Kelompok 1 Plasenta Previa.docx

  • Uploaded by: Aisyah
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 1 Plasenta Previa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,541
  • Pages: 25
PLASENTA PREVIA Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas Dosen Pengampu : Ns. Christine Aden, M.Kep ,. Sp.Mat

Kelompok 1 Adi Hartono

PO.62.20.1.16.001

Aisyah

PO.62.20.1.16.004

Marselino K M L B

PO.62.20.1.16.021

Priska F

PO.62.20.1.16.032

Rika Devi S

PO.62.20.1.16.038

Riska Wahdah Y

PO.62.20.1.16.039

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA PRODI D III KEPERAWATAN REGULER XIX A 2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara-negara miskin dan sedang berkembang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan suatu negara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Artinya, setiap menit ada satu perempuan yang meninggal. Di Indonesia, menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup, Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40-60%), infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya (Karkata, 2007). Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Sedangkan pada keadaan normal letak plasenta ada di bagian atas uterus. (Sarwono, 2006). Plasenta Previa merupakan salah satu risiko dalam kehamilan. Umur tua, paritas tinggi, dan endometrium yang cacat merupakan faktor-faktor yang dapat mempertinggi risiko terjadinya plasenta previa. Apabila plasenta previa ini tidak ditangani dengan baik, maka akan menyebabkan perdarahan yang dapat membahayakan jiwa ibu maupun janin. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4-0,6% dari keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan yang baik mortalitas perinatal adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Pada awal kehamilan, plasenta mulai terbentuk, berbentuk bundar, berupa organ datar yang bertanggung jawab menyediakan oksigen dan nutrisi untuk pertumbuhan bayi dan membuang produk sampah dari darah bayi. Plasenta melekat pada dinding uterus dan pada tali pusat bayi, yang membentuk hubungan penting antara ibu dan bayi (Davood, 2008). Plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih sering pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan dari pada ibu yang baru sekali melahirkan (primipara). Semakin tua umur ibu kemungkinan untuk mendapatkan plasenta previa semakin besar.pada ibu yang melahirkan pada usia > 40 tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta previa (Santoso, 2008). Plasenta previa juga sering terjadi pada kehamilan ganda dari pada kehamilan tunggal. Uterus yang cacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Ibu yang mempunyai riwayat seksio cesarean minimal satu kali mempunyai risiko 2,6 kaliuntuk menjadi plasenta previa pada kehamilan berikutnya (Santoso, 2008). Prevalensi plasenta previa di Negara maju berkisar antara 0,26-2,00% dari seluruh jumlah kehamilan. Sedangkan di Indonesia dilaporkan oleh beberapa peneliti berkisar antara 2,4-3,56% dari seluruh kehamilan. Angka kejadian plasenta previa relatif tetap dalam tiga dekade sampai dengan pertengahan tahun 1980, yaitu rata-rata0,36-0,37%, tetapi pada dekade selanjutnya angka

kejadian meningkat menjadi 0,48%, mungkin disebabkan karena meningkatnya faktor risiko terjadinya plasenta previa seperti umur ibu hamil semakin tua, kelahiran secara bedah sesar, paritas yang tinggi serta meningkatnya jumlah abortus yang terjadi, terutama abortus provokatus. Penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun kerusakan dari endometrium pada persalinan sebelumnya dan gangguan vaskularisasi desidua dianggap sebagai mekanisme yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya plasenta previa Data profil kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 AKI (Angka Kematian Ibu) Kalimantan Tengah masih mengikuti angka nasional yaitu hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup kemudian meningkat lagi angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per100.000 kelahiran hidup berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012.Kemudian hasil SUPAS 2015 AKI mengalami penurunan menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kasus kematian ibu maternal yang dilaporkan di Provinsi Kalimantan Tengah pada Tahun 2016 sebanyak 74 kasus lebih sedikit dari jumlah kasus kematian ibu tahun 2015 sebanyak 80 kasus. Trend kasus kematian ibu dalam beberapa tahun terakhir sedikit mengalami penurunan jumlah kasus, ini menjadi tantangan bagi seluruh stakeholder yang berkecimpung di bidang kesehatan. Jumlah kematian terbanyak pada masa ibu bersalin dan penyebab terbanyak akibat Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 41 komplikasi dalam persalinan seperti perdarahan dan kelahiran yang sulit. Jumlah kematian ibu maternal tertinggi di Kabupaten Kotawaringin Timur sebanyak 19 kasus, diikuti oleh Kotawaringin Barat sebanyak 11 kasus dan Kabupaten Kapuas serta Seruyan masing-masing 7 kasus.Jumlah kasus kematian ibu maternal pada setiap kabupaten kota masih belum bisa menggambarkan permasalahan kesehatan ibu pada suatu wilayah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menulis makalah dengan judul ”Plasenta Previa”

1.2 Tujuan Penulisan Makalah ini disusun bertujuan untuk: 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas. 2. Untuk menambah informasi kepada mahasiswa keperawatan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya mengenai plasenta previa. 3. Untuk menambah literatur bacaan mahasiwa keperawatan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

1.3 Manfaat Penulisan 1. Manfaat Bagi Masyarakat. Meningkatkan kesadaran terhadap perlunya pengetahuan mengenai tanda-tanda bahaya dan usaha penanggulangan sehingga diharapkan dapat dicegah secara dini. 2. Manfaat Bagi Mahasiswa Merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat untuk mendapatkan pengalaman nyata.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. 1.

Konsep Dasar Penyakit Definisi Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim. 2.

Etiologi Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan . bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun. 3.

Patofisiologi Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat sekmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada trimester ke tiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran sekmen bawah uterus dan pembukaan servik menyababkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkankarena adanya ketidakmampuan selaput otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. klasifikasi Plasenta Previa : a. Plasenta Previa totalis : seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta b. Plasenta Previa Lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta. c. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh jaringan plasenta. d. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan (ostium internus servisis).

e.

Plasenta letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

4.

Gejala Klinis Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada mayoritas (70%80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina setelah minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik dari placenta previa. Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat dihubungkan dengan kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup dalam keparahan dari ringan sampai parah. Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis dari placenta previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada dinding perut) atau transvaginal (dengan probe yang dimasukan kedalam vagina namun jauh dari mulut serviks) mungkin dilakukan, tergantung pada lokasi dari placenta. Adakalanya kedua tipe-tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu. Adalah penting bahwa pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan fisik dari pelvis pada wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai, karena pemeriksaan fisik pelvic mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih jauh. Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna merah segar. Pada umumnya perdarahan pertama terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan seksual dapat menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena pembesaran dari rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta dengan dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika didapatkan kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka pemeriksaan Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak boleh dilakukan kecuali di meja operasi mengingat risiko perdarahan hebat yang mungkin terjadi. 5.

Komplikasi a. Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim b. Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan histerektomi (operasi pengangkatan rahim). c. Plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta d. Prematur atau kelahiran bayi sebelum waktunya (< 37 minggu) e. Kecacatan pada bayi

6.

Pemeriksaan diagnostik a. Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematokrit b. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium c. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hati dan benar, dapat menentukansumberperdarahan dari karnalis servisis atau sumber lain (servisitis, polip,keganasan, laserasi/troma)

7. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Medis Episode pendarahan significan yang pertama biasanya terjadi di rumah pasien, dan biasanya tidak berat. Pasien harus dirawat dirumah sakit dan tidak dilakukan pemeriksaan vagina, karena akan mencetuskan perdarahan yang sangat berat. Dirumah sakit TTV pasien diperiksa, dinilai jumlah darah yang keluar, dandilakukan close match. Kehilangan darah yang banyak memerlukan transfusi.Dilakukan palpasi abdomen untuk menentukan umur kehamilan janin, presentasi,dan posisinya. Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan segara setelah masuk, untuk mengkonfirmasi diagnosis Penatalaksanaan selajutnya tergantung pada perdarahan dan umur kehamilan janin. Dalam kasus perdarahan hebat, diperlukan tindakan darurat untuk melahirkan bayi (dan plasenta) tanpa memperhitungkan umur kehamilan janin. Jika perdarahan tidak hebat, perawatan kehamilan dapat dibenarkan jika umur kehamilan janin kurang dari 36 minggu. Karena perdarahan ini cenderung berulang,ibu harus tetap dirawat di RS. Episode perdarahan berat mungkin mengharuskan pengeluaran janin darurat, namum pada kebanyakan kasus kehamilan dapat dilanjutkan hingga 36 minggu ; kemudian pilihan melahirkan bergantung padaapakah derajat plasenta previanya minor atau mayor. Wanita yag memiliki derajat plasenta previa minor dapat memilih menunggu kelahiran sampai term atau denganinduksi persalinan, asalkan kondisinya sesuai. Plasenta previa derajat mayor ditangani dengan seksio seksarae pada waktu yang ditentukan oleh pasien ataudokter, meskipun biasanya dilakukan sebelum tanggal yang disepakati, karena perdarahan berat dapat terjadi setiap saat a. Penatalaksanaan keperawatan Sebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama, menghidari peningkatan tekanan rongga perut (misal batuk, mengedan karena sulit buang air besar). Pasang infus NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairal peroral, pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 manit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi darah bila tidakteratasi, upaya penyelamatan optimal, bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.Penanganan di RS dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapatrenjatan, usia gestasi kurang dari 37 minggu, taksiran Berat Janin kurang dari 2500g, maka : - Bila perdarahan sedikit, rawat sampai sia kehamilan 3 7 m i n g g u , lalulakukan mobilisasi bertahap, beri kortikosteroid 12 mg IV/hari selama 3hari. - Bila perdarahan berulang, lakukan PDMO kolaborasi (Pemeriksaan Dalam Di atas Meja Operasi), bila ada kontraksi tangani seperti kehamilan preterm. Bila tidak ada renjatan usia gestaji 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2500g atau lebih lakukan PDMO, bila ternyata plasenta previa lakukan persalinan perabdominam, bila bukan usahakan partus pervagina.

BAB III ASHUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Pengumpulan data 1) Anamnesa a) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medicalrecord dll. b) Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III. - Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang - Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi intravaginal/rectal. - Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh darah dan placenta. c) Inspeksi - Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit. - Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia. d) Palpasi abdomen - Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah. - Sering dijumpai kesalahan letak - Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih goyang/floating 2) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Obstetri Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi: Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong persalinan Jenis anetesi dan kesulitan persalinan Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan. Komplikasi pada bayi Rencana menyusui bayi

3) a)

b)

Riwayat mensturasi Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.

c)

Riwayat Kontrasepsi Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, a t a u keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada janin.

d)

Riwayat penyakit dan operasi: Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan Pemeriksaan fisik Umum : Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil: (1) Rambut dan kulit - Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra. - Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha. - Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah (2) Mata : pucat, anemis (3) Hidung (4) Gigi dan mulut (5) Leher (6) Buah dada / payudara - Peningkatan pigmentasi areola putting susu - Bertambahnya ukuran dan noduler (7) Jantung dan paru - Volume darah meningkat - Peningkatan frekuensi nadi - Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal. - Terjadi hiperventilasi selama kehamilan. - Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas. - Diafragma meningga.

- Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada. (8) Abdomen - Menentukan letak janin - Menentukan tinggi fundus uteri (9) Vagina - Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick) - Hipertropi epithelium (10) System musculoskeletal - Persendian tulang pinggul yang mengendur - Gaya berjalan yang canggung - Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal b)

No 1

Khusus (1) Tinggi fundus uteri (2) Posisi dan persentasi janin (3) Panggul dan janin lahir (4) Denyut jantung janin

2.

Diagnosa keperawatan a. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah yang besar. b. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan mengenai efek perdarahan dan menejemennya. c. Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal, kerusakan system imun. d. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d kontraksi uterus

3.

Rencana keperawatan Diagnosa Keperawatan Penurunan kardiak output b.d perdarahan dalam jumlah yang besar

Tujuan/Kriteria Hail

Intervensi

Setelah dilakukan tindakan1.1. Kaji dan catat TTV, keperawatan 2 X 24 TD serta jumlah jam diharapkan penurunan perdarahan. kardiak output tidak terjadi atau teratasi dengan kriteria hasil : 2. 2. Bantu pemberian o 1. Volume darah pelayanan kesehatan

Rasional 1. Pengkajian yang akurat mengenai status hemodinamik merupakan dasar untuk perencanaan, intervensi, evaluasi. 2. Memperbaiki volume vaskuler membutuhkan terapi

intravaskuler dan kardiak output dapat diperbaiki sampai nadi, tekanan darah, nilai hemodinamik, serta nilai laboratorium menunjukkan tanda normal

2

3.

atau mulai sarankan terapi cairan IV atau terapi transfusi darah sesuai kebutuhan.

IV dan intervensi farmakologi. Kehilangan volume darah harus diperbaiki untuk mencegah komplikasi seperti infeksi, gangguan janin dan gangguan vital ibu hamil.

Setelah dilakukan tindakan1. 1. Terapi bersama keperawatan selama 3 x 24 pasangan dan diharapkan ansietas dapat menyatakan perasaan. berkurang dengan kriteria2. hasil : 1. Pasangan dapat mengungkapkan harapannya dengan katakata tentang manajemen yang sudah direncanakan, 2. Menentukan tingkat sehingga dapat mengurangi pemahaman pasangan kecemasan pasangan. tentang situasi dan manajemen yang sudah direncanakan. 3.

1. Kehadiran perawat dan pemahaman secara empati merupakan alat terapi yang potensial untuk mempersiapkan pasangan untuk menanggulangi situasi yang tidak diharapkan.

3. Berikan pasangan informasi tentang manajemen yang sudah direncanakan. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan1. 1. Kaji jumlah darah cedera (janin) keperawatan 2 X 24 yang hilang. Pantau b/d hipoksia jam diharapkan penurunan tanda/gejala syok jaringan/ kardiak output tidak terjadi organ,profil atau teratasi dengan darah Kriteria evaluasi : abnormal,kerus Menunjukkan profil darah akan system dengan hitung SDP, Hb, imun. dan pemeriksaan koagulasi

3. Pengetahuan akan mengurangi ketakutan akan ha-hal yang tidak diketahui.

Ansietas b.d kurangnya pengetahuan efek perdarahan dan manejemennya1. .

2. Hal yang diberikan perawat akan memperkuat penjelasan dokter dan untuk memberitahu dokter jika ada penjelasan yang penting. Pendidikan pasien yang diberikan merupakan cara yang efektif mencegah dan menurunkan rasa cemas.

1. Hemoragi berlebihan dan menetap dapat mengancam hidup klien atau mengakibatkan infeksi pascapartum, anemia pascapartum, KID, gagal ginjal, atau nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisi.

DBN normal.

2. 2. 2. Catat suhu, hitung SDP, dan bau serta warna rabas vagina, dapatkan kultur bila dibutuhkan.

2. Kehilangan darah berlebihan dengan penurunan Hb meningkatkan risiko klien untuk terkena infeksi.

3. 3. Catat masukan/ 3. Penurunan perfusi ginjal haluaran urin. Catat mengakibatkan penurunan berat jenis urin. haluaran urin. 4. 4. Berikan heparin, 4. Heparin dapat digunakan bila diindikasikan pada KID di kasus kematian janin, atau kematian satu janin pada kehamilan multiple, atau untuk memblok siklus pembekuan dengan melindungi factor-faktor pembekuan dan menurunkan hemoragi sampai terjadi perbaikan pembedahan 5. 5. Berikan antibiotic 5. Mungkin diindikasikan secara parenteral untuk mencegah atau meminimalkan infeksi. 4

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d kontraksi uterus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 X 24 jam diharapkan penurunan kardiak output tidak terjadi atau teratasi dengan Kriteria evaluasi : 1. Klien dapar melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri 2. Klien kooperatif dengan tindakan yang dilakukan

1.Jelaskan nyeri pada klien

penyebab 1.dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif terhadap tindakan

2.Kaji tingkat nyeri

2. menentukan tindakan keperawatan selanjutnya

3.Bantu dan ajarkan 3. dapat mengalihkan distraksi relaksasi perhatian klien pada nyeri yang dirasakan. 4. Memberikan posisi yang nyaman (miring 4. posisi miring mencegah kekiri / kanan. penekanan pada vena cava.

5. Berikan masage 5. memberi dukungan mental. pada perut dan penekanan pada punggung 6. Libatkan dan keluarga

suami 6. memberi dukungan mental

7. Kolaborasi dengan 7. pemberian analgesik dapat tim medis dalam membantu gurangi nyeri yang pemberian analgesic dirasakan 4.

Pelaksanaan Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.

5.

Evaluasi Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana kegiatan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian.

6.

Penkes Plasenta previa merupakan perdarahan di trimester ketiga dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok dan kematian. Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan komplikasi Plasenta previa dikategorikan pada asuhan keperawatan pada lingkup emergensi obstetri. Maka untuk meminimalkan keterlambatan tahap III yaitu tidak adekuatnya penanganan di fasilitas kesehatan diperlukan perawat yang sudah melalui pendidikan formal seperti perawat spesialis keperawatan maternitas.

BAB IV KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN PLASENTA PREVIA DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUD PRABUMULIH

I. PENGKAJIAN A. IDENTITAS Nama

: Ny. S

Umur

: 28 Tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Karang Rajo No 3

Suku/Bangsa

: WNI

Tanggal Masuk RS

: 28 Oktober 2013 pukul 12.00 WIB

Tanggal Pengkajian

: 28 oktober 2013 pukul 12.15 WIB

Ruangan

: IGD Prabumulih

Diagnosa Medis

: Plasenta Previa

Nama suami

: Tn. J

Umur

: 30 Tahun

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Karang Rajo No 3

Suku/Bangsa

: WNI

B. RIWAYAT KESEHATAN 1. Keluhan Utama Klien mengatatakan keluar darah dari vaginanya .2. Tanda-tanda inpartu a.

Kontraksi

: Tidak Ada

b.

Frekuensi

:-

c.

Lamanya

:-

Pengeluaran pervaginam a.

Darah+lendir

:-

b.

Darah

: Ada .

c. 3.

Jumlah

: Sedikit

Warna

: Coklat

Air Ketuban

:+

Riwayat Kehamilan Sekarang

a.

G=1 P=0 A=0

b.

HPHT

:16-02-2013

c.

Usia Kehamilan

: 32 Minggu

d.

Taksiran partus

: 23-11-2013

e.

Masalah selama kehamilan sekarang

:

Klien mengatakan terkadang terdapat sedikit darah di celana dalamnya f.

Pemakaian obat-obatan

4.

Pergerakan anak Usia kehamilan

: 20 minggu

5.

Frekuensi gerakan anak/24 Jam

6.

Diet

7.

8.

:-

: <10 kali

Pola makan

: 3x/hari

Komposisi makanan

: Nasi ,sayur ,lauk pauk

Perubahan makan yang dialami

: Selama hamil klian makan sering nambah

Eliminasi Pola eliminasi BAB

: 1-2x/hari

Karakteristik

: Lunak terkadang keras

Pola eliminasi BAK

: 6-7x/hari

Karekteristik

: Kuning (urin)

Aktivitas sehari-hari

:

Klien adalah seorang ibu rumah tangga ,sehari - hari mengurusi rumah dan suaminya Personal hygiene

: Klien tampak cukup bersih

9. 10.

Pola istirahat/tidur

: Klien tidur 7-8 jam/hari

Seksualitas

:

Akhir –akhir menjelang 8 bulan dan perut

semakin

membesar aktivitas seksual jarang

dilakukan 11. Kontrasepsi

:-

12. Imunisasi I

: April 2013

Imunisasi II

: Mei 2013

13. Riwayat Alergi

:-

14. Riwayat operasi

:-

C. RIWAYAT MENSTRUASI 1. Menerche

: umur 14 Tahun

2.Teratur/tidak teratur

: teratur

3.Siklus

: 28 hari

4.Lamanya

: 6-7 hari

5.Banyaknya

: 1-2 pembalut/hari

6.Sifat darah

: Amis dan kental

7.Dismenorrhoe

: Ada namun tidak mengganggu aktivitas

D. RIWAYAT PENYAKIT SISTEMIK YANG PERNAH DIDERITA 1. Hipertensi

: Tidak Ada

2. Jantung

: Tidak Ada

3. Ginjal

: Tidak Ada

4. Hepatitis

: Tidak Ada

5. DM

: Tidak Ada

6. Epilepsi

: Tidak Ada

7.Asma/TB paru

: Tidak Ada

F. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA 1. Hipertensi

: Tidak Ada

2. Jantung

: Tidak Ada

3. Ginjal

: Tidak Ada

4. Hepatitis

: Tidak Ada

5. Riwayat gemeli

: Tidak Ada

6.Asma

: Tidak Ada

G. PEMERIKSAAN FISIK Tanda-tanda vital Tekanan darah

: 140/100 mmHg

Denyut nadi

: 90x/menit

Pernafasan

: 28x/menit

Suhu

: 36,5 C

BB sebelum hamil

: 52 kg

BB setelah hamil

: 64 kg

TB

: 162 cm

Wajah Bentuk

: Simetris

Oedema

: Tidak Ada

Cloasma

: Tidak Ada

Gravidarum

:-

Mata Bentuk

: Bulat;simetris

Oedema

: Tidak Ada

Conjungtiva Sclera

: Non anemis : Isokor

Hidung Bentuk

: Simetris

Perdarahan

: Tidak Ada

Polip

: Tidak Ada

Sinusitis

: Tidak Ada

Mulut Bentuk

: Simetris

Warna

: Hitam

Kelembaban

: Cukup

Hipersaliva Gigi caries

: Tidak : Ada

Leher Pembesaran kelenjar typoid Peningkatan JVP

::-

Dada Payudara Bentuk payudara

: Simetris

Puting susu

: menonjol

Hiperpigmentasi

:+

Kebersihan

: cukup

Benjolan abnormal Kolostrum

: tidak ada :-

Paru-paru Inspeksi

: terdapat pergerakan diafragma

Palpasi

:-

Perkusi

:-

Auskultasi

: normal

Jantung Palpasi

:-

Perkusi

:-

Auskultasi

: terdengar suara jantung 1 dan 2

Abdomen Besar perut sesuai dengan usia kehamilan: Sesuai Bekas Luka Operasi

: Tidak Ada

Striae

: Ada

Leopold I

: tinggi fundus uteri 22 cm : terus posisi dekstra : Presentasi plasenta : bagian terntdah janin /5

Genitalia Vulva dan vagina Varises

:-

Luka

:-

Kemerahan

:-

Nyeri

:+

Kebersiahan

: Cukup

Perineum Luka Parut

:-

Pemeriksaan Dalam Posisi Plasenta dibagian bawah Ekstremitas Aksila Pembesaran kelenjar

:-

Ekstremitas atas Oedema tangan/jari

:-

Ekstremitas bawah Oedema Kaki

:+

Varises

:-

H. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL 1. Rasa cemas,tegang

: Klien cemas dengan kondisinya sekarang

2. Konsep Diri

:

Klien menyadari tentang kondisinya yang tidak memungkinkan melahirkan normal 3.Mekanisme Koping

:

Klien selalu berdoa dan shalat ketika menghadapi masalah dalam hidupnya 4.

Support sistem

I.

ANALISA DATA DATA 1.

: Suami klien selalu berada disampingnya

ETIOLOGI Ruptur plasenta

DS : Klien mengatakan sudah ada darah keluar kemaluannya

DO:

Perdarahan sedang

MASALAH Penurunan cardiac out put.

-Tampak bercak darah di celana dalam klien -TD : 140/90 mmHg -Nadi : 90x/menit -RR : 28x/menit

2.

Perdarahan

Ansietas yang berhubungan.

DS: Umur kehamilan

Klien mengatakan cemas

belum mencapai usia partus

dengan keadaannya DO:

ansietas

-Klien tampak cemas -Klien berkeringat TD: 140/90 mmHg II. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Penurunan Cardiac output berhubungan dengan perdarahan 2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang keadaannya III. INTERVENSI KEPERAWATAN

No

Diagnosa

Tujuan/Kriteria Hasil

Keperawatan

Setelah

Intervensi

dilakukkanya 1.

tindakan keperawatan

Kaji dan catat TTV, 1.Pengkajian

TD

serta

.. X 24 jam diharapkan perdarahan. Penurunan 1

output

kardiak penurunan kardiak output

dengan kriteria hasil : a.Volume

Bantu

pelayanan

darah atau

mulai

dapat

diperbaiki terapi

akurat status

hemodinamik

merupakan

untuk

perencanaan,

pemberian intervensi, evaluasi. kesehatan 2.Memperbaiki sarankan vaskuler

intravaskuler dan kardiak terapi cairan IV atau terapi output

yang

jumlah mengenai

dasar

berhubungan tidak terjadi atau teratasi 2.

dengan perdarahan

Rasional

IV

transfusi darah farmakologi.

volume

membutuhkan dan

intervensi Kehilangan

sampai

nadi,

tekanan sesuai kebutuhan.

volume

darah

harus

darah, nilai hemodinamik,

diperbaiki untuk mencegah

serta

komplikasi seperti infeksi,

nilai

laboratorium

menunjukkan

tanda

gangguan

normal

janin

dan

gangguan vital ibu hamil. 1.Kehadiran

perawat

dan

pemahaman secara empati merupakan alat terapi yang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 diharapkan ansietas dapat berkurang dengan kriteria Ansietas berhubungan 2

dengan

kurangnya

pengetahuan keadaanya

tentang

hasil : 1.

Pasangan

dapat

mengungkapkan harapannya dengan katakata tentang manajemen yang sudah direncanakan, sehingga mengurangi pasangan.

dapat kecemasan

1.

Terapi

bersama

pasangan

dan

menyatakan perasaan. 2.

Menentukan tingkat

pemahaman tentang

pasangan

situasi

dan

manajemen yang sudah direncanakan. 3.

Berikan

informasi

pasangan tentang

manajemen yang sudah direncanakan.

potensial

untuk

mempersiapkan

pasangan

untuk menanggulangi situasi yang tidak diharapkan. 2.Hal

yang

diberikan

perawat akan memperkuat penjelasan dokter dan untuk memberitahu dokter jika ada penjelasan yang penting. 3.Pendidikan pasien yang diberikan merupakan cara yang efektif mencegah dan menurunkan Pengetahuan

rasa

cemas. akan

mengurangi ketakutan akan ha-hal yang tidak diketahui.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya. Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion (Hanafiah, 2004). Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa (Hanafiah, 2004). B.

Saran 1. Bagi Mahasiswa Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Bagi petugas Kesehatan Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi.

DAFTAR PUSTAKA Bobak M.I dkk 2004 Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta PT Buku Kedokteran EGC Doenges M, Dkk, 1999 Rencana Asuhan Keperawatan; Edisi Ke Tiga, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, Farer H, 2001 Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta PT Buku Kedokteran Mansjoer Dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI Jakarta

Related Documents


More Documents from "putri firda erlina"

Doc1.docx
November 2019 27
Poskesdes.doc
December 2019 36
Mencegah Stroke.docx
December 2019 35
Proposal Kewirausahaan.docx
December 2019 23
Analisa Data.docx
December 2019 12