Tugas
: Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Nama Dosen : Irmayani, S. Kep., Ns., M. Kes
“ASKEP KEGAWATDARURATAN INFARK MIOKARD (IM)”
Oleh Kelompok I: Agnes Derek (NH011600)
Aisyah Abd Rahman (NH0116010)
Alfikri Fara (NH0116013)
Anna Islamiah A (NH0116017)
Ashari Anggriani (NH0116021)
Asma (NH0116022)
Damayanti (NH0116034)
Desy Alpionita Alepu (NH0116036)
Dinda Cindy Pratiwi (NH0116038)
Elza Pratiwi (NH0116044)
Ernawati (NH0116046)
Fajriani Farid (NH0116048)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga kami masih diberi kesempatan untuk bekerjasama menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan (ASKEP) Kegawatdaruratan Infark Miokard (IM)”, makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami Ibu Irmayani, S. Kep., Ns., M. Kes dan teman-teman yang telah memberikan dukungan, bantuan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan.
Makassar, April 2019
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................
i
DAFTAR ISI .......................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1
A. Latar Belakang ..................................................................................
1
B. Tujuan ............................................................................................... 1. Tujuan Umum ............................................................................. 2. Tujuan Khusus ............................................................................ BAB II LAPORAN PENDAHULUAN .............................................................. I. Konsep Medis ................................................................................... II. Konsep Keperawatan ........................................................................ BAB III ASKEP GAWAT DARURAT .............................................................. A. Pengkajian Keperawatan ................................................................... B. Diagnosa Keperawatan...................................................................... C. Intervensi Keperawatan ..................................................................... D. Implementasi Keperawatan ............................................................... E. Evaluasi Keperawatan ....................................................................... BAB IV PENUTUP ............................................................................................ A. Kesimpulan ....................................................................................... B. Saran .................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan American Association tahun 2010 kasus infark miokard akut tercatat terjadi 8.500.000. Terhitung sebanyak 7.200.000 (12,2%) kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh dunia. Infark miokard akut adalah penyebab kematian nomor dua pada Negara berpenghasilan rendah, dengan angka mortalitas 2.470.000 (9,4%). Di Indonesia pada tahun 2002, penyakit infark miokard akut merupakan penyebab kematian pertama, dengan angka mortalitas 220.000 (14%). Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Indonesia meneliti, bahwa pada tahun 2007, jumlah pasien penyakit jantung yang menjalanu rawat inap dan rawat jalan di RS di Indonesia adalah 239.548 jiwa. Kasus terbanyak adalah penyakit jantung iskemik, yaitu sekitar 110.183 kasus. (Budiman, Sihombing R & Pradina P, 2016) B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca khususnya bagi para perawat pemula yang sedang kiat-kiatnya dalam menambah wawasan untuk menuju perawat yang ahli, professional dan berwawasan luas dalan menangani kesehatan yang ada di masyarakat. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat mengetahui laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada pasien dengan Infark Miokard (IM). b. Mahasiswa
dapat
mengetahui
model
asuhan
keperawatan
kegawatdaruratan pada pasien dengan Infark Miokard (IM).
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN “INFARK MIOKARD (IM)” I. Konsep Medis A. Definisi Infark Miokardium Akut (IMA) didefinisikan sebagai nekrosis miokardium yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada arteri koroner. (Muttaqin Arif, 2009) Infark miokard akut (IMA) adalah suatu keadaan lanjutan mekanisme iskemia miokardium, yang umumnya disebabkan oleh adanya sumbatan total pembuluh darah koroner yang telah mengalami insufisiensi sebelumnya dan sistem kolateralnya tidak bekerja denfan baik serta mengakibatkan rusaknya sebagian miokardium yang bersangkutan. (Budiman, Sihombing R & Pradina P, 2016) B. Etiologi II. Konsep Keperawatan A. Pengkajian Keperawatan Pengkajian Keperawatan pada Klien dengan Infark Miokardium Pengkajian pada klien dengan infark miokardium akut merupakan salah satu aspek penting dalam proses keperawatan. Hal ini penting untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Perawat mengumpulkan data dasar tentang informasi status terkini dari klien melalui pengkajian sistem kardiovaskuler sebagai prioritas pengkajian. Pengkajian harus dilakukan dengan sistematis, mencakup riwayat sebelumnya dan saat ini khususnya yang berhubungan dengan gambaran gejala seperti nyeri dada, sulit bernafas (dispnea, palpitasi, pingsan/sinkop, atau keringat dingin (diaphoresis)). (Muttaqin Arif, 2009)
Keluhan Utama Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sulit bernafas dan pingsan. (Muttaqin Arif, 2009) Riwayat Penyakit Saat Ini Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai nyeri dada pada klien secara PQRST yang meliputi (Muttaqin Arif, 2009): Provoking Incident: Nyeri setelah beraktifitas dan tidak berkurang dengan istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin. Quality of Pain: Seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Sifat nyeri dapat seperti tertekan, diperas, atau diremas. Region: Radiation, Relief: Lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas pericardium. Penyebaran nyeri dapat meluas hingga area dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan. Severity (Scale) of Pain: Klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 atau 0-10 (visual analogue scale – VAS) dan klien akan menilai seberapa berat nyeri yang dirasakan. Biasanya pada saat angina terjadi, skala nyeri berkisar antara 3 – 4 (skala 0 – 4) atau 7 – 9 (skala 0 – 10). Time: Sifat mula timbulnya (onset). Biasanya gejala nyeri timbul mendadak. Lama timbulnya (durasi) nyeri dada umumnya dikeluhkan lebih dari 15 menit. Nyeri oleh infark miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri biasanya dirasakan lebih berat dan berlangsung lebih lama. Gejala-gejala yang menyertai infark miokardium meliputi dispnea, berkeringat, ansietas dan pingsan. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu akan sangat mendukung kelengkapan data kondisi saat ini. Data ini diperoleh dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, hipertensi, diabetes mellitus, atau hiperlipidemia. Cara mengkaji sebaiknya sekuens dan terinci. (Muttaqin Arif, 2009) Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa yang lalu yang masih relevan dengan obat-obatan antiangina seperti nitrat dan penghambat beta serta obat-obatan antihipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi yang timbul. Sering kali klien menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping obat. (Muttaqin Arif, 2009) Riwayat Keluarga Perawat senantiasa harus menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, anggota keluarga yang meninggal, dan penyebab kematian. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan factor risiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunannya. (Muttaqin Arif, 2009) Riwayat Pekerjaan dan Pola Hidup Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Demikian pula dengan kebiasaan social dengan menanyakan kebiasaan dan pola hidup misalnya minum alcohol atau obat tertentu. Kebiasaan merokok dikaji dengan menanyakan kebiasaan merokok sudah berapa lma, berapa batang perhari, dan jenis rokok. (Muttaqin Arif, 2009) Disamping pertanyaan-pertanyaan diatas, data biografi juga merupakan data yang perlu diketahui seperti nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku, bangsa, dan agama yang dianut oleh klien. (Muttaqin Arif, 2009)
Dalam mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya perhatikan kondisi klien. bila klien dalam keadaan kritis, maka pertanyaan yang diajukan bukan pertanyaan terbua ettapi pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang jawabannya adalah “Ya” dan “Tidak”. Atau pertanyaan yang dapat dijawab dengan gerakan tubuh seperti mengangguk atau menggelengkan kepala sehingga tidak memerlukan energi yang besar. (Muttaqin Arif, 2009) Pengkajian Psikososial Perubahan integritas ego terjadi bila klien menyangkal, takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan yang tak perlu, khawatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan. Gejala perubahan integritas ego yang dapat dikaji adalah klien menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perlikasu menyerang dan focus pada diri sendiri. (Muttaqin Arif, 2009) Perubahan interaksi social yang dialami klien terjadi karena stress yang dialami klien dari berbagai aspek seperti keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, atau kesulitan koping dengan stressor yang ada. (Muttaqin Arif, 2009) Pemeriksaan Fisik (Muttaqin Arif, 2009) 1. Keadaan Umum Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya baik atau composmentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat. 2. B1 (Breathing) Klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal dan mengeluh sesak nafas seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya ditemukan. Sesak nafas terjadi akibat pengerahan tenaga dan
disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang meningkatkan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada saat melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada infark miokardium yang kronis dapat timbul pada saat istirahat. 3. B2 (Blood) a. Inspeksi Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. keluhan lokasi nyeri biasanya di daerah substernal atau nyeri di atas pericardium. Penyebaran nyeri dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan. b. Palpasi Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada IMA tanpa komplikasi biasanya tidak ditemukan. c. Auskultasi Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup yang disebabkan IMA. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan pada IMA tanpa komplikasi. d. Perkusi Batas jantung tidak mengalami pergeseran. 4. B3 (Brain) Kesadaran umum klien biasanya CM (Compomentis). Tidak ditemukan sianosis perifer. Pengkajian objektif klien, yaitu wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, dan
menggeliat yang merupakan respons dari adanya nyeri dada akibat infark miokardium. 5. B4 (Bladder) Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan klien. oleh karena itu, perawat perlu monitor adanya oliguria pada klien dengan IMA karena merupakan tanda awal syok kardiogenik. 6. B5 (Bowel) Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi abdomen ditemukan nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan peristaltic usus yang merupakan tanda utama IMA. 7. B6 (Bone) Aktifitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga tak teratur. Tanda klinis lain yang ditemukan adalah takikardia, dispnea pada saat istirahat maupun saat beraktifitas. Kaji higienis personal klien dengan menanyakan apakah klien mengalami kesulitan melakukan tugas perwatan diri. Penatalaksanaan Medis (Muttaqin Arif, 2009) 1. Penatalaksanaan pada Serangan Akut Penanggulangan rasa nyeri harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah aktivasi saraf simpatis, karena aktivasi saraf simpatik ini dapat menyebabkan takikardi, vasokontriksi, dan peningkatan tekanan darah yang pada gilirannya dapat memperberat beban jantung dan memperluas kerusakan miokardium. Tujuan penatalaksanaan adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Perawat perlu
mengetahui penatalaksanaan medis yang umum dilakukan pda fase serangan akut, sehingga perawat dapat memberikan implikasi keperawatan pada klien dengan IMA. Penatalaksanaan medis pada fase serangan akut adalah sebagai berikut: a. Penanganan Nyeri Penanganan nyeri dapat berupa terapi farmakologi yaitu: 1) Morpin sulfat 2) Nitrat 3) Penghambat beta (beta blocker)
b. Membatasi Ukuran Infark Miokardium Penatalaksanaan yang diberikan bertujuan untuk membatasi ukuran infark secara selektif yang dilakukan dengan upaya meningkatkan suplai darah dan oksigen ke jaringan miokardium dan untuk memelihara, mempertahankan atau memulihkan sirkulasi. Keempat golongan utama terapi farmakologi yang diberikan adalah: 1) Antikoagulan 2) Trombolitik 3) Antilipemik 4) Vasodilator perifer c. Pemberian Oksigen Terapi oksigen segera dimulai saat awitan (onset) nyeri terjadi. Oksigen yang dihirup akan langsung meningkatkan saturasi darah. Efektivitas terapeutik oksigen ditentukan dengan observasi kecepatan dan irama pertuksran pernafasan. Terapi oksigen dilanjutkan hingga klien mampu bernafas dengan mudah. Saturasi oksigen dalam darah secara bersamaan diukur dengan pulsaoksimetri.
d. Pembatasan Aktifitas Fisik Istirahat merupakan cara paling efektif untuk membatasi aktifitas fisik. Pengurangan atau penghentian seluruh aktifitas pada umumnya akan mempercepat penghentian nyeri. Klien boleh diam tidak bergerak atau dipersilahkan untuk duduk atau sedikit melakukan aktifitas. B. Diagnosa Keperawatan C. Intervensi Keperawatan D. Implementasi Keperawatan E. Evaluasi Keperawatan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN INFARK MIOKARD (IM) Kasus:
A. Pengkajian Keperawatan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Infark miokard akut (IMA) adalah suatu keadaan lanjutan mekanisme iskemia miokardium, yang umumnya disebabkan oleh adanya sumbatan total pembuluh darah koroner yang telah mengalami insufisiensi sebelumnya dan sistem kolateralnya tidak bekerja denfan baik serta mengakibatkan rusaknya sebagian miokardium yang bersangkutan. (Budiman, Sihombing R & Pradina P, 2016) Pengkajian pada klien dengan infark miokardium akut merupakan salah satu aspek penting dalam proses keperawatan. Hal ini penting untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Perawat mengumpulkan data dasar tentang informasi status terkini dari klien melalui pengkajian sistem kardiovaskuler sebagai prioritas pengkajian. Pengkajian harus dilakukan dengan sistematis, mencakup riwayat sebelumnya dan saat ini khususnya yang berhubungan dengan gambaran gejala seperti nyeri dada, sulit bernafas (dispnea, palpitasi, pingsan/sinkop, atau keringat dingin (diaphoresis)). (Muttaqin Arif, 2009)
B. Saran Dengan adanya pembuatan makalah ini yang berjudul, “ASKEP Kegawatdaruratan Infark Miokard” ini, kelompok mengharapkan dapat menambah wawasan pembaca khususnya bagi para perawat pemula yang sedang kiat-kiatnya dalam menambah wawasan untuk menuju perawat yang ahli, professional dan berwawasan luas dalan menangani kesehatan yang ada di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Budiman, Sihombing R & Pradina P, 2016. Hubungan Displidemia, Hipertensi & Diabetes Melitus dengan Kejadian Infark Miokard Akut. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. Diterbitkan oleh Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat. Vol. 10, No. 1, Hal. 32-37. Muttaqin Arif, 2009. Pengantar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Salemba Medika; Jakarta.