BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun. Stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Disamping itu, stroke juga merupakan penyebab kecatatan. Sehingga keadaan tersebut menempatkan stroke sebagai masalah kesehatan yang serius. Rendahnya kesadaran akan faktor risiko stroke, kurang dikenalinya gejala stroke, belum optimalnya pelayanan stroke dan ketaatan terhadap program terapi untuk pencegahan stroke ulang yang rendah merupakan permasalahan yang muncul pada pelayanan stroke di Indonesia. Keempat hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan kejadian stroke baru, tingginya angka kematian akibat stroke, dan tingginya kejadian stroke ulang di Indonesia. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI Yogyakarta (10,3‰), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Gorontalo menempati urutan ke 6 setelah Sulawesi Utara, DIY Yogyakarta, Bangka Belitung, DKI Jakarta, dan Kalimantan selatan. (Riskesdas, 2013)
B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi Stroke? 2. Bagaimana penatalaksanaan medis pada Stroke? 3. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Stroke? C. Tujuan Untuk mengetahui dan memahami bagimana Asuhan Keperawatan pada Persarafan (Stroke).
1
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Stroke Stroke atau cerebral vasculer accident (CVA) adalah gangguan dalam sirkulasi intraserebral yang berkaitan vascular insuffiency, trombosis, emboli atau pendarahan B. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan medis pada klien dengan stroke meliputi : 1. Non pembedahan a. Terapi antikoagulan. Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan pada klien dengan riwayat ulkus, uremia dan kegagalan hepar. Sodium heparin diberikan secara subkutan atau melalui IV drip. b. Phenytonin (dilatin) dapat digunakan untuk mencegah kejang. c. Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk lebih dulu untuk menghancurkan trombotik dan embolik. d. Epsilon-aminocaproic acid (Amicar) dapat digunakan untuk stabilkan bekuan diatas anurisma yang ruptur. e. Calcium channel blocker (nimodipine) dapat diberikan untuk mengatasi vasospasme pembuluh darah. 2. Pembedahan a. Karotid endarterektomi untuk mengangkat plaque atherosclerosis. b. Superior temporal arteri-middle serebral arteri anastomisis dengan melalui darah yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran darah pada daerah yang dipengaruhi. C. Pengkajian 1. Riwayat keperawatan : a. Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskuler, transient ischemic attacks (TIA). b. Merokok sigaret. c. Menggunakan kontrasepsi oral.
2
d. Gangguan sensorik/motorik. e. Gangguan penglihatan. 2. Pemeriksaan fisik : a. Tingkat kesadaran dan status mental. b. Gangguan sensorik dan motorik. c. Aphasia. d. Penglihatan. e. Fungsi saraf kranial. f. Tanda-tanda vital. g. Pemeriksaan
darah
(pembekuan
darah,
trigliserida, kolestrol, gula darah). h. CT scan, angiogram, EKG, EEG. i. Kegemukan/obesitas. 3. Psikososial : a. Usia b. Jenis kelamin c. Sistem dukungan d. Gaya hidup e. Strategi koping yang bisa digunakan f. Pekerjaan g. Peran dan tanggung jawab selama ini h. Reaksi emosional terhadap penyakitnya 4. Pengetahuan klien dan keluarga tentang : a. Penyebab stroke b. Faktor resiko c. Prognosa d. Tingkat pengetahuan e. Kemampuan membaca dan belajar
3
hitung
sel
darah,
D. Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai darah serebral, meningkatnya tekanan intrakranial, menurunnya oksigenisasi serebral 2. Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas, reflek batuk tidak adekuat. 3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan menurunnya kesadaran, paresis/plegia. 4. Gangguan menelan berhubungan dengan hilangnya fungsi motorik. 5. Gangguan integrasi kulit berhubungan dengan perubahan sensorik, immobilisasi, inkontensia, perubahan status nutrisi. 6. Perubahan pola eliminasi urin : inkontinensia fungsional berhubungan dengan kerusakan motorik, immobilisasi, kerusakan komunikasi 7. Perubahan eliminasi feses : konstipasi, diare, inkontinen berhubungan dengan pemasukan cairan dan makanan, hilangnya kontrol voluntary, gangguan komunikasi, perubahan peristaltik. 8. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan afasia, disathria, perubahan proses berfikir 9. Perubahan
sensorik-persepsi
:
penglihatan,
raba,
kinestetik
berhubungan dengan kerusakan penglihatan, sensasi. 10. Gangguan konsep diri : gambaran tubuh, harga diri, peran, identitas, berhubungan dengan menurunnya fungsi tubuh, perubahan fisik, peran dan ketergantungan E. Evaluasi 1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai darah serebral, meningkatnya tekanan intrakranial, menurunnya oksigenisasi serebral Kriteria evaluasi : a. Mendemonstrasikan perubahan atau memperbaiki status neurologi b. Mempertahankan tekanan darah dalam batas normal
4
2. Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas, reflek batuk tidak adekuat. kriteria evaluasi : a. Memiliki pertukaran udara dalam paru kanan dan kiri yang adekuat. b. Memiliki frekuensi pernapasan antara 12-14 kali/menit. c. Memiliki nilai gas arteri dalam batas normal. d. Tidak terjadi tanda-tanda hipoksia. 3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan menurunnya kesadaran, paresis/plegia. kriteria evaluasi : a. Berdiri dari kursi roda dan melakukan ambulasi sesuai dengan kemampuan. b. Terhindar dari penekanan, atropi otot dan kontraktur. 4. Gangguan menelan berhubungan dengan hilangnya fungsi motorik. kriteria evaluasi : a. Berat badannya lebih kurang 10% dari berat badan ideal. b. Mentoleransi terhadap nutrisi parenteral, makanan cair dengan residu minimal, tidak diare, elektrolit seimbang. c. Menelan makanan yang lunak tanpa aspirasi. 5. Gangguan integrasi kulit berhubungan dengan perubahan sensorik, immobilisasi, inkontensia, perubahan status nutrisi. 6. Perubahan pola eliminasi urin : inkontinensia fungsional berhubungan dengan kerusakan motorik, immobilisasi, kerusakan komunikasi 7. Perubahan eliminasi feses : konstipasi, diare, inkontinen berhubungan dengan pemasukan cairan dan makanan, hilangnya kontrol voluntary, gangguan komunikasi, perubahan peristaltik. 8. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan afasia, disathria, perubahan proses berfikir 9. Perubahan
sensorik-persepsi
:
penglihatan,
berhubungan dengan kerusakan penglihatan, sensasi.
5
raba,
kinestetik
10. Gangguan konsep diri : gambaran tubuh, harga diri, peran, identitas, berhubungan dengan menurunnya fungsi tubuh, perubahan fisik, peran dan ketergantungan
6
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Stroke adalah serangan otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak. Stroke merupakan satu masalah kesehatan paling serius dalam kehidupan modern saat ini. Jumlah penderita stroke terus meningkat setiap tahunnya, bukan hanya menyerang mereka yang berusia tua, tetapi juga orang-orang muda pada usia produktif. Data penelitian mengenai pengobatan stroke hingga kini masih belum memuaskan walaupun telah banyak yang dicapai, hasil akhir pengobatan kalau tidak meninggal hampir selalu meninggalkan kecacatan. Agaknya pengobatan awal/dini seperti pencegahan sangat bermanfaat, akan tetapi harus disertai dengan pengenalan dan pemahaman stroke pada semua lapisan dan komunitas dalam masyarakat. B. Saran Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.
7
DAFTAR PUSTAKA Ratna, Toto, dan Wahyu. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem Persarafan.JAKARTA:Trans Info Media
8