gram (3x1).
Antibiotik : amoksillin 500 mg (3x1).
Education : kontrol 3-4 hari setelah keluar dari rumah sakit.
7. komplikasi a. pendarahan :
Pendarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
Kematian karena pendarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. perforasi :
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.
Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya,perlu segera dilakukan laparatomi ,dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi ,penjahitan, luka perforasi atau perlu histerektomi.
Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orangf awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas ; mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus.
Dengan adanya dengan kepastian terjadinya perforasi,laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera,untuk selanjutnya mengambil tindakantindakan sepertinya seperlunya guna mengatasi komplikasi.
c. infeksi dalam uterus dan adneksa : infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus ,tetapi biasanya didapatkan pada abortus ,tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan abortus yang tidak aman (unfase abortion).
d. Syok : pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).
KEHAMILAN EKTOPIK
DEFENISI
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana janin terimplantasi di luar rongga rahim. Kebanyakan kehamilan ekstrauterin terjadi karena abnormalitas yang menghambat atau mencegah perjalanan ovum yang dibuahi melalui tuba falopi. Kira-kira dari 100 kehamilan di Amerika Serikat adalah kehamilan ektopik.,dan sekurangnya tiga perempat dari kehamilan ini menimbulkan gejala dan terdiagnosis pada trimester pertama. Kehamilan ektopik merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas maternal,angka mortalitas meningkat 10 kali lebih untuk persalinan pervaginam dan 50 kali untuk suatu abortus yang diinduksi. Kehamilan ektopik diklasifikasikan menurut tempat implantasi. Rahim adalah satu-satunya organ yang mampu mengandung dan menyokong kehamilan sampai cukup bulan. Namun , kehamilan dalam abdomen yang jarang terjadi ini, bisa menghasilkan seorang bayi yang hidup dengan upaya laparotomi
PATOFISIOLOGI KEHAMILAN EKTOPIK
Proses implantasi ovum yang dibuahi terjadi di tuba pada dasarnya sama halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian direasibsu, setekag tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Pembentukan desidua di tuba tidak sempurna. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa factor, seperti tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan . sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam prjalanannya menuju kavum utei. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberfapa kemungkinan akibat: a) Kemungkinan “tubal abortion “, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (timbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla,
darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum baisanya tidak begityu banyak karena dibatasi oleh tekanan dinding tuba b) Kemungkinan rupture dinding tuba ke dalam rongga peritoneumsebagai akibat distensi berlebihantuba c) Faktor abortus ke dalam lumen tuba.Rupture dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Rupture dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hinggabanyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.
TANDA DAN GEJALA
Tidak ada tanda atau gejala diagnostic pada kehamilan ektopik dini. Menstruasi terlambat,adneksa terasa penuh,dan nyeri tekan bisa menunjukkan kehamilan tuba yang utuh.sebalikny, keadaan berikut ini dihubungkan dengan kehamilan ekstrauterin dini yang ruptur dalam hampir 50% kasus amenorea atau waktu menstruasi yang abnormaldiikuti dengan perdarahan rahim ringan,masa di adneksa dan nyeri di pelvis unilateraldimana terdapat massa. Pada kuret bisa ditemukan desidua tanpa vilus. Temuan tambahan akibat rupture akut bisa berupa syok yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar atau nyeri alihan pada bahu. Padkehamilan tuba rupture yang kronis,yang terjadi pada sedikit lebih banyak dari separuh jumlah kehamilan ektopik, perdarahan internal biasanya lambat dan gejala biasanya atipikal atau tidak konklusif. Selain perdarahan pervaginam ringan dengan daerah berwarna gelap, panggul terasa penuh atau tertekan, nyeri tekan di abdomen bagian bawah,flatulen,tegang,nyeri tekan,semikistik, mungkin krepitan,masssa di kavum douglasi teraba. Demam ringan.lekositosis,dan hematokrit atau kadar hemoglobin rendah.suatu eksimosis kebiruan di umbilicus, yang merupakan suatu tanda indikatif hemoperitoneum, bisa terjadi pada kehamilan ektopik intraabdomen rupture yang tidak diobati
PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Pemakaian ultrasonografi 2. Laparatomi 3. Terapi metotreksat
MOLA HITODITOSA
Defenisi
Mola hidotidosa merupakan salah satu dari tiga jenis neoplasma trofoblastik gestasional (ACOG,1993).ada dua jenis yang berbeda :komplet atau klasi,mola dan mola sebagian,yang bisa menjadi bagian dari penyakit troboblastik (depetrillo dkk,1987). Mola hidatidosa terjadi pada satu dari setiap 1200 keberhasilan dari amerika serikat,tetaoi insiden yang lebih tinggi bisa terlihat diasia dan didaerah tropis (berman ,disaia,1989).paling sering terjadi pada wanita yang ovulasinya distimulasi dengan klomifen (clomid),pada wanita dari golongan sosioekonomi rendah,dan wanita yang berada pads kedua ujung masa reproduksi (awal belasan tahun atau perimonopose).resiko untuk mengalami jehamilan mola kedua empat smapai lima kali lebih tinggi dari resiko kehamilan mola pertama.
Tipe Mola komplet atau klasik terjadi akibat fertilasi sebuah telur yang intinya telah hilang atau tidak aktif (Gbr.21-90).mola menyerupai setangkai buah anggurputih.vesikel-vesikel hidropik (berisi cairan)bertumbuh dengan cepat,menyebabkan rahim menjadi lebih besar dari usia kehamilan yang seharusnya.biasanya mola tidak mengandung janin,plasenta,membran amniotik atau air ketuban.darah maternal tidak memiliki plasenta .oleh karena itu,terjadi pendarahan kedalam rongga rahim dan timbul pendarahn melalu vagina.
Tanda dan gejala Pada tahap awal tanda dan gejala kehamilan mola tidak dapat dibedakan dari tanda dan gejala kehamilan normal.pada waktu selanjutnya pendarahan pervagina pada hampir semua kasus.cairan yang keluar dari vagina bisa berwana coklat tua (menyerupai jus buah prum)atau meraah terang ,bisa sedikit atau banyak.keadaan ini bisa berlangsung selama beberapa hari saja atau intermiten selama beberapa minggu.pada wal kehamilan,kira -kira setengah jumlah wanita memiliki rahim yang lebih besar dari usia kehamilan yang diperkirakan melalui tanggal menstruasi. Anemia akibat kehilangan darah,rasa mula dan muntah yang berlebihan (hiperemesis gavidarum)dan kram perut yang disebabkan distensi rahim merupakan gejala yang cukup sering ditemukan.anemia terjadi akibat pendarahan itraterin,preklamsia terjad pada sekitar 15% kasus biasanya antara minggu ke-9dan ke-12.
Penatalaksanaan medis 1. Kuretase suction 2. Pemeriksaan panggul dan fisik 3. Pengukuran kadar Hcg serum KLASIFIKASI PENDARAHAN ANTEPARTUM
1.SOLUSIO PLASENTA a). defenisi:
Terdapat beberapa istilah untukpenyakit ini yaitu solutio plancntae,abruptoin plancentae,ablation plancentae,dan ancidental da acidental hemorrhage.
Sulosio plasnta adalah terlepasnya sebagian ata seliruh permukaan meternal plasenta dari tempat impaltasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya,yakni sebelum anak lahir(prawiroharjo,2008)
b). jenis jens solusio pasenta Solusio plasenta secara klinis di bagi: i solusio plasenta ringan :
Solusio plasenta ringan,yakni nepturesinus marginalisis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak ,sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janinnya
Jumlah darah yang keluar biasana kkuran dar 250ml.gejala peerdarahan sukar di bedakan dari plasenta previa keculi warna darah yang kehitaman
ii sulosio plasenta sedang:
Sulosio plasenta sedang,yakni terlepasnya plasenta melebihi 25% tetapi belum mencapai separuhnya.
Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari250ml tapi belum mencapai 1000ml.
Gejala-gejalanya seperti,pendarahan pervagiam yang bewarna kehitam- hitaman,perut mendadak sakit terus meners dan tiidak lama kemudian di susul dengan pendarahan pervaginam walaupun tampak sedikit tatapi kemungkinan lebih banyak pendarahan di dalam,diding u terus beraba terus menerus ,dan ada nyer tekan sehingga bagian janin sulit di raba ,apabila janin masih hidup berbunyi jantug sukar di dengar dengan stetoskop biasa harus dengan stetoskop ultrasonik
iii sulosio plasenta berat:
Solosio plasenta berat,plasenta yang terlepas sudah lebih dari 2/3 permukaannya dan jumlah darah di keluarkantelah mencapai 1000ml atau lebih. Pertumpahan darah terjadi keluar dan kedalam bersama-sama
Gejala dan tanda-tanda klinik jelas,keadaanya umum penderita buruk di sertai syok dan hampir semua janinnya meninggal
Kompliasi koagulopati dan gagal ginjal yg di tandai pada aloguri biasanya telah ada.
c) etiologi sebab yang primer dari solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, namun ada beberapa keadaan tertentu seperti :
Kategori sosio ekonomi, seperti usia ibu yang terlalu muda ,primipara,single parents, pendidikan yang rendah dan solusio plansenta rekurens
Kategori
fisik
ter
masuk
trauma
tumpul
seperti
terjatuh
dengan
terlungkup,tendangan anak yang di gendong ,kecelakaan kendaraan, dan KDRT
Kategori kelainan dalam rahim misalnya seperti mioma submukosum dibelakang plasenta atau uterus berseptum
Kategori penyakit ibu sendiri seperti seperti penyakit tekanan darah tinggi, dan kelainan system pembekuan darah seperti trombifilia
Kategori sebab iatrogenic seperti penggunaan rokok dan kokain
d) patofisiologi
semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan pembentukan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam vaskuler vili dapat berujung pada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian sejumlah sel dan mengakibatkan sejumlah pendarahan sebagai hasil akir.
pendarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapisan tipis yng melekat pada miometrium
dengan dmikian pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri dari atas pembentukan
hematonm
yang
dapat
menyebabkan
pelepasan
yang
lebih
luas,kompresi, dan kerusakan pada bagian plasenta sekelilingnya yang berdekatan
dalam beberapa kejadian pembentukan hematon retro plasenta disebabkan oleh putusnya arteria spiralis dalam desidua
hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen
dari
sirkulasi maternal/ palsenta ke sirkulasi janin
pendarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang sedang mengandung tidak mampu berkontrksi untuk menjepit pembuluh darah arteria spiralis yang terputus
pada pasien dengan korioamnionitis, misalnya pada ketuban pecah prematur, terjadi pelepasan lipopolisakarida dan endotoksin yang lain yang berasal dari agensia yang infeksius dan menginduksi pembentukan dan penumpukan sitokines ,eisikanoid, dan bahan lain seperti, superoksida yang mempunyai daya sitotiksis yang menyebabkan iskemia dan hipoksia yang berujung dengan kematian sel.
kedalam kelompok penyakit ini termasuk , auto imun , antibody, antikardiolipin antibody,lupus antikogulan, defisiensi protein c dan protein s juga dapat menyebabkan solusio plasenta, dikarenakan dua zat ini meningkatkan pembetukan trombosit.
Atau dapat terjadi pada pasien dngan penyakit trombofilia , dimana ada kecendrungan pembekuan berakir dengan pembentukan thrombosis didalam desidua basal is yang mengakibatkan iskemia dan hipoksia
dan pasien dengan keadaan hyperhomocysteinemia yang dapat menyebabkan kerusakan pada pada endothelium thrombosis pada
vaskular yang berkhir dengan pembentukan
vena atau menyebabkan kerusakan pada arteria spiralis yang
memasok darah dari dan ke plasenta.
e) Komplikasi :
Komplikasi solusio plasenta dari pendarahan rentroplasenta yang terus berlangsung sehingga
menyebabkan
hipovolemik,insufiensi
berbagai fungsi
akibat
pada
plasenta,gangguan
ibu,seperti
anemia,syok
pembekuan
darah
(hipofibronegenemia akibat terlalu banyak tromboplastin yang di lepaskan sehingga menguras persediaan fibrin dan faktor pembekuan lainnya),gagal ginjal mendadak dan uterus couvelaire,yaitu keadaan miometrium yang telah menginfiltrasi darah dari miometrium,perimetrium mengalir ke ligamentum latum ke bawah perisalping,ke dalam ovarium hingga mampu menembs rongga peritonei.
Sedangkan bagi janin dapat mengakibatkan kematian janin,kelahiran prematur,dan kematian perinatal.
f) Penanganan i. Pengantar :
Penanganan terhadap solusio plasenta bisa bervariasi sesuai kasus masing-masing tergantung berat ringannya penyakit,usia kehamilan,serta keadaan ibu dan janinnya
Sebagai petugas kesehatan dengan fasilitas layanan yang kurang memadai,sistem rujukan menjadi amat penting,namun sebelum merujuk pastikan pihak rujukan sudah mengetahui dan telah ada perbaikan pasien sebelumnya.
ii. Berikt ada dua macam terapi bagi ibu dengan solusio plasenta yang harus diketahui yaitu :
Atasi syok : Infuse larutan NS / RL untuk restorasi cairan. Berikan trasfusi darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat koagulopati.
Tatalaksana oliguria : Setelah restirasi cairan,biasanya kondisi ginja akan membaik,setelah restorasi cairan dilakukan,lakukan tindakan untuk mengatasi gangguan dengan : Fusemida 40 mg dalam 1 liter kristaloid dengan 40-60 tetes per menit. Bila belum berhasil,gunakan manitol 500 mg dengan 40 tetes per menit.
Atasi hipofibrinogenemia : Restorasi cairan / darah sesegera mungkin dapat menghindarkan terjadinya koagulopati Lakukan uji beku darah untuk menilai fungsi pembekuan darah (penilaian tak langsung kadar abang fibrinogen ) Bila tak ada darah segar, berikan plasma beku segar ( 15 ml / kg BB ) Bila plasma beku segar tidar tersedia berikn kriopresipitat fibrinogen Bila pendarahan masih berlanjut dan trombosit di bawah 20000,beri konsentrat trombosit
Atasi anemia : Darah segar merupakan bahan terpilih untuk mengatasi anemia karena di samping mengandung butir-butir darah merah,juga mengandung unsur pembekuan darah Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik, tetapi pasien masih anemia berat berikan packed cell
Tindakan obstetrik Persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam, umum nya dapat per vagina.
Seksio sesare : Dilakukan dengan kondisi : o Janin hidup dan pembukaan belum lengkap o Janin hidup, merawat janin , tetapi persalinan pervagina tidak dapat dilaksanakan segera o Janin mati tetapi kondisi servik tidak memungkinkan persalinan pervagina dapat berlangsung dengan singkat Persiapan untuk seksio sesarea, cukup dilakukan penanggulangan awal( stabilisasi tatalaksana komplikasi) dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan satu satu nya cara efektif untuk menghentikan pendarahan Hematoma miometrium tidak mengganggu kontraksi uterus Observasi ketat kemungkinan pendarahan ulangan
Partus pervaginam Dilakukan apabila: Janin hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan bagian terendah berada dibawah dasar panggul Janin telah meninggal dan pembukaan servik > 2cm Pada kasus pertama, amniotomi(bila ketuba belum pecah) kemudian kala II dengan ektraksiforcen atau vakum Kasus kedua, amniotomi bila ketuban belum pecah (kemudian akselerasi dengan 5 unit oksitosin dalam D5% atau RL, tepesan diatur dengan kondisi uterus Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik dalam waktu 24 jam , kecuali bila trombosit sangat rendah( perbaikan baru terjadi dalam 24 hari kemudian).
2.PLASENTA PREVIA
a). defenisi dan hal hal yang berhubungan dengan plasenta previa:
plasenta yang berinplantasi pada sekmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebgian dari ostium uteri internum sehingga plasenta berada di depan jalan lain (prae = didepan, vias= jalan)
implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri. ( wink and josastro,1999).
b) jenis jenis plasenta previa:
plasenta previa totalis/ komplit adalah plasenta yang meutupi seluruh ostium uteri internum.
plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum
plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepi nya berada pada pinggir ostium uteri internum
plasenta letak rendah : adalah plasenta yang berinplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga tepi bawah nya berada pada jarak lebih kurang 2cm dari ostium uteri internum . jarak yang lebih dari 2cm adalah plasentak letak normal. (prawirohardjo,2008)
c) faktor predisposisi :
multiparitas dan umur lanjut (>/=35 thn)
defek vaskularisasi desidua yang kemungkinn terjadi akibat perubahan atrofik dan inflamatorotik.
cacat jaringan parut pada endometrium oleh beks pembedahan(SC,kuret,dll)
chorionleavepersisten.
korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi
konsepsi dan nidasi terlambat
plasenta besar pada hamil ganda dan erito blastosis atau hidrops vetalis
d) patofisiologi
pendarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 10mminggu saat segmen bwah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis, umumnya terjadi pada trisemester ke 3 karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan pelebaran segmen bwah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
pendarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. (mansjoer,2002).
e) gejala dan dampak pada ibu dan janin : i. gejala :
gejala gejala dari plasenta pravia antara lain.pendarahan tanpa nyeri,sering terjadi pada malam hari saat pembentukan segmen di bawah rahim,bagaikan terendah masih tinggi di atas pintu atas panggul(kelainan letak)
.biasa pendarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus,pendarahan pada plasenta pravia disebabkan karena pergerakan plasenta dan dinding rahim
.tidak jarang perdarahan per vaginam baru terjadi saat ini perlu,biasanya kepala anak tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim.kepala tidak bisa mendekati pintu atas panggul,karena hal tersebut di atas,juga ukuran panjang rahim berkurang makan plasenta Previa lebih sering terdapat kelainan letak (winknjosastro,1999)
ii.dampak:
.bahaya dengan ibu plasenta Previa jika terjadi perdarahan yang hebat,infeksi Pepsis,emboli udara
.sementara bahaya untuk janin nya antara lain seperti hypoksia,perdarahan dan syok.
F),penegakkan diagnosis i.gelaja klinis:
.gejala utama plasenta Previa adalah pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya berulang darah biasanya berwarna merah segar.
.bagaimana terdepan janin tinggi (floating) sering di jumpai kelainan letak janin.
.pendarahan pertama (first bleeding)Biasanya tidak banyak dan tidak fatal,kecuali dilakukan periksa dalam sebelumnya,sehingga pasien sempat dikirim
kerumah
sakit.tetapi pendarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.janin biasanya lebih baik. ii.pemeriksaan in spekulo
.tujuannya adalah untuk mengetahui apakah pendarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina.
.apabila pendarahan berasal dari ostium uteri eksternum,maka adanya plasenta yang harus dicurigai.
iii.penentuan letak plasenta tidak langsung
.dapat dilakukan dengan radiografi,dan ukuransonografi.
.akan tetapi pada pemeriksaan radiografi dan radiosotop,ibu dan janin dihadapkan pada bahaya radiasi sehingga cari ini ditinggalkan.
.sedangkan USG tidak menimbulkan bahaya radiasi dan rasa nyeri dan cara ini dianggap sangat tepat untuk menentukan letak plasenta.
g.penatalaksanaan i.terapi ekspektatif:
Pengantar:
o tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur,pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. o upaya diagnosis dilakukan secara non intensif pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik.
syarat pemberian terapi ekspektatif :
o kehamilan pretern dengan pendarahan sedikit kemudian berhenti. o belum ada tanda tanda in partu. o keadaan umum ibu cukup baik (kadar himoglobin dalam batas normal) o janin masih hidup
hal hal yang dilakukan:
o rawat inap,tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis o lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui inplantasi plasenta,usia kehamilan,profil biofisik,letak dan presentasi janin o berikan tokolitik bila ada kontriksi. √ MgSO4 4g IV dosis awal di lanjutkan 4 gr tiap 6 jam √nefidipin 3x20 mg \ hari √betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin. √uji pematangan paru janin dengan tes kocok (bubble test) dari tes amniosentesis.
bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu plasenta masih berada disekitar ostinum uteri internum.maka dugaan plasenta Previa menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,pasien dapat di pulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai RS lebih dari 2 jam dengan pesan segera kembali ke RS apabila terjadi pendarahan ulang.
ii.terapi aktif (tindakan segera):
pengantar:
o perfaginam yang aktif dan banyak harus segera diatas laksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. o untuk wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan o diagnosis plasenta Previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan,setelah semua persyaratan di penuhi,dilakukan PDOM jika: √ infus \ tranfusi telah terpasang,kamar dan tim operasi telah siap. √ kehamilan 37 minggu (BB >2500 gram)dan in partu. √ janin telah meninggal atau terdapat onimali kongenital mayor (misal :anensefali) √ perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati PAP (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar)
cara menyelesaikan persalinan dengan placenta Previa:
° SC : prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu,sehingga walaupun janin meninggal atau tidak mempunyai harapan hidup tindakan ini tetap dilakukan. tujuan SC antara lain : ~ melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan. ~ menghindarkan kemungkinan terjadi robekan pada cervik uteri,jika janin dilahirkan pervaginam. tempat implantasi plasenta Previa banyak terdapat vaskularisasi sehingga servik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek,selain itu.tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdaharan karena adanya perbedaan vaskukaris dan susunan seraput otot dengan korpus uteri. siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu. lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk mantauan perdarahan,infeksi dan keseimbangan cairan dan elektrolit. indikasi seksio sesarea:
~ plasenta Previa totalis ~ plasenta Previa pada primigravida ~ plasenta Previa janin letak lentang atau letak sungsang ~ fetal destres. plasenta Previa leteralis jika: pembentukan masih kecil dan perdarahan banyak. • sebagian besar OUI ditutupi plasenta. • plasenta terletak di sebelah belakang (posterior) • profause bleeding perdarahan sangat banyak dan mengalir sangat cepat. melahirkan prevaginam Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Amniotomi dan akselerasi
•pada umumnya dilakukan pada plasenta Previa lateralis/marginalis dengan pembukaan >3 cm serta presentasi kepala •dengan memecah ketuban,plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan di tekan oleh kepala janin. • jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi dengan infus oksitosin.
versi Braxton hicks :
• tujuan melakukan versi Braxton adalah mengadakan tamponade plasenta dengan bokong dan kaki janin • versi Braxton tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
transi dengan cunam willet :
• kulit kepala janin di jepit dengan cunam willet kemudian diberi beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. • tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan sering kali penyebabkan pendarahan pada kulit kepala. • tindakan ini bisanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak ada janin yang telah meninggal dan pendarahan yang tidak aktif.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas umum Biasanya terjadi pada wanita yang mengalami kehamilan
2. Riwayat kesehatan, yang meliputi: a.Riwayat kesehatan sekarang 1) Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan 2) Perdarahan tanpa rasa nyeri 3) Perdarahan biasanya terjadi sejak trimester kedua, trimester ketiga kehamilan atau sejak kehamilan 20 minggu. 4) ) Kemungkinan pendarahan pervaginam dan nyeri tekan di abdomen bagian bawah b. Riwayat kesehatan dahulu: 1) Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti seksio sasaria curettage yang berulang-ulang. 2)
Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami
penyakit menular seperti hepatitis. 3) Kemungkinan pernah mengalami abortus 4) Kemungkinan pernah mengonsumsi rokok dan alkohol c.
Riwayat kesehatan keluarga
1) Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya. 2) Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini. 3) Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda. 4)
Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit
menular. d. Riwayat obstetri Riwayat Haid: Minarche
: 12 th
Siklus
: 28 hari
Lamanya
: ± 7 hari
Baunya
: amis
Keluhan pada haid
: tidak ada keluhan nyeri haid
e.
Riwayat kehamilan dan persalinan:
Multigravida, kemungkinan abortus, kemungkinan pernah melakukan curettage f.
Riwayat nifas
Lochea Rubra, bagaimana baunya; amis, banyaknya 2 kali ganti duk besar, tentang laktasi, colostrum ada 3. Pemeriksaan tanda-tanda vital a.
Suhu tubuh, suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
b. Tekanan darah, akan menurun jika ditemui adanya tanda syok c.
Pernapasan, nafas stabil jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
d. Nadi, nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok 4. Pemeriksaan fisik a.
Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
b. Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat. c.
Mata biasanya konjugtiva anemis
d. Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal e.
Abdomen:
1) Inspeksi
: terdapat strie gravidarum
2) Palpasi Leopoid I
: Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.
Leopoid II
: Sering dijumpai kesalahan letak
Leopoid III
: Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala
masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul. Leopoid IV 3) Perkusi
: Kepala janin belum masuk pintu atas panggul : Reflek lutut +/+
4) Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160 f.
Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda,berwarna gelap
g. Ekstremitas, Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.
5. status emosional Biasanya ibu merasa cemas dan takut terhadap apa yang terjadi pada dirinya pada kehamilannya, depresi ,merasa tertekan,ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan merasa tidak kuasa memutuskan (tidak berhak memilih).
6. istirahat dan kenyamanan Biasanya ibu mengalami kesulitan tidur karena adanya perasaan cemas dan nyeri pada bagian perut sehinnga ia tidak merasa nyaman dengan keadaannya 7. nutrisi dan cairan Biasanya mengalami kekurangan cairan karena perdarahan sehingga ibu harus dikontrol asupan makanan dan cairanya 8. Mobilisasi dan latihan Biasanya ibu harus mempunyai tirah baring yang cukup 9. Data sosial ekonomi Pada umumnya terjadi pada golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. 10. Pemeriksaan penunjang Data
laboraturium,
memungkinkan
Hb
rendah.
Hb
yang
normal
(12-14gr%)
leukosit meningkat (Normal 5.000-10.000 mm3). Trombosit menurun (normal 250 ribu – 500 ribu).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko Tinggi Cedera (janin)
b.d. penurunan perfusi ureterin/plasenta akibat
pendarahan 2. Resiko Tinggi Infeksi b.d. anemia dan pendarahan akibat plasenta pervia 3. Resiko Perdarahan b.d komplikasi kehamilan 4. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplaindan kebutuhan oksigen 5. Nyeri akut b.d agens cidera biologis 6. Ansietas b.d ancaman pada status terkini
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Diagnosa Keperawatan 1
NOC
Resiko
Tinggi
(janin)
b.d. penurunan Indicator :
Elektronik : Antepertum
perfusi
ureterin/plasenta
Jatuh saat berdiri ( 2 – 4 )
Aktivtias – aktivitas :
Jatuh saat berjalan ( 2 – 4 )
akibat pendarahan
Cedera Kejanian Jatuh
NIC
Monitor
Janin
Secara
Tinjau riwayat obstretrik,
Jatuh saat duduk ( 2 – 4 )
jika
Jatuh saat membungkuk ( 2 –
menentukan faktor resiko
4)
obsetrik
tersedia,
atau
untuk
resiko
medis yang dibutuhkan dalam pengujian status janin antepartum
Tentukan pasien
poengetahuan terkait
alasan
melakukan antepartum
Berikan
materi
pendidikan
kesehatan
terkait
pengujian
antepartum
Ukur tanda – tanda vital ibu
Tanyakan
mengenai
asupan
termasuk,
oral
diet dan apakah merekok atau menggunakan obat – obatan
Verivikasi
denyut
jantung ibu dan janin sebelum
melakukan
pemantauan janin secara elektronik
Arahkan
pasien
mengenai alasan untuk pemantauan janin, serta jenis – jenis informasi yang diperoleh
Tempelkan transduser di daerah
rahim
suara
jantung
diaman janin
terdengar dan terdeteksi dengan jelas
Diskusikan
tampilan
irama strip bersama ibu dan keluarga
Berikan
stimulasi
vibroakustik,
sesuai
peraturan
sesuai
atau
perintah dokter
Mulailah infus intravena, sesuai peraturan, untuk memulai
pemberian
oksitosin, dengan tepat, sesuai
perintah
dokter
atau bidan
Berikan nilai berdasarkan pemantauan kriteria
untuk
tes
pemberian
oksitosin
Komunikasikan hasil tes kepada para ahli atau bidan lainya
Berikan bimbingan untuk menjaga – jaga terdapat hasil
tes
yang
tidak
normal Monitor
Jannin
secara
Elektronik : intrapartum Aktivitas – aktivitas :
Lakukan
pemeriksaan
Leopold
untuk
mengetahui posisi janin
Gunakan tocotransduser
dengan
baik
untuk
mengobservasi
dan
durasi kontraksi
Pastikan kembali bahwa denyut
jantung
bayi
normal termasuk dengan memastikan bahwa cirri – cirri khas
Dokumentasi semua data perkembangan eksternal termasuk denyut jantung awal,
percepatan,
perlambatan
dan
frekuensi
Gunakan janin
alat
monitor
berkala
untuk
telementry, jika tersedia, untuk membuat ibu lebih nyaman untuk bergerak
Dokumentasi perubahan denyut
jantung
janin
setelah diresusitasi
Dokumentasikan respon ibu terhadap penggunaan monitor
intravena,
termasuk ketidaknyamanan
atau
nyeri ada tidaknyamanan animo dan da tidaknya pendarahan
Beritahu perubahan
dokter
setiap denyut
jantung janin, intervensi
yang dilakukan jika ada pola
DJJ
yang
meragukan respon janin dan respon ibu untuk mengejan 2
Resiko Tinggi Infeksi b.d. Keparahan Infeksi
Perawatan Intrapartum
anemia dan pendarahan Indicator :
Aktivitas – aktivitas :
akibat plasenta pervia
Kemerahan ( 2 – 4 )
Nyeri ( 1 – 3 )
orang terdekat mengenai
Letargi ( 3 – 4 )
prosedur
Kolonisasi kultur darah ( 3 – 4
tambahan
untuk
)
anntisipasi
selama
Kolonisasi kultur area luka ( 3
prosedur kelahiran
–4)
Informasikan pasien dan
dan
personil
Komunikasikan perubahan status ibu atau janin
kepada
dokter
primer dengan tepat
Beritahu dokter primer akan terdapat tanda – tanda kelainan pada ibu atau jantung janin
Lakukan
tindakan
pencegahan universal
Bantu dengan pemberian anastesi pada ibu jika diperlukan
Amati dengan seksama ada
atau
tidaknya
pendarahan postpartum Perlindungan Infeksi Aktivitas – aktivitas :
Monitor dan
adanya gejala
tanda infeksi
sistemik dan lokal
Monitor
kerentana
terhadap infeksi
Batasi
jumlah
pengunjung
Pertahankan
teknik
isolasi yang sesuai
Periksa
kondisi
setiap
luka
Ajarkan
pasien
dan
keluarga antara infeksi – infeksi virus dan bakteri
Ajarkan
bagaimana
pasien dan keluarga cara menghindari infeksi
Berikan
ruang
yang diperlukan
pribadi
BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN Perdarahan antenatal pada trimester pertama (kehamilan muda) adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 22 minggu. Perdarahan antenatal pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan atau perdarahan intrapartum sebelum kelahiran. Klasifikasi dari perdarahan antenatal awal adalah abortus, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa,sadangkan perdarahan antenatal lanjut terdiri dari plasenta solusio plasenta dan plasenta privia.Tanda dan gejala utama dari masing-masingnya adalah terjadinya perdarahan dan nyeri.Dan memiliki penanganan farmakologis dan nonfarmakologis dan dampaknya masing-masing bagi tubuh.
SARAN 1. Bagi mahasiswi diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai perdarahan antenatal sehingga kedepannya dapat memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari 2. Bagi petugas kesehatan Sebagai tenaga kesehatan jika terjadi perdarahan antenatal maka harus melakukan penanganan sesegera mungkin.bila perlu harus merujuk ke Rumah Sakit yang memeiliki fasilitas operasi dan transfusi darah
DAFTAR PUSTAKA
Bobak,Irene M dkk.2004.Keperawatan Maternitas (Maternity Nursing)Edisi 4.Jakarta:EGC Maryunani,Anik dan Taufik ismail.2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal.Jakarta:Trans Info Media NANDA, intrervensi NIC, kiteria hasil NOC. Jakarta : EGC