BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung
secara
nyata
dan
seseorang
itu
telah
disebut
lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada (Hurlock, 1996 : 439).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusun merumuskan masalah sebagai berikut : 1.
Apa yang dimaksud dengan lansia ?
2. Apa saja ciri – ciri dari lansia ?
1
3. Apa saja perubahan yang terjadi pada lansia ? 4. Apa saja masalah yang dihadapi oleh lansia? 5. Bagaimana upaya atau cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi manusia?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari lansia 2. Untuk mengetahui ciri – ciri lansia 3. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada lansia 4. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh lansia. 5. Untuk mengetahui upaya atau cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi lansia
D. Manfaat Penulisan 1. Mengembangkan pengetahuan tentang lansia 2. Hasil penulisan ini dapat menjadi acuan bagi lanjut usia untuk mengatasi persolan-persoalan hidup lanjut usia agar mereka dapat hidup mandiri. 3. Hasil penulisan ini dapat dijadikan acuan bagi pra lansia untuk mempersiapkan diri sebelum masa lanjut usia tiba agar mereka bias mandiri di usia lanjut
2
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dari Lansia Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. B. Ciri – ciri Lansia Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
3
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.
3. Menua membutuhkan perubahan peran Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
C. Perubahan Fisik yang dialami Lansi Pertambahan umur secara proporsional pada kelompok 45 tahun atau lebih dan peningkatan secara umum dalam harapan lamanya orang hidup, merupakan kajian tentang bertambahnya umur. Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen. a. Sistem pernafasan pada lansia. 1. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
4
2. Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret. 3. Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml. 4. Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya prose difusi. 5. Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan. 6. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri. 7. kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
b. Sistem persyarafan. 1. Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan. 2. Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir. 3. Mengecilnya syaraf panca indera. 4. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia. 1) Penglihatan a) Kornea lebih berbentuk skeris. b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar. c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa). d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap. e) Hilangnya daya akomodasi. 5
f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang. g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala
2) Pendengaran. a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) : Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun. b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis. c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin
3) Pengecap dan penghidu a) Menurunnya kemampuan pengecap. b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang
4) Peraba a) Kemunduran dalam merasakan sakit. b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
d. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut. 1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku. 2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. 3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. 4) Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa
6
menyebabkan
tekanan
darah
menurun
menjadi
65
mmHg
(
mengakibatkan pusing mendadak ). 5) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
e. Sistem genito urinaria. 1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi
tubulus
berkurang
akibatnya
kurangnya
kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. 2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin. 3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun. 4) Atropi vulva. 5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna. 6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
f. Sistem endokrin / metabolik pada lansia. 1) Produksi hampir semua hormon menurun. 2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah. 3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
7
4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat. 5) Menurunnya produksi aldosteron. 6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron. 7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).
g. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut. 1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. 2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit. 3) Esofagus melebar. 4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun. 5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi. 6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ). 7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
h. Sistem muskuloskeletal. 1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh. 2) resiko terjadi fraktur. 3) kyphosis. 4) persendian besar & menjadi kaku. 5) pada wanita lansia > resiko fraktur. 6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
8
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ). a) Gerakan volunter Ù gerakan berlawanan. b) Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadaprangsangan pada lobus. c) Gerakan involunter Ù Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus d) Gerakan sekutu Ù Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter.
i. Perubahan sistem kulit & karingan ikat. 1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak. 2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa 3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi. 4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen. 5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik. 6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh. 7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu. 8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun. 9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun. 10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyakrendahnya akitfitas otot.
j. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual. 1) Perubahan sistem reprduksi. a) selaput lendir vagina menurun/kering.
9
b) menciutnya ovarium dan uterus. c) atropi payudara. d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur. e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik
2) Kegiatan sexual. Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani sexualitas. Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.
D. Masalah-Masalah Fisik yang Terjadi Pada Lansia
1. Problema fisik sehari-hari pada lansia a. Mudah jatuh b. Mudah lelah
10
c. Kekacauan mental akut d. Nyeri dada e. Sesak napas pada waktu melakukan kerja fisik f. Berdebar-debar (palpitasi) g. Pembengkakan kaki bagian bawah h. Nyeri pinggang atau punggung i. Nyeri pada sendi pinggul j. Berat badan menurun k. Sukar menahan buang air seni (sering ngompol) l. Sukar menahan air besar m. Gangguan pada ketajaman penglihatan n. Gangguan pada pendengaran (pregbiakusis) o. Gangguan tidur (sulit tidur) p. Keluhan pusing-pusing q. Keluhan perasaan dingin-dingin dan kesemutan pada anggota badan r. Mudah gatal-gatal
2. Faktor-faktor penyebab Mudah Jatuh. Faktor Intrinsik, antara lain:
Gangguan jantung dan sirkulasi darah
Gangguan sistem anggota gerak, misalnya kelemahan otot ekstremitas bawah dan kekakuan sendi
Gangguan sistem susunan saraf, misalnya neuropati perifer
Gangguan penglihatan
Gangguan psikologis
Infeksi telinga
Gangguan adaptasi gelap
Pengaruh obat-obatan yang dipakai, misalnya diazepam, anti depresi dan antihipertensi 11
Vertigo
Infeksi telinga
Artritis lutut
Sinkope dan pusing
Penyakit-penyakit sistemik
Faktor Ekstrinsik:
Cahaya ruangan yang kurang terang
Lantai yang licin
Tersandung benda-benda
Alas kaki kurang pas
Tali sepatu
Kursi roda yang terkunci
Turun tangga
b. Mudah Lelah Faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi) Gangguan organis, misalnya; anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang (osteomelasia), gangguan pencernaan, kelainan metabolisme (diabetes mellitus, hipertiroid), gangguan ginjal dengan uremia, gangguan faal hati dan gangguan sistem peredaran darah dan jantung Pengaruh obat-obat, misalnya; obat penenang, obat jantung dan obat yang melelahkan daya kerja otot.
c. Kekacauan Mental Akut: Keracunan, penyakit infeksi dengan demam tinggi, alkohol, penyakit metabolisme, dehidrasi atau kekurangan cairan, gangguan fungsi otot, gangguan fungsi hati, radang selaput otak (meningitis)
d. Nyeri Dada
12
Penyakit jantung koroner yang dapat menyebabkan iskemia jantung (berkurangnya aliran darah ke jantung) Aneuresma aorta Radang selaput jantung (perikarditis) Gangguan pada sistem alat pernafasan, misalnya pleoropneumonia/emboli paru-paru dan gangguan pada saluran alat pencernaan bagian atas
e. Sesak Napas Pada Waktu Melakukan Kerja Fisik Kelemahan jantung Gangguan sistem aluran napas Karena berat badan berlebihan (overweihgh) Anemia
f. Berdebar-Debar (Palpitasi) Gangguan irama jantung Keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis Faktor-faktor psikologis
g. Pembengkakan Kaki Bagian Bawah Kaki yang lama digantung (edema gravitasi) Gagal jantung Bendungan pada vena bagian bawah Kekurangan vitamin B1 Gangguan penyakit hati, penyakit ginjal Kelumpuhan pada kaki (kaki yang tidak aktif)
h. Nyeri Pinggang Atau Punggung Gangguan sendi-sendi atau susunan sendi pada susunan tulang belakang (osteomalasia, osteoporosis, osteoartritis) Gangguan pankreas Kelainan ginjal (batu ginjal)
13
Gangguan pada rahim Gangguan pada kelenjar prostat Gangguan pada otot-otot badan
i. Nyeri Pada Sendi Pinggul Gangguan sendi pinggul misalnya; radang sendi (artritis) dan sendi tulang yang keropos (osteoporosis) Kelainan tulang-tulang sendi misalnya; pada tulang (fraktur) dan dislokasi Akibat kelainan saraf pada punggung bagian bawah yang terjepit
j. Berat Badan Menurun Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah hidup atau kelesuan Adanya penyakit kronis Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu Faktor-faktor sosial ekonomis (pensiun)
k. Sukar Menahan Buang Air Seni (Sering Ngompol) Obat-obat yang mengakibatkan sering berkemih atau obat-obat penenang terlalu banyak Radang kandung kemih Radang saluran kemih Kelainan persarafan pada kandung kemih Faktor psikologis
l. Sukar Menahan BAB Obat-obat pencahar perut Keadaan diare Kelainan pada usus besar Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus)
14
m. Gangguan Pada Ketajaman Penglihatan Presbiop Kelainan pada lensa mata (refleksi lensa mata) Kakeruhan pada lensa (katarak) Tekanan dalam mata yang meninggi (gloukoma) Radang saraf mata
n . Gangguan Pada Pendengaran (Pregbiakusis) Kelaianan degeneratif (otosklerosis) Ketulian pada lanjut usia sering kali dapat menyebabkan kekacauan mental
o. Gangguan Tidur (Sulit Tidur) Faktor-faktor ekstrinsik (luar) misalnya lingkungan yang kurang tenang Faktor intrinsik, ini bisa organik dan psikogenik: Organik misalnya nyeri, gatal-gatal, penyakit tertentu yang membuat gelisah Psikogenik, misalnya depresi dan iritabilitas
p.
Keluhan Pusing-Pusing Gangguan lokal misalnya; vaskuler,(sakit kepala sebelah), mata gloukoma (tekanan dalam bola mata meninggi), kepala sinusitis, furunkel dan sakit gigi Penyakit sistematis yang menimbulkan hipoglokemia (kadar gula dalam darah yang tinggi) Psikologik; perasaan cemas, depresi, kurang tidur, dan kekacauan pikiran
q.
Keluhan Perasaan Dingin-Dingin dan Kesemutan Pada Anggota Badan Gangguan sirkulasi darah lokal Gangguan persarafan umum (gangguan pada kontrol) Gangguan persarafan lokal pada bagian anggota badan
15
r.
Mudah Gatal-Gatal Kelainan kulit; kering, degeneratif (eksema kulit) Penyakit sistemik; diabetes melitus, gagal ginjal, penyakit hati (hepatitis krinis) dan keadaan alergi
E. Terapi Fisik Membantu Kemandirian Hidup Lansia Terapi fisik memiliki peran penting dalam penyediaan layanan kesehatan, dan terhubung dengan memaksimalkan fungsi fisik, mencegah penurunan kekuatan fisik, mengurangi rasa sakit, dan mengobati penyakit fisik. Untuk orang tua, yang sering mengalami penurunan cadangan fisik, setiap penyakit medis dapat menyebabkan penurunan kekuatan fisik. Tidak aktif dan bedrest, konsekuensi umum dari penyakit, berkontribusi dan mengintensifkan kelemahan otot, menyebabkan penurunan berjalan dan hilangnya fungsi otot. Penyakit, seperti penyakit Parkinson, fraktur, atau stroke, dapat mempengaruhi berjalan dan berkeseimbangan langsung. Penyakit kronis, seperti radang sendi, dapat menyebabkan rasa sakit atau pembatasan gerakan. Latihan, aktivitas, dan lain intervensi terapi fisik sehingga dapat memiliki efek yang besar pada kesehatan secara keseluruhan, memulihkan kemampuan individu untuk melakukan kegiatan sehari-hari yang dibutuhkan untuk hidup mandiri di masyarakat. Terapis fisik biasanya bekerja sama dengan para profesional perawatan kesehatan lainnya, seperti perawat, dokter, pekerja sosial, dan terapis okupasi, dalam rangka untuk memperbaiki baik diagnosis dan pengobatan. Pendekatan interdisipliner memungkinkan untuk integrasi semua domain kesehatan untuk lebih memenuhi kebutuhan para lansia. Kemampuan fisik sering menurun dengan bertambahnya usia hal ini dapat mengakibatkan penurunan kesehatan dan kemampuan untuk merawat diri sendiri. Kunci untuk kemampuan fisik adalah kekuatan otot, kekuatan otot menurun sebesar 15 % setiap dekade setelah usia 50 dan 30 % untuk setiap dekade setelah usia 70. Hal ini terutama diakibatkan oleh defisiensi otot. Hal ini lebih sering terjadi pada lansia wanita daripada laki-laki. 40% wanita lansia
16
berusia > 65 tahun dan 65 % wanita berusia > 75 tahun tidak bisa mengangkat beban seberat 10 pound. Terapi fisik digunakan pada pasien yang baru sembuh dari sakit atau operasi dan lansia dengan gangguan neuromuskuler seperti cerebral palsy, penyakit Parkinson, multiple sclerosis, penyakit Lou Gehrig. Terapi fisik telah berhasil digunakan untuk mengobati lymphedema, nyeri karena pembengkakan ekstremitas. Terapi fisik dapat meningkatkan kemampuan fungsional dari lansia melalui latihan kekuatan dan keseimbangan. Latihan kekuatan membantu mencegah menurunnya densitas tulang dan massa otot yang menyebabkan kelemahan dan cacat fisik. Ketika latihan kekuatan otot dikombinasikan dengan latihan keseimbangan, secara signifikan dapat mengurangi risiko tinggi jatuh pada lansia. Antara sepertiga dan setengah dari penduduk lansia setidaknya mengalami kejadian jatuh setahun sekali, hal ini sering menyebabkan patah tulang pinggul, luka lain, atau kematian. Jatuh adalah penyebab cedera di rumah nomor satu untuk lansia. Penelitian yang didanai oleh National Institute on Aging dan diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine memberikan bukti tambahan bahwa terapi fisik dapat mengurangi dan bahkan mencegah penurunan fungsional lansia. Terapi fisik dirancang untuk meningkatkan keseimbangan, kekuatan, dan pergerakan. Dr Thomas M. Gill, profesor penyakit dalam dan geriatri di Yale School of Medicine dan penulis utama studi ini, meneliti kegiatan sehari-hari seperti berjalan, mandi, menggunakan toilet, membersihkan rumah, berpakaian, bangun dari kursi, dan makan yang dapat memaksimalkan terapi fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia dengan kelemahan yang mengikuti program terapi fisik selama enam bulan fisik dan dilanjutkan dengan latihan menunjukkan penurunan kecacatan sebesar 45 % dibandingkan dengan lansia yang tidak mengikuti terapi fisik.
17
DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2003. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Depkes RI. 2003. Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Lanjut Usia. Depkes :Jakarta Kesehatan.Depkes :Jakarta Nugroho Wahjudi, SKM, Keperawatan Gerontik, Edisi 2, EGC, Jakarta, 2000 Smith, Robert. 2010. Physical Therapy Helps The Elderly Maintain Independent Living. Visiting Nurse Association.
18