Makalah Gizi Pada Balita

  • Uploaded by: Acie
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Gizi Pada Balita as PDF for free.

More details

  • Words: 4,061
  • Pages: 15
MAKALAH “GIZI PADA BALITA “ DI S U S U N OLEH:

NAMA

: MARLINA

NIM

: P07131118048

POLI TEKNIK KESEHATAN ACEH BANDA ACEH TAHUN 2018-2019

0

BAB I PENDAHULAN A.LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, karena pemerintah memiliki kewajiban terhadap kesejahteraan masyarakat salah satunya melalui peningkatan kesehatan. Contoh upaya peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat, karena gizi yang seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, Namun sebaliknya, gizi yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh Indonesia. Masalah gizi yang tidak seimbang itu seperti Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan anemia zat besi. Masalah Kurang Energi Protein (KEP) atau biasa dikenal dengan gizi kurang yang sering ditemui pada anak balita, masih merupakan masalah yang sangat sulit ditanggulangi, walaupun penyebab gizi buruk itu sendiri pada dasarnya sederhana yaitu kurangnya intke (konsumsi) makanan terhadap kebutuhan makan seseorang, namun tidak ditingkat rumah tangga, tapi anehnya di daerah-daerah yang telah swasembada pangan bahkan terdistribusi merata sampai ketingkat rumah tangga, masih sering ditemukan kasus gizi buruk. Padahal, sebelum kasus gizi buruk itu terjadi telah melewati beberapa tahapan yang mulai dari penurunan berat badan dari berat badan ideal seorang anak sampai akhirnya terlihat anak tersebut sangat buruk. Jadi masalah sebenarnya adalah masyarakata atau keluarga balita kurang mengetahui cara menilai status berat badan anak. B.RUMUSAN MASALAH 1. 2. 3. 4. 5.

Apa pengertian Anak Balita? Apa Masalah gizi pada anak Balita? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi gizi Balita ? Apa Kebutuhan Energi dan zat gizi Balita? Bagaimana Prinsip pemberian makan pada Balita?

C.TUJUAN 1. 2. 3. 4. 5.

Menjelaskan pengertian Anak balita Menjelaskan masalah gizi pada anak balita Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi gizi balita Menjelaskan Kebutuhan Energi dan zat gizi Balita Menjelaskan Prinsip pemberian makan pada Balita

1

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Balita Balita merupakan individu yang berumur 0-5 tahun, dengan tingkat plastisitas otak yang masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan pengayaan (Muslihatan, 2010). Sedangkan menurut Profil Kesehatan (2013), balita merupakan anak yang usianya berumur antara satu hingga lima tahun. Saat usia balita kebutuhan akan aktivitas hariannya masih tergantung penuh terhadap orang lain mulai dari makan, buang air besar maupun air kecil dan kebersihan diri. Masa balita merupakan masa yang sangat penting bagi proses kehidupan manusia. Pada masa ini akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan anak dalam proses tumbuh kembang selanjutnya.1 1.Perkembangan Balita Perkembangan merupakan kondisi yang ditandai dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks Dalam masa perkembangan balita terdapat periode kritis. Period kritis merupakan kondisi dimana lingkungan memiliki dampak paling besar terhadap perkembangan individu Menurut Muslihatan (2010) perkembangan balita dibagi menjadi empat aspek yaitu perkembangan psikologis, perkembangan psikoseksual, perkembangan sosial dan perkembangan kognitif Berbicara tentang perkembangan balita banyak kita temui teori yang membahas tentang tumbuh kembang balita. Berikut merupakan beberapa teori tentang perkembangan balita menurut Hanneman (2014) berbagai tokoh 2.Perkembangan psikososial Perkembangan psikososial pada bayi adalah pada saat masa percaya dan tidak percaya. Kualitas hubungan antara orang tua dan balita akan sangat berpengaruh dalam tahap ini. Teori ini berpendapat masa autonomi atau kebebasan mulai muncul pada usia older dan pada usai ini anak akan mulai menjalin hubungan sosial dengan lingkungan dan moral. Pada perkembangan moral, hal-hal yang mendorong dalam menanamkan konsep moral adalah :

1 https://www.trendilmu.com/2015/09/Pengertian.Pertumbuhan.dan.Perkembangan.Pad a.Balita.html jam 17:06 tanggal : 30/12/2018

2

Berilah pujian, ganjaran atau sesuatu yang menyenangkan anak, apabila dia melakukan perbuatan yang baik. Ganjaran ini akan menjadi faktor penguat (reinforcement) bagi anak untuk mengulangi perbuatan baik tersebut. Berilah hukuman, apabila dia melakukan perbuatan yang tidak baik. Hukuman tersebut akan menjadi penguat bagi anak untuk tidak mengulangi perbuatan yang tidak baik. Faktor-faktor yang menghambat perkembangan psikososial pada masa balita awal diantaranya adalah apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif, seperti perlakuan orang tua yang kasar: sering memarahi, acuh tak acuh, tidak memberikan bimbingan, teladan, pengajaran atau pembisaaan terhadap balita dalam menerapkan norma-norma baik agama maupun tatakrama atau budi pekerti; cenderung menampilkan perilaku maladjustment, seperti bersifat minder, senang mendominasi orang lain, bersifat egois (Selfish), senang menyendiri / mengisolasi diri, kurang memiliki perasaan tenggang rasa, dan kurang memperdulikan norma dalam berperilaku (Hanneman, 2014) 3.Perkembangan kognitif Perkembangan periode sensorimotor merupakan perkembangan tahap pertama dari perkembangan kognitif. Periode sensorimotor akan berlangsung sampai dengan tahun ke dua kelahiran dan setelah itu akan beralih pada tahap pemikiran propesional. Tahap ini ditandai dengan penggunaan simbol untuk menunjuk benda, tempat atau orang dan pada tahap ini anak juga belajar meniru kegiatan yang dilakukan orang lain. 4.Perkembangan bahasa Perkembangan bahasa akan sangat diperoleh dalam sekali waktu namun perkembangan bahasa terjadi secara bertahap. Dalam perkembangan bahasa dibutuhkan kelengkapan struktur dan fungsi dari indra pendengaran, pernafasan dan kognitif yang dibutuhkan untuk berkomunikasi. Perkembangan bahasa antara individu sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh kemampuan saraf dan perkembangan kognitif masing-masing individu. 5.Perkembangan sensori motor Perkembangan sensori motor sangat erat kaitannya dengan dunia bermain anak. Pada saat bermain anak akan menggunakan kemampuan otot dan persarafannya. Dengan semakin berkembangnnya kemampuan sensori motor, individu akan mulai mengeksplor lingkungan sekitarnya. 6.Perkembangan motorik kasar Dalam perkembangan gerak motorik kasar dapat dievaluasi dari empat posisi yaitu ventral suspension, prone, sitting, dan standing. Posisi suspension merupakan posisi balita tengkurap dan berusaha mengangkat pantat.

3

7.Perkembangan motorik halus Gerak yang melibatkan gerakan bagian tubuh yang melibatkan otot-otot kecil. Gerak motorik halus dimulai dengan kemampuan balita untuk menghisap ibu jari. Pada usia tiga bulan balita mulai menjangka benda-benda yang berada didekatnya. Kemampuan tersebut terus berkembang sampai pada usia 12 bulan balita dapat menggambar garis simetris. B.Masalah Gizi Pada Anak Balita Balita termasuk ke dalam kelompok usia beresiko tinggi terhadap penyakit. Kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi pada balita dapat mempengaruhi status gizi dan status kesehatannya. Ada beberapa masalah gizi yang biasa diderita balita sebagai berikut. I. KEP (Kurang Energi Protein) atau Protein Energy Malnutrition KEP (Kurang Energi Protein) adalah suatu keadaan dimana rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80% indeks berat badan menurut usia (BB/U) baku WHO-NCHS. KEP atau Protein Energy Malnutrition dapat diartikan sebagai salah satu penyakit gangguan gizi yang penting dimana pada penyakit KEP ditemukan berbagai macam keadaan patologis yang disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang bermacam-macam. Kurangnya zat gizi makro (Energi dan Protein) pada balita bisa menyebabkan KEP. Penyebab penting terjadinya KEP adalah dimana kesadaran akan kebersihan baik personal hygiene maupun kebersihan lingkungan yang masih kurang sehingga memudahkan balita untuk terserang penyakit infeksi. Terlihat pula adanya sinergisme antara status gizi dan infeksi. Keduanya dipengaruhi oleh makanan, kualitas mengasuh anak, kebersihan lingkungan dan lain-lain yang kesemuanya mencerminkan keadaan sosial-ekonomi penduduk serta lingkungan pemukimannya. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan KEP, yaitu : a. Penyebab Langsung Penyebab langsung terjadinya KEP (Kurang Energi Protein) yaitu makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Timbulnya KEP tidak hanya makanan yang kurang tetapi karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi sering menderita diare atau demam, akhirnya akan menderita. Sebaliknya anak yang makan tidak cukup baik daya tuhun tubuhnya (imunitas) dapat melemah. Dalam keadaan demikian balita mudah diserang infeksi, kurang nafsu makan, dan akhirnya mudah terserang KEP

4

b. Penyebab Tidak Langsung Penyebab tidak langsung timbul karena 2 faktor, yaitu : 1. Kurangnya ketersediaan pangan dikeluarga menunjukkan adanya kerawanan ketahanan pangan keluarga. Artinya kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan pangan, baik jumlah maupun mutu gizi yang lengkap dan seimbang, serta memenuhi standar kecukupan gizi balita. Harga dan daya beli keluarga yang dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, serta pengetahuan tentang gizi yang terkandung didalam makanan. 2. Pola pengasuhan anak yang tidak memadai. Pola pengasuhan anak adalah sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal dekatnya dengan anak memberikan makanan, merawat menjaga kebersihan, memberikan kasih sayang dan sebagainya. Semuanya itu sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Pola asuh yang tidak memadai dapat menyebabkan anak tidak suka makan atau tidak diberi makanan yang bergizi lengkap dan seimbang juga dapat memudahkan terjadinya infeksi. Pola asuh anak berhubungan dengan keadaan ibu seperti kesehatan fisik dan mental, status gizi, pendidikan umum, pengetahuan tentang pengasuhan anak yang baik. c.Ada 3 tipe KEP sebagai berikut :  Tipe Kwashiorkor Kwashiorkor terjadi akibat kekurangan protein. Penyakit gangguan gizi ini banyak dijumpai pada usia anak 1 – 3 tahun. Orangtua biasanya tidak menyadari bahwa anaknya sakit. Hal ini disebabkan kebutuhan energinya tercukupi sehingga berat badan menjadi normal. Apalagi ditambah dengan adanya oedem (sembap) pada badan anak karena kekurangan protein. Gejalanya : 1. Oedem pada kaki dan muka (moon face) 2. Rambut berwarna jagung dan tumbuh jarang 3. Perubahan kejiwaan seperti apatis, wajah memelas, cengeng, dan nafsu makan kurang 4. Muncul kelainan kulit mulai dari bintik-bintik merah yang kemudian berpadu menjadi bercak hitam 

Tipe Marasmus

Marasmus terjadi akibat kekurangan energi. Gangguan gizi ini biasanya terjadi pada anak usia tahun pertama yang tidak mendapat cukup ASI (Air Susu Ibu). Gejalanya : 1. 2. 3. 4. 5.

Berat badan sangat rendah Kemunduran pertumbuhan otot (atrophi) Wajah anak seperti orangtua (old face) Ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran tubuh Cengeng dan apatis (kesadaran menurun)

5

6. Mudah terkena penyakit infeksi 7. Kulit kering dan berlipat-lipat karena tidak ada jaringan lemak dibawah kulit 8. Sering diare 9. Rambut tipis dan mudah rontok  Tipe Kwashiorkor Marasmus Penyakit ini timbul jika makanan sehari-hari anak tidak cukup mengandung energi dan protein untuk pertumbuhan normal. 2. Obesitas Anak akan mengalami berat badan berlebih (overweight) dan kelebihan lemak dalam tubuh (obesitas) apabila selalu makan dalam porsi besar dan tidak diimbangi dengan aktivitas yang seimbang. Dampak obesitas pada anak memiliki faktor risiko penyakit kardiovaskuler, seperti : hiperlipidemia (tingginya kadar kolesterol dan lemak dalam darah), hipertensi, hyperinsulinemia, gangguan pernafasan, dan komplikasi ortopedik (tulang). Apalagi bila hal ini tidak teratasi, berat badan berlebih (obesitas) akan berlanjut sampai anak beranjak remaja dan dewasa. Konsekuensinya pada anak juga menyangkut kesulitan-kesulitan dalam psikososial, seperti : diskriminasi dari teman-teman, self-image negative, depresi, dan penurunan sosialisasi. Upaya agar anak terhindar dari obesitas yakni kuncinya ada pada keluarga. Ada banyak cara untuk mengendalikan kegemukannya : 1. Orangtua perlu melakukan pencegahan seperti mengendalikan pola makan anak agar tetap seimbang. Awasi kebiasaan makannya, jangan berikan makanan yang kandungan lemaknya tinggi. 2. Perbanyak makan sayuran setiap makan. Jangan banyak diberikan masakan yang mengandung banyak lemak seperti santan yang terlalu kental. 3. Selain itu memberikan cemilan yang sehat seperti buah-buahan. 4. Jangan terlalu banyak memberikan makanan dan minuman manis, karena itu adalah sumber kalori yang dapat meningkatkan berat badan. 5. Upayakan melibatkan anak pada aktivitas yang bisa mengeluarkan energinya, terutama di luar ruangan seperti lari, berenang, atau bermain bola, dan lain-lain. 6. Dan tentunya konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi bagaimana solusinya yang terbaik bagi anak Anda.

Dengan berbagai cara untuk mencegah obesitas berlanjut. Salah satunya, dengan mengatur pola makan yang seimbang, Jika pola ini dilaksanakan, berat badan bayi relatif normal dan sehat. Dengan demikian, anak juga akan terhindar dari berbagai penyakit yang diakibatkan oleh obesitas.

6

3.Kurang Vitamin A Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata, dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare, dan penyakit infeksi lainnya. Penyakit mata yang diakibatkan oleh kurangnya vitamin A disebut xeropthalmia. Xeropthalmia adalah kelainan pada mata akibat kurang vitamin A, yaitu terjadi kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata. Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan yang paling sering terjadi pada anakanak usia 2 – 3 tahun. Vitamin A berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf retina mata. Jumlah yang dianjurkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi per hari 400 ug retinol untuk anak-anak dan dewasa 500 ug retinol. Sumbernya ada di makanan hewani sebagai retinol dan ada juga dari nabati sebagai pro vitamin A sebagai karotin, yang nantinya dalam usus dengan bantuan tirosin baru dikonversi menjadi retinol. 4. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) Pentingnya iodium dalam tubuh manusia untuk metabolisme terhadap penyakit gondok. Kekurangan mineral iodium pada anak dapat menyebabkan pembesaran kelenjar gondok, gangguan fungsi mental, dan perkembangan fisik. Zat iodium penting untuk kecerdasan anak. Gondok merupakan suatu gejala pembesaran pada kelenjar tiroid yang terjadi akibat respons terhadap defisiensi/kekurangan iodium. Iodium adalah jenis elemen mineral mikro kedua sesudah zat besi yang dianggap penting bagi kesehatan tubuh manusia walaupun sesungguhnya jumlah kebutuhan tidak sebanyak zat-zat gizi lainnya. Manusia tidak dapat membuat unsur/elemen iodium dalam tubuhnya seperti membuat protein atau gula, tetapi harus mendapatkannya dari luar tubuh (secara alamiah) melalui sarapan iodium yang terkandung dalam makanan serta minuman. 5. Anemia Zat Besi (Fe) Anemia adalah keadaan dimana hemoglobin darah kurang daripada normal disebabkan karena kurangnya mineral (Fe) sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (sel darah merah). Penyebab umum dari anemia adalah tidak memiliki cukup zat besi. Anak-anak dapat mengalami anemia bila tidak ada kandungan zat besi dalam makanan mereka untuk membuat jumlah normal hemoglobin dalam darah mereka. Anemia pada anak disebabkan kebutuhan Fe yang meningkat akibat pertumbuhan si anak yang pesat dan infeksi akut berulang. Gejalanya anak tampak lemas, mudah lelah, dan pucat. Selain itu, anak dengan defisiensi (kurang) zat besi ternyata memiliki kemampuan mengingat dan memusatkan perhatian lebih rendah dibandingkan dengan anak yang cukup asupan zat besinya. Zat besi diperlukan untuk pembentukan sel darah merah dan juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang terdapat dalam enzim juga

7

diperlukan untuk mengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatic) sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi. Perbedaan tingkat penyerapan zat besi oleh tubuh dari berbagai bahan makanan adalah sebagai berikut : 1. Penyerapan Tinggi : Unggas, daging, dan ikan 2. Penyerapan sedang : Kacang-kacangan, dan gandum 3. Penyerapan rendah : sayuran

Untuk meningkatkan penyerapan zat besi oleh tubuh, kombinasikan bahan makanan sumber zat besi dengan vitamin C, misalnya berikan potongan tomat dalam roti sandwich untuk anak.2 Kebutuhan zat besi pada balita dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Usia

Kebutuhan Zat Besi

0 – 6 bulan

3 mg

7 – 12 bulan

5 mg

1 – 3 tahun

8 mg

4–

C.Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Balita Lingkungan dan keluarga adalah merupakan factor yang sangat penting dalam kebiasaan makan anak balita. Makanan apa yang menjadi kesukaan dan yang tidak disukainya adalah gambaran dari lingkungan dimana balita tersebut berada. Lingkungan dan keluarga yang memberi teladan makan yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula pada diri si anak Media masa baik elektronik maupun cetak juga berdampak besar pada asupan makan anak. Pada saat ini anak sangat mudah mengakses berita ataupun paparan iklan di media massa. Untuk itu pendapingan anak dalam melihat berita maupun iklan khususnya yang berhubungan dengan makanan di media perlu diperhatikan. Teman sebaya sangat besar pengaruhnya terhadap kebiasaan makan anak, kesenangan makan yang dilakukan seorang teman akan saling mempengaruhi diantara mereka, untuk itu edukasi yang benar perlu dilakukan dalam mengatasi permasalahan ini sesuai usianya. Kondisi yang tidak bisa diabaikan dalam melihat asupan makan balita 2 raktisi-nutrisi-gizi.blogspot.com/2014/12/masalah-gizi-balita.html jam 17:57 tgl 30/12/18

8

adalah kondisi kesehatan dan penyakit yang dialami oleh anak. Kondisi Kesehatan yang tidak baik akan sangat mempengaruhi selera makan anak, sehingga pada kondisi ini perlu perhatian khusus pada sianak sehingga masalh gizi dapat dihindari. D.Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi Pada Balita Usia balita tidaklah tumbuh sepesat pada masa bayi, tetapi kebutuhan nutrisi merekatetap merupakan prioritas yang utama. Di masa balita ini, nutrisi memegang peranan yang penting dalam perkembangan anak. Masa balita adalah masa transisi terutama pada usia 1 – 2 tahun dimana anak akan mulai memakan makanan yang padat dan menerima rasa sertatekstur makanan yang baru. Kebutuhan nutrisi pada balita sebenarnya juga dipengaruhi oleh usia, besar tubuh, dan tingkat aktivitas yang dilakukannya. 1. Energi : biasanya balita membutuhkan sekitar 1.000 samapi 1.400 kalori per hari. 2. Kalsium : dibutuhkan kurang lebih 500 mg per hari. 3. Zat besi : anak balita membutuhkan 7 mg per hari. 4. Vitamin C dan D. Tubuh anak terdiri dari struktur tulang, otot, peredaran darah, jaringan otak, dan organ-organ lain. Perkembangan tiap struktur ini sangat dipengaruhi oleh masukan (intake) berbagai macam nutrisi makanan penunjang pertumbuhan.Pada usia 2 tahun ini, anak-anak memiliki kerangkan tubuh berupa tulang rawan sehingadengan pemberian masukan gizi berupa vitamin dan mineral akan mempercepat pembentukan tulang (osifkasi). Anak usia 2 tahun juga sudah mampu untuk berjalan dan melakukan semua gerakan tubuh yang dilakukan oleh otot. Hal ini terjadi karena ribuan serabut otot yang semakin membesar dan terus bekerja. Artinya, otot membutuhkan zat-zat dari asupan makanan yang diberikan pada anak Selain zat gizi diatas, air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia secara umum. Pada anak sekolah 60%-70% berat tubuh adalah air, Air juga merupakan kebutuhan & bagian dari kehidupan manusia sehingga asupan air pun sebaiknya seimbang dengan jumlah yang dikeluarkan. Asupan air yang kurang akan menimbulkan masalah kesehatan, begitupun sebaliknya asupan air yang berlebih juga dapat menimbulkan masalah kesehatan, khususnya pada anak yang yang menderita penyakit ginjal & gagal jantung . Kebutuhan ratarata cairan untuk anak sekolah adalah 1 – 1,5ml/Kkal/hr.

9

1.Faktor Langsung a. Konsumsi Pangan Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan merupakan cara pengamatan langsung yang dapat menggambarkan pola konsumsi penduduk menurut daerah, golongan sosial ekonomi dan sosial budaya. Konsumsi pangan lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi (Moehji, 2003).

b.Infeksi Penyakit infeksi dan keadaan gizi anak merupakan 2 hal yang saling mempengaruhi. Dengan infeksi, nafsu makan anak mulai menurun dan mengurangi konsumsi makanannya, sehingga berakibat berkurangnya zat gizi ke dalam tubuh anak. Dampak infeksi yang lain adalah muntah dan mengakibatkan kehilangan zat gizi. Infeksi yang menyebabkan diare pada anak mengakibatkan cairan dan zat gizi di dalam tubuh berkurang. Kadang–kadang orang tua juga melakukan pembatasan makan akibat infeksi yang diderita dan menyebabkan asupan zat gizi sangat kurang sekali bahkan bila berlanjut lama mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Moehji, 2003). 2.Faktor Tidak Langsung

a.Pengetahuan Gizi Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan. Status gizi yang baik penting bagi kesehatan setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang seimbang (Suhardjo, 2005).

b.Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan sangat menentukan bahan makanan yang akan dibeli. Pendapatan merupakan faktor yang penting untuk menetukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat gubungannya dengan gizi (Suhardjo, 2005).

10

c. Besar Keluarga Besar keluarga atau banyaknya anggota keluarga berhubungan erat dengan distribusi dalam jumlah ragam pangan yang dikonsumsi anggota keluarga (Suhardjo, 2005). Keberhasilan penyelenggaraan pangan dalam satu keluarga akan mempengaruhi status gizi keluarga tersebut. Besarnya keluarga akan menentukan besar jumlah makanan yang di konsumsi untuk tiap anggota keluarga. Semakin besar umlah anggota keluarga maka semakin sedikit jumlah konsumsi gizi atau makanan yang didapatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam jumlah penyediaa makanan yang sama (Supariasa, 2002). Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (bayi) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka. Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak Bayi antara lain sebagai berikut: 1. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak bayi. Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan. 2. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan

11

daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga. 3. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya. Kadangkadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999). 4. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan. 5.Jarak kelahiran yang terlalu rapat Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik. Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar. 6.Sosial Ekonomi Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.

12

7. Penyakit infeksi Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan. Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan. E.Prinsip Pemberian Makan Pada Balita Jadwal makan baik itu makan utama maupun snack harus diberikan secara teratur dan terencana. Kondisi ini akan membuat ritme sal cerna menjadi terpola sehingga saluran cerna anak akan bekerja dengan baik. Lama waktu makan maksimum 30 menit. Ketika anak sudah mulai tidak lagi focus dengan makanannya hentikan pemberian makan. Diantara waktu makan anak hanya boleh mengonsumsi air putih dan jangan terlalu banyak. Lingkungan diusahakan bersifat netral, tidak ada paksaan atau hukuman pada si anak meskipun anak hanya makan 1-2 suap saja. Begitu juga sebaliknya jangan memberikan makanan sebagai hadiah pada anak kondisi ini akan memungkinkan anak mempunyai persepsi yan membahagiakan ketika makan dan selanjutnta anak merasa nyaman dalam menikmati makanannya. Biasakan anak makan di meja makan tidak sambil bermain ataupun menonton televisi. Seorang ibu atau pengasuh harus mampu menciptakan pola makan yang baik untuk si anak, sehingga anak dapat belajar pola makan yang baik serta memilih makanan yang sehat melalui teladan orang tua dan keterlibatannya dalam aktifitas makan. Jadikan kebiasaan makan yang ingin dibiasakan dalam keluarga sebagai bagian dari kesepakatan antara anak dan orang tua serta keluarga, anak perlu tau semua alasan dibalik kesepakatan tersebut, dimana salah satunya adalah supaya tubuh tetap dalam kondisi sehat.

13

BAB III PENUTUP A.KESIMPULAN Masa balita merupakanperiode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal, yaitu usia dua sampai lima tahun. Pada masa ini seorang anak sedang luculucunya dan terjadi perubahan siklus dalam hidupnya seperti ia sudah dapat membaca keadaan, banyak bertanya sesuatu yang tidak ia ketahui, belajar berhitung, bermain dan mulai mengenali teman-temannya alias bersosialisasi, mengetahui benda, mengeja, berbicara lancar. Pada massa inilah balita membutuhkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Apabila gizi pada balita tidak dapat terpenuhi maka akan terjadinya ketidakseimbangan gizi pada balita, seperti kurang gizi maupun kelebihan gizi yang akan membuat pertumbuhannya tidak normal. B.Saran Dengan adanya makalah ini diharapkan bisa memberi manfaat kepada orang tua agar bisa memberi makanan yang bergizi kepada anak balitanya. Untuk mencegah berbagai dampak yang akan timbul dari ketidak seimbangan gizi seperti gizi buruk dan penyakit lainnya.

14

Related Documents


More Documents from "andry akoit"