Laporan Kasus
KORIOKARSINOMA
Shafira Tamara 1710029061 Pembimbing: dr. H. Handy Wiradharma, Sp.OG Laboratorium/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Agustus 2018
Pendahuluan Gestational Trophoblastic Neoplasia (GTN) mencakup spektrum penyakit dengan potensi neoplastik dan merupakan salah satu penyakit keganasan langka yang dapat disembuhkan bahkan saat sudah tersebar secara luas. Alasan untuk keberhasilan ini yaitu suatu penanda sensitif, beta-human chorionic gonadotropin (β-hCG) dan kepekaan terhadap berbagai agen dan kemoterapi modalitas lain seperti pembedahan dan radiasi. Sebagai bagian dari GTN, koriokarsinoma adalah suatu neoplasma trofoblas ganas yang timbul dari plasenta dengan penyebaran sekunder secara hematogen ke paru, otak, hati, ginjal, usus, panggul dan vagina. Koriokarsinoma memiliki gejala yang bervariasi mulai dari batuk, sesak, hemoptisis, menoragia, perdarahan gastrointestinal hingga deteriorisasi neurologis, tergantung pada lokasi invasi metastasis.
Pendahuluan Angka kejadian tertinggi koriokarsinoma di dunia ditemukan terbanyak pada daerah Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Di Amerika, angka kejadian koriokarsinoma berkisar 1/2040 ribu kehamilan, dimana diperkirakan angka kejadiannya 1 dari 40 kehamilan mola hidatidosa, 1/5.000 kehamilan ektopik, 1/15.000 kasus abortus, dan 1/150.000 kehamilan normal. Sedangkan di Indonesia sendiri disebutkan bahwa angka kejadian penyakit trofoblas secara umum bervariasi, di antara 1/120 hingga 1/200 kehamilan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada koriokarsinoma mengingat cukup tingginya angka kejadian koriokarsinoma di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya.
LAPORAN KASUS Nama
: Nn. MP
Nama
: Tn. H
Umur
: 44 tahun
Umur
: 55 tahun
Agama
: Katolik
Agama
: Katolik
Pendidikan : SMA
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Pekerjaan : Swasta
Alamat
Alamat
: Jl. P. Antasari
: Jl. P. Antasari
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Jumat, 3 Agustus 2018 pukul 15.00 WITA di ruang Mawar Nifas RSUD AW. Sjahranie Samarinda
ANAMNESIS Keluhan Utama: Sesak napas. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke IGD RSUD AW Sjahranie pada tanggal 5 Juli 2018 dengan keluhan sesak napas sejak 1 bulan yang lalu. Pasien merupakan rujukan dari RS SMC dengan diagnosis anemia pro evaluasi. Pasien mengaku keluhan sesak dialami hilang timbul dan memberat ketika berbaring, berjalan jauh, dan beraktivitas berat. Pasien juga mengeluhkan batuk tidak berdahak, badan terasa lemas, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan. Pasien mengaku sudah tidak menstruasi semenjak menjalani kuretase pada bulan Desember 2017 hingga sekarang. Pasien merupakan alih rawat dari dokter spesialis penyakit dalam dan sempat dirawat di Ruang Flamboyan selama hampir 1 bulan sebelum dipindahkan ke Ruang Mawar Nifas.
ANAMNESIS Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien mengaku pernah menjalani kuretase sebanyak 2 kali pada bulan Desember 2017 atas indikasi mola hidatidosa. Pasien sempat melakukan 2 kali pemeriksaan USG pada bulan April 2018 dan didiagnosis dengan koriokarsinoma, namun belum pernah menjalani pengobatan sejak saat itu. Pasien mengaku pernah dirawat inap selama 3 hari di RS Dirgahayu pada bulan Mei 2018 karena keluhan yang sama, yaitu sesak napas.
Riwayat Keluarga: Ibu pasien memiliki riwayat penyakit Hipertensi. Tidak ada riwayat Diabetes Mellitus dan penyakit keganasan dalam keluarga. Riwayat Pengobatan: Pasien tidak ada mengkonsumsi obat rutin.
ANAMNESIS Riwayat Menstruasi: Pasien menarche pada usia 12 tahun, dengan durasi setiap menstruasi selama 3-4 hari. Siklus teratur dan dalam sehari 2 x mengganti pembalut.
Riwayat Pernikahan Pasien menikah 2 kali dengan suami sekarang lamanya 7 tahun, usia pertama kali menikah 23 tahun. Dengan suami pertama lama pernikahan 11 tahun. Riwayat Pernikahan Pasien menggunakan KB pil sejak tahun 1998 hingga tahun 2017. Riwayat menggunakan KB suntik.
ANAMNESIS Riwayat Obstetri
Tahun Partus
Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Partus Kehamilan Persalinan Persalinan
BB (gr)
Keadaan Anak
1998
Bidan
Aterm
Spontan
Bidan
-
2500
Hidup
2005
RS
Aterm
Spontan
Dokter
-
3200
Hidup
2017
Mola hidatidosa (dilakukan kuretase 2 kali)
PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Komposmentis, GCS E4V5M6
Berat Badan
: 60 kg
Tinggi Badan
: 155 cm
Tanda-tanda Vital Tekanan Darah : 130/80 mmHg Frekuensi Nadi
: 83 x/menit, regular, kuat angkat
Frekuensi Nafas : 20 x/menit, regular Suhu
: 36,3oC, aksiler
PEMERIKSAAN FISIK Kepala Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-) Telinga : Gangguan pendengaran (-)
Mulut
: Sianosis (-), Pucat (-)
Leher
: Pembesaran KGB (-)
Toraks Jantung
: S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
: Vesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Ekstremitas Atas
: Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2”
Bawah
: Akral hangat (+/+), edema (+/+), CRT < 2”
Refleks patella (+/+)
PEMERIKSAAN FISIK Status Ginekologi Inspeksi : Kontur abdomen normal, bekas operasi (-) Palpasi : Teraba massa di perut regio bawah, nyeri tekan (-), pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-) Inspekulo
: Tidak dilakukan.
Vaginal Toucher : Tidak dilakukan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG Hematologi (05/07/2018) Hasil
Nilai Rujukan
Leukosit
17.250
Eritrosit
2.590.000
4.800-10.800 4.200.000 – 5.400.000
Hemoglobin
6.1
12.0-16.0
Hematokrit
19,6%
Trombosit
424.000
37,0-54,0% 150.000450.000
Kimia Klinik (05/07/2018)
Hematologi (23/07/2018) Hasil
Nilai Rujukan
Leukosit
23.260
Eritrosit
4.110.000
4.800-10.800 4.200.000 – 5.400.000
Hemoglobin
10.6
12.0-16.0
Hematokrit
30,6%
Trombosit
369.000
37,0-54,0% 150.000450.000
Kimia Klinik (23/07/2018)
Hasil
Nilai rujukan
Hasil
Nilai rujukan
Albumin
2.4
3.5-5.5 g/dL
Albumin
2.9
3.5-5.5 g/dL
Kreatinin
0.8
0,5-1,1 mg/dL
Kreatinin
1.3
0,5-1,1 mg/dL
Ureum
72.0
19.3-49.2 mg/dL
Ureum
106.8
19.3-49.2 mg/dL
Natrium
136
135-155 mmol/L
Natrium
137
135-155 mmol/L
Kalium
4.6
3,6-5,5 mmol/L
Kalium
3.4
3,6-5,5 mmol/L
Chloride
100
98-108 mmol/L
Chloride
95
98-108 mmol/L
PEMERIKSAAN PENUNJANG Urinalisis (31/07/2018)
Immuno-serologi (31/07/2018)
Hasil
Nilai Rujukan
Hb/Darah
+2
Negatif (-)
Protein
+3
Sel epitel
Hasil
Nilai rujukan
Ab HIV
NR
-
Negatif (-)
HbsAg
NR
<0.90
+2
Sedikit
TSH
< 0.05
0.15-5.00
Leukosit
5-10
0-1
FT.4
1.89
Eritrosit
10-15
0-1
Bakteri
+2
Negatif (-)
Analisa Gas Darah (05/07/2018) Hasil
Nilai rujukan
pH
7.5
7,35-7,45
pCO2
26.4
35-45 mmHg
pO2
72.1
83-108 mmHg
HCO3
21.3
BEb
-0.7
-2.0 – 3.0
0.71-1.85 Menstruasi: < 4 Menopause: < 13 BHCG 2.205.600 Trimester 1: <190000 SerumKimia Klinik (23/07/2018) Trimester 2: 2800-176100 Trimester 3: 2800-144000
PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Radiologi a) Pemeriksaan Foto Thorax (20/07/2018) Kesimpulan: - Bronchopneumonia - Kardiomegali
b) Pemeriksaan USG Abdomen (04/2018) Kesimpulan: Koriokarsinoma
2. Pemeriksaan Echocardiografi (12/07/2018) Kesimpulan: Normal echocardiografi
FOLLOW-UP
Tanggal
Follow-Up S : Pasien pindahan dari Ruang Flamboyan dan merupakan alih rawat dari spesialis penyakit dalam. Pasien mengeluh sesak napas dan batuk tidak berdahak. O : Keadaan umum sakit sedang, kesadaran komposmentis TD 130/80 mmHg; N 95x/menit; R 26x/menit; T 36,1°C A : Koriokarsinoma P : - O2 nasal kanul 3 lpm Advis Sp.OG:
01/08/2018 18.00 Mawar Nifas
- Observasi keadaan umum dan tanda vital untuk rencana kemoterapi EMACO - Rawat bersama spesialis paru dan gizi klinik - Konsul spesialis jantung dan penyakit dalam - Nebulizer ventolin + pulmicort - Terapi sebelumnya lanjut Omeprazole 2 x 1 ampul (IV) Furosemide 3 x 1 ampul (IV) Vitamin B 1 x 1 Vitamin C 1 x 1 CaCO3 3 x 1 Meropenem 3 x 1 ampul (IV)
Tanggal
Follow-Up
02/08/2018 S : Sesak napas (+), nyeri perut kanan atas 09.00 O : TD 140/100 mmHg; N 85x/menit; R 24x/menit; T 36,2°C Mawar A : Koriokarsinoma Nifas P : - Terapi lanjut - Nebulizer ventolin + pulmicort 02/08/2018 S : Sesak napas (+) 20.00 O : TD 140/90 mmHg; N 88x/menit; R 30x/menit; T 36,4°C Mawar A : Koriokarsinoma Nifas P : Nebulizer ventolin + pulmicort 03/08/2018 S : Sesak napas (+) 09.00 O : TD 130/80 mmHg; N 109x/menit; R 28x/menit; T 36°C Mawar A : Koriokarsinoma Nifas P : Terapi lanjut
Tanggal
Follow-Up
04/08/2018 S : Sesak napas (+) 20.00 O : TD 130/90 mmHg; N 90x/menit; R 28x/menit; T 36°C Mawar A : Koriokarsinoma Nifas P : Terapi lanjut Nebulizer ventolin + pulmicort 05/08/2018 S : Sesak napas berkurang, nyeri perut bagian bawah 09.00 O : TD 120/70 mmHg; N 83x/menit; R 18x/menit; T 36,3°C Mawar A : Koriokarsinoma Nifas P : Terapi lanjut 06/08/2018 S : Sesak napas (+), batuk (+), sulit tidur 09.00 O : TD 140/80 mmHg; N 98x/menit; R 30x/menit; T 36,5°C Mawar A : Koriokarsinoma metastase paru Nifas P : Advis Sp.OG: - Pasien boleh pulang, rencana kemoterapi dari Poliklinik Kandungan
TINJAUAN PUSTAKA
Plasenta Plasenta berbentuk bundar diskoid dengan diameter 15-20 cm dan tebal 2-3 cm. Berat plasenta rata-rata 500-1000 gram. Plasenta yang matang terdiri dari dua bagian, yaitu sisi uterin atau maternal dan sisi janin.
Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan kurang lebih 16 minggu dengan ruangan amnion telah mengisi seluruh kavum uteri.
Plasenta Fungsi Plasenta: Fungsi nutritif (transport zat-zat makanan bagi janin) Fungsi ekskresi (mengeluarkan sisa metabolisme janin) Fungsi respirasi (pertukaran O2 dan CO2) Pembentukan hormon Transport antibodi, obat-obatan, dan berbagai zat
Sel Trofoblas Terdapat 3 tipe sel trofoblas yang merespon produksi hormon spesifik terhadap plasenta: a.) Sitotrofoblas germinatif, sel trofoblas primitif yang berbentuk poligonal sampai oval, dengan inti tunggal dan memiliki dinding sel. Terdapat aktivitas mitosis. b.) Sinsitiotrofoblas sel yang berdiferensiasi sangat baik yang berhubungan dengan sirkulasi maternal dan menghasilkan hormon plasenta paling banyak. Tidak ada aktivitas mitosis. c.) Intermediate trofoblas sel predominan pada tumor trofoblas dari plasenta yang teragregasi pertumbuhan yang menginfiltrasi ke dalam desidua dan miometrium, menginvasi dinding pembuluh darah besar sampai digantikan secara komplit.
Definisi
Koriokarsinoma Koriokarsinoma merupakan salah satu jenis dari Gestational Trophoblastic Disease (GTD) yang bersifat ganas. Koriokarsinoma berasal dari sitotrofoblas dan sinsitiotrofloblas yang menginvasi miometrium, merusak jaringan di sekitarnya termasuk pembuluh darah sehingga menyebabkan perdarahan. GTD terdiri dari dua jenis premalignansi, yaitu partial mola hidatidosa dan complete mola hidatidosa, serta tiga kondisi malignansi yaitu mola invasif, koriokarsinoma, dan placental site throphoblastic tumor (PSTT).
Epidemiologi
Koriokarsinoma Insidensi yang dilaporkan bervariasi di seluruh dunia akibat kesulitan dalam mengumpulkan data epidemiologi yang terpercaya. Wanita-wanita dari Asia memiliki insiden lebih tinggi (1:390) dibanding yang bukan berasal dari Asia (1:750). Namun, beberapa penelitian berspekulasi insiden koriokarsinoma di Eropa dan Amerika Utara lebih tinggi (1:40.000) dibanding di Asia Tenggara dan Jepang (9,3:40.000). Insidensi koriokarsinoma juga lebih banyak ditemukan pada wanita berusia < 15 tahun dan > 45 tahun. Laporan epidemiologi lain juga melaporkan tingkat insidensi yang bervariasi mulai dari yang terendah 23 kasus per 100.000 kehamilan (Paraguay) hingga tertinggi 1.299 kasus per 100.000 kehamilan (Indonesia).
Faktor Risiko
Koriokarsinoma a.) Usia Ibu Koriokarsinoma terjadi pada wanita usia produktif dan meningkat seiring dengan bertambahnya usia sehingga menopause. b.) Riwayat Kehamilan Mola Hidatidosa Seorang wanita dengan riwayat kehamilan mola hidatidosa berisiko 50% mengalami kehamilan mola selanjutya, 2-3% kasus berkembang menjadi koriokarsinoma. c.) Riwayat Abortus Seorang wanita dengan riwayat abortus berisiko 25% lebih tinggi mengalami GTD pada kehamilan selanjutnya. d.) Riwayat Kontrasepsi Seorang wanita yang mengkonsumsi kontrasepsi berupa pil berisiko mengalami GTD pada kehamilannya.
Patofisiologi
Koriokarsinoma Pada koriokarsinoma, terjadi kecenderungan trofoblas normal untuk tumbuh secara invasif dan menyebabkan erosi pembuluh darah. Apabila mengenai endometrium, akan terjadi perdarahan, peluruhan, dan infeksi permukaan. Massa jaringan yang terbenam di miometrium dapat meluas keluar, muncul di uterus sebagai nodul-nodul gelap irreguler yang menembus peritoneum. Koriokarsinoma dapat terjadi setelah mola hidatidosa, abortus, kehamilan ektopik atau kehamilan normal. Tanda tersering adalah perdarahan irreguler setelah masa nifas disertai subinvolusi uterus. Perforasi uterus akibat pertumbuhan tumor dapat menyebabkan perdarahan intraperitonium. Apabila tidak di terapi, koriokarsinoma akan berkembang cepat dan mayoritas pasien biasanya akan meninggal dalam beberapa bulan akibat perdarahan di berbagai lokasi.
Koriokarsinoma
Klasifikasi
Stadium I
Tumor trofoblastik gestasional terbatas pada korpus uteri
Tumor trofoblastik gestasional meluas ke adneksa Stadium II atau vagina, namun terbatas pada struktur genitalia. Tumor trofoblastik gestasional bermetastasis ke Stadium III paru, dengan atau tanpa metastasis di genitalia interna. Stadium IV Bermetastasis ke tempat lain Staging dan klasifikasi Gestational Trophoblastic Neoplasia (GTN) menurut FIGO
Koriokarsinoma
Klasifikasi Skor
0
1
2
4
Usia (tahun) Kehamilan sebelumnya Interval dengan kehamilan tersebut (bulan) Kadar hCG sebelum terapi
< 40 Mola
≥ 40 Abortus
Aterm
-
<4
4-6
7-12
> 12
< 103
103-104
104-105
> 105
Ukuran tumor terbesar, termasuk uterus (cm)
<3
3-4
> 5 atau lebih
-
Lokasi metastasis
Paru
Jumlah metastasis yang diidentifikasi Kegagalan kemoterapi sebelumnya
Limpa, Ginjal Saluran Cerna
Hepar, Otak
-
1-4
5-8
>8
-
-
Agen tunggal
Agen multipel
Modifikasi Sistem Skoring Prognosis WHO yang Diadaptasi oleh FIGO - Risiko rendah, skor total ≤ 4 - Risiko sedang, skor total 5-7 - Risiko tinggi, skor total ≥ 8
Koriokarsinoma
Diagnosis
Kriteria HBEs dari Acosta Sison H = having expelled a product of conception B = bleeding Es = enlargement and softness of the uterus
• Batuk berdarah dan sesak nafas • Sakit kepala dan hemiplegi
Anamnesis
• Sakit tulang belakang
• Perut bengkak dan sklera ikterik • Hilang selera makan dan berat badan turun
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Koriokarsinoma -
-
Pemeriksaan Penunjang
-
-
Uterus besar dan ireguler Lesi metastasis di vagina/organ lain Ditemukan kista lutein bilateral Kadar β-hCG: menetap atau meninggi Kadar T3, T4 dan TSH: penyulit tirotoksikosis. Foto toraks: lesi metastasis paru. USG Abdomen: Uterus tampak massa kompleks disertai neovaskularisasi, terkadang terdapat perforasi uterus. USG pelvis, hepar dan ginjal: melihat adanya metastasis. CT-Scan kepala: bila ada indikasi kelainan saraf Patologi Anatomi: Adanya sel-sel trofoblas atipik dengan hiperplasia dan anaplasia, tanpa vili khorealis, disertai hemoragi dan nekrosis.
Penatalaksanaan
Koriokarsinoma
a. Kemoterapi Koriokarsinoma merupakan tumor yang sensitif terhadap obat-obatan kemoterapi dan tingkat kesembuhannya mencapai 90-95%. Terapi dengan agen tunggal (methotrexate atau actinomycin D) Koriokarsinoma yang belum bermetastase meluas ke seluruh tubuh atau dengan skala ringan. Terapi kombinasi EMA/CO (etoposide, methotrexate, actinomycin D, cyclosphosphamide dan oncovin) Koriokarsinoma dengan skala sedang atau berat.
Penatalaksanaan
Regimen Dactinomycin EMA/CO EMA Hari 1
Hari 2
CO
Koriokarsinoma Dosis 0.5 mg IV setiap hari × 5 Diulang setiap 2 minggu Dactinomycin 0.5 mg IV bolus Etoposide 100 mg/m2 selama 30 menit Methotrexate 300 mg/m2 selama 12 jam Dactinomycin 0.5 mg IV bolus Etoposide 100 mg/m2 selama 30 menit Folinic acid 15 mg PO 2x sehari selama 2 hari dimulai 24 jam setelah methotrexate dimulai Vincristine 0.8 mg/m2 (maksimal 2 mg) bolus Cyclophosphamide 600 mg/m2 selama 30 menit EMA dan CO per minggu
Penatalaksanaan
Koriokarsinoma b. Operasi - Histerektomi: primer atau sekunder - Ekstirpasi metastasis di vulva/vagina
- Lobektomi: apabila terdapat metastase ke paru - Kraniotomi: apabila terdapat metastase ke otak
c. Radioterapi: diindikasikan pada koriokarsinoma stadium IV dengan metastasis di otak.
Prognosis
Koriokarsinoma Prognosis pada umumnya baik apabila dapat terdeteksi lebih dini dan ditangani dengan cepat karena koriokarsinoma berespon baik terhadap kemoterapi. Apabila tidak segera dilakukan tindakan, maka akan terjadi metastase jauh karena sifat metastasenya hematogen pada: - Paru 60-95% - Vagina 40-50% - Vulva, serviks 10-15% - Otak 5-15% - Hati 5-15% - Ginjal 0-5% - Limpa 0-5% - Usus 0-5%
PEMBAHASAN
Teori Keluhan Utama:
Kasus Keluhan Utama:
- Perdarahan pervaginam
- Perdarahan pervaginam (-)
- Batuk berdarah dan sesak nafas
- Sesak napas
- Sakit kepala dan hemiplegi
- Batuk tidak berdahak, darah (-)
- Sakit tulang belakang
- Badan terasa lemas
- Perut bengkak dan sklera ikterik
- Penurunan nafsu makan
- Penurunan nafsu makan
- Penurunan berat badan
- Penurunan berat badan Faktor Risiko:
Faktor Risiko:
- Usia Ibu (usia produktif)
- Usia 44 tahun
- Riwayat kehamilan mola hidatidosa
- Riwayat kehamilan mola hidatidosa
- Riwayat abortus - Riwayat kontrasepsi (pil)
Teori
a. Pemeriksaan Fisik - Uterus besar dan ireguler - Lesi metastasis di vagina/organ lain - Ditemukan kista lutein bilateral b. Pemeriksaan Penunjang - Kadar β-hCG: menetap atau meninggi - Kadar T3, T4 dan TSH: penyulit tirotoksikosis. - Foto toraks: lesi metastasis paru. - USG Abdomen: Uterus tampak massa kompleks disertai neovaskularisasi, terkadang terdapat perforasi uterus. - USG pelvis, hepar dan ginjal - CT-Scan kepala - Patologi Anatomi: Adanya sel-sel trofoblas atipik dengan hiperplasia dan anaplasia, tanpa vili khorealis, disertai hemoragi dan nekrosis.
a. b. -
Kasus Pemeriksaan Fisik Teraba massa di perut regio bawah Nyeri tekan (-) Pembesaran hepar (-) Pembesaran lien (-) Pemeriksaan Penunjang Kadar β-hCG: 2.205.600 Kadar TSH: < 0.05 Kadar FT.4: 1.89 Foto toraks: bronchopneumonia, kardiomegali. USG Abdomen: koriokarsinoma. CT-Scan kepala tidak dilakukan. Patologi Anatomi tidak dilakukan.
Teori
Kasus a. Kemoterapi a. Terapi medikamentosa - Terapi dengan agen tunggal - Nebulizer ventolin + pulmicort - Omeprazole 2 x 1 ampul (IV) (methotrexate atau actinomycin D) - Terapi kombinasi EMACO (etoposide, - Furosemide 3 x 1 ampul (IV) methotrexate, actinomycin D, - Vitamin B 1 x 1 - Vitamin C 1 x 1 cyclosphosphamide dan oncovin) - CaCO3 3 x 1 - Meropenem 3 x 1 ampul (IV) b. Operasi - Histerektomi: primer atau sekunder b. Pasien belum menjalani - Ekstirpasi metastasis di vulva/vagina penatalaksanaan kemoterapi, - Lobektomi: apabila terdapat operasi, dan radiasi karena metastase ke paru keadaan umum pasien yang belum - Kraniotomi: apabila terdapat baik. Pasien direncanakan metastase ke otak kemoterapi dengan EMA/CO. c. Radioterapi: diindikasikan pada koriokarsinoma stadium IV dengan metastasis di otak.
Kesimpulan Telah dilaporkan sebuah kasus atas pasien Ny. MP yang berusia 44 tahun yang datang ke IGD RS A.W. Sjahranie Samarinda melalui rujukan dari RS Samarinda Medika Citra dengan keluhan sesak napas. Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis sebagai Koriokarsinoma metastase paru. Pada pasien ini dilakukan penatalaksanaan konservatif untuk memperbaiki keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien. Pasien direncanakan untuk menjalani kemoterapi EMA/CO. Secara umum penegakan diagnosis maupun penatalaksanaan pada pasien tersebut sudah tepat dan sesuai dengan teori yang ada.
TERIMA KASIH