Dry Eyes.ppt

  • Uploaded by: K2
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dry Eyes.ppt as PDF for free.

More details

  • Words: 1,076
  • Pages: 19
Palpebra terdiri atas palpebra superior dan inferior yang diperkuat oleh jaringan ikat, di dalamnya terdapat kelenjar tarsal yang mensekresi lipid untuk melumasi palpebra dan mencegah palpebra superior dan inferior saling menempel ketika menutup. Palpebra berfungsi untuk melembabkan kornea dengan menyebarkan cairan lakrimalis dan menutupi bagian anterior bola mata agar mata terlindungi dari cedera dan sinar yang berlebihan

Konjungtiva= membran mukosa lembut yang melapisi bagian dalam palpebra hingga bagian anterior sklera. Konjungtiva yang melapisi palpebra lebih tebal dan kaya pembuluh darah, namun konjungtiva yang melapisi sklera lebih tipis. Garis refleksi dari palpebra ke sklera disebut dengan fornix konjungtiva. Kornea = daerah sirkuler pada bagian anterior dari lapisan fibrous luar bola mata. Kornea berfungsi untuk merefraksi cahaya yang masuk ke mata. Kornea bersifat transparan, sensitif terhadap sentuhan, diinervasi oleh nervus ophtalmikus (CN V1), dan avaskular. Kornea mendapatkan nutrisi dari kapiler perifer, humor akuos, dan kelenjar lakrimalis.

Aparatus lakrimalis bertugas dalam produksi, perpindahan, dan pengaliran cairan lakrimalis di permukaan bola mata Aparatus lakrimalis terdiri dari: 1. Kelenjar Lakrimalis Berfungsi mensekresi cairan lakrimalis yaitu cairan fisiologis yang mengandung enzim lisozim yang bersifat bakteriosidal. Cairan ini melembabkan permukaan konjungtiva, kornea, dan menyediakan nutrisi dan oksigen bagi kornea. Jika produksinya berlebihan disebut air mata 2. Duktus Lakrimalis

Lapisan ini ini berfungsi dalam stabilisasi lapisan dan memperlambat evaporasi a. Lapisan lipid Memiliki ketebalan < 0,1 μm. Lipid meibomian bersifat lilin dan kolesterol ester. Berat molekul tinggi dan kurang polar yang penting untuk formasi, stabilisasi, dan proteksi PTOF. b. Lapisan aquos 90% dari PTOF adalah lapisan aquos mengandung lisozim dan protein meliputi laktoferrin

Produksi cairan lakrimalis distimulasi oleh impuls parasimpatik nervus fasialis. Ketika kornea mengering, kelopak mata akan menutup sehingga mendorong film cairan ke arah tengah dan melintasi kornea. Selama perjalanannya, cairan ini akan membawa material asing seperti debu kemudian di dorong ke arah sudut medial mata dan dikumpulkan di danau lakrimalis lalu di alirkan menuju puntum

keratoconjugctivitis sicca (KCS) atau keratitis sicca yaitu penyakit multifaktor dari air mata dan permukaan bola mata yang menyebabkan ketidaknyamanan, gangguan penglihatan, dan ketidakstabilan lapisan air mata yang berpotensi merusak permukaan bola mata

Penyebab mata kering harus diketahui melalui riwayat pasien, pemeriksaan, dan evaluasi permukaan bola mata agar dapat diberikan terapi yang sesuai target Pemeriksaan menggunakan tes schirmer diindikasikan untuk defisiensi aqueous dan pemeriksaan tear break up test diindikasikan untuk kelompok evaporasi

Penyakit atau disfungsi dari unit fungsional dapat menyebabkan ketidakstabilan dan kekurangan film air mata yang mengakibatkan gejala iritasi bola mata dan memungkinkan kerusakan epitel permukaan bola mata. Disfungsi dapat disebabkan oleh faktor usia, penurunan faktor suportif (seperti hormon androgen), penyakit inflamasi sistemik (seperti Sindrom Sjogren atau rheumatoid arthritis), gangguan pada permukaan bola mata (seperti kerratitis herpes simplek) atau pembedahan yang mengenai nervus trigeminus, dan penyakit sistemik atau pengobatan yang mengganggu nervus kolinergik yang menstimulasi sekresi air mata

a. Tes Schimer 1 Tes ini merupakan pemeriksaan fungsi sekresi sistem lakrimalis untuk menentukan apakah produksi air mata cukup untuk membasahi mata. Refleks sekresi terutama berasal dari Worlfring dan Krausa. Apabila filter basah 10-30 mm → sekresi lakrimal normal atau ada pseudoepifora. Apabila basah > 30 mm → tidak ada arti, pasien ini pseudoepifora, hipersekresi atau normal. Apabila < 5 mm menunjukkan sekresi basal kurang.

3. Uji Kanalikuli Pemeriksaan ini untuk melihat fungsi kanalikuli lakrimal atas dan bawah menggunakan garam fisiologik yang dipompa melalui kanalikuli lakrimal bawah. Bila terlihat air keluar dari pungtum lakrimal atas berarti fungsi kanalikuli atas baik, dan terdapatnya penyumbatan pada bagian lebih jauh daripada pungtum atau di daerah sakus (duktus nasolakrimal). Bila air tidak keluar dari pungtum atas berarti fungsi pungtum lakrimal atas terganggu atau terdapat fungsi saluran sesudah sakus yang baik.

4. Uji Anel adalah Suatu uji untuk melakukan pemeriksaan fungsi pengeluaran air mata ke dalam rongga hidung dengan memasukkan garam fisiologik melalui jarum anel secara horizontal ke kanalikuli lakrimal hingga ke sakus lakrimal. Bila terlihat adanya reaksi menelan menunjukkan fungsi sistem ekskresi lakrimal normal. Bila tidak ada refleks menelan dan terlihat garam fisiologik keluar melalui pungtum lakrimal atas berarti fungsi apparatus lakrimal tidak ada atau duktus nasolacrimal tertutup. 5. Dakriosistografi

6.Tear film break up time Merupakan pemeriksaan kualitas stabilitas tear film menggunakan slit lamp. Bila mata dibuka lama tanpa mengedip maka film air mata mulai pecah atau terbuka Pada keadaan ini mata akan merasa pedas dan mata dipaksa berkedip. ada mata kering air mata tidak stabil sehingga mudah pecah dalam waktu yang lebih pendek. Bercak kering merupakan bagian dari penguapan normal dan penyebaran air mata. Pada mata normal bercak kering terbentuk antara kedipan kira-kira 12 detik. Waktu antara berkedip lengkap sampai timbulnya bercak kering sesudah mata dibuka minimal terjadi

7.Tes Ferning Mata Untuk meneliti mukus konjungtiva dilakukan dengan mengeringkan kerokan konjungtiva di atas kaca obyek bersih. Arborisasi (ferning) mikroskopik terlihat pada mata normal. Pada pasien konjungtivitis yang meninggakan parut (pemphigoid mata, sindrom stevens johnson, parut konjungtiva difus), arborisasi berkurang atau hilang.

8.Sitologi Impresi Sitologi impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada permukaan konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel goblet paling tinggi di kuadran infra-nasal. Hilangnya sel goblet ditemukan pada ksus keratokonjungtivitis sicc, trachoma, pemphigoid mata cicatrix, sindrom stevens johnson, dan avitaminosis A.

9.Pemulasan Flourescein Menyentuh konjungtiva dengan secarik kertas kering berflourescein → Flourescein akan memulas daerah-daerah tererosi dan terluka selain defek mikroskopik pada epitel kornea. Pewarnaan fluoresein dari kornea dibagi menjadi tingkat 0 sampa 3 berdasarkan densitas pewarnaan fluoresein. Untuk grading yang lebih spesifik, konea dapat dibagi menjadi lima area dan grading dilakukan untuk setiap area.

10.Pemulasan Bengal Rose Bengal rose lebih sensitif dari flourescein. Pewarna ini akan memulas semua sel epitel non-vital yang mengering dari kornea konjungtiva.

11.Penguji Kadar Lisozim Air Mata Air mata ditampung pada kertas Schirmer dan diuji kadarnya. Cara paling umum adalah pengujian secara spektrofotometri.

12. Osmolalitas Air Mata Osmolaritas normal untuk air mata adalah 295-309 mosm/L. Namun sebuah penelitian oleh Tomlinson dan peneliti lainnya menghasilkan batas ukur bagi osmolalitas air mata pada dry eye adalah 316 mOsm/liter. Osmolaritas film air mata direkomendasikan oleh National Eye Institute untuk menentukan dry eye. Hiperosmollitas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungtivitis sicca dan pemakaian kontak lens dan diduga sebagai akibat berkurangnya sensitivitas kornea.

1. Higienitas palpebra untuk menstabilkan film air mata dengan mengkompres menggunakan air hangat selama 2 menit, 2-4 kali sehari. Kemudian bersihkan dengan sampo bayi dengan mengggunakan ujung jari tangan setiap setelah mengkompres 2. Penggantian dan stimulasi air mata. 3. Infeksi yang mengenai tepi palpebra dapat memperburuk kondisi defisiensi air mata yang sudah ada, dan blepharitis anterior ataupun superior harus diterapi dengan higienitas palpebra yang adekuat, antiinflamasi, dan/atau antibiotik 4. Oklusi puncta dilakukan pada evaporasi air mata yang berlebihan

Related Documents

Dry Firing
November 2019 33
Dry Shotcrete
May 2020 11
Dry Farming
October 2019 42
Dry Sirup.docx
May 2020 18
Dry Packing
May 2020 17
Dry Eyes.ppt
May 2020 9

More Documents from "K2"