Fiqih Ibadah Kelompok 1 Fix.docx

  • Uploaded by: Wantii
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fiqih Ibadah Kelompok 1 Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,047
  • Pages: 24
MAKALAH PUASA Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Ibadah II Dosen Pengampu: Dr. Hj. Oom Mukarromah, M.Hum

Disusun oleh : 1. 2. 3. 4.

Lolita Risang Ayu Siti Maemunatunnisa Iik Mawati Aulia Dini Rahmah

171420088 171420110 171420111 171420112

PBS C/4

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN 2019

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya mungkin tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Berikut ini, kami selaku penulis mempersembahkan sebuah makalah tentang “puasa” yang mudah-mudahan dapat bermanfaat untuk kita semua. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi teknik penyajian maupun dari segi materi. Oleh karena itu, demi penyempurnaan makalah ini, kritik dan saran para pembaca sangat kami harapkan. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan dapat dipahami oleh semua orang khususnya para pembaca.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................3 DAFTAR ISI......................................................................................................................4 BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................5 Latar Belakang.................................................................................................................5 Rumusan Masalah...........................................................................................................6 Tujuan..............................................................................................................................6 BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................7 Devinisi Puasa..................................................................................................................7 Macam-macam Puasa......................................................................................................8 Syarat Wajib Puasa........................................................................................................10 Syarat Sah Puasa............................................................................................................10 Rukun (fardhu) Puasa....................................................................................................11 Hal-hal yang membatalkan puasa..................................................................................11 Hal-hal yang disunahkan dalam berpuasa......................................................................13 Hikmah dan Manfaat Berpuasa......................................................................................14 Qadha Dan Bayar Fidyah................................................................................................14 Puasa Syawal Dan Qadha Puasa.....................................................................................15 Permasalahan dalam Berpuasa......................................................................................15 Hukum Berpuasa Sunnah pada Hari-Hari Haram Berpuasa.....................................24 BAB III PENUTUP................................................................................................................25 Kesimpulan....................................................................................................................25 Saran.............................................................................................................................25 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................26

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui agama islam mempunyai lima rukun islam yang salah satunya ialah puasa, yang mana puasa termasuk rukun islam yang keempat. Karena puasa termasuk rukun islam, jadi semua umat islam wajib melaksanakannya namun pada kenyataannya banyak umat islam yang tidak melaksanakannya, karena apa ? itu semua karena mereka tidak mengetahui manfaat dan hikmah puasa. Bahkan, umat muslim juga masih banyak yang tidak mengetahui pengertian puasa, dan bagaimana menjalankan puasa dengan baik dan benar. Banyak orang-orang yang melaksanakan puasa hanya sekedar melaksanakan, tanpa mengetahui syarat sah nya puasa dan hal-hal yang membatalkan puasa. Hasilnya, pada saat mereka berpuasa mereka hanyalah mendapatkan rasa lapar dan haus saja. Sangatlah rugi bagi kita jika sudah berpuasa tetapi tidak mendapatkan pahala.

B. Rumusan Masalah 1. Apakah Devinisi Puasa ? 2. Apa saja Macam-macam Puasa ? 3. Apa saja Syarat Wajib Puasa ? 4. Apa saja Syarat Sah Puasa ? 5. Apa saja Rukun puasa ? 6. Apa saja hal-hal yang membatalkan Puasa ?

7. Apa saja Hikmah dan manfaat Berpuasa ? 8. Bagaimana Qadha dan bayar Fidyah ? 9. Bagaimana puasa syawal dan qadha puasa ? 10. Apa saja permasalahan dalam puasa? 11. Bagaimana Hukum Berpuasa Sunnah pada Hari-Hari Haram Berpuasa ?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Devinisi Puasa 2. Untuk mengetahui Macam-macam Puasa 3. Untuk mengetahui Syarat Wajib Puasa 4. Untuk mengetahui Syarat Sah Puasa 5. Untuk mengetahui Rukun puasa 6. Untuk mengetahui hal-hal yang membatalkan Puasa 7. Untuk mengetahui Hikmah dan manfaat Berpuasa 8. Untuk mengetahui Qadha dan bayar Fidyah 9. Untuk mengetahui puasa syawal dan qadha puasa 10. Untuk mengetahui permasalahan dalam puasa 11. Untuk mengetahui Hukum Berpuasa Sunnah pada Hari-Hari Haram Berpuasa

BAB II PEMBAHASAN A. Devinisi Puasa “Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya1. Menurut istilah agama yaitu, menahan dari perkara yang membatalkan puasa dengan niat tertentu pada seluruh hari yang dapat dibuat berpuasa oleh orang islam, berakal sehat, suci

1 Sulaiman Rasjid. Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015. Hal 220

dari haid dan nifas, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.2 Firman Allah SWT : ‫خي س ض‬ ‫وا نوا س‬ ‫ن‬ ‫ن ال س ن‬ ‫م ال س ن‬ ‫سوند م م‬ ‫خي س م‬ ‫ض م‬ ‫وا ن‬ ‫ط اسل ن س‬ ‫ن ل نك ض ض‬ ‫ط اسل نب سي ن ض‬ ‫م ن‬ ‫م ن‬ ‫حيتى ي نت نب ني ي ن‬ ‫شنرب ض س‬ ‫ونك ضل ض س‬ ‫ال س ن‬ ‫ف س‬ ‫جرم‬ “Makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar”. (QS Al-Baqarah : 187) Sabda Rasulullah SAW : ‫قو س ض‬ ‫منر نقا ن‬ ‫ ام ن‬: ‫ل‬ ‫ذا‬ ‫م ين ض‬ ‫س م‬ ‫ه ع نل ني سهم ون ن‬ ‫ل ن‬ ‫سل ي ن‬ ‫صيلى الل ي ض‬ ‫مع س ض‬ ‫ن عض ن‬ ‫ي ن‬ ‫ت الن يب م ي‬ ‫ن اب س م‬ ‫عن م‬ ‫ل ونا ند سب ننر الن ننهاضر ون ن‬ ‫ل ال يي س ض‬ ‫ا نقسب ن ن‬ ‫ت ال ي‬ ‫م‬ ‫س فن ن‬ ‫غاب ن م‬ ‫صائ م ض‬ ‫ش س‬ ‫قد س ا نفسط ننر ال ي‬ ‫م ض‬ Dari Ibnu Umar. Ia berkata, “Saya telah mendengar Nabi SAW bersabda, apabila malam dating, siang lenyap, dan matahari telah terbenam, maka sesungguhnya telah dating waku berbuka bagi orang yang puasa”. (HR Bukhari dan Muslim)

B. Macam-macam Puasa Puasa ada empat macam3 : 1) Puasa wajib, yaitu puasa bulan ramadhan, puasa kafarat, dan puasa nazar.Puasa wajib ada tiga kategori: a) wajib karena waktu yakni puasa bulan Ramadhan b) wajib karena sebab tertentu seperti akibat pelanggaran yang sanksinya berupa puasa misalnya sanksi membatalkan sumpah adalah puasa selama tiga hari (QS. Al-Maaidah : 89) dan c) wajib

karena

seseorang

mewajibkannya

atas

sendiri, yaitu puasa nazar. 2 Imron Abu Amar, terjemah Fathul Qarib jilid 1, Kudus: Menara Kudus, 1982. Hal 182 3 Sulaiman Rasjid. Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015. Hal 220

dirinya

2) Puasa sunah, puasa yang disunahkan itu ada enam4 : a) Puasa enam hari dalam bulan syawal b) Puasa hari arafah (tanggal 9 bulan haji), kecuali orang yang sedang mengerjakan ibadah haji, maka c) d) e) f)

puasa Puasa Puasa Puasa Puasa

ini tidak disunahkan atasnya. hari ‘Asyura (tanggal 10 muharram) bulan sya’ban hari senin dan hari kamis tengah bulan (tanggal 13,14 dan 15) dari

tiap-tiap bulan qamariyah (tahun hijriyah) g) Puasa daud. Secara umum, dapat kita katakana bahwa puasa yang dianjurkan adalah seperti puasa nabi dawud (yakni puasa selang sehari dengan sehari berpuasa dan sehari berbuka). Puasa senin dan kamis, dan puasa enam hari dibulan syawal. Hanya Imam Malik yang memakruhkan puasa kategori ini. Kemungkinan beliau

besar

ketahui

hadits

atau

tentang

beliau

puasa

menilainya

tidak lemah.

Mayoritas ulama juga memasukkan dalam katagori ini puasa Asyura, yakni puasa pada tanggal 9 dan ada juga yang mengatakan 10 bulan Muharram, serta puasa Arafah yakni tanggal 9 Dzulhijjah, akan tetapi, menurut Imam Syafi’I puasa Arafah ini hanya

dianjurkan

bagi

mereka

yang

tidak

melaksanakan ibadah haji. 3) Puasa makruh 4) Puasa haram, yaitu puasa pada hari raya idhul fitri, hari raya haji, dan tiga hari sesudah hari raya haji, yaitu tanggal 11 12 dan 13.

4 Sulaiman Rasjid. Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015. Hal 240

Puasa bulan ramadhan itu merupakan salah satu dari rukun islam yang kelima, diwajibkan pada tahun kedua hijriyah, yaitu tahun kedua sesudah nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Hukumnya

fardhu ‘ain atas tiap-tiap mukallaf (baligh dan berakal). Firman Allah SWT : ‫م‬ ‫ن م‬ ‫ما ك ضت م ن‬ ‫وا ك ضت م ن‬ ‫صنيا ض‬ ‫ن قنب سل مك ض س‬ ‫م كن ن‬ ‫ب ع نل ني سك ض ض‬ ‫ن ان ن‬ ‫م ال ص‬ ‫م س‬ ‫ب ع ننلى ال يذ مي س ن‬ ‫من ض س‬ ‫ي نا ني ينها ال يذ مي س ن‬ ‫ت‬ ‫م ت نت ي ض‬ ‫دا ت‬ ‫معسد ضوس ن‬ ‫قو س ن‬ ‫ما ي‬ ‫ ا نييا م‬.‫ن‬ ‫ل نعنل يك ض س‬ “hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa, (yaitu) dalam beberapa hari tertentu”. (QS AlBaqarah : 183-184) Puasa ramadhan diwajibkan atas tiap-tiap orang mukallaf dengan salah satu dari ketentuan-ketentuan berikut ini : 1) Dengan melihat bulan bagi yang melihatnya sendiri. 2) Dengan mencukupkan bulan sya’ban 30 hari, maksudnya, bulan tanggal sya’ban itu dilihat. Tetapi kalau bulan tanggal 1 sya’ban tidak terlihat, tentu kita tidak dapat menentukan hitungan, sempurnanya 30 hari. 3) Dengan adanya melihat (ru’yat) yang dipersaksikan oleh seorang yang adil di muka hakim. 4) Dengan kabar mutawatir, yaitu kabar orang banyak, sehingga mustahil mereka akan dapat sepakat berdusta atau sekata atas kabar yang dusta. 5) Percaya kepada orang yang melihat. 6) Tanda-tanda yang biasa dilakukan di kota-kota besar untuk memberitahukan kepada orang banyak (umum), seperti lampu, meriam, dan sebagainya.

7) Dengan

kabar

hisab

atau

kabar

dari

ahli

hisab

(ilmu

bintang).

C. Syarat Wajib Puasa Syarat-syarat wajib puasa adalah sebagai berikut:5 1) islam6 2) Berakal. Orang yang gila tidak wajib berpuasa. 3) Baligh (umur 15 tahun ke atas) atau ada tanda yang lain. Anak-anak tidak wajib puasa. 4) Kuat berpuasa. Orang yang tidak kuat, misalnya karena sudah tua atau sakit, tidak wajib puasa. ‫ن ن‬ ‫م‬ ‫س ن‬ ‫ن ا نييام ت ا ض ن‬ ‫مرمي س م‬ ‫كا ن‬ ‫ضا ا نوسع ننلى ن‬ ‫ه ب مك ض ض‬ ‫ ي ضرمي سد ض الل ي ض‬.‫خنر‬ ‫فرت فنعمد ية ة ص‬ ‫ن ن‬ ‫ون ن‬ ‫م س‬ ‫م س‬ ‫سنر‬ ‫م ال سعض س‬ ‫ال سي ض س‬ ‫سنر ونل ن ي ضرمي سد ض ب مك ض ض‬ “barang siapa sakit atau sedang dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah

mengkhendaki

kemudahan

bagimu,

dan

tidak

mengkhendaki kesukaran bagimu.” (QS Al-Baqarah : 185)

D. Syarat Sah Puasa 1) Islam. Orang yang bukan islam tidak sah puasa. 2) Mumayiz (dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik). 3) Suci dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah sehabis melahirkan). Orang yang haid ataupun nifas itu tidak sah berpuasa,

tetapi

keduanya

wajib

mengqada

(membayar)

puasa yang tertinggal itu. 4) Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya. Dilarang puasa pada dua hari raya dan hari tasyrik (tanggal 1112-13 bulan haji).7 5 Sulaiman Rasjid. Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015. Hal 227 6Imron Abu Amar, terjemah Fathul Qarib jilid 1, Kudus: Menara Kudus, 1982. Hal 182 7 Sulaiman Rasjid. Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015. Hal 228

E. Rukun (fardhu) Puasa 1) Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulan ramadhan. Yang dimaksud dengan malam puasa ialah malam yang sebelumnya. Sabda Rasulullah SAW : ‫م قنب س ن‬ ‫ه‬ ‫ل ال س ن‬ ‫جرم فنل ن م‬ ‫ج م‬ ‫ف س‬ ‫م يض س‬ ‫صنيا ن‬ ‫صنيا ن‬ ‫م لن ض‬ ‫ن لن س‬ ‫ن‬ ‫ممع ال ص‬ ‫م س‬ “barang siapa yang tidak berniat puasa pada malamnya sebelum

fajar

terbit,

maka

tiada

puasa

baginya.”

(Riwayat Lima Orang Ahli Hadits) Kecuali puasa sunnah, boleh berniat pada siang hari, asal sebelum zawal (matahari condong ke barat). 2) Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.8

F. Hal-hal yang membatalkan puasa Yang membatalkan puasa ada enam perkara : 1. Makan dan minum Firman Allah SWT : ‫خي س ض‬ ‫وا نوا س‬ ‫ن‬ ‫ن ال س ن‬ ‫م ال س ن‬ ‫سوند م م‬ ‫خي س م‬ ‫ض م‬ ‫وا ن‬ ‫ط اسل ن س‬ ‫ن ل نك ض ض‬ ‫ط اسل نب سي ن ض‬ ‫م ن‬ ‫م ن‬ ‫حيتى ي نت نب ني ي ن‬ ‫شنرب ض س‬ ‫ونك ضل ض س‬ ‫ال س ن‬ ‫ف س‬ ‫جرم‬ “Makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar”. (QS Al-Baqarah : 187) Makan dan minum yang membatalkan puasa ialah apabila dilakukan dengan sengaja. Kalau tidak sengaja, misalnya lupa, Sabda ‫ه‬ ‫الل ي ض‬

tidak membatalkan puasa. Rasulullah SAW : ‫م فنا نك ن ن‬ ‫ل ا نوس ن‬ ‫ه‬ ‫ن نن م‬ ‫شرم ن‬ ‫م ض‬ ‫ما ا نط سعن ن‬ ‫ه فنا من ي ن‬ ‫م ض‬ ‫صو س ن‬ ‫ب فنل سي ضت م ي‬ ‫صائ م ة‬ ‫ن‬ ‫م ن‬ ‫ي ونهضون ن‬ ‫س ن‬ ‫م س‬ ‫س ن‬ ‫ون ن‬ ‫قاه ض‬ “Barang siapa lupa, sedangkan ia dalam keadaan puasa, kemudian ia makan atau minum, maka khendaklah puasanya 8 Sulaiman Rasjid. Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015. Hal 229

disempurnakan,

karena

sesungguhnya

Allah-lah

yang

memberinya makan dan minum.” (HR Bukhari dan Muslim) Memasukkan sesuatu ke dalam lubang yang ada pada badan, seperti lubang telinnga, hidung, dan sebagainya, menurut sebagian ulama sama dengan makan dan minum; artinya

membatalkan

puasa.

Mereka

mengambil

alasan

dengan qias, diqiaskan (disamakan) dengan makan dan minum. Ulama yang lain berpendapat bahwa hal itu tidak membatalkan karena tidak dapat diqiaskan dengan makan dan minum. Menurut pendapat yang kedua itu, kemasukkan air sewaktu mandi tidak membatalkan puasa. Begitu juga memasukkan

obat

melalui

lubang

badan

selain

mulut,

suntik dan sebagainya, tidak membatalkan puasa karena yang demikian tidak dinamakan makan dan minum9. 2. Muntah yang disengaja, sekalipun tidak ada yang kembali ke

dalam,

muntah

yang

tidak

disengaja

tidaklah

membatalkan puasa. 3. Bersetubuh Firman Allah SWT :

‫ح ي‬ ‫م‬ ‫صنيام م اليرفن ض‬ ‫م ل ني سل ن ن‬ ‫اض م‬ ‫ث ا منلى ن م ن‬ ‫سانءك ض س‬ ‫ل ل نك ض س‬ ‫ة ال ص‬ “dihalalkan bagi kamu pada malam bulan puasa bercampur

dengan isterri-isteri kamu.” (QS Al-Baqarah 187) 4. Keluar darah haid (kotoran) atau nifas (darah setelah melahirkan) ‫مضر ب م ن‬ ‫مضر ب م ن‬ ‫ن ن‬ ‫س ن‬ ‫صضل نةم‬ ‫ق ن‬ ‫ق ن‬ ‫عائ م ن‬ ‫صوسم م ونل ن ن ضؤ س ن‬ ‫ة ك ضينا ن ضؤ س ن‬ ‫ضامء ال ص‬ ‫ضامء ال ي‬ ‫عن س‬ “dari Aisyah. Ia berkata, kami disuruh oleh Rasulullah SAW.

Mengqada

puasa,

dan

disuruhnya

untuk

mengqada

shalat.” (HR Bukhari) 5. Gila. Jika gila itu datang waktu siang hari, batal puasa. 9 Sulaiman Rasjid. Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015. Hal 230

6. Keluar mani dengan sengaja (karena bersentuhan dengan perempuan atau lainnya). Karena keluar mani itu adalah puncak

yang

dituju

orang

pada

persetubuhan,

maka

hukumnya disamakan dengan bersetu

G. Hal-hal yang disunahkan dalam berpuasa Adalah sebagai berikut10 : 1. Menyegerakan berbuka apabila telah nyata dan yakin bahwa matahari sudah terbenam. 2. Berbuka dengan kurma, sesuatu yang manis, atau dengan air. 3. Berdoa sewaktu berbuka puasa 4. Makan sahur sesudah tengah malam, dengan maksud supaya menambah kekuatan ketika puasa. 5. Menta’khirkan makan sahur sampai kira-kira 15 menit sebelum fajar. 6. Memberi makanan untuk berbuka puasa kepada orang yang puaa. 7. Hendaklah memperbanyak sedekah selama dalam bulan puasa 8. Memperbanyak baca Al-Quran dan mempelajarinya (belajar atau mengajar) karena mengikuti perbuatan Rasulullah SAW.

H. Hikmah dan Manfaat Berpuasa Ibadhah puasa itu mengandung beberapa hikmah, diantaranya sebagai berikut11: 1. Tanda terrima kasih kepada Allah karena semua ibadhah mengandung arti terima kasih kepada Allah atas ni’mat pemberian-Nya yang tidak terbatas banyaknya, dan tidak ternilai harganya. 10 Sulaiman Rasjid. Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015. Hal 238-239 11 Sulaiman Rasjid. Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015. Hal 243

2. Didikan menahan

kepercayaan. makan

dan

Seseorang minum

dari

yang

telah

harta

yang

sanggup halal

kepunyaannya sendiri, karena ingat perintah Allah, sudah tentu ia tidak akan meninnggalkan segala perintah Allah, dan tidak akan berani melanggar segala larangan-Nya. 3. Didikan perasaan belas kasihan terhadap fakir miskin karena seseorang yang telah merasa sakit dan pedihnya perut keroncongan. Hal itu akan dapat mengukur kesedihan dan

kesusahan

orang

yang

sepanjang

masa

meerasakan

ngilunya perut yang kelaparan. 4. Guna menjaga kesehatan

I. Qadha Dan Bayar Fidyah Saya adalah seorang ibu rumah tangga dan sedang tidak berpuasa Ramadhan karena baru saja melahirkan dua minggu lalu, apakah saya harus membayar utang puasa dengan puasa plus membayar fidyah, atau hanya salah satunya saja? Masa nifas berlangsung minimal sesaat dan biasanya 40 hari. Seorang wanita yang telah berhenti nifasnya dan mampu berpuasa wajib berpuasa. Jika darah masih keluar setelah dua belas hari melahirkan hingga kini, maka

masih dinilai dalam

keadaan nifas, tetapi jika darah telah berhenti dan anda tidak berpuasa karena menghawatirkan keselamatan , maka anda cukup mengganti puasa dilain hari tanpa membayar fidyah, akan tetapi jika anda menghawatirkan bayi yang sedang anda susui maka anda harus mengganti dihari lain da membayar fidyah.

J. Puasa Syawal Dan Qadha Puasa Kapan waktu yang tepat untuk berpuasa syawal?apakah harus membayar utang puasa (qadha) terlebih dahulu ataukah langsung melaksanakan puasa syawal. Jawab : puasa syawal dilakukan kapan saja selama bulan syawal. Sebaiknya membayar utang puasa (qadha) lebih dahulu karena hukumnya wajib. Dan baru kemudian mengerjakan yang sunnah yakni berpuasa syawal.

K. Permasalahan dalam Berpuasa Ada beberapa hal yang dipermasalahkan dalam berpuasa hingga saat ini, antara lain sebagai berikut : 1. Sikat gigi setelah imsak Bersiwak/bersikat gigi dianjurkan oleh nabi SAW dan dilakukan beliau berkali-kali sepanjang hari ketika beliau berpuasa. Menggunakan pasta gigi pun boleh selama tidak tertelan dengan sengaja. 2. Menikah di Bulan Ramadhan Tidak ada larangan agama menikah pada bulan Ramadhan. Yang terlarang adalah bersebadan disiang hari pada bulan Ramadhan. Hanya saja karena dikhawatirkan sang pengantin terjerumus dalam larangan, maka perkawinan biasanya dilakukan sebelum atau sesudah Ramadhan.12 3. Ibu Hamil Berpuasa Tergantung pada kondisi masing-masing ibu. Hokum islam membolehkan bagi yang hamil untuk tidak berpuasa jika yang hamil mengkhawatirkan adanya efek samping negative bagi dirinya atau bayinya. Apabila yang hamil dan yang menyusukan tidak berpuasa maka dia wajib menggantinya di hari lain tanpa membayar fidyah menurut mazhab Imam Abu Hanifah. Sedangkan dalam mazhab Syafi’I dan Hanbali bila keduanya hanya mengkhawatirkan keadaan bayi dan janinnya saja maka yang hamil atau yang menyusukan harus 12 M.quraish shihab.M.quraish shihab menjawab 1001 soal keislaman yang patut anda ketahui, (Tangerang: Lentera hati, 2008),hal 117.

menggantinya

dengan

tambahan

membayar

fidyah.

Mazhab

Malik

membolehkan tidak membayar fidyah bagi yang menyusukan. Fidyah adalah memberi makan setiap hari tidak berpuasa kepada orang miskin.13 4. Puasa Sedang menyusui Boleh tidak puasa, dan mengganti puasa itu ditambah memberi makan orang miskin sebanyak hari-hari yang ditinggalkan. Pengantian tersebut sebaiknya 5. 6. 7. 8.

dilakukan pada kesempatan pertama, sebelum tiba Ramadhan tahun berikut.14 Mengorek Kuping Saat Berpuasa Mengorek kuping dan hidung tidak membatalkan puasa.15 Memakai Obat Tetes Mata Tidak batal.16 Menggunakan Inhaler di bulan Puasa Insya Allah tidak batal, tetapi kalau tidak perlu maka sebaiknya andahindari.17 Puasa dengan Membayangkan yang Bukan Muhrim Puasa tidak batal. Sebaiknya mengusahakan menghindari khayalan yang

tidak-tidak.18 9. Puasa Orang yang Meninggalkan Sholat Apabila dia tidak sholat karena tidak meyakini bahwa shalat adalah wajib, puasanya tidak sah. Ulama bersepakat menilai yang besangkutan kafir dan seorang kafir tidak sah ibadahnya. Akan tetapi, kalau dia meninggalkan karena malas, namun tetap menilainya wajib, semoga puasanya tetap sah walau harus diingat bahwa dia terancam siksa yang pedih karena meninggalkan shalat.19

13 M.quraish shihab.M.quraish shihab menjawab 1001 soal keislaman yang patut anda ketahui, (Tangerang: Lentera hati, 2008),hal 116. 14 M.quraish shihab.M.quraish shihab menjawab 1001 soal keislaman yang patut anda ketahui, (Tangerang: Lentera hati, 2008),hal 122. 15 M.quraish shihab.M.quraish shihab menjawab 1001 soal keislaman yang patut anda ketahui, (Tangerang: Lentera hati, 2008),hal 114. 16 M.quraish shihab.M.quraish shihab menjawab 1001 soal keislaman yang patut anda ketahui, (Tangerang: Lentera hati, 2008),hal 120. 17 M.quraish shihab.M.quraish shihab menjawab 1001 soal keislaman yang patut anda ketahui, (Tangerang: Lentera hati, 2008),hal 122. 18 M.quraish shihab.M.quraish shihab menjawab 1001 soal keislaman yang patut anda ketahui, (Tangerang: Lentera hati, 2008),hal 123. 19 M.quraish shihab.M.quraish shihab menjawab 1001 soal keislaman yang patut anda ketahui, (Tangerang: Lentera hati, 2008),hal 140.

Selanjutnya, menurut pandangan hukum, maka jelas bahwa kewajiban puasa berbeda dengan kewajiban shalat. Atas dasar itu, maka siapa yang berpuasa tetapi tidak shalat, maka selama puasanya memenuhi syarat: tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan seks, serta menghindari hal-hal yang membatalkannya maka puasanya sah, walaupun dia tidak shalat. 10. Keluar sperma karena mimpi Mimpi diluar kuasa pengendalian manusia, dan tidak dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Karena itu, keluar sperma saat bermimpi tidak membatalkan puasa.20 Hukum Berpuasa Sunnah pada Hari-Hari Haram Berpuasa Pada prinsipnya, utang puasa harus diganti dengan puasa pula. Adapun membayar fidyah akibat berlalu setahun dari utang itu tanpa membayarnya, ini adalah pandangan mazhab malik, Syafi’I, dan Ahmad, tetapi mazhab Abu Hanifah tidak mewajibkannya. Pendapat terakhir ini dapat diamalkan lebihlebi bagi yang tidak mampu membayar fidyah. Puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari-hari haram berpuasa, yaitu 1 Syawwal dan 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah dinilai tidak sah. Alasan tidak boleh berpuasa pada tanggal 1 Syawwal, antara lain, karena ia sebagai tanda selesainya kewajiban yang ditetapkan Allah swt, berpuasa sebulan sepanjang Ramadhan. Jika masih berpuasa, dapat diduga bahwa yang bersangkutan melebihkan kewajiban yang ditetapkan Allah swt, padahal apa yang digariskan Allah swt, sebagai kewajiban tidak boleh diabaikan juga tidak boleh ditambah dan dikurangi. Adapun setelah itu, Allah swt, memberi kebebasan.21 20 M.quraish shihab.M.quraish shihab menjawab 1001 soal keislaman yang patut anda ketahui, (Tangerang: Lentera hati, 2008),hal 115. 21 M.quraish shihab.M.quraish shihab menjawab 1001 soal keislaman yang patut anda ketahui, (Tangerang: Lentera hati, 2008),hal 183.

11. teknis terkait kewajiban qadha puasa bagi wania hamil, menyusui, haid, dan nifas Terkait dengan kewajiban qadha puasa bagi wanita hamil dan menyusui, haid dan nifas, ada beberapa permasalahan yang menjadi perdebatan terkait detail dan teknis pelaksanaannya. Apakah dengan cara berturut-turut atau tidak ? apakah yang harus dilakukan seandainya mereka mengakhirkannya sampai masuk Ramadhan berikutnya ? bagaimana jika meninggal dan belum sempat mengqadha puasanya, apakah digantikan oleh wali atau memberi makan atau gugur semuanya ?dalam hal ini para ulama berbeda pendapat, diantaranya : Pertama, ulama Hanafiyah berpendapat boleh mengqadha puasa tanpa berturut-turut dengan dalil “dan barangsiapa diantara kalian sakit atau dalam perjalanan (kemudian berbuka) hendaknya ia mengganti sebanyak hari yang ditinggalkan.”22 Di pihak lain, ulama Syafi’iyah, ulama Malikiyah, ulama Hanabilah, dan Zaidiyah berpendapat bahwa pelaksanaan qadha puasa secara berturut-turut lebih dianjurkan, namun jika dilakukan terpisah-pisah juga boleh. Mereka berdalil dengan firman Allah yang telah disebutkan sebelumnya, dimana ayat tersebut tidak menegaskan secara terpisah atau berturut-turut. Adapun jika qadha puasa diakhirkan sampai masuk Ramadhan berikutnya, maka kita lihat apakah ada udzur atau tidak. Jika memang ada udzur, maka tidak ada kewajiban qadha lagi tanpa perbedaan pendapat di antara ulama. Sedangkan hal itu dilakukan tanpa udzur, maka para fuqoha berbeda pendapat. Jumhur ulama mengatakan “ia wajib meng-qadha puasa ditambah keharusan membayar kafarat (denda) jika sampai lewat Ramadhan berikutnya.” Jumhur ulama juga mengacu pada hadis Ibnu Umar dari Nabi “Barangsiapa yang meninggal dunia, sementara ia masih memiliki tanggungan puasa 22 Su’ad ibrahim shaleh.Fiqih ibadah wanita,(Jakarta: Sinar Grafika Offset,2011) hlm. 409.

ramadhan, maka hendaknya ia memberi makan seorang miskin (untuk setiap hari yang ditinggalkannya).”23 Ada 2 kemungkinan terkait seseorang yang meninggal dunia tetapi masih memiliki utang puasa : Pertama, ia meninggal dunia sebelum sempat membayar karena waktunya sempit, atau karena terkena udzur seperti sakit, atau musafir, atau tidak mampu berpuasa. Jika kondisinya demikian, maka menurut jumhur ulama ia tidak dikenai kewajiban apa-apa. Kedua, ia sebenarnya mampu meng-qadha puasa, namun tidak kunjung dikerjakan sampai ia meninggal, disini ada 2 perbedaan pendapat antar ulama

: 1. Imam malik, As-Syafi’i, Ats-Tsauri, Zaid bin Ali, Al-Qasim, dan Al-

Hadi mengatakan bahwa qadha puasanya tidak bisa di gantikan oleh orang lain. 2. Imam Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, Al-Laitsi, Abu Ubaid, dan kalangan mazhab Zhahiri mengatakan bahwa qadha puasa bisa digantikan oleh orang lain, hanya saja mereka mengkhususkannya untuk puasa nazar. Terkait qadha puasa ramadhan, ahmad dan Ishaq menyatakan bahwa ia bisa ganti dengan memberi makan satu orang miskin untuk setiap hari yang dtinggalkan. Kalangan yang berpendapat boleh digantikan berdalil dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Aisyah bahwa beliau bersabda “Barangsiapa yang meninggal dan memiliki utang puasa hendaknya digantikan oleh walinya.” 12. Batal puasa karena senggama, mencium, atau meraba dengan syahwat Kasus batal puasa dikarenakan beberapa hal tersebut, memiliki dua permasalahan hukum, yaitu : 23 Su’ad ibrahim shaleh.Fiqih ibadah wanita,(Jakarta: Sinar Grafika Offset,2011), hlm. 415-416

1. Kewajiban qadha 2. Kewajiban membayar kafarat Kewajiban qadha mengacu pada pembatalan puasa secara mutlak, baik secara bentuk formal dan makna esensial, atau bentuk formal saja tanpa makna esensial, atau makna esensial saja tanpa bentuk formal, baik disengaja atau tidak, baik ada udzur atau tidak, karea qadha diwajibkan sebagai ganti dari sesuatu yang ditinggalkan yang mengakibatkan hilangnya puasa. Adapun kewajiban membayar kafarat terkait dengan rusaknya puasa karena sebab khusus, antara lain berbuka secara sempurna, yaitu makan atau minum, atau jimak di siang hari di bulan Ramadhan, baik dalam artian formal dan makna, sengaja ataupun tanpa udzur yang memperbolehkan dan tidak pula ada rukhsah, syubhat, ataupun mubah. Adapun mekanisme kafarat bagi orang yang senggama di siang hari bulan Ramadhan yaitu memerdekakan budak jika ada. Jika tidak mampu, ia bisa beralih ke puasa selama dua bulan berturut-turut. Dan jika tidak mampu juga, maka ia harus memberi makan enam puluh orang miskin.24 13. Hukum mencium dan berhubungan tanpa penetrasi saat puasa Para ulama sepakat bahwa orang yang berpuasa wajib menahan diri pada saat berpuasa dari makan dan minum, serta jimak. Mereka mengatakan bahwa barangsiapa yang mencium, lalu keluar mani maka batal puasanya, namun jika hanya keluar madzi maka tidak batal, kecuali menurut Imam Malik. Akan tetapi, mereka berpendapat tentang ciuman orang yang berpuasa, sebagian membolehkan dan sebagian memakruhkan untuk yang masih muda dan memubahkan untuk yang tua, dan sebagian lagi memakruhkan secara mutlak. Bagi mereka yang memberika rukhsah berdalil dengan hadits yang diriwayatkan Aisyah dan Ummu Salamah bahwa Rasulullah SAW mencium ketika sedang berpuasa. Hal ini menunjukkan bolehnya mencium dan tidak membatalkan puasa selama tidak ada syahwat ketika melakukannya. Jadi, mencium dan berhubungan pada selain tempat

intim

diperbolehkan, namun makruh bagi mereka yang sanggup menahan nafsunya, 24 Su’ad ibrahim shaleh.Fiqih ibadah wanita,(Jakarta: Sinar Grafika Offset,2011), hlm. 421-426

dan bisa haram bagi mereka yang tidak mampu menahan nafsu dengan dalil Rasulullah melarang yang muda dan mengizinkan yang tua. Tidak boleh mencium, jika ia khawatir tidak mampu menahan syahwatnya atau ragu tidak bisa menahan diri saat mencium. Adapula ula yang berpendapat “siapa yang mencium lalu keluar mani atau madzi maka ia harus qadha dan bukan kafarat, kecuali jika ia melakukan hubungan inti, secara sengaja atau lupa.” 14. Pengaruh Junub terhadap keabsahan Puasa Para fuqoha sepakat bahwa sunnah bagi orang yang berpuasa untuk melakukan mandi wajib dari jinabat, haid, dan nifas sebelum shubuh agar ia suci sejak awal puasa, dan khawatir jika ada air masuk ke dalam telinga, dubur, atau yang lainnya (saat mandi setelah shubuh). Jika masuk waktu subuh sementara ia belum mandi, maka para fuqoha berbeda pendapat terhadap keabsahan puasanya. Jumhur ulama dan empat madzhab berpendapat bahwa puasanya sah sejak terbit fajar, walaupun ia sedang junub. Sedangkan Abu Hurairah berpendapat tidak sah puasanya sesuai dengan ucapannya “Barangsiapa yang masuk waktu subuh dalam keadaan junub, maka puasanya tidak sah.” Diriwayatkan dari Al-Hasan, an-Nasha’i, bahwa orang tersebut boleh untuk puasa sunnah, dan wajib mengqadha untuk puasa wajib. Namun Abu Hurairah kembali menyatakan, jika ia tau sedang junub, kemudian tidur sampai subuh maka puasanya batal. Akan tetapi, jika ia tidak tahu sampai subuh maka puasanya tetap sah. Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa siapa yang masuk waktu shubuh dalam keadaan junub, tidak batal puasanya, mengacu pada firman Allah SWT “Dihalalkan bagi kalian pada malam hari bulan puasa untuk melakukan hubungan dengan istri-istrimu”, artinya senggama boleh dilakukan pada malam hari secara mutlak. Ibnu Daqiq mengatakan “saya berpendapat seperti pendapat jumhur ulama tanpa membedakan junub dari jimak atau yang lain.” Imam an-Nawawi menegaskan bahwa hal ini sudah terjadi ijma’. Hadits ini Hujjah bagi kelompok pertama, ditambah lagi mandi diwajibkan karena keluar mani dan

tidak ada perbuatan haram dilakukannya. Orang yang berpuasa terkadang bermimpi di siang hari dan wajib mandi, puasanya tidak rusak dan harus disempurnakan berdasarkan ijma’, karena mimpi yang bukan pilihan dari orang yang junub bisa menjadi sebab rukhsah.25

15. Mencicipi makanan saat puasa Para fuqoha sepakat bahwa makruh hukumnya bagi orang yang berpuasa untuk mencicipi makanan agar tidak masuk ke dalam tenggorokan. Berikut ini pendapat yang lebih rinci dikemukakan oleh masing-masing madzhab 1. Ulama Hanafiyah Makruh bagi seorang wanita menguyah makanan untuk anaknya ketika ia sedang berpuasa, karena tidak ada jaminan tidak ada sesuatu yang masuk ke dalam tenggorokannya, kecuali ketika darurat. Makruh bagi seseorang yang berpuasa mencicipi madu, mentega, minyak, dan yang lainnya dengan lidahnya untuk mengetahui baik tidaknya makanan, walaupun tidak sampai masuk ke dalam tenggorokan. Makruhnya seorang wanita yang mencicipi kuah masakannya dikarenakan takut akan masuk ke dalam tenggorokan dan membatalkan puasa. 2. Ulama Syafi’iyah Makruh bagi seseorang mencicipi makanan karena dikhawatirkan ada sesuatu yang masuk dalam tenggorokannya atau karena tidak mampu menahan keinginannya. 3. Ulama Malikiyah Makruh bagi seseorang yang berpuasa mencicipi makanan seperti garam, madu, dan cuka untuk mengetahui keadaannya karena ditakutkan ada sesuatu yang masuk ke dalam tenggorokannya, dan jika ada sesuatu yang masuk maka ia harus meng-qadha puasa. 4. Ulama Hanabilah

25 Su’ad ibrahim shaleh.Fiqih ibadah wanita,(Jakarta: Sinar Grafika Offset,2011), hlm. 430-432

Ahmad berkata : “saya lebih suka jika ia menghindari mencicipi makanan dan jika tetap dilakukan dan tidak merusak puasanya maka hukumnya boleh.” Ibnu Uqail berkata : “makruh tanpa hajat, dan boleh jika diperlukan.” Jika dilakukan dan ia merasakan ada sesuatu yang masuk dalam tenggorokannya maka puasanya batal, dan jika tidak, maka puasanya pun tidak batal.26

L. Hukum Berpuasa Sunnah pada Hari-Hari Haram Berpuasa Pada prinsipnya, utang puasa harus diganti dengan puasa pula. Adapun membayar fidyah akibat berlalu setahun dari utang itu tanpa membayarnya, ini adalah pandangan mazhab malik, Syafi’I, dan Ahmad, tetapi mazhab Abu Hanifah tidak mewajibkannya. Pendapat terakhir ini dapat diamalkan lebihlebi bagi yang tidak mampu membayar fidyah. Puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari-hari haram berpuasa, yaitu 1 Syawwal dan 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah dinilai tidak sah. Alasan tidak boleh berpuasa pada tanggal 1 Syawwal, antara lain, karena ia sebagai tanda selesainya kewajiban yang ditetapkan Allah swt, berpuasa sebulan sepanjang Ramadhan. Jika masih berpuasa, dapat diduga bahwa yang bersangkutan melebihkan kewajiban yang ditetapkan Allah swt, padahal apa yang digariskan Allah swt, sebagai kewajiban tidak boleh diabaikan juga tidak boleh ditambah dan dikurangi. Adapun setelah itu, Allah swt, memberi kebebasan.27

26 Su’ad ibrahim shaleh.Fiqih ibadah wanita,(Jakarta: Sinar Grafika Offset,2011), hlm. 437-438 27 M.quraish shihab.M.quraish shihab menjawab 1001 soal keislaman yang patut anda ketahui, (Tangerang: Lentera hati, 2008),hal 183.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Puasa menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”,

seperti

menahan

makan,

minum,

nafsu,

menahan

berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Menurut istilah agama yaitu, menahan dari perkara yang membatalkan puasa dengan niat tertentu pada seluruh hari yang dapat dibuat berpuasa oleh orang islam, berakal sehat, suci dari haid dan nifas, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat. B. Saran Jalankanlah puasa dengan sebaik-baiknya menjalankan, jangan sampai ketika kita puasa kita hanya mendapatkan lapar dan haus saja tanpa mendapat pahala apa-apa. Dan semoga kita dapat melaksanakan itu sehingga kita dapat mengambil hikmah dan manfaat dari puasa yang kita jalankan.

DAFTAR PUSTAKA Ibrahim Shalih, Su’ad. 2011. Fiqih Ibadah Wanita. Jakarta : Sinar Grafika Offset Sismono. 2010. Puasa pada umat-umat Dulu dan Seakarang. Jakarta : Republika Shihab, M Quraish. 2008. M. Quraish Shihab Menjawab. Jakarta : Lentera Hati Rasjid, H. Sulaiman. 2015. Fiqih Islam. Bandung : Sinar baru Algensindo Abu Amar, H. Imron. 1982. Terjemah fathul Qarib. Kudus : Menara Alim, Ahmad Syahirul. 2010. Keajaiban Puasa Sunnah. Jakarta Pusat : Belanoor

Related Documents


More Documents from "Satria Prastyo"