Dosen Pembimbing: Dr. Taufiqurrahman K, SHI, MA
Kelompok 3 Nana Dwi Mei Linawati Risha Nur Fitriani Glady Sasanti Ayuninggar Alfina Rahmawati Ahmad Sulthon Adib Tina Raisa Murti
(1820610041) (1820610047) (1820610051) (1820610058) (1820610064) (1820610066)
Definisi Akad Mu’awadhah ()معاوضه
Menurut bahasa mu’awadhah berasal dari kalimat ْ ُال ِع َوضjamaknya ُ أع َواضyang berarti ُال َخلَفُ َوالبَ َحل (pengganti). Dari definisi mu’awadhah menurut istilah sebagaimana dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa akad mu’awadhah adalah akad yang mengandung serah terima harta dari kedua belah pihak. Maksudnya satu pihak menyerahkan sesuatu dan yang lainnya menerimanya sambil menyerahkan penggantinya.
Akad
tijarah/mu’awadah
(compensational
contract) adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for profit transaction.
Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan, karena itu bersifat komersil. Contoh akad tijarah adalah akad-akad investasi, jual-
beli, sewa-menyewa
Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperolehnya,
akad
tijarah
dapat
menjadi dua kelompok, yaitu : 1.
Natural Uncertainty Contracts (NCC)
2.
Natural Certainty Contracts (NUC)
dibagi
Dalam NCC kedua pihak saling mempertukarkan asset yang dimilikinya, karena itu objek pertukarannya (barang maupun jasa) harus ditetapkan diawal akad dengan pasti baik: Jumlahnya (quantity) Mutunya (quality) Harganya (price) Waktu penyerahannya (time of delivery)
AKAD JUAL BELI
Al-Bai’ Salam Istishna’
Akad Sewa-Menyewa
• • •
Ijarah Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT) Ju’alah
Al-Bai’ Naqdan (akad jual beli biasa yang dilakukan secara tunai)
Al-Bai’ Muajjal (jual-beli dapat juga dilaksanakan tidak secara tunai, tapi dengan cicilan)
Al-Bai’ Taqsith (dimana si penjual menyatakan dengan terbuka kepada
si
pembeli
mengenai
tingkat
keuntungan
yang
diambilnya)
Salam (uang diserahkan sekaligus dimuka sedangkan barangnya diserahkan di akhir periode pembiayaan)
Istishna’
(akad
salam
yang
pembayaran
atas
dilakukan secara cicilan selama periode pembiayaan)
barangnya
Ijarah (akad untuk memanfaatkan jasa, baik jasa atas barang ataupun jasa atas tenaga kerja) Ijarah Muntahia Bitamlik (IMBT) : Inovasi modern ijarah dengan penyewa dimungkinkan terjadi perpindahan kepemilikan Ju’lah (akad ijarah yang pembayarannya didasarkan atas kinerja (performance) objek yang disewa/diupah)
•
Dalam NUC pihak-pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asetnya (baik real assets maupun financial assets) menjadi satu kesatuan, dan kemudian menanggung risiko bersama-sama untuk mendapat keuntungan. Kontrak ini tidak memberikan kepastian: Pendapatan (return) baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing)
Musyarakah mudharabah) Muzara’ah Musaqah Mukhabarah
(muwafadhah,
‘inan,
wujuh,
abdan,
Muwafadhoh (mencampurkan modal dengan jumlah yang sama antara para pihak misal modal x dengan x) ‘inan (mencampurkan modal dengan jumlah yang tidak sama, misal x dan y) Wujuh (percampuran modal dan reputasi nama baik) Abdan (percampuran jasa-jasa orang yang berserikat) Mudhorobah (percampuran antara modal dan skill atau ketrampilan jasa dari pihak-pihak yang berserikat)
Muzaro’ah
: kontrak bagi hasil tanaman pertanian setahun bibitnya berasal dari penggarap sawah. Mukhabarah : kerjasama bidang pertanian bibitnya berasal dari pemilik tanah. Musaqot : kontrak bagi hasil pertanian tanaman tahunan.
Keharusan yang mendesak atau hal yang sangat penting. Kebutuhan manusia terhadap mu’awadhah ini merupakan kebutuhan yang mendesak baik bagi kehidupan dunia maupun akhirat. Karena manusia tidak bisa hidup sendirian, tanpa butuh kepada orang lain. Akan tetapi manusia membutuhkan pertolongan sesamanya. Kalau tidak terlaksana mu’awadhah ini, manusia akan mengalami kerusakan, baik kerusakan yang berhubungan dengan urusan dunia maupun akhirat. Maka tidak akan sempurna kemaslahatan manusia kecuali dengan jalan saling tukarmenukar (mu’awadhah).
Mu’awadhah menghendaki adnya saling membalas kebaikan dan saling kikir di antara manusia karena jiwa mereka menurut tabiatnya adalah kikir.
Mu’awadhah tidak menyebabkan akad menjadi rusak dan batal disebabkan rusaknya tukar-menukar.
Mu’awadhah
bisa
rusak
disebabkan
adanya
ketidakjelasan (gharar) dan ketidaktahuan (jahalah) yang berlebihan sehingga menyebabkan timbulnya perdebatan.
Akad mu’awadhah disyariatkan menjadi rahmat bagi manusia. Karena di dalamnya terkandung hikmah adanya saling tolong-menolong di antara
sesama
manusia
yang
berkenaan
dengan
kebutuhan hidupnya masing-masing. Kebutuhan tersebut tidak bias diperoleh, melainkan hanya
dengan melaksanakan akad mu’awadhah