Fiqih Muamalah Kelompok 8.docx

  • Uploaded by: Satria Prastyo
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fiqih Muamalah Kelompok 8.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,869
  • Pages: 11
MAKALAH “GADAI (RAHN)” Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah FIQIH MUAMALAH DOSEN PENGAMPU : Dra. TJEK TANTI, Lc. M.A,. Disusun oleh: KELOMPOK 8 JURUSAN SIYASAH III C AZZIMA AULIA UMMI PULUNGAN

: 0203172087

ANNISA NUR FADILAH

: 0203172098

SATRIA

: 0203172099

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2018/2019

i

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “GADAI (RAHN)” Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Medan, 08 November 2018

Pemakalah

2

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ............................................................................. 1 B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 1 C. TUJUAN PEMBAHASAN ..................................................................... 1 BAB PEMBAHASAN A. PENGERTIAN & DASAR HUKUM GADAI ...................................... 2 B. RUKUN, UNSUR & SYARAT GADAI ................................................ 3 C. KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN GADAI ............................. 4 D. MANFAAT DAN RESIKO GADAI ...................................................... 6 E. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN GADAI SYARIAH DAN GADAI KONVENSIONAL ................................................................................ 6 F. BERAKHIRNYA GADAI ...................................................................... 7 BAB PENUTUP A. KESIMPULAN ........................................................................................ 8 B. SARAN ..................................................................................................... 8

3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam agama yang lengkap dan sempurna telah meletakkan kaedah-kaedah dasar dan aturan dalam semua sisi kehidupan manusia baik dalam ibadah dan juga mu’amalah (hubungan antar makhluk). Karena itulah sangat perlu sekali kita mengetahui aturan islam dalam seluruh sisi kehidupan kita sehari-hari, khususnya berkenaan dengan berpindahnya harta dari satu tangan ketangan yang lainnya. Hutang piutang terkadang tidak dapat dihindari, padahal banyak bermunculan fenomena ketidakpercayaan diantara manusia, khususnya dizaman kiwari ini. Sehingga orang terdesak untuk meminta jaminan benda atau barang berharga dalam meminjamkan hartanya. Dalam hal jual beli sungguh beragam, bermacam-macam cara orang untuk mencari uang dan salah satunya dengan cara Rahn (gadai). Para ulama berpendapat bahwa gadai boleh dilakukan dan tidak termasuk riba jika memenuhi syarat dan rukunnya. Akan tetapi banyak sekali orang yang melalaikan masalah tersebut senghingga kami akan mencoba sedikit menjelaskan apa itu gadai dan hukumnya. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dan dasar hukum Gadai (Rahn) ? 2. Apa saja Rukun, unsur dan Syarat Gadai (Rahn) ? 3. Bagaimana Ketentuan Umum Pelaksanaan Rahn ? 4. Apa Manfaat dan resiko gadai (Rahn) ? 5. Bagaimana Perbedaan & Persamaan Gadai Syariah dan Konvensional ? 6. Kapan berakhirnya gadai (rahn)? C. Tujuan Pembahasan 1. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum Gadai (Rahn) 2. Untuk mengetahui Rukun, unsur dan Syarat Gadai (Rahn) 3. Untuk mengetahui Ketentuan Umum Pelaksanaan (Rahn) 4. Untuk mengetahui Manfaat dan resiko gadai (Rahn) 5. Untuk mengetahui BagaimanaPerbedaan & Persamaan Gadai Syariah dan Konvensional 6. Mengetahui kapan berakhirnya gadai.

4

BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN & DASAR HUKUM GADAI Pengertian gadai Secara etimologi, rahn berarti ‫( الثّبوت والدوام‬tetap dan lama), yakni tetap atau berarti

‫( الحبس واللّزوم‬pengekangan dan keharusan) dan bisa juga berarti

jaminan. Gadai atau al-rahn (‫ )الرهن‬secara bahasa dapat diartikan sebagai (al stubut,al habs) yaitu penetapan dan penahanan. Istilah hukum positif di indonesia rahn adalah apa yang disebut barang jaminan, agunan, rungguhan, cagar atau cagaran, dan tanggungan. Adapun secara terminologi para ulama fiqih mendefinisikannya sebagai berikut : 1. Menurut Masifuq Zuhdi, Ar-rahn adalah perjanjian atau akad pinjam meminjam dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan utang. 2. Menurut Nasrun Haroen, Ar-rahn adalah menjadikan suatu (barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan sebagai pembayaran hak (piutang) itu, baik keseluruhannya ataupun sebagiannya. Dsb. Jadi, Ar-rahn adalah menjadikan barang berharga sebagai jaminan hutang, dengan begitu, jaminan tersebut berkaitan erat dengan utang piutang dan timbul dari padanya. Dasar hukum gadai Rahn disyariatkan berdasarkan alquran: ٌ ‫سفَ ٍر َولَ ْم ت َِجد ُوا كَاتِبًا فَ ِره‬ ................ۖ ٌ‫ضة‬ َ ‫َان َم ْقبُو‬ َ ‫َو ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم َعلَ ٰى‬ Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang............ (Q. S. Albaqarah ayat 283).

5

Dalil sunnah Aisyah r.a menerangkan: َ ‫سلَّ َم ا ْشت ََرى‬ ُ‫ الى أجل َو َر َهنَه‬،،ٍ‫ي‬ َ ِ‫َو َع ْن َعائ‬ َ ‫ي ص َّل هللاُ َعلَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬ ِ ‫شةَ َر‬ ّ ‫طعَا ًما ِم ْن يَ ُه ْو ِد‬ َّ ِ‫ أ َ َّن الَّن‬،‫ى هللاُ َع ْن َها‬ َ ‫ض‬ ‫ًام ْن َح ِد ْي ٍد‬ ِ ‫د ِْرع‬ “Bahwasanya rasullah mengambil makanan dari seorang yahudi yang harganya akan dibayarkan dalam satu jangkawaktu tertentu. Sebagai jaminan nabi menggadaikan baju besi beliau”.(H.R. Al-Bukhary, Muslim:360) Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, Nasai, dan Ibnu Majah dari Anas r.a berkata: َ‫ِى َوأَ َخذ‬ ّ ٍ ‫ى – صل هللا عليه وسلم – د ِْرعًا لَهُ ِب ْال َمدِينَ ِة ِع ْندَ يَ ُهود‬ ُّ ‫ لَقَدْ َرهَنَ النَّ ِب‬: ‫َع ْن أَن ٍَس – رضى هللا عنه – قال‬ ‫يرا‬ َ ُ‫ى ِم ْنه‬ ً ‫ش ِع‬ Artinya: " Rasullulah SAW, telah merungguhkan baju besi beliau kepada seorang Yahudi di Madina, sewaktu beliau menghutang syair (gandum) dari orang Yahudi itu untuk keluarga itu untuk keluarga beliau". (HR. Ahmad, Bukhari, Nasai, dan Ibnu Majah).

B. RUKUN, UNSUR DAN SYARAT-SYARAT GADAI Rukun gadai para ulama fiqih berbeda pendapat dalam menetapkan rukun Ar-rahn. Menurut jumhur ulama rukun Ar-rahn itu ada 4, yaitu: 1. Orang yang berakad (ar-rahin dan al-murtahin) 2. Sighat (lafadz ijab dan qabul) 3. Utang (al-marhun bih) 4. Harta yang dijadikan jaminan (al-marhun). Unsur gadai Ar- rahn memiliki 4 unsur, yaitu:

6

1. Rahin (orang yang memberikan jaminan) 2. Al-murtahin (orang yang menerima) 3. Al-marhun (jaminan) 4. Al-marhun nih (utang). Syarat- syarat gadai Syarat Rahn antara lain : 1. Rahin dan murtahin Tentang pemberi dan penerima gadai disyaratkan keduanya merupakan orang yang cakap untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum sesuai dengan ketentuan syari'at Islam yaitu berakal dan baligh. 2. Sighat Ulama hanafiyah berpendapat bahwa sighat dalam rahn tidak boleh memakai syarat atau dikaitkan dengan sesuatu. Hal ini karena sebab rahn jual beli, jika memakai syarat tertentu, syarat tersebut batal dan rahn tetap sah. 3. Marhun bih (utang) Menyangkut adanya utang, bahwa utang tersebut disyaratkan merupakan utang yang tetap, dengan kata lain utang tersebut bukan merupakan utang yang bertambah-tambah atau utang yang mempunyai bunga, sebab seandainya utang tersebut merupakan utang yang berbunga maka perjanjian tersebut sudah merupakan perjanjian yang mengandung unsur riba, sedangkan perbuatan riba ini bertentangan dengan ketentuan syari'at Islam.

C. KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN GADAI Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan ar-rahn antara lain: 1. Kedudukan Barang Gadai. Selama ada di tangan pemegang gadai, maka kedudukan barang gadai hanya merupakan suatu amanat yang dipercayakan kepadanya oleh pihak penggadai. 2. Pemanfaatan Barang Gadai. Pada dasarnya barang gadai tidak boleh diambil manfaatnya baik oleh pemiliknya maupun oleh penerima gadai. Hal ini disebabkan status barang

7

tersebut hanya sebagai jaminan utang dan sebagai amanat bagi penerimanya. Apabila mendapat izin dari masing-masing pihak yang bersangkutan, maka barang tersebut boleh dimanfaatkan. Oleh karena itu agar di dalam perjanjian gadai itu tercantum ketentuan jika penggadai atau penerima gadai meminta izin untuk memanfaatkan barang gadai, maka hasilnya menjadi milik bersama. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari harta benda tidak berfungsi atau mubazir. 3. Resiko Atas Kerusakan Barang Gadai Ada beberapa pendapat mengenai kerusakan barang gadai yang di sebabkan tanpa kesengajaan murtahin. Ulama mazhab Syafi’i dan Hambali berpendapat bahwa murtahin(penerima gadai) tidak menanggung resiko sebesar harga barang yang minimum. Penghitungan di mulai pada saat diserahkannya barang gadai kepada murtahin sampai hari rusak atau hilang. 4. Pemeliharaan Barang Gadai Para ulama’ Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa biaya pemeliharaan barang gadai menjadi tanggungan penggadai dengan alasan bahwa barang tersebut berasal dari penggadai dan tetap merupakan miliknya. Sedangkan para ulama’ Hanafiyah berpendapat lain, biaya yang diperlukan untuk menyimpan dan memelihara keselamatan barang gadai menjadi tanggungan penerima gadai dalam kedudukanya sebagai orang yang menerima amanat. 5. Kategori Barang Gadai Jenis barang yang biasa digadaikan sebagai jaminan adalah semua barang bergerak dan tak bergerak yang memenuhi syarat sebagai berikut: a. Benda bernilai menurut hukum syara’ b. Benda berwujud pada waktu perjanjian terjadi c. Benda diserahkan seketika kepada murtahin d. Pembayaran atau Pelunasan Utang Gadai. Apabila sampai pada waktu yang sudah di tentukan, rahin belum juga membayar kembali utangnya, maka rahin dapat dipaksa oleh marhun untuk menjual barang gadaianya dan kemudian digunakan untuk melunasi hutangnya. 6. Prosedur Pelelangan Gadai

8

Jumhur fukaha berpendapat bahwa orang yang menggadaikan tidak boleh menjual atau menghibahkan barang gadai, sedangkan bagi penerima gadai dibolehkan menjual barang tersebut dengan syarat pada saat jatuh tempo pihak penggadai tidak dapat melunasi kewajibanya

D. MANFAAT DAN RESIKO GADAI Manfaat gadai Manfaat yang dapat di ambil oleh bank dari prinsip ar-rahn adalah: 1. Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan. 2. Memberikan keamanan bagi segenap penabung dan pemegang deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja. Jika nasabah peminjam ingkar janji, ada suatu asset atau barang (marhun) yang dipegang oleh bank. 3. Jika rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian, maka akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan dana terutama didaerah-daerah. Risiko Gadai Adapun resiko yang mungkin terdapat pada rahn apabila diterapkan sebagai produk adalah: 1.

Resiko tak terbayarnya hutang nasabah (wanprestasi)

2.

Resiko penurunan nilai aset yang ditahan atau rusak.

E. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN GADAI SYARIAH DAN GADAI KONVENSIONAL I. Persamaan Gadai Konvensional dengan Gadai Syariah Persamaan gadai konvensional dengan gadai syariah adalah seperti berikut: 1. Hak gadai berlaku atas pinjaman uang 2. Adanya agunan (barang jaminan) sebagai jaminan utang 3. Apabila batas waktu pinjaman uang telah habis, barang yang digadaikan boleh di jual atau di lelang. II. Perbedaan gadai syariah dengan gadai konvensional Perbedaan gadai syariah dengan gadai konvensional adalah sebagai berikut:

9

INDIKATOR

Rahn ( Gadai Syariah )

Konsep Dasar

Tolong menolong ( jasa Profit Oriented ( Bunga dari pemeliharaan

barang pinjaman pokok/ biaya sewa

jaminan) Jenis

modal)

Barang Barang

bergerak

Jaminan

tidak bergerak

Beban

Biaya pembiayaan

Lembaga

Hanya oleh

Gadai Konvensional

bisa

dan Hanya barang bergerak

Bunga (dari pokok pinjaman)

dilakukan Bisa dilakukan perseorangan

lembaga

(perum

penggadaian) Perlakuan

Dijual

(kelebihan Dilelang

dikembalikan

kepada

yang memiliki)

F. BERAKHIRNYA GADAI Gadai dipandang habis dengan beberapa keadaan seperti : 1. Barang diserahkan kepada pemiliknya 2. Rahin melunasi semua utang 3. Pembebasan utang 4. Pembatalan gadai dari pihak penerima 5. Rahin meninggal 6. Barang rusak.

10

BAB III PENUTUP A.

Kesimpulan Rahn adalah “Menjadikan suatu benda sebagai jaminan hutang yang dapat

dijadikan pembayar ketika berhalangan dalam membayar hutang”, Rahn termasuk akad yang bersifat ‘ainiyah, yaitu dikatakan sempurna apabila sudah menyerahkan benda yang dijadikan akad, seperti hibah, pinjam meminajam, titipan dan qirad. Dalam dasar hukum gadai, ada dalil-dalil yang melandasi di perbolehkannya gadai yang bersal dari Al-Qur’an dan hadis. Rukun gadai yaitu akad dan ijab Kabul, akid, barang yang di jadikan jaminan (borg). Perbedaan rahn syariah dan konvensional yaitu gadai syariah dilakukan secara suka rela tanpa mecari keuntungan, seadangakn gadai konvensional dilakukan dengan prinsip tolong- menolong tetapi juga menarik keuntungan. Dan persamaan rahn dengan gadai yaitu adanya agunan (barang jaminan) sebagai jaminan utang. B.

Saran Dalam makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari kapasitas

materinya yang kurang. Mohon kritik dan saran yang membangun sebagai bahan instropeksi kami dalam penyusunan sebuah makalah.

11

Related Documents


More Documents from "Wantii"