Eksporsapibali

  • Uploaded by: azwar
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Eksporsapibali as PDF for free.

More details

  • Words: 852
  • Pages: 3
Pembahasan Ekspor Ternak Sapi Bali Oleh Komisi Bibit Ternak Nasional Jakarta, 29 Januari 2008 I.

PENDAHULUAN Sapi Bali merupakan ternak asli Indonesia yang harus dilindungi kelestariannya. Dalam peraturan – peraturan yang telah dikeluarkan, dinyatakan bahwa pengeluaran sumberdaya genetik ternak yang bernilai ekonomi tinggi hanya dapat dilakukan dengan syarat – syarat tertentu dan dengan persetujuan pemerintah pusat. Sehubungan dengan pentingnya sapi Bali sebagai sumberdaya genetik asli Indonesia, maka untuk pengeluarannya harus sesuai dengan peraturan – peraturan yang telah ada dan berlaku di Indonesia. Untuk menegaskan kembali hal tersebut, maka Direktorat Perbibitan Direktorat Jenderal Peternakan mengadakan pertemuan dengan Komisi Bibit Ternak Nasional untuk membahas tentang kebijakan ekspor sapi Bali.

II.

PELAKSANAAN Pembahasan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 29 Januari 2008 dengan agenda utama memperoleh saran dan pendapat dari Komisi Bibit Ternak Nasional. Pertemuan dihadiri oleh Dirjen Peternakan, Sekretaris Ditjen Peternakan, Direktur Perbibitan, Direktur BTR, Komisi Bibit Ternak Nasional serta Kabag dan Kasubdit terkait. Hasil pembahasan dirumuskan sebagai berikut: 1. Dalam upaya menyamakan persepsi dari seluruh stakeholders peternakan perlu disosialisasikan definisi sapi Bali sbb: Sapi Bali Betina : sapi bali betina mempunyai tanda-tanda yang meliputi warna bulu merah, lutut ke bawah putih, pantat putih berbentuk setengah bulan, ujung ekor hitam dan ada garis belut warna hitam pada punggung; tanduk pendek dan kecil; bentuk kepala panjang dan sempit serta leher ramping. Sapi Bali Jantan : sapi Bali jantan mempunyai tanda-tanda meliputi warna bulu hitam, lutut ke bawah putih, pantat putih berbentuk setengah bulan, ujung ekor hitam; tanduk tumbuh baik dan berwarna hitam; bentuk kepala lebar dengan leher kompak dan kuat. 2. Sapi Bali-Gorontalo yang akan diekspor masih merupakan bangsa sapi Bali, karena berdasarkan referensi FAO, bahwa ternak dianggap sebagai ternak lokal (local breed) pada suatu daerah sedikitnya harus sudah ada di tempat tersebut selama 50 tahun. Sapi Bali masuk ke Provinsi Sulawesi Utara sekitar tahun 1980-an. 3. Dasar hukum yang dapat digunakan sebagai acuan pelarangan ekspor:

-

-

-

-

-

-

Undang undang No. 6 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan, dalam Bab II Pasal 16 ayat 3 menyatakan bahwa: “Oleh pemerintah ditetapkan jumlah-jumlah ternak, yang boleh diekspor keluar negeri kecuali dengan ijin pemerintah atau pejabat yang ditunjuk, maka hanya ternak kastrasi yang boleh diekspor keluar negeri”. Undang-undang No.16 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan karantina hewan, tumbuhan dan ikan. Dalam Bab II Pasal 7 Ayat 1 menyatakan bahwa : “Pemasukan/pengeluaran hewan dan bahan asal hewan harus melalui tempattempat yang ditetapkan dan harus melalui tindak karantina” Undang-undang No. 32 Tahun 2004 juncto PP No.38 tahun 2007 tentang Pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah Kabupaten/kota. “Pengaturan pemasukan dan pengeluaran bibit/benih ternak merupakan kewenangan pemerintah pusat”. Permentan RI No. 35 tahun 2006 tentang Pedoman Pelestarian dan Pemanfaatan Sumberdaya Genetik Ternak. Dalam lampiran bab IV huruf B nomor 3 yang berbunyi: “Pengeluaran sumberdaya genetik ternak asli atau lokal yang bernilai ekonomi tinggi, hanya dapat dilakukan apabila: (i) kebutuhan di dalam negeri telah terpenuhi; (ii) tidak menimbulkan pengurasan sumberdaya genetik, penurunan kualitas atau seleksi negatif, dan (iii) mendapat persetujuan Menteri atau pejabat yang ditunjuk”, dan nomor 4 yang berbunyi “khusus pengeluaran sumberdaya genetik sapi dan kerbau untuk tujuan komersial hanya dapat dilakukan pada ternak jantan-kastrasi atau yang bukan merupakan ternak bibit atau calon bibit ternak murni”. Surat edaran Direktur Jenderal Peternakan Nomor: 443/HK.340/F/04.06 tanggal 25 April 2006, tentang kebijakan ekspor ternak potong jenis sapi, kambing dan domba. Menyatakan bahwa: “Sambil menunggu perkembangan populasi ternak sapi potong sampai tercapainya target tertentu pada tahun 2010, untuk sementara waktu dilarang melakukan ekspor semua jenis ternak sapi potong”. Kesepakatan Komisi Bibit Ternak pada pertemuan Komisi Bibit Ternak Nasional yang membahas mengenai Breeding Policy pada tanggal 9 Maret 2007 di Bogor menyatakan bahwa: “sapi betina produktif adalah ternak betina yang memiliki status reproduksi normal dan mampu melahirkan serta membesarkan anak”. Bibit ternak adalah semua hasil pemuliaan ternak yang memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan (Permentan No. 36 tentang Sisbitnas). Berdasarkan hal tersebut, maka sapi betina produktif merupakan bibit ternak.

Saran dan pendapat dari Komisi Bibit Ternak Nasional 1. Keistimewaan yang dimiliki sapi Bali sebagai Sumberdaya genetik ternak asli Indonesia antara lain adalah kemampuan reproduksi yang tinggi (bisa beranak sampai dengan 10 kali), kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pakan, kualitas daging yang baik. Berdasarkan hal tersebut diatas, pengembangan sapi Bali di dalam negeri dapat mendukung program nasional P2SDS dan target provinsi Gorontalo untuk mencapai 1 juta ekor pada tahun 2011. 2. Pemerintah agar meningkatkan pemberdayaan BPTU Sapi Bali dan meningkatkan peran VBC sapi Bali sebagai pusat pembibitan (Breeding Centre) di provinsi serta melaksanakan breeding program sapi Bali secara nasional. 3. Dalam hal pelaksanaan ekspor ternak harus mengikuti peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia. Pengeluaran ternak tanpa dilengkapi dengan Surat Persetujuan Pengeluaran dan dokumen kesehatan hewan merupakan pengeluaran ternak yang ilegal. 4. Perlu diberikan alternatif solusi terhadap larangan pengeluaran sapi Bali. 5. Melakukan konfirmasi kepada peneliti peternakan pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan (Nasrullah, Ph.D) yang memberi makalah kepada Gubernur Gorontalo dalam tulisannya yang berjudul “Saatnya Sapi Bali Go International: Let’s Gorontalo Support.” Melakukan audiensi terbatas dengan Gubernur Gorontalo dalam waktu dekat yang bertujuan untuk memberikan informasi yang lengkap tentang keunggulan sapi Bali sehingga diharapkan akan menggugah rasa nasionalisme. 

Related Documents

Eksporsapibali
May 2020 14

More Documents from "azwar"