Chikungunya Ppdt.docx

  • Uploaded by: Erfira
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Chikungunya Ppdt.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,432
  • Pages: 23
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Chikungunya yang pertama kali ditemukan di Afrika Barat ini berlaku pada tahun 1952 hingga 1953. Sejurus kemudian, epidemik berlaku di Filiphina(1954, 1956, dan 1968) Thailand, Kamboja, Vietnam, India, Myanmar, Sri Lanka, dan mulai ditemukan di Indonesia pada tahun 1973. Namun sekarang telah tersebar luas di Afrika daerah sebelah selatan Sahara, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Demam Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda, kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta, selanjutanya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Jumlah kasus chikungunya tahun 2001 sampai bulan Februari 2003 mencapai 9318 tanpa kematian. Sejak tahun 2003, terdapat beberapa wabah yang berlaku di kepulauan Pasifik termasuk Madagaskar, Comoros, Mauritius dan La Reunion, dengan jumlah meningkat terlihat selepas bencana tsunami pada Desember 2004. Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti “posisi tubuh meliuk atau melengkung” (that which contorts or bends up),mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini, menurut lembar data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada lutut, pergelangan kaki, persendian tangan dan kaki. Masih banyak anggapan di kalangan masyarakat, bahwa demam Chikungunya sebagai penyakit yang berbahaya, sehingga membuat panik. Tidak jarang pula orang meyakini bahwa penyakit ini dapat mengakibatkan kelumpuhan sehingga penderita tidak mampu bergerak (break-bone fever).

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan pengalaman yang nyata secara langsung dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien penyakit Chikungunya. 2. Tujuan Khusus a) Dapat melakukan pengkajian pada klien penyakit Chikungunya 1

b) Dapat membuat diagnosa berdasarkan prioritas masalah pada klien penyakit chikungunya. c) Dapat membuat rencana keperawatan sesuai rencana keperawatan d) Dapat melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan e) Dapat mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan f)

Dapat mendokumentasikan Asuhan Keperawatan

C. Rumusaan masalah Mahasiswa mampu mengetahui tentang asuhan keperawatan pada penyakit chikunguya: a. Pengertian b. Etiologi dan Cara Penularan c. Patofisiologi d. Manifestasi Klinis e. Komplikasi dan Pemeriksaan Penunjang f. Penatalaksanaan g. Pengkajian Keperawatan h. Diagnosia Keperawatan i. Rencana Keperawatan j. Pathway

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Chikungunya

adalah

penyakit

yang

disebabkan

oleh

virus

chikungunya(alphavirus) yang disebarkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar penyakit adalah nyamuk Aedes aegypti juga dapat oleh nyamuk Aedes albopictus. Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti “yang berubah bentuk atau bungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat. Masa inkubasi berkisar 1-4 hari, merupakan penyakit yang self-limiting dengan gejala akut yang berlangsung 3-10 hari. Nyeri sendi merupakan keluhan utama pasien, yang kadang-kadang berlangsung beberapa minggu sampai bulan. Meskipun tidak pernah dilaporkan menyebabkan kematian, masyarakat sempat dicemaskan karena penyebaran penyakit yang mewabah, disertai dengan keluhan sendi yang mengakibatkan pasien lumpuh. Chikungunya ditandai dengan demam, myalgia atau atralgia, ruam-ruam, leukopeni, dan limfadenopati B. Etiologi dan cara penularannya Virus chikungunya adalah virus yang termasuk dalam genus virus alfa dari famili Togaviridae.Virus ini bersama dengan virus O’nyong-nyong dari genus virus alfa dan virus penyebab penyakit ‘Demam Nil Barat’ dari genus virus flavi menyebabkan gejala penyakit mirip dengue. Sebelum menyerang manusia, 200-300 tahun yang lalu, virus ini telah menyerang primate di hutan dan padang savana di Afrika. Hewan primate yang sering terjangkit adalah baboon (Papio sp.) dan Cercopithecus sp. Meskipun belum ada penjelasan tentang perubahan siklus serangan dari hewan primata – nyamuk – hewan primate menjadi manusia – nyamuk – manusia, karena tidak semua virus hewan dapat mengalami perubahan tersebut, kemungkinan hal ini terjadi karena mutasi genetic pada virus. Belum ada laporan yang jelas tentang penularan transovarial pada virus chikungunya. Namun dengan adanya laporan tentang kemampuan nyamuk Aedes sp. yang bisa menularkan penyakit secara transovarial pada kasus DBD, maka secara teoritis nyamuk pun bisa menularkan penyakit chikungunya tanpa perlu mengigit manusia yang terinfeksi terlebih dahulu. Mekanisme penularan klasik terjadi apabila manusia yang sedang viremia, yaitu biasanya terjadi 2 hari sebelum demam sampai 5 hari setelah demam, digigit nyamuk Aedes sp. dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period). Virus dalam kelenjar air liur nyamuk akan berkembang biak dan kemudian ditularkan kemanusia lain yang digigit oleh nyamuk pada gigitan berikutnya. Dalam tubuh manusia, 3

virus memerlukan waktu 3-7 hari (intrinsic incubation period) untuk berkembang sebelum akhirnya menimbulkan gejala klinis. Penularan chikungunya yang cepat hingga terjadinya KLB dipengaruhi oleh : 1. Perubahan iklim dan cuaca yang mempengaruhi perkembangan populasi nyamuk 2. Mobilisasi penduduk dari dan ke daerah yang terinfeksi 3. Perilaku masyarakat 4. Sanitasi lingkungan yang berhubungan dengan tempat berkembangbiaknya nyamuk C. Patofisiologi Demam Chikungunya mempunyai masa inkubasi (periode sejak digigit nyamuk pembawa virus hingga menimbulkan gejala) sekitar 1 hingga 4 hari. Pada saat virus masuk ke dalam sel secara endositosis virus tersebut menuju sitoplasma dan reticulumendoplasma. Di dalam sitoplasma terjadi proses sisntesis DNA dan sintesis RNA virus sedangkan di dalam reticulum endoplasma terjadi proses sintesis protein virus. Setelah masa inkubasi tersebut virion matang di sel endothelial di limfonodi, sumsum tulang, limfa dan sel kuffer, lalu virus tersebut di keluarkan melewati sel membran maka virus beredar dalam darah. Demam chikungunya salah satunya dapat menginfekasi sel hati sehingga sel hati mengalami degenerasi dan dapat menyebabkan nekrosis pada sel hati tersebut yang akan mempengaruhi metabolisme pada sel hati yang mempengaruhi peningkatan bilirubin sehingga seseorang yang mengalami demam ini biasanya terdapat ikterus. Gejala yang paling menonjol pada kasus ini adalah nyeri pada setiap persendian (poliarthralgia) terutama pada sendi lutut, pergelangan kaki dan tangan, serta sendi-sendi tulang punggung. Radang sendi yang terjadi menyebabkan sendi susah untuk digerakkan, bengkak dan berwarna kemerahan. Itulah sebabnya postur tubuh penderita menjadi seperti membungkuk dengan jari-jari tangan dan kaki menjadi tertekuk Gejala lain adalah munculnya bintik-bintik kemerahan pada sebagian kecil anggota badan, serta bercak-bercak merah gatal di daerah dada dan perut. Muka penderita bisa menjadi kemerahan dan disertai rasa nyeri pada bagian belakang bola mata. Meskipun gejala penyakit itu bisa berlangsung 3-10 hari (kemudian sembuh dengan sendirinya), tetapi tidak dengan nyeri sendinya yang bisa berlangsung berminggu-minggu bahkan berbulan- bulan.

4

Pathway

Gigitan nyamuk ( aedes

Masuk ketubuh menuju

Setelah masa inkubasi virion

aegypty)

reticulum endoplasma dan

matang di sel endotheli dan

sitoplasma dan mengalami

dilimfonadi

inkubasi

Kulit

Beredar dalam darah

Virus dikeluarkan lewat sel membrane

Mengaidivasi system

Hati

Tulang persendian

Nekrosis sel hati

Nyeri pada tulang persendian

komponen

Memperngaruhi termoregulator hypothalamus

Hipetermi

(poliarthralgia)

Mempengaruhi metabolism

Peradangan

pada sel hati Keluar bintik-bintik ke merahan dan gatal

Mempengaruhi peningkatan bilirubin

Resiko kerusakan integritas kulit

Resiko gangguan fungsi hati

Nyeri resiko infeksi

Susah bergerak dan bengkak kemerahan pada sendi

Ansietas

Kerusakan mobilitas fisik

5

D. Manifestasi Klinis Gejala penyakit diawali dengan demam mendadak, kemudian diikuti dengan munculnya ruam kulit dan limfadenopati, arthralgia, mialgia, atau artritis yang merupakan tanda dan gejala khas chikungunya. Penderita dapat mengeluh nyeri atau ngilu saat berjalan kaki karena serangan pada sendi-sendi kaki. Dibandingkan dengan DBD, gejala chikungunya muncul lebih dini. Perdarahan jarang terjadi. Gejala utama Chikungunya adalah demam tinggi, sakit kepala, punggung, nyeri sendi yang hebat, mual, muntah, nyeri mata dan timbulnya rash/ruam kulit. Ruam kulit berlangsung 2-3 hari, demam berlangsung 2-5 hari dan akan sembuh dalam waktu 1 minggu sejak pasien jatuh sakit. Sakit sendi (arthralgia atau arthritis; sendi tangan dan kaki) sering menjadi keluhan utama pasien. Keluhan sakit sendi kadang-kadang masih terasa dalam 1 bulan setelah demam hilang. Penyakit ini merupakan penyakit yang bersifat self limiting (sembuh dengan sendirinya) dan tidak brakibat kematian. Peranh dilaporkan terjadi kerusakan sendi yang dikaitkan dengan infeksi Chikungunya. Gejala penyakit ini sangat mirip dengan demam berdarah. Hanya saja kalau Chikungunya akan membuat semua persendian terasa ngilu. a).Biasanya demam tinggi 39-40⁰C, timbul mendadak disertai menggigil dan muka kemerahan. b). Sakit persendian Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam dan dapat bermanifestasi berat, sehingga kadang penderita “merasa lumpuh” sebelum berobat. Sendi yang sering sering dikeluhkan: sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang. c). Nyeri otot Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu. Kadang terjadi pembengkakan pada otot sekitar mata kaki. d). Bercak kemerahan (ruam) pada kulit Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari ke 4-5 demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan kaki, terutama badan dan lengan. Kadang ditemukan perdarahan pada gusi. e). Sakit kepala Sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui, conjungtival injection dan sedikit fotophobia. 6

f). Kejang dan penurunan kesadaran Kejamg biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara langsung oleh penyakitnya. g). Gejala lain Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher dan kolaps pembuluh darah kapiler. Gejala yang timbul pada anak-anak sangat berbeda seperti nyeri sendi tidak terlalu nyata dan berlangsung singkat. Ruam juga lebih jarang terjadi. Tetapi pada bayi dan anak kecil timbul: a). Kemerahan pada wajah dan munculnya ruam kemerahan dalam bentuk papel-papel (maculopapular) atau erupsi seperti biduran (urtikaria). b). Rasa linu di persendian tangan dan kaki serta pergelangan lutut. c). Demam tinggi disertai muntah-muntah, menggigil, sakit kepala, sakit perut, serta bintik merah pada kulit seperti penderita demam berdarah. d). Mimisan bisa terjadi pada pasien anak-anak. e). Pada umumnya pada anak hanya berlangsung selama 3 hari.

E. Komplikasi dan Pemeriksaan Penunjang Komplikasi : a. myelomeningoensefalitis b. sindrom guillain Barre c. hepatitis fulminan d. miokarditis e. perikarditis (jarang) f. Infeksi asimptomatik sering terjadi dan ini menyebabkan terbentuknya imunitas terhadap virus (tidak ada serangan kedua). Pemeriksaan penunjang a.

Pemeriksaan Laboratorium 

Isolasi Virus (paling akurat) -

2-5 ml darah dalam minggu I perjalanan penyakit

-

Virus CHIK (efek sitopatik) dikonfirmasi dengan antiserum CHIK spesifik

-

Hasil didapat dalam 1-2 minggu 7

b.

Pemeriksaan Serologi - 10-15 ml darah pada fase akut (segera setelah onset klinik terjadi) dan padafase penyembuhan (10-14 hari) setelah sampel I diambil. - Pemeriksaan IgM dilanjutkan MAC-ELISA, hasil dalam 2-3 hari - Reaksi silang sering terjadi, konversi dengan uji neutralisasi dan HIA - Diagnosa (+): - Peningkatan antibody 4x pada fase akut dan fase penyembuhan - Antibody IgM spesifik CHIKV (+)  Polymerase Chain Reaction (PCR) -

Melalui enzim reserve transcriptase = tes RT-PCR

-

Specimen sama dengan untuk isolasi virus

-

Hasil didapat dalam 1-2 hari

F. Penatalaksanaan Penatalaksanaan demam Chikungunya secara umum dibagi dua, yaitu tata laksana periode akut dan kronik. a.

Tatalaksana Periode Akut 1). Rawat jalan Pada perawatan di rumah, yang harus dilakukan adalah istirahat yang cukup, membatasi kegiatan fisik, kompres dingin (membantu mengurangi kerusakan sendi), minum banyak air dengan elektrolit ( setidaknya 2 liter cairan dalam 24 jam), bila mungkin produksi kencing harus diukur dan lebih dari satu liter dalam 24 jam. Demam diatasi dengan paracetamol pada pasien tanpa penyakit ginjal dan hati. Bila demam lebih dari lima hari, nyeri tidak tertahankan, ketidakseimbangan postural dan ekstremitas dingin, penurunan output urin, perdarahan kulit atau melalui lubang manapun dan muntah terus menerus, pasien harus datang ke sarana kesehatan primer. 2). Sarana kesehatan primer Kemungkinan diagnosis banding yang lain misalnya leptospira, demam dengue, malaria dan penyakit lain harus disingkirkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dasar. Harus dicari tanda 8

dehidrasi dan dilakukan rehidrasi dengan adekuat. Dilakukan pemeriksaan darah untuk melihat lekosit dan trombosit. Pengobatan lain merupakan simptomatis dengan paracetamol sebagai antipiretik. Manifestasi kulit dapat diatasi dengan obat topical atau sistemik. Bila hemodinamik tidak stabil, oligouria ( urin < 500 cc/24 jam), perubahan kesadaran atau manifestasi perdarahan, pasien harus segera dirujuk ke sarana kesehatan yang lebih tinggi. Demam dapat memperburuk nyeri sendi, sehingga sebaiknya dihindari dalam fase akut. Aktivitas ringan dan fisioterapi direkomendasikan bagi pasien yang mengalami perbaikan klinis. 3). Sarana kesehatan sekunder Harus diperiksa sampel darah untuk serologi IgM ELISA. Sebagai alternative dapat diperiksa IgG diikuti dengan pemeriksaan sampel kedua dengan jarak 2-4 minggu. Tanda gagal ginjal harus diperhatikan (jumlah urin, kreatinin, natrium dan kalium), fungsi hati (transaminase dan bilirubi), EKG, malaria (hapusan darah tepi) dan trombositopenia. Pemeriksaan cairan serebrospinal harus dilakukan bila dicurigai terdapat meningitis. Dapat digunakan sistem scoring CURB 65 untuk penentuan perlu tidaknya rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. 4). Sarana kesehatan tersier Harus diperiksa sampel darah untuk serologi/PCR/pemeriksaan genetic sesegera mungkin bila fasilitas tersedia. Pertimbangkan kemungkinan penyakit rematik lain seperti rematoid arthritis, gout, demam rematik pada kasus-kasus yang tidak biasa. Dapat diberikan terapi NSAID. Pada komplikasi serius berupa perdarahan transfusi trombosit pada perdarahan dengan trombosit kurang dari 50ribu, fresh frozen plasma atau injeksi vitamin K bila INR lebih dari dua. Hipotensi diatasi dengan cairan atau intropik gagal ginjal akut dengan dialysis, kontraktur dan deformitas dengan fisioterapi atau bedah dan manifestasi kulit dengan obat topical atau sistemik. Pasien dengan mioperikarditis atau meningoensefalitis mungkin membutuhkan perawatan intensif di ICU. Pada kasus atralgia yang refrakter terhadap obat lain dapat digunakan hidroksiklorokuin 200mg per oral sekali sehari atau klorokuifosfat 9

300mg per oral tiap hari selama 4 minggu. Perlu dinilai adakah kecacatan dan direncanakan prosedur rehabilitasi.

b. Tatalaksana Fase Kronik 1). Tatalaksana Masalah Osteoartikular Masalah osteoartikular pada demam chikungunya biasanya membaik dalam satu sampai dua minggu. Pada kurang dari 10% kasus, masalah ini dapat berlangsung dalam beberapa bulan. Tatalaksana manifestasi osteoartikular mengikuti guideline yang telah dibahas sebelumnya. Karena dapat terjadi proses imunologi pada kasus kronik dapat diberikan steroid jangka pendek. Walaupun NSAID meringankan gejala pada sebagian besar pasien harus diperhatikan juga efek samping pada ginjal, gastrointestinal, jantung, dan sumsum tulang. Kompres dingin dilaporkan dapat mengurangi keluhan sendi. 2). Tatalaksana Masalah Neurologis Sekitar 40% pasien dengan demam chikungunya akan mengeluhkan berbagai gejala neurologi tetapi hanya 20% diantaranya mengalami manifestasi persisten. Keluhan paling umum adalah neuropati perifer dengan komponen sensoris dominan. Obat antineuralgi (amitriptilin, carbamazepin, gabapentin) dapat diberikan pada dosis standar untuk neuropati. Keterlibatan ocular selama fase akut pada kurang dari 0.5% kasus dapat menyebabkan penurunan visus dan nyeri mata. Penurunan visus karena uveitis atau retinitis dapat berespon terhadap steroid. 3). Tatalaksana Masalah Dermatologi Manifestasi kulit demam chikungunya berkurang setelah fase akut terlewati. Namun apabila terjadi lesi psoriatic dan lesi atopic diperlukan tatalaksana spesifik. Hiperpigmentasi dan erupsi popular dapat diobati dengan krim zinc oxide. Jarang terjadi luka persisten. G. Pengkajian keperawatan 1. Biodata 

Identitas pasien

10

Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status, agama, suku, kewarganegaraan, bahasa, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, no. Rekam medis. 

Penanggung Jawab, meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, hubungan dengan pasien.

2. Alasan masuk rumah sakit 

Alasan dirawat: Terjadi penurunan fungsi hati



Keluhan utama: Keluhan klien sehingga pasien membutuhkan perawatan medik, jika klien tidak mempunyai keluhan utama, lakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui penyebab sakitnya.

3. Riwayat kesehatan 1. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini 2. Riwayat kesehatan sekarang: -

Waktu timbulnya penyakit

-

Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan

3. Riwayat kesehatan keluarga Keluarga yang menderita penyakit yang sama. 4. Data Bio-Psiko-Sosio-Spiritual Menurut teori Virginia Henderson, pengkajian terhadap kebutuhan pasien dapat dilakukan diantaranya dari segi: 1. Bernafas - Peningkatan tingkat pernapasan - Takikardi - Suhu umumnya meningkat (37,9º C) - Menggigil 2. Makan - kesulitan dalam menelan makanan - berapa berat badan pasien

11

- mual dan muntah - porsi makanan dihabiskan - status gizi 3. Minum - Asupan cairan 4. Eliminasi BAB & BAK - Konsisitensi feses, bau feses, warna feses, darah (+/-). - Warna urine, dan bau urine. 5. Gerak aktivitas 1. Kemampuan ADL : a) Kemampuan untuk makan b) Kemampuan untuk mandi c) Kemampuan untuk toileting d) Kemampuan untuk berpakaian e) Kemampuan untuk instrumentalia 2. Kemampuan mobilisasi Pasien mampu mengubah posisi di tempat tidur, mampu duduk di tempat tidur, ketika pasien berdiri dan berpindah pasien merasakan pusing. 6. Istirahat tidur - Kualitas tidur, kuantitas tidur. 7. Pengaturan suhu tubuh - Suhu tubuh 8. Kebersihan diri - Aktivitas mandi pasien 9. Rasa nyaman - kejang - kelemahan 10. Rasa aman Tingkat kecemasan dan raut wajah pasien. 11. Sosial - kemampuan berkomunikasi 12

- Sosialisasi orientasi terhadap orang, waktu dan tempat 12. Pengetahuan belajar - Pemahaman terhadap penyakit 13. Rekreasi - Kegiatan hiburan yang dilakukan klien 14. Spiritual - Kepercayaan klien 5. Pemeriksaan Fisik a. KU (Keadaan Umum) 1) Kesadaran : compos mentis 2) Bentuk tubuh : sedang ( TB : 160, BB : 58 ) 3) Postur tubuh : normal 4) Warna kulit : putih 5) Turgor kulit : normal b. Tanda-Tanda Vital a.

Suhu

b.

Nadi

c.

Tekanan darah

d.

Respirasi

c. Keadaan Fisik (head to toe) 1. Kepala : bentuk, distribusi rambut, kebersihan rambut dan kulit kepala, nyeri tekan. 2. Mata : Posisi mata, konjungtiva pucat, penglihatan, sklera. 3. Telinga : bentuk telinga, pendengaran,keadaan telinga, dan tidak ada sekret. 4. Hidung : bentuk hidung, tidak atau terdapat sekret, ada atau tidak terdapat pernapasan cuping hidung. 5. Mulut dan gigi : keadaan bibir, menggunakan gigi palsu atau tidak, kebersihan mulut. 6. Leher : terdapat pembengkakan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak. 7. Thorax : Bentuk thorax simetris, respirasi normal (16-20 kali/menit) 8. Abdomen : terdapat pembesaran atau tidak, peristaltik usus 13

9. Ekstremitas : - Atas : keadaan baik atau lemah. - Bawah : keadaan baik atau lemah. 10. Genitalia

6. Analisa Data No DX 1

Data

Etiologi

Masalah Keperawatan

Ds:Do: suhu tubuh meningkat (> 37,5°C), kulit tampak kemerahan, kulit teraba panas.

Cikungunya

Hipertermia

Virus beredar di aliran darah masuk ke jaringan tubuh

Masa inkubasi virus 3-6 hari

Terjadi reaksi antigen antibodi

pelepasan pirogen endogen di dalam leukosit

Merangsang pelepasan asam arakidonat

Peningkatan sintesis prostaglandin e 2

Meraangsang kerja thermostat di hipotalamus

Gangguan pengaturan suhu tubuh

Peningkatan suhu tubuh

Hipertermia 14

2.

Ds:Do: penurunan tekanan darah, penurunan volume nadi, penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, kulit kering, peningkatan hematokrit, terdapat haus yang berlebihan.

Cikungunya

Defisit volume cairan

Virus beredar di aliran darah masuk ke jaringan tubuh

Masa inkubasi virus 3-6 hari

Terjadi reaksi antigen antibodi

pelepasan pirogen endogen di dalam leukosit

Merangsang pelepasan asam arakidonat

Peningkatan sintesis prostaglandin e 2

Meraangsang kerja thermostat di hipotalamus

Gangguan pengaturan suhu tubuh

Peningkatan suhu tubuh

Terjadi kompensasi tubuh untuk mengurangi suhu tubuh

15

Pengeluaran kringat berlebih

Defisit Volume cairan

3.

Ds:Do: klien tampak meringis, klien tampak melindungi area tubuh yang nyeri, klien melaporkan nyeri secara verbal.

Cikungunya

Nyeri Akut

Viremia

Virus menyebar ke seluruh tubuh

Virus mencapai persendian

Terjadi arthritis

Terjadi reaksi implamasi

Merangsang saraf nyeri

Nyeri akut 4.

Ds:Do: adanya peningkatan salivasi, keengganan terhadap makanan, malaporkan mual secara verbal

Nausea Cikungunya

Viremia

Virus menyebar ke seluruh tubuh

Virus menyebar di saluran cerna

Terjadi gangguan produksi cairan 16

lambung

Peningkatan asam lambung

nausea

H. Diagnosa keperawatan a. Diagnosa Prioritas 1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus (penyakit), ditandai dengan suhu tubuh meningkat (> 37,5°C), kulit tampak kemerahan, kulit teraba panas. 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan penurunan tekanan darah, penurunan volume nadi, penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, kulit kering, peningkatan hematokrit, terdapat haus yang berlebihan. 3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan: klien tampak meringis, klien tampak melindungi area tubuh yang nyeri, klien melaporkan nyeri secara verbal. 4. Nausea berhubungan dengan toksin virus ditandai dengan : adanya peningkatan salivasi, keengganan terhadap makanan, malaporkan mual secara verbal. b. Diagnose lain 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan ditandai dengan BB berkurang > 20%, porsi makan berkurang. 2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan fisik ditandai dengan perubahan pola tidur normal,klien mengatakan kurang istirahat. 3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot ditandai dengan keterbatasan pergerakan sendi 4. Hambatan berjalan berhubungan dengan nyeri ditandai dengan ketidakmampuan untuk berjalan di tempat tertentu.

17

5. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai dengan pasien gelisah, takut, khawatir.

I. Rencana Keperawatan NO

Diagnosa Keperawatan

1

Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus chikungunya ditandai dengan Ds:Do: suhu tubuh meningkat (> 37,5°C), kulit tampak kemerahan, kulit teraba panas.

Tujuan Dan Kriteria Hasil

Intervensi

Tujuan :

Mandiri

Setelah dilakukan tindakan

 Berikan kompres

keperawatan 3x24 jam, suhu tubuh klien kembali normal dengan kriteria hasil:

dengan air biasa  Observasi cairan parenteral

 Suhu tubuh 36-37⁰C

 Batasi aktifitas

 Akral teraba hangat

selama panas

 Kulit lembab

 Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih Kolaborasi  Pemberian obat antipireutik

2

Defisit volume cairan ditandai dengan Ds:Do: penurunan tekanan darah, penurunan volume nadi, penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, kulit kering, peningkatan hematokrit, terdapat haus yang berlebihan.

Tujuan :

 Kaji KU pasien

Setelah dilakukan tindakan

 Observasi tanda-

keperawatan 3x24 jam, diharapkan gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil:  Tanda-tanda vital dalam rentang normal  Turgor kulit normal

tanda vital  Observasi tandatanda dehidrasi  Balance cairan(input dan output)  Anjurkan pasien

 Membrane mukosa lembab

untuk memakai

 Volume cairan tubuh normal

baju yang menyerap keringat

18

 Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih 3

 Lakukan

Nyeri akut ditandai dengan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan

pengkajian nyeri

Ds: klien melaporkan nyeri secara verbal.

keperawatan 3x24 jam,

secara

diharapkan nyeri akut dapat

komprehensif

Do: klien tampak

berkurang dengan kriteria

meringis, klien tampak

hasil:

mempengaruhi

melindungi area tubuh

 Mampu mengontrol nyeri

respon nyeri

yang nyeri

 Melaporkan bahwa nyeri berkurang  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

 Kaji kultur yang

 Anjurkan posisi senyaman mungkin  Ajarkan teknik nafas dalam  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

19

BAB III PEMBAHASAN JURNAL A. Jurnal 1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DAN VEKTORNYA DI NAGARI SANIANG BAKA, KABUPATEN SOLOK (2017) Oleh : Taufik Ramadhani, Hasmiwati, Yenita

Latar Belakang : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan masyarakat terhadap pencegahan penyakit chikungunya dan vektornya di nagari saniang baka, Kabupaten Solok Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan kroseksional . penelitian ini berdasarkan pada jumlah rumah tangga dilokasi penelitian. Dari setiap rumah tangga akan diwawancari satu ibu rumah tangga karena ibu rumah tangga yang memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk melakukan PSN seperti menguras bak mandi dan tindakan lainnya. Jumlah sampel sebesar 127 orang diambil secara simple random sampling. Data hasil wawancara yang telah didapatkan dianalisis secara univariat dan brivariat. Analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masingmasing variable, sementara analisis brivariat untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan, serta hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan penyakit chikungunya dan vektornya. Analisis brivariat menggunakan uji Chi-square Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukan riwayat pendidikan terakhir responden diketahui bahwa riwayat pendidikan terakhir yang paling banyak adalah tamat SMA atau sederajat (44 orang/34,6%) sementara riwayat pendidikan terakhir yang paling sedikit adalah tamat perguruan tinggi yaitu hanya 12 orang (9,4%). Tingkat pengetahuan responden mengenai pencegahan penyakit chikungunya dan vektornya diketahui bahwa 20

dari 127 responden sebagian besar ( 106 orang / 83,5% ) memiliki tingkat pengetahuan yang rendah . responden yang tidak mengetahui jenis nyamuk yang menularkan penyakit chikungunya sebanyak 97,6%. Tidak mengetahui tentang abatisasi sebanyak 77,22%. Tidak mengetahui tanda-tanda penderita penyakit chikungunya sebanyak 76,4% tidak mengetahui kapan waktu tersering nyamuk penular penyakit chikungunya mengigit manusia sebanyak 66,1% Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan penyakit chikungunya dinagari saniang baka kabupaten solok . Terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan penyakit chikungunya di nagari saniang baka kabupaten solok

B. Jurnal 2 MANIFESTASI KLINIS INFEKSI VIRUS CHIKUNGUNYA PADA KEJADIAN LUAR BIASA DI INDONESIA (2014) Oleh : Masri Sembiring Maha dan Subangkit, Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Balitbankes, Kemenkes RI email : [email protected]

Latar Belakang : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manifestasi klinis infeksi virus chikungunya pada kejadian luar biasa di Indonesia Metode penelitian : Provinsi yang diikutkan dalam penelitian ini adalah provinsi yang mengirimkan formulir W1 (formulir kejadian luar biasa) yang dikirim kepusat biomedis dan teknologi dasar kesehatan Balitbankes. Kriteria responden dalam penelitian ini adalah penderita tersangka chikungunya dengan gejala demam akut (suhu ≥ 38⁰C) disertai sakit pada sendi dengan onset dibawah 7 hari serta berusia ≥ 15tahun . Penelitian ini telah mendapat persetujuan etik Komisi Etik Badan Litbang Kemenkes. Responden diduga chikungunya dimintakan in-formed concent kemudian diwawancara dan diambil darahnya sebanyak 3 ml. sampel darah disentrifugasi dipuskesmas terdekat untuk memperoleh serum kemudian dimasukkan kedalam lubang cryotube dan dibawa dalam cold box yang dilengkapi ice pack untuk menjaga suhu tetap dingin . specimen dilakukan pemeriksaan menggunakan metode (RT-PCR) dan Teknologi Dasar Kesehatan Litbankes. 21

Hasil penelitian : Enam provinsi melaporkan KLB pada tahun 2011 diantaranya : Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat. Dari 111 sample yang diperiksa diperoleh data, laki-laki lebih banyak baik pada dugaan chikungunya maupun pada kasus chikungunya (60% dan 64,3%). Kasus dugaan chikungunya maupun kasus chikungunya paling banyak ditemukan pada usia produktif (60% dan 64,3%) diikuti pada usia lanjut (15,3 dan 21,4%), paling sedikit pada usia muda (10,8% dan 14,3%), Lama demam yang diderita saat sample diambil terutama 1-3 hari (66,7% pada kasus dugaan chikungunya dan 89,3 pada kasus chikungunya) diikuti demam 4-7 hari (26,4 dan 10,7%), dan sebagian kecil (6,9%) demam > 7 hari pada dugaan chikungunya;pada pemeriksaan RT-PCR tidak satupun ditemukan positif. Ditunjukkan keluhan selain sakit persendian yang diderita oleh responden baik kelompok sangkaan maupun pada kelompok kasus chikungunya tidak jauh berbeda seperti nteri kepala (82% dan 78,6%), diikuti keluhan nafsu makan menurun (73% dan 71,4%), mual/muntah (55,9 dan 60,7%), demam disertai menggigil (57,7% dan 55%) dan yang paling sedikit mengeluhkan sakit perut (39,1% dan 25%) dan gangguan penglihatan (21,6% dan 17,9%). Dilihat bahwa sakit sendi yang sering dikeluhkan penderita berupa, sakit sendi pergelangan tangan dan sendi lutut masing-masing sebanyak 92,9% diikuti dengan sendi pergelangan kaki dan sendi jari tangan (75% dan 64,3%) ; sedangkan pada sangkaan chikungunya keluhan sakit sendi yang paling banyak dikeluhkan adalah sendi lutut dan sendi pergelangan kaki (85,5% dan 77,1%) diikuti dengan sendi pergelangan tangan dan sendi jari tangan (63,9% dan 54,2%) Kesimpulan : Penyakit chikungunya lebih banyak mengenai laki-laki dan kelompok usia produktif, keluhan penyakit sendi yang paling banyak dijumpai pada penderita chikungunya adalah nyeri pada sendi pergelangan tangan dan sendi lutut. Gejala non spesifik lainnya yang juga ditemukan berupa sakit kepala, nafsu makan menurun dan mual/muntah. Dari gejala yang dialami oleh penderita chikungunya ini hendaknya dalam menegakkan diagnosis sebaiknya dilakukan konfirmasi dengan hasil pemeriksaan laboratorium baik itu teknik deteksi virus scara langsung maupun deteksi antibody terhadap anti-chikungunya virus.

22

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang disebarkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar penyakit adalah nyamuk Aedes aegypti; juga dapat oleh nyamuk Aedes albopictus. Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti “yang berubah bentuk atau bungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat Masa inkubasi berkisar 1-4 hari, merupakan penyakit yang selflimiting dengan gejala akut yang berlangsung 3-10 hari. Virus chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam family Togaviridae. Strain asia merupakan genotype yang berbeda dengan yang di afrika. Virus Chikungunya disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type CHIK, CK. Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2-4 hari. Viremia dijumpai kebanyakan dalam 48 jam pertama, dan dapat dijumpai sampai 4 hari pada beberapa pasien.

B. SARAN Kami sebagai penyusun makalah menyadari akan keterbatasan kemampuan yang kami miliki sehinga menyebabkan kekurang, kesempurnaan dalam menyusun makalah ini, baik dari segi isi maupun materi, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya agar makalah selanjutnya dapat lebih baik.

23

Related Documents

Chikungunya...
December 2019 22
Chikungunya
June 2020 17
Chikungunya
June 2020 14
Chikungunya Ppdt.docx
May 2020 15
Chikungunya-cecilia
April 2020 16

More Documents from "ratman"