GIZI PADA LANSIA D I S U S U N
OLEH : WULAN MENTHARI PUTRI RY 1702012050
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gizi Pada Lansia”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan Mata Kuliah. Dalam penulisan makalah, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Baik pada teknis penulisan maupun dalam materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2 A. Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia ................................................ 2 B. Keadaan Gizi Lansia ..................................................................................... 3 C. Pemantauan Status Gizi Pada Lansia ........................................................... 5 D. Pedoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia .............................................. 6 E. Kebutuhan Gizi Pada Lansia ......................................................................... 7 F.
Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Lansia ................................. 7
G. Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia ................................................................... 8 H. Langkah –langkah Hidup Sehat Untuk Lansia ............................................. 11 BAB III PENUTUP ................................................................................................... 13 A. Kesimpulan .................................................................................................. 13 B. Kritik dan Saran ........................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. apabiala seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum agar kualitas hidupan yang bersangkutan tetap baik. Perubahan ststua gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Perubahan ini akan makin nyata pada kurun usia dekade 70-an. Faktor lingkunagn antara lain meliputi perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa pensiun dan isolasi sosial berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal. Faktor kesehatan yang berperan dalan perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degenerasi maupun nondegenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan beberapa kasusu dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminim para lansia oleh karena penyakit yang sedang dideritanya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahanperubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian selsel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.
1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk gizi
kurang maupun gizi lebih. Gangguan ini dapat menyebabkan munculnya penyakit atau terjadi sebagi akibat adanya penyakit tertentu. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetukan terlebih dahulu ada tidaknya gangguan gizi, mengevaluasi faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan gizi serta merencakan bagaimana gangguan gizi tersebut dapat diperbaiki
a. Perubahan anatomi dan fisiologi Menua (aging) meruakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan berakhir saat kematian. Selam periode pertumbuhan, proses anabolisma melampaui proses katabolisma. Pada saat tubuh sudah mencapai tingkat kematangan fisiologik, kecepatan katabolisma atau proses degenerasi lebih besr daripada kecepatan proses regenerasi sel (anabolisma). Akibat yang timbul adalah hilangnya sel-sel yang berdampak dalam bentuk penurunan efisiensi dan gangguan fungsi organ(Whitney, Catalgo, Rolfes, 1987; Prodrabky, 1992). Dengan demikian menua ditandai dengan kehilangan secara progresif lean body mass (jaringan aktif tubuh) dan perubahan-perubahan di semua system di dalam tubuh manusia. Berikut ini adalah perubahan fisiologik yang berhubungan dan mempengaruhi status gizi lansia. b. Alat indera Indera pengecap, pencium dan penglihatan menurun yang akan secara langsung dan tak langsung mempengaruhi nafsu makan dan asuapan makanan. Papila pengecap mulai mengalami atrofi pada usia 50 tahun, dari jumlah 245 pada anak menjadi hanya 88 pada usia 74-85 tahun. Terjadi penurunan sensitifitas terhadap rasa manis dan asin. Selain itu muncul glossodyna atau nyeri pada lidah. c. Saluran cerna/digestif Terjadi perubahan-perubahan pada kemampuan disgesti dan absorbsi yang terjadi sebagai akibat hilangnya opioid endogen dan efek berlebihan dari kolesistokin. Akibat yang muncul adalah anoreksia. Penyakit periodonsia dan gigi palsu yang tidak tepat akan makin memberikan rasa sakit dan tak nyaman saat mengunyah. Selain itu sekresi ludah juga menurun hingga terjadi gangguan 2
pengunyahan dan penelanan. Hipoklorhidria yang terjadi oleh karena berkurangnya sel-sel parietal mukosa lambung akan mengakibatkan penurunan absorpsi kalsium dan non-hem-iron. Terjadi pula overgrowth bakteri yang akan menurunkan bioavailability B12, malabsorbsi lemak, fungsi asam empedu yang menurun dan diare. Selain itu terjadi penurunan motilitas usus, hiungga terjadi konstipasi. d. Metabolisma Pada
lansia
dapat
terjadi
penurunan
toleransi
glukosa
yang
akan
mengakibatkan kenaikan glukosa di dalam plasma sekitar 1,5 mg/dl untuk tiap dekade umur. Hal ini terjadi mungkin karena penurunan produksi insulin atau karena respon jaringan terhadp insulin yng menurun. Metabolisma basal (BM) menurun sekitar 20% antara usia 30-90 tahun. Hal ini terjadi karena berkurangnya lean body mass pada lansia. e. Ginjal Fungsi ginjal menurun sekitar 50 % antara usia 30-80 tahun. Reaksi respon asam basa terhadap perubahan-perubahan metabolik melambat. Pembuangan sisasia metabolisma protein dan elektolit yang harus dilakukan ginjal akan merupakan beban tersendiri. f. Fungsi jaringan Pada usia sekitar 75 tahun, maka prosentsenya fungsi jaringan yang tertinggal adalah 82 % untuk cairan/air tubuh, 56% glomerulus, 63 % serat syaraf, 36 % taste buds dan 56 % berat otak.
B.
Keadaan Gizi Lansia a. definisi lansia
Manusia lanjut usia mereka yang telah berumur 65 tahun ke atas. Durmin (1992) membagi lansia menjadi young elderly (65 – 74 tahun) dan older elderly (75 tahun)
Munro dkk.,(1987) mengelompokkan older elderly ke dalam 2 bagian, yaitu usia 75 – 84 tahun dan 85 tahun
Di Indonesia, M. Alwi Dahlan menyatakan bahwa orang dikatakan lansia jika telah berumur di atas 60 tahun
3
b. kekurangan dan kelebihan gizi pada lansia Terjadi kekurangan gizi pada lansia oleh karena sebab-sebab yang bersifat primer maupaun sekunder. Sebab-sebab primer meliputi ketidaktahuan isolasi sosial, hidup seorang diri, baru kehilangan pasangan hidup, gangguan fisik, gangguan indrera, gangguan mental, kemiskinan dan iatrogenik. Sebab-sebab sekunder
meliputi
gangguan
nafsu
makan/selera,
gangguan
mengunyah,
malabsorpsi, obat-obatan, peningkatan kebutuhan zat gizi serta alkoholisme. Ketidaktahuan dapat dibawa sejak kecil atau disebabkan olah pendidikan yang sangat terbatas. Isolasi sosial terjadi pada lansia yang hidup sendirian, yang kehilangan gairah hidup dan tidak ada keinginan untuk masak. Gangguan fisik terjai pada lansia yang mengalami hemiparese/hemiplegia, artritis dan ganggun mata. Gangguan mental terjadi pada lansia yang dement dan mengalami depresi. Kondisi iatrogenik dapat terjadi pada lansia yang mendapat diet lambung untuk jangka waktu lama, hingga terjadi kekurangan vitamin C. selanjutnya gangguan selera, megunyah dan malabsorbsi terjadi sebagi akibat penurunan fungsi alat pencernaan dan pancaindera, sebagai akibat penyakit berat tertentu, pasca operasi, ikemik dinding perut dan sensitifitas yang meningkat terhadap bahan makanan tertentu seperti lombok, santan, lemak dan tepung ber ’gluten’(misalnya ketan).
Kebutuhan
yang
meningkat
terjadi
pada
lansia
yang
mengalami
keseimbangan nitrogen negatif dan katabolisme protien yang terjadi pada mereka yang harus berbaring di tempat tidur untuk jangka waktu lma dan yang mengalami panas yang tinggi. Kondisi kekurangan gizi pada lansia dapat terbentuk KKP(kurang kalori protein) kronik, baik ringan sedang maupun berat. Keadaan ini dapat dilihat dengan mudah melalui penampilanumum, yakni adanya kekurusan dan rendahnya BB seorang lansia dibanding dengan baku yang ada. Kekurangan zat gizi laing yang banyak muncul adalah defisiensi besi dalam bentuk anemia gizi, defisiensi B1 dan B12. Kelebihan gizi pada lansia biasanya berhubungan dengan afluency denga ngaya hidup pada usia sekitar 50 tahun. Dengan kondisi ekonomi yang membaik dan tersedianya berbagai makanan siap sji yang enak dan kaya energi. Utamany sumber lemak, terjadi asupan makan dan zat-zat gizi melebihi kebutuhan tubuh. Keadaan kelbihan gizi yang dimulai pada awal usia 50 tahun-an ini akan membawa lansia pada keadaan obesitas dan dapat pula disertai dengan munculnya berbagai 4
penyakit metabolisme seperti diabetes mellitus dan dislipidemia. Penyakit-penyakit tersebut akan memerlukan pengelolaan dietetik khusus yang mungkin harus dijalani sepanjang usia yang masih tersisa. C.
Pemantauan Status Gizi Pada Lansia Status gizi pada lansia dapat dinilai dengan cara – cara yang baku bagi
berbagai tahapan umur yakni penilaian secara langsung dan tak langsung. Penilaian secara langsungdilakukan melaui pemeriksaan klinik, antropometrik, biokimia dan biofisik. Di dalam melakukan pemeriksaan klinik perlu dibedakan tiga kelompok gejala yaitu:
tanda-tanda yang dianggap mempunyai nilai dalam pemeriksaan gizi
gejala-gejala yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
gejala-gejala yang tidak berhubungan dengan gizi Tanda-tanda yang masuk ke tiga kategori dapat ditemukan di berbagai organ
seperti rambut, lidah, konjungtiva, bibir, kulit, hati, limpa dan sebagainya. Pemeriksaan antropometrik adalah pengukuran variasi berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh secara umum pada berbagai tahapan umur dan derajat kesehatan. Pemgukuran yang dilakukan meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Semua hasil pengukuran tersebut harus dikontrol terhadap umur dan jenis kelami. Dalam melakukan interpretasi, digunakan berbagai bahan baku (standard) internasional maupun nasional seperti baku WHO, NCHC, Havard, dan sebagainya. Perlu ditekankan disini bahwa pemeriksaan tinggi badan pada lansia dapat memberikan nilai kesalahan yang cukup bermakna oleh karena telah terjadinya osteoporosis pada lansia yang akan berakibat pada kompresi tulang-tulang columna vertebral. Untuk itu para ahli sepakat bahwa sebagai gantinya tinggi badan dapat dipakai panjang rentang tangan (armspan) dalam penentuan indeks massa tubuh (BMI) (Rabe, Thamrin, Gross, Salomons, Schultink,1995). Ternyata korelasi koefisien antara BMI dengan BMA (body mass-armspan) cukup tinggi yaitu 0,83 dan 0,81 untuk wanita dan untuk pria dengan nilai p-0,001. Pemeriksaan biokimia dapat dilakukan terhadap berbagai jaringan tubuh, namun yang paling lazim, mudah dan praktis adalah darah dan urine. Zat-zat gii tertentu dapat dievaluasi statusnya melalui pemeriksaan biokimiawi seoerti vitamin A, besi, iodium protein dan sebagainya.Pemeriksaan biofisik dilakuakan misalnya
5
terhadap tulang untuk menilai derajat osteoporosis, jantung untuk kecurigaan beriberi dan smear terhadap mukosa organ tertentu. Penimbangan Berat Badan a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan. b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa : Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100) Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus : Berat badan ideal = TB dalam cm – 100 Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
D.
Pedoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia Khusus untuk Indonesia, Departemen Kesehatan telah menerbitkan Pedman
Umum Gizi Seimbang (PUGS) (DepKes, 1995) yang berisi 13 pesan dasar gizi seimbang bagi lansia dengan dasar PUGS dan dengan memeprtimbangkan pengurangan berbagai resiko pentyakit degenerasi yang dihadapi para lansia. 1. Makanlah aneka ragam makanan 2. Makanlah sumber karbohidrat kompleks (serealia dan umbi) 3. Batasi minyak dan lemak secar berlebihan 4. Makanlah sumber zat besi secara bergantian antara sumber hewani dan nabati. 5. Minumlah air yang bersih, aman, dan cukup jumlahnya dan telah didihkan. 6. Kurangi konsumsi makanan jajanan dan minuman yang tinggi gula murni dan lemak. 7. Perbanyak frekuensi makanhewani laut dalam menu harian. 8. Gunakanlah garam berodium, namaun batasilah penggunaan garam secar berlebihan, kurangi konsumsi makanan dengan pengawaet
6
E.
Kebutuhan Gizi Pada Lansia
1. Kalori Kebutuhan akan kalori menurun sejalan dengan pertambahan usia, karena metabolisme seluruh sel dan kegiatan otot berkurang 2. Protein Gersovitz (1982) menganjurkan asupan protein sebesar 1,0 g/kg berat badan/hari untuk mempertahankan keseimbangan protein, Kebutuhan akan protein meningkat sebagai tanggapan atas stress fisiologis seperti infeksi, luka baker, patah tulang dan pembedahan 3. Karbohidrat Karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah sekitar 55 – 60% dari kalori total 4. Lemak Asupan lemak dibatasi, batas maksimal 20 – 25% dari energi total. Kelebihan dan kekurangan lemak diwujudkan dalam bentuk kadar kolesterol darah 5. Serat Salah satu gangguan yang seringkali dikeluhkan oleh lansia adalah sembelit Gangguan ini akan timbul manakala frekuensi pergerakan usus berkurang, yang akhirnya memperpanjang masa transit tinja,hal ini terjadi karena kelemahan tonus otot dinding saluran cerna akibat penuaan (kegiatan fisik berkurang) serta reduksi asupan cairan dan serat 6. Vitamin Meskipun tampak sehat, kekurangan sebagian vitamin dan mineral tetap berlangsung pada lansia, dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B6, B12, vitamin D dan asam folat
F.
Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Lansia
1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong. 2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit. 3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran. 4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
7
5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi. 6. Penyerapan makanan di usus menurun.
G.
Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang
berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an. Sayangnya, nafsu makan mereka cenderung terus menurun. Karena itu, harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi. Bertambahnya usia menyebabkan indra rasa menurun. Sebagai kompensasi, banyak orang lanjut usia (lansia) memilih makanan yang rasanya sangat manis atau asin. Padahal, penambahan gula hanya memberikan kalori kosong (tidak ada nilai gizinya), sedangkan garam dapat meningkatkan tekanan darah. Indra pencium dan penglihatan juga terganggu, sehingga mengakibatkan pemilihan makanan yang berbau tajam atau minat terhadap makanan menurun. Perubahan emosi karena depresi dan kesepian juga membuat nafsu makan menurun. Masalah gigi sering dialami lansia, seperti gigi tanggal, gigi berlubang, dan gigi palsu yang tidak nyaman. Kesemuanya ini berisiko menimbulkan kurang gizi. Nutrisi dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun orang tua antara lain (Dickinson A, 2002) : 1. Beta-glucan. Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari dinding sel ragi roti, gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa beta glucan dapat mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan neutrofil). 2. Hormon DHEA. Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi fungsi imun pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi dan rendah. Juga wanita menopause mengalami peningkatan fungsi imun dalam waktu 3 minggu setelah diberikan DHEA. 3. Protein: arginin dan glutamin. Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi pasca-pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan luka, pertumbuhan tumor, dans ekresi hormon prolaktin, insulin, growth hormon. 8
Glutamin, asam amino semi esensial berfungsi sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag, meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil. 4. Lemak Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi, dan kelebihan intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi tinggi asam lemak omega 3 dapat menurunkan sel helper, produksi cytokine. 5. Yoghurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain. Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit kanker, infeksi usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi. 6. Mikronutrien (vitamin dan mineral). Vitamin yang berperan penting dalam memelihara system imun tubuh orang tua adalah vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang mempengaruhi kekebalan tubuh adalah Zn, Fe, Cu, asam folat, dan Se. 7. Zinc. Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung mempengaruhi fungsi imun melalui peran sebagai faktor dalam pembentukan DNA, RNA, dan protein sehingga meningkatkan pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung menurunkan produksi limfosit T, respons limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan, dan produksi IL-2. 8. Lycopene. Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK) 9. Asam Folat Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada sekelompok hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat meningkatkan distribusi sel T dan respons mitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun). Studi terbaru menunjukkan intake asam folat yang tinggi mungkin meningkatkan memori populasi lansia (Daniels S, 2002). 10. Vitamin E Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang dilakukan oleh Simin Meydani, PhD. di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat membantu peningkatan respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah antioksidan yang melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara bertahap akibat oksidasi yang berlebihan. Akibat penuaan
9
pada respons imun adalah oksidatif secara alamiah sehingga harus dimodulasi oleh vitamin E (Murray F, 1991). 11. Vitamin C. Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua, meningkatkan aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan mobilitas leukosit dari serangan infeksi virus, contohnya virus influenzae. 12. Vitamin A. Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses pematangan selsel T dan merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing, menolong mukosa
membran
termasuk
paruparu
dari
invasi
mikroorganisme,
menghasilkan mukus sebagai antibodi tertentu seperti: leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta menurunkan mortalitas campak dan diare. Beta karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah monosit, dan mungkin berkontribusi terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag. Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan E secara signifikan memperbaiki jumlah dan aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu didukung oleh studi yang dilakukan di Perancis terhadap penghuni panti wreda tahun 1997. Mereka yang diberikan suplementasi multivitamin (A, C, dan E) memiliki infeksi pernapasan dan urogenital lebih rendah daripada kelompok yang hanya diberikan plasebo. 13. Vitamin D. Menghambat respons limfosit Th-1. 14. Kelompok Vitamin B. Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita anemia defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah putih dikaitkan dengan fungsi imun. Setelah diberikan suplementasi vitamin B12, terdapat peningkatan jumlah sel darah putih. Defisiensi vitamin B12 pada orang tua disebabkan oleh menurunnya produksi sel parietal yang penting bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin B6 (koenzim) pada orang tua dapat memperbaiki respons limfosit yang menyerang sistem imun, berperan penting dalam produksi protein dan asam nukleat. Defisiensi vitamin B6 menimbulkan atrofi pada jaringan limfoid sehingga merusak fungsi limfoid dan merusak sintesis asam nukleat, serta menurunnya pembentukan antibodi dan imunitas sellular. 10
Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk Lansia dalam sehari : Menu untuk Lansia dalam sehari :
H.
WAKTU
MENU
PORSI
Pagi
Roti-telur-susu
1 tangkep 1 gelas
Selingan
Papais
2 bungkus
Siang
Nasi
1 piring
Semur
1 potong
Pepes tahu
1 bungkus
Sayur bayam
1 mangkok
Pisang
1 buah
Selingan
Kolak pisang
1 mangkok
Malam
Mie baso
1 mangkok
Pepaya
1 buah
Langkah –langkah Hidup Sehat Untuk Lansia Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa
kegiatan yang harus dilakukan seperti : 1. Olah raga yang teratur dan sesuai Olah raga usia lanjut tidak perlu berlebihan, patokan olah raga lansia yaitu beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding. Beberapa contoh olah raga yang sesuai dengan batasan tadi adalah jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukut, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. 2. Istirahat, tidur yang cukup Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan immunitas atau kekebalan tubuh, mempercepat proses penyembuhan penyakit, juga pada saat tidur tubuh memperbaiki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Oleh karena itu orang pada umumnya akan merasa segar setelah istirahat. 3. Menjaga kebersihan Lansia harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan ruangan dan juga pakaian dimana dia tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah mandi dua kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu, sikat gigi setelah selesai makan, membersihkan kuku dan
11
lubang-lubang (hidung, telinga, pusar, anus dan organ intim), memakai alas kaki jika keluar rumah dan menggunakan pakaian yang bersih. Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah bersih dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi selalu makanan di meja makan. Pakaian, sprei, gorden, karpet, seisi rumah termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik. Tentu saja hal ini memerlukan bantuan dari keluarga atau orang yang tinggal bersama Lansia. 4. Memeriksakan kesehatan secara teratur Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit, lansia dianjurakan untuk memeriksakan kesehatannya secara berkala, agar bila ada penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatannya lebih mudah dan cepat dan jika ada faktor beresiko yang menyebabkan penyakit dapat dicegah. 5. Mental dan batin tenang dan seimbang Yakni dengan lebih dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan, hal ini akan membuat lebih tenang. Lalu hindari stress, hidup yang penuh dengan tekanan yang akan merusak kesehatan. Stress juga dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung dan sebagainya. Senyum dan ketawa akan membuat penampilan lebih menarik dan disukai semua orang. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi yang tinggi dan untuk melemaskan otak dari kelelahan. 6. Rekreasi Rekreasi
untu
menghilangkan
kelelahan
setelah
beraktifitas
selama
seminggu, bisa di pantai, di taman, atau bersantai bersama keluarga, anak dan cucu, atau teman dan tetangga.
12
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13 tahun
1998 ). Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal sekitar enam kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai dalam sel atau komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam struktur anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung
secara
alamiah,
terus-menerus
dan
berkesinambungan,
yang
selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan. Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitifitas emosional meningkat dan kurang gairah.
B.
Kritik dan Saran Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan
pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu waktu, pemikiran dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempernuan makalah ini kami sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang bersifat membangun kepada semua pembaca.
13
DAFTAR PUSTAKA
Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib. Adriani, Merryana, 2012, Pengantar Gizi Masyarakat, Jakarta : Kencana Prenada Arisman, 2009, Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi Dalam Daur Kehidupan, Edisi 2, Jakarta : EGC Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Karya Azizah, L.M., 2011, Keperawatan Lanjut Usia, Yogyakarta : Graha Ilmu
14