Kode Informan
: A-01
Identitas Informan
: Ir. Iwan J. Prawira
Pekerjaan /Jabatan : Direktur PT.Shorea Barito Wisata Tempat Wawancara : Waka Shorea Resort and Spa, Desa Sumber Klampok, Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng.( Blok II Tanjung Kotal)
TRA NS KR IP W AWAN CARA EVALUASI KEBIJAKAN KEMITRAAN PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM TAMAN NASIONAL BALI BARAT DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
I.
Koordinasi
dengan
pemerintah
daerah
dalam
kerangka
good
governance 1.
Bagaimana koordinasi antara Waka Shorea Resort and Spa dengan berbagai instansi pemerintah terkait implementasi kebijakan. Dengan Dinas Kehutanan : tidak ada, karena TNBB berada langsung di bawah Departemen Kehutanan. Koordinasi dengan Dephut di daerah dilakukan dengan Balai TNBB. Dengan Pemda Kabupaten Buleleng dan Jembrana : pemkab mendapat bagi hasil dari retribusi tiket masuk ( harga tiket Rp. 2.500 untuk wisawatan domestik dan Rp. 20.000 untuk wisatawan asing ). Dalam kaitan dengan pemda, maka terjadi tumpang tindih kebijakan yaitu mengenai pengenaan pajak hotel dan pajak restaurant di kawasan TNBB Jadi sebenarnya menhut sudah memberikan surat edaran kepada gubernur, bupati / walikota di seluruh Indonesia, terkait perijinan dan pungutan pajak / retribusi, dalam pengusahaan pariwisata alam di kawasan konservasi. Dinyatakan dalam surat tersebut bahwa kepala daerah dilarang menetapkan perda yang menyebabkan
Transkrip Wawancara
1
ekonomi biaya tinggi yang menyebabkan menurunnya daya saing daerah, mengingat bahwa dari setiap Ijin PPA ( Pengusahaan Pariwisata Alam ) yang diterbitkan oleh Dephut telah dikenakan PNBP. Namun surat tersebut tersebut dibantah oleh pemda kabupaten Buleleng, dengan Surat Sekda Kab Buleleng yang kami terima, yang menyatakan bahwa Surat Menhut tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum untuk membatalkan pungutan tertentu seperti pungutan pajak dan restoran karena pelaksanaan perda mempunyai kekuatan hukum yang lebih tinggi dan tidak ada pengecualian. Hal ini menyebabkan kami dikenakan pungutan pajak berganda dan tentunya hal itu memberatkan. Kami juga mendapatkan dua kali surat teguran akibat belum menyerahkan SPTPD Pajak dan Restaurant, tahun 2007 dan 2008. II.
Kemitraan dalam aspek ekonomi
a. Pembangunan sarana dan prasarana 2. Bagaimana proses pemilihan lokasi wilayah pengusahaan pariwisata alam ( PPA ) TNBB dari Dephut terhadap PT. SBW Dephut menentukan langsung lokasi mana yang menjadi wilayah PPA PT. SBW. Dalam hal ini PT. SBW memperoleh izin Pengusahaan Pariwisata Alam (PPA) pada sebagian zona pemanfaatan TNBB seluas + 251,5 hektar terletak di Kabupaten Jembrana dan Buleleng Propinsi Bali. Wilayah PPA ini terbagi atas 3 blok yaitu Blok I di Gilimanuk – kabupaten Jembrana seluas 10,5 Ha, Blok II di Tanjung Kotal seluas 185,8 Ha dan Blok III Labuan Lalang seluas 55,2 Ha. Blok II dan IIII terletak di kabupaten Jembrana sehingga terpisah dari Blok I. Lokasi yang berada di dua kabupaten yang berbeda ini sedikit banyak menyulitkan monitoring serta mengharuskan PT. SBW secara administratif berurusan dengan dua pemkab yang tentunya lebih complicated dibandingkan dengan hanya berhubungan dengan satu pemkab saja. 3.
Bagaimana bentuk kemitraan dengan pihak pemerintah untuk pembangunan sarana prasarana ?
Transkrip Wawancara
2
Pihak Dephut hanya memberikan ijin PPA saja, sedangkan investasi dalam pembangunan sarana prasarana di wilayah PPA
( Blok I,II,III ) menjadi
tanggung jawab penuh dari PT. SBW. Sedangkan pemda kabupaten Buleleng menjadi mitra kerja dalam penataan Blok II Labuan Lalang dimana pemkab Buleleng membangun sekitar 10 kios, lahan parkir, toilet umum dan gapura yang saat inni dikelola oleh masyarakat desa Sumber Klampok. Sedangkan di kabupaten Jembrana belum ada kerjasama dengan pemda setempat. 4. Menyambung pertanyaan no 2, bagaimana perencanaan sarana akomodasi dan prasarana pendukung dilakukan oleh PT. SBW, apakah sesuai dengan filosofi Trihita Karana ? Ditinjau dari sisi ekonomis, Blok I Gilimanuk sebenarnya secara ekonomis kurang potensial dibandingkan Blok II Tanjung Kotal dan III Labuan Lalang, oleh sebab itu sampai sekarang pembangunan difokuskan di Blok II Tanjung Kotal dimana dibangun Waka Shorea Resort and Spa dan Blok III Labuan Lalang dimana area resepsionis dan dermaga ( jetty ) berada. Dari Labuhan Lalang menuju ke Tanjung Kotal ditempuh dengan motor boat selama 15 - 20 menit dimana hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Akomodasi didesain dengan memerhatikan daya dukung kawasan, yaitu maksimal 10% dari luas lahan yang dikelola. Juga vila- vila dibangun di antara pepohonan, yang sesuai dengan filosofi Trihita Karana yaitu keharmonisan dengan alam sekitar, dimana pengunjung bisa meliha babi hutan, rusa, biawak melintas di sekitara kawasan vila. Salah satu keunikan di Waka Shorea adalah bahwa sekalipun ada jalan darat ( namun kurang memadai kondisinya ), maka sesampai di pintu masuk kawasan di Blok III Labuan Lalang, maka pengunjung akan diantar untuk menuju ke dermaga untuk naik kapal motor selama 15 menit menuju ke Waka Shorea Resort and Spa di Blok II Tanjung Kotal. Namun pengelolaan wilayah PPA TNBB antara lain dengan pembangunan sarana prasarana tidak hanya dilandasi oleh profit semata namun juga dengan rasa tanggung jawab dan kecintaan untuk melestarikan lingkungan hidup. Adanya wacana pembangunan bandara di Singaraja ( Buleleng ) akan sangat
Transkrip Wawancara
3
baik dalam meningkatkan arus kunjungan wisatawan terlebih apabila ada pesawat yang langsung terbang dari Singapura ke Singaraja. 5. Bagaimana rencana pengembangan Waka Shorea ke depan ? Dengan kondisi krisis global seperti ini, maka perencanaan yang memakan investasi besar terpaksa ditunda. Namun untuk mengantisipasi potensi diver yang sekarang lebih banyak menginap di pantai Lovina, maka PT. SBW berniat mencari mitra untuk membangun sekitar 20 diving lodge di Blok II Labuhan Lalang di area penerimaan ( jetty ) yang akan dipasarkan dengan harga lebih terjangkau, antara USD 60-80. Sehingga kawasan laut di sekitar TNBB dapat pula dipromosikan di luar negeri sebagai kawasan diving yang tentunya akan membuat nilai tambah bagi PT.SBW pada khususnya dan TNBB pada umumnya. b. Pengembangan kepariwisataan di Propinsi Bali 6. Bagaimana PT. SBW berkontribusi dalam pengembangan ekowisata di Bali.apakah ada kerjasama dengan instansi terkait, misalnya dengan Balai TNBB. Target utama Waka Shorea adalah wisatawan asing yang mencapai 90% dari total pengunjung, 85% di antaranya adalah wisatawan Eropah, Australia, Amerika, sisanya Asia (Jepang ). Wisatawan Indonesia mempunyai point of interest yang berbeda, kurang menyukai ekowisata disamping harga kamar yang relatif mahal ( sekitar USD 180). Rata – rata masa tinggal mereka adalah dua hari. Untuk menarik minat wisatawan maka Waka Shorea menyediakan sarana pendukung antara lain : (1) Wisata alam : trekking, bird watching, photo hunting, (2) Wisata bahari : scuba diving, snorkeling, berperahu, memancing. (3) Wisata ilmiah / pendidikan : pendidikan konservasi melalui rekreasi di alam terbuka sambil mengamati flora fauna, kegiatan lintas alam, berkemah, berkunjung ke lokasi penangkaran burung jalak putih yang ada di dalam kawasan Waka Shorea sendiri maupun ke lokasi penangkaran curik Bali yang dikelola oleh Balai TNBB di Teluk Brumbun.
Transkrip Wawancara
4
(4) Wisata budaya : atraksi kesenian daerah, paket wisata keluar wilayah kerja PPA, bekerjasama dengan Balai TNBB misalnya berkunjung ke kawasan hutan lindung yang dikelola TNBB. Dalam hal ini Waka Shorea menyediakan pemandu wisata yang telah disertifikasi oleh Balai TNBB dan cukup mampu berbahasa Inggris. Selain itu disediakan pula penyewaan peralatan dan perlengkapan kegiatan wiata alam ( memancing, perahu, tenda camping dll ). Sedangkan untuk informasi mengenai Waka Shorea sendiri, dilakukan mengenai brosur, company profile, serta website. 7. Terkait dengan pengembangan ekowisata, bagaimana promosi yang dilakukan oleh PT. SBW. Promosi dan pemasaran dilaksanakan melalui brosur, slide video / film, dan billboard, promosi media elektronik / cetak mengikuti event seminar, lokakarya / pameran dan expo kepariwisataan yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan BPPI ( Badan Promosi Pariwisata Indonesia ). Kerjasama usaha dilaksanakan dengan whole saler travel serta agen perjalanan yang tergabung dalam ASITA ( Association of The Indonesia Tours and Travel Agencies) untuk memasukkan paket ekowisata TNBB dalam paket wisata Bali ( contoh paket wisata bahari ke perairan Teluk Trima – P Menjangan dan kawasan TNBB lain ) dan paket wisata terusan ke luar Bali seperti Yogyakarta / Borobudur, Bromo, Lombok, Pulau Komodo tour.
Sasaran pasar utama adalah wisatawan manca negara dan
nusantara, dengan sasaran pendukung wisatawan lokal ( Bali). Selain itu, Waka Shorea juga berpartisipasi dalam event – event yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Propinsi Bali serta event lingkungan hidup seperti UNCCC ( United Nations Convention on Climate Change ) di Nusa Dua Bali tangal 4 – 13 Desember 2007, dimana Waka Shorea ikut berpameran. Waka Shorea mempunyai website yang cukup informatif di http://www.wakashorearesort. com/. Waka Shorea sebagai anggota group Waka ( butik hotel ) juga menjadi anggota Bali Tourism Board.
Transkrip Wawancara
5
III. Kemitraan dalam aspek Lingkungan Hidup 8.
Program kemitraan apa saja yang sudah dilakukan oleh PT. Shorea Barito Wisata dalam menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan di wilayah PPA TNBB.
a.
Setahun minimal 3 kali bekerjasama dengan LSM Project Bali Clean Up, bekerjasama dengan anak sekolah, desa adat ( ada 13 desa adat di wilayah PPA TNBB ), menyisir pantai dan membersihkan sampah terutama sampah plastik. Program ini juga bagus untuk memberikan kesadaran lingkungan sejak dini bagi anak sekolah.
b.
Program Jumat Bersih, membersihkan wilayah PPA TNBB dan kawasan Waka Shorea Resort and Spa oleh karyawan Waka Shorea.
c.
Bekerjasama dengan Balai TNBB dalam program pembersihan pantai : berganti – ganti lokasi di sekitar obyek wisata termasuk di P. Menjangan. Balai TNBB juga berpartisipasi dalam melakukan ngayah ( gotong royong membersihkan pura ) dan mlaksanakan kegiatan keagamaan ( piodalan, tumpak landep, saraswati, purnama ) di pura – pura utama di sekitar kawasan TNBB seperti pura Gilimenjangan, Pura Sumber Klampok.
9. Bagaimana bentuk kemitraan antara PT. SBW dengan pihak lain misalnya Balai TNBB maupun LSM dalam pengelolaan lingkungan hidup, konsevasi alam dan menjaga keamanan hutan. Para tenaga keamanan / satpam di PT. SBW dibekali ketrampilan oleh Balai TNBB untuk mampu bertindak sebagai penjaga keamanan hutan seperti layaknya jagawana, juga dibekali dengan pelatihan sebagai tenaga pemadam kebakaran hutan, mengingat dalam wilayah PPA TNBB yang dikelola oleh PT.SBW, semua kegiatan termasuk pengamanan hutan dan pencegahan kebakaran di wilayah PPA nya merupakan tanggung jawab dari PT. SBW. Bahkan semua staf di PT. SBW khususnya di Wakashorea Resort and Spa dapat berfungsi sebagai tenaga keamanan.
Transkrip Wawancara
6
Dengan LSM : PT. SBW bekerjasama dengan APCB ( Asosiasi Pelestari Curik Bali ), yang pusatnya di Taman Safari Indonesia ( dengan person in charge Bpk. Tonny Sumampouw ), untuk melakukan penangkaran curik ( jalak putih ) Bali yang merupakan fauna khas di TNBB. Dalam hal ini PT. SBW menyediakan sangkar besar untuk penangkaran serta menyediakan pakan burung, sedangkan APCB menyediakan 20 ekor curik Bali untuk dikembangbiakkan. Di sini, curik Bali berada di dalam sangkar besar serta di luar sangkar. Curik Bali yang berada di dalam sangkar juga berfungsi untuk memikat curik Bali yang ada di luar sangkar agar tidak terbang terlalu jauh. Tanggal 5 Mei 2009 yang lalu, Menteri Kehutanan H. M.S. Kaban bersama
Gubernur Bali melepasliarkan 34 ekor
burung Curik Bali (Leucopsar rotschildi) pada 5 Mei 2009 di Lokasi Waka Shorea Resort and Spa. Selain itu manajemen Waka Shorea juga menjaga keseimbangan ekosistem dengan misalnya menyediakan tempat minum bagi satwa, sehingga satwa liar seperti rusa bisa minum di tempat itu. Juga pada area hotel, tidak jarang dijumpai hewan liar yang berkeliaran bebas, seperti rusa, babi hutan, bahkan kera. 10. Apakah ada program pengendalian dampak perubahan iklim, seperti mitigasi dan adaptasi ? Mengingat maintenance di Waka Shorea adalah high cost, dimana tidak ada listrik dari PLN di kawasan Waka Shorea mengingat ini adalah kawasan hutan TNBB , maka pasokan listrik dilakukan dengan menggunakan genset, ( listrik PLN hanya ada di dermaga ). Juga sejalan dengan ciri khas Waka Group ( hotel butik ) yaitu ecofriendly, maka digunakan lampu hemat energy,
pengunjung
diminta untuk mematikan lampu, AC, TV pada saat keluar ruangan, serta mnghemat pemakaian air. Sejauh ini belum ada penggunaan energi terbarukan dalam kawasan TNBB. Namun aforestasi (usaha reboisasi pada lahan yang dahulunya tidak ada hutan ) dilakukan sejak tahun 2000 dengan penanaman 10.000 pohon habitat asli TNBB antara lain waru, ketapang, cendana. Program pencegahan deforestasi
Transkrip Wawancara
(pencegahan perusakan pada hutan yang masih ada)
7
dilakukan dengan menjaga kawasan, dengan patroli bersama dengan Balai TNBB.
11.Langkah – langkah apa yang dilakukan dengan pihak terkait, misalnya dengan Balai TNBB untuk pemantauan pengendalian kebakaran dan pemeliharaan ? Dibentuk Satgasdamkar, ( Satuan Tugas Pemadam Kebakaran ) yang berasal dari para tenaga keamanan PT. SBW, yang dilatih oleh Balai TNBB, baik teori maupun praktek. Tiap tahun dilakukan diklat, penyegaran termasuk praktek di lapangan. 12. Langkah – langkah apa yang sudah dilakukan PT Shorea Barito Wisata dalam rangka untuk pendidikan konservasi baik kepada masyarakat sekitar wilayah PPA TNBB maupun pengunjung TNBB. Pendidikan konservasi dilakukan bersama Balai TNBB kepada masyarakat sekitar, sedangkan untuk pengunjung dilakukan melalui brosur, juga penerangan di bagian informasi, atau pada saat melakukan trekking, dengan pemandu wisata menerangkan mengenai flora fauna yang ada di TNBB. 13.Apakah ada upaya dalam koordinasi keamanan lingkungan laut dengan para stakeholder ( pemegang Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam / PPA ) lain di kawasan TNBB, yaitu PT. Disthi Kumala Bahari dan PT. Trimbawan Swastama Sejati. Patroli laut dilakukan melalui wadah FKMPP ( Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir ) dimana
semua stakeholder TNBB termasuk para pengelola
TNBB, Balai TNBB, masyarakat desa Sumber Klampok tergabung di dalamnya. Dengan dukungan dana dari para pengelola PPA TNBB dan atau dukungan LSM misalnya WWF, patroli laut dilakukan satu sampai empat kali sebulan tergantung dukungan dana.
Transkrip Wawancara
8
14.Bagaimana caranya agar pengunjung tidak membawa keluar flora dan fauna dari TNBB? Diamati pada saat pengunjung keluar kawasan,juga selama di dalam kawasan khususnya pada saat snorkeling maupun trekking diberi pemahaman mengenai konservasi oleh pemandu wisata alam TNBB. IV. 15.
Kemitraan dalam aspek sosial Bagaimana upaya PT. Shorea Barito Wisata dalam mencegah masyarakat sekitar wilayah PPA TNBB melakukan pencurian kayu atau perburuan liar atau kegiatan yang berakibat pada pelanggaran hukum lainnya ? Dengan patroli rutin dan patroli bersama, penemuan pelanggaran misalnya penangkapan ikan dengan pengeboman / potasium, pencurian kayu dll diserahkan kepada Balai TNBB untuk diproses lebih lanjut.
16.Bentuk kontribusi apa saja yang dilakukan oleh PT. Shorea Barito Wisata dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat ? Masyarakat dilibatkan sebagai karyawan di PT. SBW yaitu di Waka Shorea Resort and Spa, baik sebagai tenaga keamanan, staf di hotel, tukang perahu, terapis ( massage ) , karyawan di restoran, dan lain – lain dimana 85% karyawan berasal dari penduduk desa Sumber Klampok. Beberapa sudah keluar dari Waka Shorea dan bekerja di luar negeri sebagai karyawan kapal pesiar. Juga ada yang menjadi manager operasional. Rata – rata lulusan SMA, sehingga harus dilakukan pelatihan terlebih dahulu di group Waka. Selain itu penduduk dilibatkan sebagai pengelola perahu motor melalui paguyuban / koperasi. Hal ini juga merupakan tuntutan masyarakat pada saat PT. SBW mulai beroperasi karena sebelum PT SBW beroperasi, mereka sudah menyewakan perahu bagi wisatawan yang akan mengunjungi P Menjangan untuk diving. Sedangkan pihak Waka Shorea sendiri memiliki satu perahu yang hanya difungsikan untuk antar jemput tamu dari lokasi jetty ( dermaga ) di Blok III Labuhan Lalang ke lokasi Waka Shorea Resort and Spa di Blok II Tanjung Kotal, dimana tukang perahunya merupakan karyawan Waka Shorea.
Transkrip Wawancara
9
17. Apakah pernah ada konflik antara masyarakat dengan pihak pengelola TNBB. Pada awal pembangunan Waka Shorea di tahun 2000 ada konflik antara masyarakat Desa Sumber Klampok dengan PT. SBW. Untuk itu dibuka forum dialog, maka pengelolaan kapal motor tetap diserahkan kepada masyarakat desa Sumber Klampok, juga sebagian area di Labuhan Lalang di tempat jetty dikelola oleh masyarakat, yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berjualan, namun akibatnya lokasi menjadi agak kumuh. Untuk itu masyarakat harus terus menerus diberi penyadaran akan kebersihan lingkungan. Juga masyarakat diberi kesempatan untuk menjadi karyawan bagi PT. Waka Shorea. Sedangkan untuk pembangunan akomodasi dan sarana lain seperti dernaga, menara pengawas dan lain - lain, masyarakat juga dilibatkan sebagai tukang bangunan, yang dilakukan oleh kontraktor di luar PT. SBW. V.
Kendala dan harapan pengelolaan wilayah PPA TNBB
18. Apa kendala, dan harapan bagi pengelolaan wilayah PPA TNBB? a. Kendala – kendala yang dihadapi saat ini : 1. Adanya tumpang tindih kebijakan antara Departemen Kehutanan dan Pemda Kabupaten Buleleng. 2. Tidak adanya listrik PLN di Waka Shorea, pasokan listrik didapat melalui genset berbahan bakar solar, sehingga kapasitasnya terbatas. Jarak yang cukup jauh dari Denpasar, sekitar 2,5 – 3 jam. 3. Kurangnya perhatian dari Dinas Pariwisata dalam ikut memperkenalkanTNBB mengingat TNBB masih tergolong sebagai destinasi baru. b. Harapan dan saran, baik kepada pemerintah maupun pihak terkait lainnya 1. Sinkronisasi kebijakan antara Departemen Kehutanan dengan Pemda Buleleng khususnya Dinas Pendapatan Darerah ( Disparda ), dalam hal pungutan ganda. 2.
Perhatian
pemerintah
khususnya
Dinas
Pariwisata,
agar
ikut
memperkenalkan TNBB sebagai destinasi alternatif wisata alam.
Transkrip Wawancara
10
3. Bisa mendapatkan mitra investor untuk pembangunan perluasan sarana prasarana seperti diving lodge di Labuhan Lalang.
Kode Informan
: A-02
Identitas Informan
: I Gede Ringin
Pekerjaan /Jabatan : Pemangku* merangkap tenaga keamanan Waka Shorea Tempat Wawancara : Waka Shorea Resort and Spa Hari /Tanggal : 13 Juli 2009
TRA NS KR IP WAWAN CARA EVALUASI KEBIJAKAN KEMITRAAN PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM TAMAN NASIONAL BALI BARAT DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
1. Ada berapa jumlah tempat suci di sekitar Waka Shorea? Di sekitar Waka Shorea terdapat 30 tempat suci (pura). 2. Apakah manajemen Waka Shorea memperhatikan keberadaan tempat suci tersebut. Salah satu kepedulian dari manajemen Waka Shorea tentunya tidak bisa terlepas dengan situasi lingkungan alam dimana Waka Shorea itu berada.
Transkrip Wawancara
11
Artinya Waka Shorea sangat konsen dan peduli akan hal tersebut. Untuk keselamatan dan kenyamanan baik itu karyawan dan tamu maka secara spiritual juga menghaturkan sesajen di semua tempat (pura) yang disakralkan oleh warga setempat. 3. Waktu atau hari-hari apa saja melakukan atau menghaturkan sesajen? Waktu dan jenis sesajen yang dihaturkan adalah : (a) Setiap hari menghaturkan canang sebanyak 35 buah di semua tempat suci lokasi Waka Shorea, (b) Hari Kajeng dan Keliwon menghaturkan canang dan caru bulan ai, (c) Hari Purnama dan Tilem mengaturkan canang raka, daksina, pejati dan sesajen yang dihaturkan di laut adalah tipat kelan dan taluh bungkul, (d) Hari Tumpek Landep mengahaturkan sorohan di setiap mesin genset yang besar. (e) Hari Buda Cemeng Ukir yaitu hari piodalan Waka Shorea dilakukan upacara mecaru eka sato 4. Bagaimana pandangan atau pendapat bapak tentang makna dari menghaturkan sesajen di sekitar Waka Shorea? Mencermati akan hal tersebut menarik untuk dikaji yaitu sesajen yang dihaturkan dengan maksud rasa bakti kehadapan Tuhan sebagai penguasa alam dalam hal ini laut dan hutan dimana sesajen itu secara tidak langsung juga dinikmati oleh hewan atau binatang yang ada di sekitar Waka Shorea seperti sesajen yang terletak di bawah dinikmati oleh babi hutan, semut, cacing, sedangkan sesajen yang letaknya di atas dinikmati oleh burung, dan kera. Jika dicermati lebih mendalam TNBB tetap lestari karena adanya kearifan lokal yang secara tidak langsung ikut menjaga kelestarian hutan dan ini dilakukan juga oleh Waka Shorea yang ikut menjaga kesakralan dari area hutan. Tentunya ini menjadi sebuah model bentuk pelestarian hutan yang dapat dijadikan contoh tentunya dengan mengedepankan kearifan lokal daerah bersangkutan. Catatan :
Transkrip Wawancara
12
Pemangku adalah orang yang dipercaya untuk melakukan ritual agama Hindu di Bali.
Kode Informan
: A-03
Identitas Informan :
Ni Luh Suartini
Pekerjaan /Jabatan : Ahli Massage di Waka Shorea Resort and Spa, Penduduk Desa Sumber Klampok, Kec.Gerokgak, Kab Buleleng Tempat Wawancara : Waka Shorea Resort and Spa – Desa Klampok, Kec. Gerokgak, Buleleng Hari /Tanggal : Senin, 13 Juli 2009
TRA NS KR IP WAWAN CARA EVALUASI KEBIJAKAN KEMITRAAN PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM TAMAN NASIONAL BALI BARAT DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 1. Apakah masyarakat Desa Klampok mengetahui kehadiran PT. SBW yang membangun Waka Shorea Resort and Spa dan bagaimana respon masyarakat terhadap kehadiran PT. Shorea Barito Wisata. Tahu dan bersyukur dengan adanya PT. SBW masyarakat bisa mendapatkan pekerjaan lebih layak. Dulu hanya bertani sekarang bisa menjadi karyawan hotel dan ditraining sesuai bakat dan keahlian. 2. Apa pendidikan terakhir anda? Responden lulusan SMK. Tidak ada biaya melanjutkan sekolah. Setelah lulus sekolah diterima kerja September 2003. Berhenti karena hamil tahun 2006,kembali bekerja tahun 2008 sebagai terapis / massage. 3. Pekerjaan apa yang dilakukan di desa Sumber Klampok ?
Transkrip Wawancara
13
Suami petani cabe, kacang kacangan, jagung, namun tidak cukup untuk makan. Jadi harus memelihara sapi, babi. Kalau musim kemarau, tanahnya kering karena kurang air. Kalau Ni Luh digaji Rp.30.000 per hari sebagai massageur. Jauh lebih baik daripada bercocok tanam. Selain itu penduduk bekerja sebagai nelayan tradisional. Namun kerja sebagai terapis musiman, hanya bila tamu sedang ramai. Kalau tidak bekerja sebagai terapis, Ni Luh bekerja di ladang. 4. Bagaimana bentuk program kerjasama antara PT. Shorea Barito Wisata dengan desa Sumber Klampok. Umumnya PT. SBW membantu dalam bentuk memberikan sumbangan dalam upacara – upacara ritual keagamaan Hindu. Juga mempekerjakan penduduk sebagai karyawan. 5. Bagaimana upaya PT. Shorea Barito Wisata dalam mencegah masyarakat sekitar wilayah PPA TNBB melakukan pencurian kayu atau perburuan liar atau kegiatan yang berakibat pada pelanggaran hukum lainnya ? Sejak 2 tahun lalu sudah berkurang untuk pengambilan kayu liar dan perburuan liar karena penjagaan TNBB lebih ketat. 6.
Sejauh mana masyarakat sekitar wilayah PPA TNBB dilibatkan sebagai tenaga kerja dalam pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana obyek wisata alam di TNBB. Masyarakat desa Sumber Klampok bekerja sebagai karyawan di Waka Shorea, sebagai tenaga security, terapis/ massage, house keeping, restoran, pengusaha kapal dll.
7. Bentuk kemitraan apa yang dilakukan PT. Shorea Barito Wisata di desa Sumber Klampok dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat ( dalam hal pertanian, budidaya hasil laut, kerajinan dll ). Tidak tahu.
Transkrip Wawancara
14
8. Apa yang menjadi kendala, dan harapan dari masyarakat Desa Sumber Klampok terhadap keberadaan PT. SBW dalam mengelola TNBB? Kendala – kendala yang dihadapi saat ini bila tamu sedang sepi penghasilan berkurang. Harapan
saya ada pelatihan secara berkala, baik teori dan
praktek untuk teknik massage, karena ilmu massage berkembang terus
Transkrip Wawancara
15
Kode Informan
: B-01
Identitas Informan :
Drs Bambang Darmadja
Pekerjaan /Jabatan : Kepala Balai TNBB Tempat Wawancara : Balai TNBB, desa Cekik, Gilimanuk, Kab. Jembrana, Bali Hari /Tanggal :
Selasa 14 Juli 2009
TRA NS KR IP WAWAN CARA EVALUASI KEBIJAKAN KEMITRAAN PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM TAMAN NASIONAL BALI BARAT DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. Peran dan fungsi Balai TNBB 1. Apa peran Balai TNBB dalam pengelolaan TNBB. Mohon penjelasan. Ada tiga prinsip pengelolaan TNBB yaitu : (1) Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan, (2) Pengawetan Keanekaragaman Hayati, (3) Pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya secara lestari. Perlindungan : dilakukan bersama dengan polisi air, TNIAL, syahbandar ( untuk wilayah perairan ), Pemanfaatan : dilakukan bersama pengelola TNBB seperti PT. Shorea Barito Wisata. 2. Berapa orang jumlah jagawana / polisi hutan di bawah Balai TNBB ? Ada 58 orang polisi hutan yang bernaung di bawah Balai TNBB, yang mengawasi lahan seluas 19.000 hektar.
Transkrip Wawancara
16
3. Bagaimana cara Balai TNBB dalam mengevaluasi kebijakan pemberian ijin PPA kepada Waka Shorea sesuai kebijakan yang tertera pada pertanyaan no 2 di atas dan apa saja yang dievaluasi Setiap akhir tahun Balai TNBB melakukan evaluasi dari realisasi rencana program yang dilakukan oleh Waka Shorea berdasarkan RKT ( Rencana Karya Tahunan ) yang dibuat oleh PT. SBW dan dilaporkan ke Departemen Kehutanan. Pemeriksanaan dilakukan oleh Team Balai TNBB. Tingkat kepatuhan dari pihak yang dievaluasi adalah sekitar 70%. RKT tidak perlu muluk – muluk, yang penting bisa dilaksanakan. II. Pelaksanaan kebijakan 4.
Dalam konsep pembangunan daerah, terkait dengan pembangunan daerah terutama
kabupaten
Jembrana
dan
Buleleng,
apakah
ada
konsep
pembangunan daerah terkait dengan TNBB yaitu lebih menekankan pada acuan pariwisatanya baik wisatawan langsung ataupun yang tidak langsung? Ada perhatian pemda Buleleng dalam pembangunan gedung di depan dermaga Blok II ( Labuhan Lalang) menuju ke Waka shorea. Namun gedung tersebut sampai sekarang belum dimanfaatkan, karena dana tidak ada dan kebijakan tidak jelas. 5.
Mengingat TNBB ada di dua kabupaten yaitu Jembrana dan Buleleng, apakah ada konflik kepentingan di antara kedua kabupaten tersebut terkait keberadaan TNBB ? Sejauh ini tidak ada. TNBB hanya boleh memungut karcis masuk ke kawasan Rp. 2500 untuk turis domestik dan Rp. 20.000 untuk turis asing. Jumlah ini sangat kecil. Tetapi pemda bisa membuatkan perda untuk retribusi, sehingga bisa menambah PAD dan sebagian juga bisa diberikan kepada TNBB utk menambah pemasukan dana TNBB, sehingga bisa dijadikan dana operasional maupun untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Hal tersebut sudah pernah dilakukan di Taman Nasional Way Kambas di Lampung dimana saya
Transkrip Wawancara
17
pernah bertugas, dimana pemdanya membuat perda terkait retribusi, dimana pengunjung ditarik Rp. 200.000. Sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan di atasnya, sangat mungkin membuat perda tambahan yang saling menguntungkan baik dari pihak pemda maupun dari Balai TNBB sendiri. 6. Apakah ada bantuan dana dari pemerintah ( pusat maupun daerah dalam pengelolaan TNBB khususnya wilayah PPA TNBB yang dikelola Waka Shorea. Dana berasal dari APBN, namun untuk pemberdayaan masyarakat, dana hanya Rp. 20 – 50 juta setahun, sangat kecil. 7.
Apakah pernah mendengar adanya masalah terkait dengan tumpang tindihnya kebijakan antara pihak pemda dengan Waka Shorea? Ya saya pernah mendengar, dan hal tsb memang sering terjadi dimana kebijakan di atas tidak sejalan dengan kebijakan di bawahnya. Untuk itu diperlukan sinkronisasi antara pihak Departemen Kehutanan dengan pemda terkait, karena yang menjadi korban adalah pihak pengelola pariwisata alam seperti Waka Shorea.
III. Kemitraan dalam Lingkungan Hidup 8. Apakah di TNBB ada program pengendalian dampak perubahan iklim, seperti mitigasi dan adaptasi ? Ada upaya reforestasi, dengan penanaman kembali bagian hutan yang rusak dengan program One Man One Tree baik di dalam kawasan TNBB dengan staf Balai sebagai pelaku penanaman pohon, maupun di luar kawasan, dengan melibatkan anak SD dengan bekerjasama dengan LSm ( Pilang ). Yang ditanam adalah tanaman asli di TNBB, yaitu kemloko, sawo kecik, cendana, pangkal buaya. Selain itu ada upaya inventarisasi tanaman, dimana staf balai terjun langsung ke lapangan. Juga dilakukan upaya pelestarian Curik ( jalak ) Bali baik insitu, di dalam kawasan TNBB di mana burung ini tidak boleh diperjualbelikan, maupun eksitu ( di luar kawasan ), dimana program ini dimaksudkan untuk
Transkrip Wawancara
18
mengurangi pencurian curik Bali dan menurunkan harganya di pasaran gelap, dari sekarang Rp. 30 juta per pasang menjadi Rp. 5 juta per pasang. Dalam penangkaran eksitu, masyarakat yang berminat untuk menangkar curik Bali dapat
mengajukan ijin kepada Departemen Kehutanan yang nantinya melalui
Balai TNBB akan memberikan bibit curik Bali ( F1) untuk ditangkarkan, dan haislnya ( F2, F3 dan seterusnya ) dapat dijual. Dengan demikian pencurian curik Bali akan berkurang.
Penangkaran curik Bali dilakukan bekerjasama
dengan APCB ( Asosiasi Pelestari Curik Bali ) yang pusatnya di Taman Safari Indonesia. Sedangkan penggunakan energi terbarukan dan enegi alternatif belum dilakukan. 9. Bagaimana bentuk kemitraan antara Balai TNBB dengan Waka Shorea serta pihak lain misalnya LSM dalam pengelolaan lingkungan hidup. Patroli bersama di darat dan laut dengan satuan keamanan dari stakeholder lain termasuk dari Waka Shorea, dalam wadah FKMPP ( Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir ) dimana Balai TNBB juga menjadi stakeholdernya. Juga melakukan Clean Up ( pembersihan areal pantai ) di Pulau Menjangan. Pihak perusahaan dan atau LSM misalnya WWF memberikan sejumlah dana untuk operasional. Pihak Balai TNBB juga melatih petugas keamanan dari Waka Shorea mengenai cara – cara pengamanan hutan serta pelatihan pemadam kebakaran, juga melatih beberapa karyawan Waka Shorea untuk menjadi pemandu wisata alam TNBB dan memberikan sertifikasi. Tiap tahun, bersama dengan pemandu wisata alam dri Balai TNBB, mereka diberi penyegaran dan pelatihan – pelatihan baru. 10. Bagaimana upaya pencegahan kebakaran di TNBB Di TNBB ada beberapa area yang rawan kebakaran, seperti di Pejarakan yang merupakan Monsoon Forest. Juga di area yang dekat jalan raya di mana supir truk sering membuang puntung rokok. Namun dibandingkan dengan Taman Nasional di Kalimantan, di TNBB potensi kebakaran relatif kecil. Sementara ini dilakukan sosialisasi pencegahan kebakaran dengan memasang spanduk serta
Transkrip Wawancara
19
rambu – rambu / papan peringatan di lokasi yang strategis, juga beberapa rambu seperti ANDA MEMASUKI KAWASAN HUTAN LINDUNG. 11. Bagaimana caranya agar pengunjung tidak membawa keluar flora dan fauna dari TNBB. Pengunjung yang keluar dari TNBB diperhatikan barang bawaannya, bila mencurigakan maka akan diperiksa. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, peran pemandu wisata alam snagat penting untuk memperingatkan pengunjung agar tidak membawa tumbuhan, maupun koral, dan biota laut lain dari TNBB. 12.Bagaimana tingkat kepatuhan masyarakat di sekitar TNBB mengenai upaya pelestarian alam. Apakah unsur budaya lokal ada pengaruhnya. Tingkat kepatuhan d masyarakat di sekitar TNBB mengenai upaya pelestarian alam di atas 70%, dan hal tersebut karena adanya pendidikan dan pembinaan dari pihak Balai TNBB juga, selain dari filosofi Hindu Trihita Karana yang salah satunya mengandung arti keharmonisan antara manusia dengan alam sekitarnya. Justru ketidakpatuhan seperti pencurian kayu, pengeboman ikan, datangnya dari masyarakat luar Bali, mengingat lokasi TNBB di Gilimanuk yang dekat dengan Banyuwangi. 13.Bagaimana upaya dalam mencegah masyarakat sekitar wilayah PPA TNBB melakukan pencurian kayu atau perburuan liar atau kegiatan yang berakibat pada pelanggaran hukum lainnya ? Apakah ada kerjasama dengan pihak Waka Shorea atau stakeholder lain dalam hal ini? Ada patroli rutin di darat yang dilakukan oleh polisi hutan di kawasan hutan TNBB. Sedangkan untuk patroli laut umumnya bekerjasama dengan FKMPP dimana Balai TNBB dan pengelola wilayah TNBB seperti Waka Shorea juga menjadi anggotanya. IV. Kemitraan dalam aspek sosial
Transkrip Wawancara
20
14.Apakah Balai TNBB sendiri melakukan upaya pemberdayaan masyarakat ? Ya, dengan memberikan ternak sapi, pupuk organik, dimana dana diperoleh dari APBN, serta pendampingan / pelatihan dengan LSM lokal. Juga melakukan pelatihan kepada masyarakat sebagai pemandu wisata alam TNBB. Balai TNBB melatih masyarakat desa sekitar TNBB sebagai Pemandu Wisata Alam TNBB dan memberikan sertifikasi sejak tahun 2008. Sertifikasi ini bertujuan untuk menstandarisasi kemampuan pemandu wisata, dengan demikian komplain dari wisatawan terhadap TNBB dapat dikurangi. Pemandu wisata tersebut tergabung dalam Forum Pemandu Wisata Alam TNBB. Sampai sekarang sudah 30 orang yang disertifikasi dan setiap tahun dilakukan diklat, pelatihan – pelatihan dan updating pengetahuan tentang kebijakan baru, teknologi dan perkembangan terbaru. Mereka diberi seragam biru, dan mampu berbahasa Inggris dengan belajar secara autodidak serta diberikan pelatihan bahasa Inggris juga dengan kerjasama dengan Dinas Pariwisata. Khusus untuk kegiatan pemanduan, bilamana ada kunjungan dari luar yang membawa pemandu sendiri, maka tetap harus menyewa pemandu wisata alam dari Balai TNBB, dengan demikian kita dapat memproteksi periuk nasi para pemandu ini. Dan dari hasil memandu, mereka bisa menyekolahkan anaknya dan menghidupi keluarganya. 15.Bentuk kemitraan apa saja yang dilakukan bersama Waka. Shorea dan stakeholder lain
dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
(pertanian, budidaya hasil laut, kerajinan dll ) Ada budidaya rumput laut yang dilakukan dengan FKMPP dimana hasilnya dapat menambah pendapatan masyarakat sekitar TNBB. 16.Apakah ada upaya pendidikan konservasi alam yang dilakukan oleh Balai TNBB bagi masyarakat di sekitar wilayah PPA TNBB. Jelaskan. Memang pendidikan lingkungan hidup belum menjadi muatan lokal dalam kurikulum sekolah, namun Balai TNBB sudah melakukan upaya dengan melibatkan LSM lokal untuk pendidikan lingkungan untuk anak SD – SMA yaitu
Transkrip Wawancara
21
dengan LSM Pilang dan Seka. Dengan tujuan penyadartahuan agar masyarakat khususnya anak – anak tahu dan peduli tentang upaya pelestarian hutan. Secara teori diajarkan di sekolah dan prakteknya di ajak kelapangan berkeliling TNBB dengan penjelasan mengenai flora fauna di kawasan TNBB serta upya menanam pohon. Sedangkan untuk guru – guru SMP – SMA juga dilakukan pembentukan kader konservasi khususnya guru IPA dan biologi, baik di kabupaten Jembrana maupun Buleleng yaitu mengenai bagaimana mengelola taman nasional yang bisa dipakai untuk pendidikan, penelitian, pariwisata dan rekreasi. Sedangkan dengan Waka Shorea belum ada kerjasama pendidikan lingkungan. V. Kemitraan dalam aspek ekonomi ( pengembangan ekowisata ) 17.Bagaimana wisatawan menanggapi keberadaan pemandu wisata alam TNBB? Wisatawan menanggapi baik dengan keberadaan pemandu wisata alam ini, karena para pemadu ini sudah dilengkapi dengan seragam dan mampu memandu dengan baik. 18.Bagaimana kemitraan dengan Waka Shorea dalam hal pengembangan ekowisata ? Waka Shorea membawa tamu-tamu ke wilayah Balai TNBB baik dalam rangka wisata bahari maupun wisata alam, dan untuk itu akan didampingi oleh pemandu wisata alam dari Balai TNBB. Juga para pemandu wisata dari Waka Shorea dididik dan disertifikasi oleh Balai TNBB. 19.Adakah wisatawan merusak flora fauna di TNBB ? Vandalisme, perusakan tidak ada, hanya mereka suka mengumpulkan kerang or koral pada saat diving, namun langsung ditegur dan dijelaskan bahwa ini adalah taman nasional, sehingga tidak boleh membawa apapun keluar dari TNBB.
Transkrip Wawancara
22
20. Bagaimana dengan jumlah pengunjung dikaitkan dengan isu mengenai penyakit atau situasi keamanan di Bali ? Jumlah pengunjung yang datang bisa mengalami penurunan tergantung situasi seperti ada isu flu babi, flu burung, SAR, bom Bali dan lain – lain, akan mempengaruhi jumlah kunjungan. VI. Kendala dan harapan terhadap pengelolaan TNBB 21. Apa kendala, tantangan dan harapan dari Balai TNBB terhadap pengelolaan TNBB? Kendala yang dihadapi oleh TNBB sekarang terutama adalah terkait dengan belum optimalnya pengembangan pariwisata di kawasan Bali Barat khususnya di TNBB. Yang menjadi tantangan kami adalah bagaimana mengubah paradigma masyarakat, pejabat, pengusaha
agar merasa
memiliki taman nasional. Sebagai contoh, pejabat selalu menanyakan, apa kontribusi TNBB terhadap daerah ( terkait PAD ). Pada jangka pendek, kontribusi memang kecil, namun keberadaan Taman Nasional adalah sesuatu yang sifatnya jangka panjang, karena merupakan kegiatan konservasi. Kalau para pejat sendiri tidak mengetahui makna konservasi, sulit bagi mereka untuk memberikan dukungan, baik dana maupun lainnya. Harusnya mereka mampu berpikir mengenai ”apa kontribusi mereka terhadap kegiatan konservasi”, dengan demikian lebih mudah mensosialisasikannya ke masyarakat. Harapan dari Balai TNBB : (1) Balai TNBB dapat membiayai dirinya sendiri, untuk itu diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak karena prinsip pengelolaan TNBB yaitu perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan sumber daya merupakan kegitan yang memerlukan kontribusi banyak pihak termasuk pra pembuat kebijakan, dan sifatnya jangka panjang. (2) Keberadaan TNBB harus mampu memberdayakan masyarakat sekitarnya dengan kegiatan – kegiatan yang dapat meningkatkan sumber pendapatan mereka.
Transkrip Wawancara
23
Keterangan lebih lengkap dapat dibaca pada buku – buku / leaflet mengenai TNBB yang kami berikan kepada bapak dan ibu. Kode Informan
: B-02
Identitas Informan :
Arifun
Pekerjaan /Jabatan :
Polisi Hutan
Tempat Wawancara : STPN II Buleleng Resort Teluk Brumbun, TNBB Hari /Tanggal
: Rabu, 15 Juli 2009
TRA NS KR IP W AWAN CAR A EVALUASI KEBIJAKAN KEMITRAAN PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM TAMAN NASIONAL BALI BARAT DALAM MEWUJUDKAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
I. Peran polisi hutan 1. Apa peran polisi hutan dalam pengelolaan TNBB secara umum Menjaga keamanan hutan di kawasan TNBB. 2. Ada berapa polisi hutan di Teluk Brumbun ? 14 orang termasuk satu teknisi yang bertugas memberi makan curik Bali. 3. Bagaimana bentuk pelatihan polisi hutan ? Polisi hutan dilatih oleh kepolisian, dan diberi penyegaran setahun sekali, dari pihak Kehutanan membentuk Satuan Polisi Hutan Reaksi Cepat yang dilatih di Secapa di Sukabumi, dan sampai sekarang sudah 3 angkatan. II. Pelestarian Lingkungan Hidup dan Program Kemitraan
Transkrip Wawancara
24
4. Bagaimana kegiatan patroli di kawasan ini dalam menjaga keamanan hutan dari pencurian kayu dan perburuan satwa liar ? Patroli darat dilakukan dengan berjalan kaki dan polisi hutan membawa senjata. Umumnya para pencuri kayu atau pemburu satwa langsung lari begitu melihat polisi hutan. Umumnya mereka tidak bersenjata api, hanya membawa sabit. 5. Apakah banyak pengunjung datang ke tempat ini ? Tidak terlalu banyak, namun pak Menteri Kehutanan beberapa kali datang membawa tamu ke lokasi ini. Juga mahasiswa yang melakukan penelitian. 6. Bagaimana caranya agar pengunjung tidak membawa keluar flora dan fauna dari TNBB. Pengunjung diberi peringatan agar tidak membawa apapun keluar dari TNBB. Pernah ada mahasiswa yang melakukan penelitian di TNBB bermaksud membawa koral, malamnya kesurupan selama beberapa jam dan setelah dipanggilkan ‘orang pintar’ setempat, dimana si mahasiswa dimintakan maaf kepada ‘penunggu wilayah’ tersebut karena tidak mengerti dan tidak bermaksud jahat, barulah berangsur- angsur membaik. . Jadi pengunjung harus menghargai pula unsur kepercayaan masyarakat lokal yang ada di tempat ini termasuk terhadap hal – hal gaib. 7. Bagaimana upaya penegakan hukum yang dilakukan Balai TNBB terhadap pelanggar hukum ? Para pelanggar hukum yang tertangkap diserahkan ke pihak polisi, namun sebenarnya yang mengecewakan adalah eksekusi hukuman yang seringkali tidak sesuai dengan makna konservasi dan upaya yang sudah dilakukan. Sebagai contoh pernah terjadi pencurian kayu untuk dibuat bonsai, sampai di meja hijau, hakim hanya menilai berdasarkan nilai kayu yang dicuri, tanpa mempertimbangkan nilai konservasinya. Dan pelanggar hanya dikenakan hukuman 2 bulan 8 hari. Padahal untuk menangkapnya diperlukan upaya
Transkrip Wawancara
25
pengintaian sampai 3 bulan. Untuk pencurian burung, sekarang jauh berkurang karena adanya isu flu burung. 8. Bagaimana dengan program kerjasama dengan perusahaan seperti PT. Shorea Barito Wisata ( Waka Shorea ) dan institusi lain dalam menjaga kelestarian lingkungan di TNBB. Program patroli laut bersama FKMPP ( Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir ), diman Balai TNBB, Waka Shorea tergabung
di dalamnya, serta
melibatkan masyarakat sekitar TNBB. 9. Apakah ada bantuan dari pihak luar kepada Balai TNBB, berupa apa bantuan tersebut. Ada bantuan dari Jepang, berupa peralatan, seperti teropong, dan alat lain, serta pengembalian curik Bali yang ditangkar di Jepang ke sini untuk dilepas liarkan. Teluk Brumbun merupakan salah satu lokasi pra pelepasan curik Bali. IV. Kendala dan harapan 10.Bagaimana kendala yang ada saat ini serta tantangan yang dihadapi dan apa saran untuk mengatasinya Kendala bagi polisi hutan adalah kesejahteraan dan perlengkapan kerja yang kurang memadi sedangkan tugas yang diemban cukup berat. Harapannya tentunya ada perhatian lebih bagi pihak swasta maupun pemerintah terhadap kesejahteraan polisi hutan.
Transkrip Wawancara
26
Kode Informan
: C-01
Identitas Informan :
Drs. Putu Tastra Wijaya, M.M
Pekerjaan /Jabatan : Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Buleleng Tempat Wawancara : Kantor Disparda Kab Buleleng di Singaraja Hari /Tanggal : Senin, 13 Juli 2009
TRA NS KR IP W AWAN CAR A EVALUASI KEBIJAKAN KEMITRAAN PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM TAMAN NASIONAL BALI BARAT DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
1.
Bagaimana peran Disbudpar Kab. Buleleng dalam mempromosikan obyek pariwisata alam TNBB. Kabupaten Buleleng memiliki kekayaan alam sebagai objek dan daya tarik wisata yaitu danau Tamblingan, wisata bahari (lumba-lumba), wisata spiritual yaitu di wilayah Buleleng Barat banyak terdapat tempat suci Hindu (Pura Pabean, Pura Pulaki, Pura Kerta Kawat, Pura Melanting, dll.) Selain itu ada kawasan Pariwisata Kalibukbuk, kawasan Pariwisata Batu Ampar di Desa Pejarakan. Kemudian yang sangat menarik yaitu Kawasan Taman Nasional Bali Barat. Keunikan dari objek wisata TNBB yaitu merupakan gabungan antara hutan (perbukitan) dan laut, di Bali lebih dikenal dengan segara gunung (perpaduan laut dan gunung). TNBB sangat tepat untuk dijadikan ekowisata, dimana dalam ekowisata terdapat empat unsur yang dianggap amat penting yaitu unsur pro aktif, kepedulian terhadap pelestarian lingkungan hidup, keterlibatan penduduk lokal, dan unsur pendidikan. Wisatawan yang datang tidak semata-mata untuk menikmati alam sekitarnya tetapi juga
Transkrip Wawancara
27
mempelajarinya sebagai peningkatan pengetahuan dan pengalaman. Jadi peran Disbudpar Kab. Buleleng dalam mempromosikan obyek pariwisata alam TNBB yaitu melalui pertemuan-pertemuan dengan instansi terkait, media cetak, dan media elektronik 2. Apakah ada bantuan dana dari pemerintah ( pusat maupun daerah ) dalam pengembangan TNBB sebagai kawasan ekowisata. Kemungkinan dana untuk itu ditangani instansi terkait, dari dispudbar tidak ada. 3. Landasan yuridis / Kebijakan ( UU, peraturan ) apa saja yang dipergunakan oleh Dinas Pariwisata dalam kaitan dengan pengembangan kawasan ekowisata khususnya Taman Nasional. Landasan yuridis / Kebijakan ( UU, peraturan ) dalam kaitan dengan pengembangan kawasan ekowisata khususnya Taman Nasional ada di tingkat pusat (Departemen Kehutanan). 4. Bagaimana cara Dinas Pariwisata dalam melaksanakan kebijakan kepariwisataan seperti tertera pada no 3 di atas. Sejauh ini tugas Disbudpar Kab. Buleleng hanya bersifat ikut mengawasi dan memantau implementasi kebijakan. 5. Bagaimana program kemitraan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng dengan Waka Shorea Disbudpar kabupaten Buleleng secara umum mempunyai program – program yang sifatnya mempromosikan daerah wisata yang ada termasuk kegiatan festival seni budaya. Pihak hotel dapat ikut mendapatkan manfaat dari hal ini. 6. Apa yang menjadi kendala, tantangan dan saran bagi pengembangan kawasan ekowisata khususnya TNBB Pengelolaan sebagian TNBB yang diberikan pemerintah pusat kepada PT.Shorea Barito Wisata harus memperhatikan beberapa hal dalam
Transkrip Wawancara
28
pengelolaan lingkungan hidup antara lain: melestarikan tatanan lingkungan, (b) mengindahkan daya dukung lingkungan, (c) menaikkan mutu lingkungan, (d) menggerakkan perlindungan dan pemanfaatan keanekaragaman fauna dan flora, (e) mengkoordinasikan keterpaduan sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan dalam pengelolaan lingkungan, (f) mengupayakan pemanfaatan ruang wilayah secara optimal, (g ) menormalisasikan fungsi lingkungan dengan mengurangi resiko perusakan dan pencemaran lingkungan, (h) menggairahkan peran-peran masyarakat lokal. 7. Mengingat banyaknya departemen / institusi yang terkait dengan pengelolaan TNBB, yaitu Departemen Kehutanan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, serta keberadaan wilayah PPA TNBB di dua kabupaten yaitu Jembrana dan Buleleng yang tentunya melibatkan peran kedua pemda, apakah terdapat kebijakan yang tumpang tindih serta kerancuan dalam pengelolaan wilayah PPA TNBB. Tentunya bisa saja terjadi kebijakan yang tumpang tindih.Untuk itu pemerintah pusat melalui Menteri Kehutanan perlu mengajak atau duduk bersama pemda di Tk I dan di tingkat II serta masyarakat setempat (Desa Adat) untuk membicarakan secara detail bagaimana sistem pengelolaan TNBB.
Transkrip Wawancara
29
Kode Informan : D-01 Identitas Informan dan jabatan : Putu Artana( Kepala Desa Sumber Klampok), Jero Made Kampium (Klian Desa pakraman Sumber Klampok), Moh. Djatim (Tokoh masyarakat Islam), Rusdi Dedeg (Prajuru adat), semuanya merangkap anggota FKMPP Tempat Wawancara : Kantor Kepala Desa Sumber Klampok,14 Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng
TRA NS KR IP W AWAN CAR A EVALUASI KEBIJAKAN KEMITRAAN PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM TAMAN NASIONAL BALI BARAT DALAM MEWUJUDKAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
I. Kemitraan dalam aspek sosial ( pemberdayaan masyarakat ) 1.
Apakah masyarakat Desa Klampok mengetahui kehadiran Waka Shorea dan bagaimana respon masyarakat terhadap kehadiran mereka. Apa dampaknya bagi masyarakat setempat. Masyarakat desa Sumber Klampok mengetahui keberadaan Waka Shorea dan walau awalnya sempat ada friksi, namun akhirnya masyarakat menerima dengan baik, terlebih karena banyak penduduk desa Sumber Klampok dipekerjakan sebagai karyawan di Waka Shorea baik sebagai karyawan di dalam hotel, tenaga keamanan, tukang perahu dan lain – lain. Pada jaman krisis sekarang ini kehadiran investor sangat diperlukan. Sebagai contoh penangkaran mutiara yang dikelola salah satu pengusaha pariwisata alam di TNBB sudah hampir bangkrut dan mem PHK 40 karyawannya, dan tentunya berakibat terhadap perekonomian masyarakat setempat.
Transkrip Wawancara
30
2. Bentuk kontribusi apa saja yang dilakukan oleh Waka Shorea dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan ada Waka Shorea ada perubahan ekonomi. Pengelolaan parkir dan wisata bahari untuk diving diserahkan kepada desa adat melalui paguyuban. Setiap tahun manajemen Waka Shorea memberikan bantuan bibit tanaman tahunan, seperti mangga, nangka, jeruk, dan terakhir bambu. Pada tahun 2000 – 2005 pernah ada bantuan bea siswa untuk siswa SD. Juga masyarakat desa dipekerjakan sebagai tenaga proyek pembangunan Waka Shorea dan juga sebagai karyawan. 3. Bagaimana kontribusi pemkab Buleleng terhadap pengembangan kawasan wisata di TNBB. Pemkab Buleleng membangun kios – kios yang dipakai berdagang oleh masyarakat desa Sumber Klampok. Juga lahan parkir yang juga dikelola oleh masyarakat. 4. Bagaimana kontribusi Balai TNBB dan instansi terkait lain
dalam upaya
pemberdayaan masyarakat ? Balai TNBB memberi kesempatan masyarakat untuk menjadi pemandu wisata alam TNBB dengan memberikan pelatihan berkala, dan sejak tahun 2008 dilakukan sertifikasi pemandu. Pemandu wisata alam ini tidak hanya untuk kawasan hutan TNBB, namun juga untuk pemandu diving. Sedangkan Departemen Pertanian dan Peternakan ada Program Hijauan Makanan Ternak ( HMT ) yaitu penanaman rumput sebagai pakan ternak di lahan tidur. Hal ini merupakan hasil masukan Kepala Desa Sumber Klampok pada saat Musrenbang tahun lalu. 5. Apakah ada upaya pendidikan ketrampilan seperti bahasa Inggris dari PT. SBW atau dari instansi terkait baik bagi masyarakat desa Sumber Klampok yang terlibat dalam kegiatan pariwisata alam Pernah diberikan pelatihan bahasa Inggris oleh Ausaid bekerjasama dengan
Transkrip Wawancara
31
Dinas Pariwisata. II. Kemitraan dalam aspek pelestarian lingkungan 6.
Bagaimana program kerjasama antara Waka Shorea dengan desa Sumber Klampok dalam rangka memelihara kelestarian laut dan pengendalian lingkungan hidup di sekitar wilayah PPA TNBB ? Pengendalian lingkungan hidup dilakukan dengan patroli bersama dengan FKMPP ( Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir ) yang beranggotakan para stakeholder TNBB termasuk masyarakat desa Sumber Klampok dan desa – desa adat, Balai TNBB, Waka Shorea, dan kadang pihak LSM seperti WWF ikut serta, dimana satu kali patroli laut menghabiskan dana Rp. 750.000, dan umumnya dengan kapal cepat yang dimiliki Balai TNBB, dengan jumlah personil 6 orang. Untuk warga desa, hanya diberi uang makan, tidak ada uang saku.
7.
Bagaimana sosialisasi yang dilakukan oleh Balai TNBB dan atau Waka Shorea dalam pendidikan konservasi. Balai TNBB melakukan sosialiasi mengenai pembagian zona – zona TNBB, di 4 desa sekitar TNBB, dan melibatkan masyarakat dalam penanaman pohon ( reboisasi ). Tahun 1999 pada saat reformasi sempat terjadi perambahan HPT ( Hutan Produksi Terbatas) milik Departemen Kehutanan oleh masyarakat, namun sekarang sudah ditanami kembali ( reforestasi).
8. Bagaimana upaya Kepala Desa Adat dalam mencegah masyarakat sekitar wilayah PPA TNBB melakukan pencurian kayu atau perburuan liar atau kegiatan yang berakibat pada pelanggaran hukum lainnya ? Pelanggaran tidak banyak dilakukan oleh masyarakat desa setempat, justru masyarakat dari luar desa ( karena sudah dekat dengan Banyuwangi ) yang sering tertangkap basah melakukan pelanggaran pada saat dilakukan patroli ( darat dan laut ), seperti pencurian kayu api untuk kayu bakar karena gas elpiji sekarang mahal dan langka, penangkapan ikan dengan bom ikan, perburuan
Transkrip Wawancara
32
hewan liar seperti curik Bali, ayam hutan, rusa, dan lain – lain. Sedangkan dari segi hukum adat, dalam awig – awig adat, dicantumkan juga pasal terkait dengan pelestarian lingkungan, dimana penduduk desa harus ikut memelihara kelestarian TNBB, sebagai pelaksanaan dari filosofi Hindu Tri Hita Karana, yaitu adanya keharmonisan antara manusia dan alam sekitarnya. Selain itu TNBB merupakan hal yang harus diwariskan kepada generasi mendatang. Awig – awig lingkungan ini sangat ditaati oleh warga Hindu, sedangkan masyarakat non Hindu juga menghormati awig – awig ini. 9.
Bagaimana upaya penegakan hukum bagi masyarakat yang melakukan pelanggaran terkait pertanyaan no 4? Dari segi adat, ada denda Rp. 100.000 bagi pelanggar, dan diarak keliling desa diiringi pukulan gong. Dari segi hukum, pelanggar disuruh membuat surat pernyataan dan menandatanganinya. Apabila kedapatan berbuat lagi, maka akan diserahkan kepada Balai TNBB untuk diproses lebih lanjut. Namun bila yang menangkap adalah pihak Balai TNBB, maka akan diproses lebih lanjut dan masyarakat desa menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan Balai TNBB terhadap si pelanggar.
III. Kendala, tantangan , harapan 10.Apa yang menjadi kendala, dan harapan dari masyarakat Desa Sumber Klampok terhadap keberadaan Waka Shorea dalam mengelola TNBB? Kendala yang ada saat ini adalah belum adanya SMA / SMK di desa Sumber Klampok.
Kami
lebih
mengharapkan
dibangunnya
SMK
Kehutanan,
mengingat lokasinya yang berada di kawasan TNBB, sehingga lulusannya dapat menjadi tenaga terpakai di Balai TNBB atau dapat bekerja sebagai pemandu. Harapan ke depan adalah bagaimana di saat krisis seperti ini, dengan melihat potensi pariwisata yang ada, bisa mengundang investor untuk membangun hotel, dan sarana prasarana pariwisata lain, sehingga penduduk desa tidak
Transkrip Wawancara
33
hanya mengandalkan lahan pertanian, namun juga bisa bekerja sebagai karyawan hotel. Mengingat TNBB merupakan kawasan yang unik, dimana hewan – hewan liar bisa mendekat ke kawasan hotel sepanjang mereka tidak diganggu, sehingga ada keseimbangan alam tetap terjaga.
Transkrip Wawancara
34
Informan Code
: E-01
Informan Identity : A group of Austrian tourists Job / Title :
…………………………
Country of Origin : Austria Place of Interview : Waka Shorea Resort and Spa Day / Date : Monday 13 July 2009
INTE RVI EW TR ANS CR IPT EVALUATION OF THE PARTNERSHIP POLICY ON NATURE TOURISM CONCESSION OF WEST BALI NATIONAL PARK IN ACHIEVING SUSTAINABLE DEVELOPMENT I. Regarding tourist data and information 1. How do you know about West Bali National Park, especially the area where you ar staying ( in Wakanamya Resort and Spa ). We knew this resort from our travel agent in Nederland. This place is serene and quiet and we need place where we can sit back and relax. 2. How many times have you been visiting Indonesia ? This is our first visit to Indonesia. 3. What makes you interested in visiting West Bali National Park ( TNBB ). It is remote and secluded, away from the huzzle and buzzle of Kuta or other resort areas. Also, limited numbers of bungalows and villas make the guests enhance the privacy setting here.
Transkrip Wawancara
35
II.
Regarding environmental management in TNBB especially in Waka Shorea Resort and Spa area
4. From what you see in TNBB, is there any programs you know concerning climate change, such as : a. Energy efficiency : hotel guests must turn off the lights, AC when leaving the room. b. Water efficiency : hotel guests must turn not let the water run from the tap while it is not being used. c. Use towel more than one day to save water and usage of less detergent. d. Renewable energy usage : solar, water, wind etc. There’s a reminder sign inside the room, being hung in the bathroom door,regarding energy and water efficiency. Hotel guests are expected to use electricity and water effciently. So far no sign of renewable energy being used here. III.
Regarding accommodation, transportation, electricity, roads to TNBB especially the ones to Waka Shorea Resort and Spa area.
5. How is the condition of the accommodation and restaurant , gift shops in Waka Shorea Resort and Spa according to your standard, either in location, price, numbers of rooms etc. Does it meet your standard? Please explain. The beach is clean and unspoiled but the bungalow area should be more tidy and needs more vegetation so it can look greener. The food is good, number of rooms should be kept minimal while service should be maintained or enhanced. The hospitality is good. 6. What kind of traveling package available in Waka Shorea that you you know : We haven’t checked everything but we know that trekking, bird watching, kayaking, swimming, snorkeling,diving are available here.
Transkrip Wawancara
36
IV. Current challenges dan suggestions 7. What do you think are the obstacles and challenges in managing TNBB nowadays. TNBB is far from Denpasar and it takes 3 hours to get here. Also, Waka Shorea and TNBB are not yet well promoted so not many people know this place. 8. Can you give suggestions of what should be done by TNBB ( under the Ministry of Forestry) and Waka Shorea Management to preserve biodiversities in TNBB and manage TNBB in general. TNBB needs more conservation programs and should be more actively collaborate with varied institutions especially foreign NGOs concerning sustainable development.
Transkrip Wawancara
37