Kasus Masektomi.docx

  • Uploaded by: riyanti
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kasus Masektomi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,175
  • Pages: 21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kanker Payudara Kanker merupakan suatu golongan penyakit yang ditimbulkan oleh sel tunggal yang tumbuh abnormal dan tidak terkendali, sehingga dapat menjadi tumor ganas yang dapat menghancurkan dan merusak sel atau jaringan sehat. Seiring dengan pertumbuhan perkembangbiakannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya (invasif) dan bisa menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh seperti halnya payudara. Kanker yang paling banyak terjadi pada wanita merupakan kanker payudara (Mulyani dan Nuryani, 2013). Payudara merupakan bagian dari sistem reproduksi yakni kelenjar kulit dan dalam hidup ini mengambil posisi yang begitu penting. Kelenjar ini tumbuh besar sebagai kelenjar susu yang dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron. Terletak di bawah kulit dan di atas otot dada. Payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gr, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil, payudara membesar, mencapai 600 gr dan pada ibu menyusui mencapai 800 gr (Ariani, 2015). Disebut kanker payudara ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh, kehilangan kendali, dan berkembang dengan cepat di dalam jaringan payudara. Kanker Payudara (Carcinoma mammae) merupakan salah satu kanker yang sangat ditakuti oleh kaum wanita, setelah kanker serviks. Jadi, kanker payudara itu pada prinsipnya adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar kulit, saluran kelenjar, dan jaringan di sebelah luar rongga dada. Dimana, payudara secara umum terdiri dari dua tipe jaringan, jaringan glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Sel kanker payudara dapat bersembunyi di dalam tubuh kita selama bertahun-tahun tanpa kita ketahui dan tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker (American Cancer Society, 2016). B. Anatomi Payudara Setiap payudara terdiri atas dua belas sampai dua puluh kelenjar yang masingmasing tumbuh besar, unit-unit yang bersama membentuk struktur kelenjar payudara yang semuanya bermuara di puting. Payudara tidak ada kaitannya dengan otot dada besar (muskulus pektoralis) yang melalui suatu urat yang kokoh melekat pada lengan atas dan di ujung lain berpegangan kuat pada dinding dada dengan melebar seperti kipas. Payudara (mamma) yang dimiliki pria dan wanita sama sampai pada masa pubertas (11 – 13 tahun) karena hormon estrogen dan hormon lainnya mempengaruhi perkembangan payudara. Pada wanita perkembang payudara sangat aktif sedangkan pada pria kelenjar dan duktus mammae kurang berkembang dan sinus tidak berkembang sempurna. (National Cancer Institute, 2014)

Payudara yang sensitif terhadap pengaruh hormonal mengakibatkan payudara cenderung mengalami pertumbuhan neoplastik yang bersifat jinak maupun ganas. Yang bersifat ganas dapat berupa kanker. Kanker payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar di mana sebagian besar jaringan payudara terdapat. Dalam menentukan lokasi kanker payudara, payudara dibagi menjadi empat kuadran yaitu kuadran lateral (pinggir atas), lateral bawah, median atas (tengah atas), dan median bawah (Purwoastuti, E, 2008).

Gambar 2.1 Anatomi Payudara dan Kuadran Letak Kanker Payudara Keterangan :

1.

Korpus ( badan)

I Lateral atas (pinggir atas)

2.

Areola

II Lateral bawah

3.

Papila atau puting

III Median atas IV Median bawah

C. Tanda dan Gejala Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena awal pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan gejala umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena pada tahap dini biasanya tidak menimbukan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas. Gejala-gejala kanker payudara yang tidak disadari dan tidak dirasakan pada stadium dini menyebabkan banyak penderita yang berobat dalam kondisi kanker stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk disembuhkan. Bila kanker payudara dapat diketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan

pengobatan. Tanda yang mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri (Wiknjosastro, Abdul, dan Trijatmo, 2009). Gejala yang dapat diamati atau dirasakan oleh orang yang terkena penyakit kanker payudara ini antara lain adanya semacam benjolan yang tumbuh pada payudara, yang lama kelamaan bisa menimbulkan rasa nyeri dan mendenyutdenyut (Savitri, Astrid, dkk, 2015). Gejala penyakit ini sering tidak diperhatikan: 1. Munculnya benjolan tidak normal 2. Pembengkakan 3. Rasa nyeri di bagian putting 4. Pembengkakan kelenjar getah bening 5. Keluar cairan aneh di putting 6. Putih tenggelam (nipple retraction) Tanda yang mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri. Sedangkan, gejala yang timbul saat penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak, seperti : timbulnya benjolan yang semakin lama makin mengeras dengan bentuk yang tidak beraturan, saat benjolan membesar baru terasa nyeri dan terlihat puting susu tertarik ke dalam yang tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan, serta keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak hamil dengan kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange) (Pulungan, R.M., 2010).

Gambar 2.2 Ciri - Ciri Penderita Kanker Payudara Pada stadium awal jika ditekan dengan jari tangan benjolan tersebut, dengan mudah dapat digerakkan di bawah kulit. Namun sewaktu benjolan itu semakin melekat pada dinding dada atau kulit disekitarnya. Lama – kelamaan benjolan ini semakin membengkak dan jadi borok di sekitar payudara. Kulit diatas benjolan semakin mengkerut dan warnanya semakin merah seperti kulit jeruk. Jika kondisinya sudah demikian, maka benjolan itu akan sampai ke ketiak, bentuk payudara sudah

berubah termasuk ukurannya semakin tidak nyaman lagi. Bila sudah demikian biasanya kanker itu sampai mengeluarkan cairan dari puting susu, sedangkan payudara tampak kemerah-merahan, dan kulit sekitar puting susu kelihatan bersisik. Dengan puting susu tertarik ke dalam dan rasa gatal akan dirasakan. Rasa gatal ini kadang-kadang disertai oleh pembengkakan salah satu payudara. Dan pada stadium ini bisa pula timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, dan pembengkakan (Handayani, Suharmiati, dan Atika, 2012). Gejala kanker payudara pada pria sama seperti kanker payudara yang dialami wanita, mulanya hanya benjolan. Umumnya benjolan hanya dialami di satu payudara, dan bila diraba terasa keras. Bila stadium kanker sudah lanjut, ada perubahan pada puting dan daerah hitam di sekitar puting. Kulit putingnya bertambah merah mengerut, tertarik ke dalam, ataupun puting mengeluarkan cairan (I.B.C, 2009). D. Jenis Kanker Payudara 1. Karsinoma insitu karsinoma insitu artinya adalah kanker yang masih berada pada tempatnya, merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalanya. 2. karsinoma duktal karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju puting susu. sekitar 90% kanker payudara merupakan karsinoma duktal 3. karsinoma lobuler karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah menopause 4. karsinoma invasive karsinoma invasive adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, biasanya terinkalisir (terbatas pada payudara) maupun melastatik (menyebar kebagian tubuh lainnya) 5. karsinoma meduler kanker ini berasal dari kelenjar susu E. Klasifikasi Kanker Payudara 1. Tumor primer (T) a. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan b. To : Tidak terbukti adanya tumor primer c. Tis : Kanker in situpaget dis pada papila tanpa teraba tumor, kanker intraduktal atau lobuler insitu, penyakit raget pada papila tanpa teraba tumor d. T1 : Tumor < 2 cm 1) T1a : Tumor < 0,5 cm 2) T1b : Tumor 0,5 – 1 cm

3) T1c : Tumor 1 – 2 cm e. T2 : Tumor 2 – 5 cm f. T3 : Tumor diatas 5 cm g. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau kulit. Dinding dada termasuk kosta, otot interkosta, otot seratus anterior, tidak termasuk otot pektoralis 1) T4a : Melekat pada dinding dada 2) T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, nodul satelit pada daerah payudara yang sama 3) T4c : T4a dan T4b 4) T4d : karsinoma inflamatoris mastitis karsinomatosis 2.

Nodus limfe regional (N) a.

Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan

b. N0 : Tidak teraba kelenjar aksila c. N1 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat. d. N2 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya. e. N3 : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral 3.

Metastas jauh (M) a. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan b. M0 : Tidak ada metastase jauh c. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

F. Pentahapan Kanker Payudara Pentahapan Kanker Payudara dibagi menjadi 4, yaitu : 1. tahap 0 : Kanker insitu dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya didalam payudara yang normal 2. Tahap I : Terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe dan tidak terdeteksi adanya metastasis. 3. Tahap II : Terdiri tas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm dan tidak terdeteksi adanya metastasis. 4. Tahap III : Terdiri atas tumor yang lebih besar dari 5 cm atau tumor dengan sembarang ukuran yang menginvasi kulit atau dinding dengan nodus limfe terfiksasi positif dalam area klavikular dan tanpa bukti adanya metastasis. 5. Tahap IV : Teridri atas tumor dalam sembarang ukuran dengan nodus limfe normal atau kankerosa dan adanya metastasis jauh

G. Etiologi Belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Riset lebih lanjut tentang faktorfaktor resiko akan membantu dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk mencegah kanker payudara. Faktor-faktor resiko mencakup : 1.

Tinggi melebihi 170 cm Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.

2.

Ca Payudara yang terdahulu Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ berpasangan

3.

Anak perempuan dari ibu dengan kanker payudara (herediter)

4.

Menarke dini. Resiko Ca payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.

5.

Nulipara dan usia maternal. Lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang melahirkan setelah usia 30 tahun lebih berisiko mengalami knker payudara

6.

Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun.

7.

Riwayat penyakit payudara jinak

8.

Kontrasepsi oral

9.

Masukan alkohol setiap hari

10. Hormon, diduga tidak adanya keseimbangan estrogen sehingga dapat menyebabkan carcinoma mammae. Oleh sebab itu carcinoma mammae lebih banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki 11. pernah menjalani operasi ginekologi misalnya tumor ovarium 12. pernah mengalami radiasi didaerah dada 13. Pernah mengalami operasi pada payudara kelainan jinak atau tumor ganas mammae 14. Disebabkan oleh tumor yang terjadi karena trauma yang berulang-ulang iritasi yang berjalan kronis oleh karena rangsangan oleh bahan-bahan kimiawi, zat pewarna, sinar radioakti 15. Obesitas pasca maunopause H. Patofisiologi Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan sekitarnya. Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan

menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organorgan yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase: 1.

Fase induksi: 15-30 tahun Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia.Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.

2. fase in situ: 1-5 tahun Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara. 3. fase invasi Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa tahun 4. fase diseminasi: 1-5 tahun Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat lain bertambah. I. Pathway Faktor predisposisi dan resiko tinggi hiperplasi pada sel mamae

Mendesak sel saraf

Interupsi sel saraf

nyeri

Mendesak jaringan sekitar

Mensuplai nutrisi ke jaringan ca

Mendesak pembuluh darah

Aliran darah terhambat Menekan jaringan pada mammae

Hipermetabolisme ke jaringan hipoksia

Peningkatan konsistensi mammae

 hipermetabolisme jar lain BB turun

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

Necrosis jaringan

Bakteri patogen

Resiko Infeksi Mammae membengkak

Massa tumor mendesak ke jar luar

Ukuran mammae abnormal

Mammae asimetrik

Defisiensi pengetahuan ansietas

Gangguan citra tubuh

Perfusi jaringan terganggu ulkus

Kerusakan integritas kulit/ jaringan

Infiltrasi pleura perietale

Ekspansi paru menurun

Ketidakefektifan pola nafas

J. Komplikasi Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral dan aksilaris harus mengambil alih fungsi mereka. Apabila mereka diinstruksikan dengan cermat dan didorong untuk meninggikan, memasase dan melatih lengan yang sakit selama 3-4 bulan. Dengan melakukan hal ini akan membantu mencegah perubahan bentuk tubuh dan mencegah kemungkinan terbukanya pembengkakan yang menyulitkan. K. Pencegahan Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut : 1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter. 2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara. 3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.

4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri. 5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan L. Penatalaksanaan 1. Pembedahan a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran) Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena) sampai kuadranektomi (pengangkatan seperempat payudara), pengangkatan atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk penentuan stadium; radiasi dosis tinggi mutlak perlu (5000-6000 rad). b. Mastektomi total Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor. c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksilla d. Mastektomi radikal yang diperluas Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna. 2. Non pembedahan a. Penyinaran Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe ,aksila, kekambuhan tumor local atau regional setelah mastektomi. b. Kemoterapi Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.

c. Terapi hormon dan endokrin Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi. (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 – 1600) M. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium meliputi: a. Morfologi sel darah b. Laju endap darah c. Tes faal hati d.

Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma

e. Pemeriksaan sitologik adalah Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi 2. Mammagrafi Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak 3. Ultrasonografi Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan kista. kadangkadang tampak kista sebesar sampai 2 cm. 4. Thermography Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi. 5. Xerodiography Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluhpembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor. 6. Biopsi Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi. 7. CT. Scan Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain

8. Pemeriksaan hematologi Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

LANDASAN TEORI ASKEP

A. Pengkajian Pengkajian pada klien dengan kanker payudara menurut Doenges, Marilynn E (2000) diperoleh data sebagai berikut: 1. Aktifitas/istirahat: Gejala: kerja, aktifitas yang melibatkan banyak gerakan tangan/pengulangan, pola tidur (contoh, tidur tengkurap). 2. Sirkulasi Tanda: kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe). 3. Makanan/cairan Gejala: kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan. 4. Integritas Ego Gejala: stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stres/takut tentang diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang. 5. Nyeri/kenyamanan Gejala: nyeri pada penyakit yang luas/metastatik (nyeri lokal jarang terjadi pada keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan atau perasaan lucu pada jaringan payudara. Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi biasanya mengindikasikan penyakit fibrokistik. 6. Keamanan Tanda: massa nodul aksila. Edema, eritema pada kulit sekitar. 7. Seksualitas Gejala: adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan kesimetrisan payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu, rabas puting yang tak biasanya, gatal, rasa terbakar atau puting meregang. Riwayat menarke dini (lebih muda dari usia 12 tahun), menopause lambat (setelah 50 tahun), kehamilan pertama lambat (setelah usia 35 tahun). Masalah tentang seksualitas/keintiman. Tanda: perubahan pada kontur/massa payudara, asimetris. Kulit cekung, berkerut, perubahan pada warna/tekstur kulit, pembengkakan, kemerahan atau panas pada payudara. Puting retraksi, rabas dari puting (serosa, serosangiosa, sangiosa, rabas berair meningkatkan kemungkinan kanker, khususnya bila disertai benjolan) 8. Penyuluhan/pembelajaran Gejala: riwayat kanker dalam keluarga (ibu, saudara wanita, bibi dari ibu atau nenek). Kanker unilateral sebelumnya kanker endometrial atau ovarium. Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan rata-rata lama dirawat 4 hari. Membutuhkan bantuan dalam pengobatan/rehabilitasi, keputusan, aktivitas perawatan diri, pemeliharaan rumah.

B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor. 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu. 3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh. 4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah 5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi. 6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi. 7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat C. Intervensi Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor ditandai dengan : a. DS : Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke kanan. b. DO : 1) Klien nampak meringis 2) Klien nampak sesak 3) Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri c. Tujuan : Nyeri teratasi Kriteria : 1) Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang 2) Nyeri tekan tidak ada 3) Ekspresi wajah tenang 4) Luka sembuh dengan baik d. Intervensi : 1) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran. Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya. 2) Beri posisi yang menyenangkan. Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri. 3) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam. Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan. 4) Ukur tanda-tanda vital Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri.

5) Penatalaksanaan pemberian analgetik Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak dipersepsikan 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu Ditandai dengan : a. DS : 1) Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan. 2) Klien mengeluh badan terasa lemah. 3) Klien tidak mau banyak bergerak. b. DO : klien tampak takut bergerak. 1) Tujuan : Klien dapat beraktivitas 2) Kriteria : a) Klien dapat beraktivitas sehari – hari. b) Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit. c. Intervensi : 1) Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin. Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada keterbatasan gerak. 2) Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan. 3) Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur. Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan dalam gerakan dan postur. 3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh Ditandai dengan : a. DS : 1) Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain. 2) Ekspresi wajah tampak murung 3) Tidak mau melihat tubuhnya b. DO : klien tampak takut melihat anggota tubuhnya c. Tujuan : Kecemasan dapat berkurang d. Kriteria : 1) Klien tampak tenang 2) Mau berpartisipasi dalam program terapi e. Intervensi : 1) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan, sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depannya. 2) Diskusikan tanda dan gejala depresi.

Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat dikenali dan diukur. 3) Diskusikan tanda dan gejala depresi Rasional : Kehilangan payudara dapat menyebabkan perubahan gambaran diri, takut jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan tubuh. 4) Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian prostetik. Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang lengkap, mendekati normal 4.

Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah Ditandai dengan : a. DS : klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya b. DO : 1) Klien jarang bicara dengan pasien lain 2) Klien nampak murung c. Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya d. Kriteria : 1) Klien tidak malu dengan keadaan dirinya. 2) Klien dapat menerima efek pembedahan e. Intervensi : 1) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah 2) Tinjau ulang efek pembedahan Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi. 3) Berikan dukungan emosi klien. Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya. 4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien. Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi Ditandai dengan : a. DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi. b. DO : 1) Adanya balutan pada luka operasi. 2) Terpasang drainase 3) Warna drainase merah muda

c. Tujuan : Tidak terjadi infeksi. d. Kriteria : 1) Tidak ada tanda – tanda infeksi. 2) Luka dapat sembuh dengan sempurna e. Intervensi : 1) Kaji adanya tanda – tanda infeksi. Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda – tanda infeksi sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat. 2) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan. Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi. 3) Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik. Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi. 4) Penatalaksanaan pemberian antibiotik. Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses infeksi. 6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi Ditandai dengan a. DS : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya. b. DO : Ekspresi wajah murung/bingung. c. Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya. d. Kriteria : 1) Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya. 2) Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya. e. Intervensi : 1) Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan datang. Rasional : Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi, dan dapat berpartisipasi dalam program terapi. 2) Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan pemasukan cairan yang adekuat. Rasional : Memberikan nutrisi yang optimal dan mempertahankan volume sirkulasi

untuk

mengingatkan

regenerasi

jaringan

atau

proses

penyembuhan. 3) Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang berat. Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan penyembuhan, dan meningkatkan perasaan sehat.

4) Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan minyak. Rasional : Merangsang sirkulasi, meningkatkan elastisitas kulit, dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan rasa pantom payudara. 5) Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada payudara yang masih ada. Anjurkan untuk Mammografi. Rasional

:

Mengidentifikasi

perubahan

jaringan

payudara

yang

mengindikasikan terjadinya/berulangnya tumor baru. 7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, ditandai dengan a. DS : 1) Klien mengeluh nafsu makan menurun 2) Klien mengeluh lemah. b. DO : 1) Setengah porsi makan tidak dihabiskan 2) Klien nampak lemah. 3) Nampak terpasang cairan infus 32 tetes/menit. 4) Hb 10,7 gr % c. Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi d. Kriteria : 1) Nafsu makan meningkat 2) Klien tidak lemah 3) Hb normal (12 – 14 gr/dl) e. Intervensi : 1) Kaji pola makan klien Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan dalam tindakan selanjutnya. 2) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi kebutuhan nutrisi sedikit demi sedikit. 3) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi. Rasional : agar menambah nafsu makan pada waktu makan. 4) Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau. Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung zat besi penambah tenaga. 5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien Rasional : partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan nutrisi untuk kebutuhan energi.

Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius Carpenito Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. jakarta : EGC Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatyan px) Jakarta : EGC http://makalah-kesehatan-online,blogspot-com diaskes tgl 25 februari 2010 jam13.30

21

Related Documents

Kasus
June 2020 54
Kasus Tht.docx
May 2020 30
Kasus Ppm.docx
October 2019 39
Kasus Raskin
April 2020 34

More Documents from ""

Dasar_teori_tumor_mamae.docx
November 2019 25
Askep_tumor_mamae.docx
November 2019 31
Kasus Masektomi.docx
November 2019 45
Bab I,2 Teori Fraktur.docx
November 2019 25