1
PARIWISATA BALI Ditulis dari berbagai sumber Oleh: ARRUM CHYNTIA YULIYANTI Palangka Raya, Februari 2009
2
A. SEJARAH PARIWISATA BALI Kalau pada zaman Romawi orang melakukan perjalanan wisata karena kebutuhan praktis, dambaan ingin tahu dan dorongan keagamaan, maka pada zaman Hindu di Nusantara/Indonesia khususnya di Bali telah terjadi pula perjalanan wisata karena dorongan keagamaan. Perjalanan Rsi Markandiya sekitar abad 8 dari Jawa ke Bali, telah melakukan perjalanan wisata dengan membawa misi-misi keagaman. Demikian pula Empu Kuturan yang mengembangkan konsep Tri Sakti di Bali datang sekitar abad 11 kemudian Dang Hyang Nirartha (Pedanda Sakti Wawu Rawuh) pada abad ke 16 datang ke Bali sebagai misi keagamaan dengan titik berat pada konsep Upacara. Perjalanan wisata internasional di Bali telah dimulai pada permulaan abad 20 dimana sebelumnya bahwa Bali diketemukan oleh orang Belanda tahun 1579 yaitu oleh ekspedisi (Cornellis de Houtman) dalam perjalanannya mengelilingi dunia untuk mencari rempah-rempah lalu sampai di Indonesia. Dari Pulau Jawa misi tersebut berlayar menuju ke Timur dan dari kejauhan terlihatlah sebuah pulau yang merimbun. Dikiranya pulau tersebut menghasilkan rempah-rempah. Setelah mereka mendarat, mereka tidak menemukan rempah-rempah. Hanya sebuah kehidupan dengan kebudayaannya yang menurut pandangan mereka sangat unik, tidak pernah dijumpai di tempat lain yang dikunjungi selama mereka mengelilingi dunia, alamnya sangat indah dan mempunyai magnet/daya tarik tersendiri. Pulau ini oleh penduduknya dinamakan Bali. Inilah yang mereka laporkan kepada Raja Belanda pada waktu itu.
3
Kemudian pada tahun 1920 mulailah wisatawan dari Eropa datang ke Bali. Hal ini terjadi berkat dari kapal-kapal dagang Belanda yaitu KPM (Koninklijke Paketcart Maatsckapy) yang dalam usahanya mencari rempah-rempah ke Indonesia dan juga agar kapal-kapal tersebut mendapat penumpang dalam perjalanannya ke Indonesia lalu mereka memperkenalkan Bali di Eropa sebagai (the Island of God). Dari para wisatawan Eropa yang mengunjungi Bali terdapat pula para seniman, baik seniman sastra, seniman lukis maupun seniman tari. Dalam kunjungan berikutnya banyak para seniman tersebut yang menulis tentang Bali seperti : a) Seniman Sastra • Dr Gregor Krause adalah orang Jerman yang dikirim ke Wetherisnds East Idies (Indonesia) bertugas di Bali pada tahun 1921 yang ditugaskan untuk membuat tulisan-tulisan dan foto-foto mengenai tata kehidupan masyarakat Bali. Bukunya telah menyebar ke seluruh Dunia pada tahun 1920 yang bersangkutan tinggal di Bangli. • Miguel Covarrubias dengan bukunya the Island of Bali tahun 1930. • Magaret Mead. • Collin Mc Phee. • Jone Bello. • Mrs Menc (Ni Ketut Tantri) dengan bukunya Revolt In Paradise. • Roelof Goris dengan bukunya Prasasti Bali menetap di Bali tahun 1928. • Lovis Conperus (1863-1923) dengan bukunya Easwords (Melawat ke Timur) memuji tentang Bali terutama Kintamani. b) Seniman Lukis • R. Bonet mendirikan museum Ratna Warta. • Walter Spies bersama Tjokorde mendirikan yayasan Pita Maha. Disamping dikenal sebagai pelukis ia juga mengarang buku dengan judul Dance dan Drama in Bali. Pertama kali ke Bali tahun 1925. • Arie Smith yang membentuk aliran young artist Le Mayeur orang Belgia mengambil istri di Bali tinggal di Sanur tahun 1930 dengan
4
Museum Le Mayeur di Bali 5. Mario Blanco orang Spanyol juga seorang pelukis beristrikan orang Bali dan menetap di Ubud. Banyak lagi seniman baik asing maupun Nusantara disamping menetap, mengambil obyek baik lukisan maupun tulisan mengenai Bali. Dan tulisan-tulisan mengenai Bali mulai tahun 1920 sudah menyebar keseluruh Eropa dan Amerika. Para Wisatawan asing yang sudah pernah ke Bali lalu menceritakan pengalaman kunjungannya selama di Bali kepada teman-temannya. Penyebaran informasi mengenai Bali baik karena tulisan-tulisan tentang Bali maupun cerita dari mulut ke mulut menyebabkan Bali dikenal di manca negara. Bahkan sampai saat ini nama Bali masih lebih dikenal umum dibandingkan dengan nama Indonesia di mancanegara. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka penyebaran informasi mengenai daerah tujuan wisata (DTW). Bali selalu mengutamakan nama Indonesia, baik itu penyebaran informasi melalui brosur-brosur maupun pada pameran-pameran yang diadakan di negara asing. Sehingga dengan demikian diharapkan nama Indonesia lebih dikenal dan dipahami bahwa Bali adalah salah satu propinsi yang ada di Indonesia dan merupakan bagian dari Indonesia, bukan sebaliknya. Untuk menampung kedatangan wisatawan asing ke Bali maka pada tahun 1930 didirikanlah hotel yang pertama di Bali yaitu Bali Hotel yang terletak di jantung kota Denpasar, disamping itu juga ada sebuah pesanggrahan yang terletak di kawasan wisata Kintamani. Pesanggrahan sangat strategis untuk dapat melihat pemandangan alam Kintamani yang unik dan mempunyai daya tarik tersendiri di mata wisatawan, bahkan pesanggrahan tersebut sangat strategis untuk menyaksikan saat Gunung Batur meletus maupun mengeluarkan asap. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, saat Gunung Batur meletus banyak roh-roh halus menyebar di sekitar Kintamani, karena itu masyarakat setempat membuat upacara agar ketentraman Desa terpelihara. Pada saat Gunung Batur meletus pada tahun1994 yang lalu kawasan Kintamani makin banyak dikunjungi wisatawan yang ingin menyaksikan
5
atraksi kegiatan Gunung Batur. Dan masyarakat setempat pun kebagian rezeki dari kunjungan tersebut. Nama Bali makin terkenal setelah pada tahun 1932 rombongan Legong Peliatan melanglang buana ke Eropa dan Amerika atas prakarsa orangorang asing dan pada tahun berikutnya makin banyak saja seni tari Bali yang diajak melanglang buana ke mancanegara. Selama pementasan selalu pertunjukan tersebut mendapat acungan jempol. Makin terkenalnya nama Bali di mancanegara, kunjungan wisatawan asing makin banyak datang ke Bali. Berbagai julukan diberikan kepada Bali antara lain : The Island of Gods, The Island of Paradise, The Island of Thousand Temples, The Morning of The World oleh Pandit Jawahral Nehru, The Last Paradise on Earth dan lain sebagainya. Kesemarakan Pariwisata Bali pernah terhenti karena meletusnya Perang Dunia I tahun 1939-1941 dan Perang Dunia II tahun 1942-1945 dan dilanjutkan dengan Revolusi Kemerdekaan RI tahun 1942-1949. Baru pada tahun 1956 kepariwisataan di Bali dirintis kembali. Pada tahun 1963 didirikan Hotel Bali Beach (Grand Bali Beach sekarang) dan diresmikan pada bulan November 1966. Hotel Bali Beach (Grand Bali Beach) mempunyai sejarah tersendiri dimana merupakan satu-satunya hotel berlantai 9 (sembilan) tingginya lebih dari 15 meter. Hotel ini dibangun sebelum ada ketentuan bahwa bangunan di Bali maksimal tingginya 15 meter, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kdh. Tk. I Bali tanggal 22 November 1971 Nomor 13/Perbang. 1614/II/a/1971. Isinya antara lain bahwa bangunan di Daerah Bali tingginya maksimal setinggi pohon kelapa atau 15 meter. Hotel Bali Beach dibangun atas biaya dari rampasan perang Jepang. Hotel tersebut pernah terbakar pada tanggal 20 Januari 1993, pada saat hotel tersebut terbakar terjadi keanehan yaitu kamar nomor 327, satusatunya kamar yang tidak terbakar sama sekali. Setelah Hotel Bali Beach diresmikan pada bulan November 1966 maka bulan Agustus 1969 diresmikan Pelabuhan Udara Ngurah Rai sebagai pelabuhan internasional. Kepariwisataan di Bali dilaksanakan secara lebih intensif, teratur dan terencana yaitu ketika dimulai dicanangkan Pelita I pada April 1969.
6
B.
TEMPAT-TEMPAT PARIWISATA DI BALI
Tempat-tempat pariwisata di Bali yang cukup terkenal antara lain:
7
N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Tempat Besakih Pantai Kuta Sangeh Tanah Lot Pura Luhur Uluwatu Pantai Labua Jimbaran Pura Goa Lawah Nusa Dua Ubud Garuda Wisnu Kencana
N o
Nama Tempat
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Tenganan Pantai Sanur Pura Taman Ayun Tanjung Benoa Tari Barong di Batubulan Goa Gajah Pasar Sukowati Kintamani Taman Reptil Safari Onta Mandala Wisata
Besakih Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia. Komplek Pura Besakih terdiri dari 18 Pura dan 1 Pura Utama. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 arca utama Tri Murti Brahma, Wisnu dan Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur. Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekedar menjadi tempat ibadah terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya memiliki keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung. Sebuah gunung tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai arwah serta alam para Dewata. Sehingga tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan suci Pura Besakih yang bermakna filosofis. Makna filosofis yang terkadung di Pura Besakih dalam perkembangannya mengandung unsur-unsur kebudayaan yang meliputi: 1. Sistem pengetahuan 2. Peralatan hidup dan teknologi 3. Organisasi sosial kemasyarakatan
8
4. Mata pencaharian hidup 5. Sistem bahasa 6. Religi dan upacara 7. Kesenian Ketujuh unsur kebudayaan itu diwujudkan dalam wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Hal ini sudah muncul baik pada masa pra-Hindu maupun masa Hindu yang sudah mengalami perkembangan melalui tahap mitis, tahap ontologi dan tahap fungsional. Pura Besakih sebagai objek penelitian berkaitan dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang berada di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali. Berdasarkan hasil sebuah penelitian, bangunan fisik Pura Besakih telah mengalami perkembangan dari kebudayaan pra-hindu dengan bukti peninggalan menhir, punden berundak-undak, arca, yang berkembang menjadi bangunan berupa meru, pelinggih, gedong, maupun padmasana sebagai hasil kebudayaan masa Hindu. Latar belakang keberadaan bangunan fisik Pura Besakih di lereng Gunung Agung adalah sebagai tempat ibadah untuk menyembah Dewa yang dikonsepsikan gunung tersebut sebagai istana Dewa tertinggi. Pada tahapan fungsional manusia Bali menemukan jati dirinya sebagai manusia homo religius dan mempunyai budaya yang bersifat sosial religius, bahwa kebudayaan yang menyangkut aktivitas kegiatan selalu dihubungkan dengan ajaran Agama Hindu. Dalam budaya masyarakat Hindu Bali, ternyata makna Pura Besakih diidentifikasi sebagai bagian dari perkembangan budaya sosial masyarakat Bali dari mulai pra-Hindu yang banyak dipengaruhi oleh perubahan unsur-unsur budaya yang berkembang, sehingga mempengaruhi perubahan wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Perubahan tersebut berkaitan dengan ajaran Tattwa yang menyangkut tentang konsep ketuhanan, ajaran Tata-susila yang mengatur bagaimana umat Hindu dalam bertingka laku, dan ajaran Upacara merupakan pengaturan dalam melakukan aktivitas ritual persembahan dari umat kepada TuhanNya, sehingga ketiga ajaran tersebut merupakan satu kesatuan dalam ajaran Agama Hindu di Bali.
9
Peta Bekasih Global
Keterangan Peta: 1. Pura Pesimpangan Dari Pura Dalem Puri ke timur dan membelok lagi ke selatan yaitu di sebelah timur jalan raya, di tempat yang agak terpencil, terletak Pura Pesimpangan. Piodalannya pada hari Anggara Keliwon Julungwangi, pura ini merupakan tempat pesimpangan (singgah) sejenak bila kemBali melelasti dari Segara Kelotok Klungkung.
2. Pura Dalem Puri Pura ini terletak paling selatan dari Pura Penataran Agung, yaitu di sebelah barat sungai. Untuk mencapainya kita harus berjalan kaki kira-kira 300 meter ke utara dan kemudian membelok ke barat di suatu tempat yang agak terpencil. Di pura ini distanakan Bhatari Durga yang dahulu dinamai Pura Dalem Kedewatan. Para umat Hindu yang telah selesai mengadakan Upakara Pitra Yadnya yaitu ngaben dan Memukur atau Ngeroras biasanya ke pura ini, Mendak Nuntun Sang Pitara untuk distanakan di Sanggah atau Pemerajan masing-masing. Di sekitar Pura Dalem Puri terdapat suatu tanah lapang yang agak luas yang dinamai Tegal Penangsaran dilengkapi sebuah Pelinggih Tugu kecil di sebelah timur pura. Piodalan di pura ini pada hari Buda Keliwon Ugu, sedang setiap tahun pada sasih Kepitu penanggal 1, 3 atau 5 diselenggarakan upakara Yadnya Ngusaba Kepitu. Di dalam pura inilah menurut suatu cerita, Sri Jayakasunu menerima pewarah-warah atau sabda dari bhatari Durga tentang Upacara Eka Dasa Rudra, Tawur Kesanga, Galungan, Kuningan dan lain - lainnya, yaitu setelah Sri Mayadenawa dihancurkan karena tindakannya menghalang-halangi masyarakat melakukan ibadah agamanya ke Pura Besakih.
10
3. Pura Manik Mas Pura ini merupakan Kahyangan Dewi Pertiwi atau disebut juga Sang Hyang Giriputri (Saktinya Siwa). Piodalannya pada hari Saniscara Keliwon Wariga (Tumpek Uduh). Di tempat ini seharusnya umat sembahyang dengan mempersembahkan aturan sepatutnya sebelum ia akan ke Pura Penataran Agung Besakih. Maksudnya agar baik jasmani dan rohani disucikan secara niskala sebelum akan menyelenggarakan sesuatu upakara Yadnya baik di Pura Penataran Agung maupun di pura pura sekitarnya. Diceriterakan oleh orangorang tua, bahwa di masa-masa yang lalu yaitu waktu zaman Dalem atau Raja beliau biasanya ke Besakih dengan menunggang kuda, diiringi oleh masyarakat. Di sebelah selatan Pura Manik Mas beliau turun, kemudian bersama-sama muspa (sembahyang) di Pura Manik Mas. Selanjutnya barulah beliau menuju ke Pura Penataran Agung Besakih dengan berjalan kaki. Hal ini dilakukan karena wilayah antara Pura Manik Mas sampai ke puncak disebut Telajakan Pura Besakih yaitu Soring Ambal-ambal dan Luhuring Ambal-ambal. Oleh karenanya pula baik sekali bila mulai sekarang dirintis jalan agar setiap orang yang akan sembahyang ke Pura Penataran Agung Besakih, terlebih dahulu turun dan sembahyang di Pura Manik Mas, dan kemudian barulah setelah itu berjalan kaki ke Pura Penataran Agung sehingga keagungan dan kemuliaan Pura Besakih ini akan semakin dapat dirasakan serta diresapi.
4. Pura Bangun Sakti Letaknya disebelah timur jalan raya, di mana distanakan Triantabhoga yaitu Hyang Naga Basukih, Hyang Naga Sesa dan Hyang NagaTaksaka. Piodalannya pada hari Buda Pon Watugunung. Di samping itu setiap waktu tertentu diselenggarakan aci Pengangon dan Ngusaba Posya pada hari Tilem sasih keenem. Di pura inilah konon Danghyang Manik Angkeran di hidupkan kemBali setelah beberapa lamanya wafat akibat kesalahannya kepada Hyang Naga Basukih.
5. Pura Ulun Kulkul Di sebelah barat jalan terletak Pura Ulun Kulkul di mana Hyang Mahadewa distanakan. Sebuah kulkul (kentongan besar) terdapat di pura ini dan dipandang sebagai kulkul yang paling utama dan mulia dari pada semua kulkul yang ada di Bali. Di zaman dahulu setiap desa atau banjar membuat kulkul, kulkul itu harus dipelaspas dan dimohonkan tirta di Pura Ulun Kulkul, agar atas asung wara nugraha Hyang Widhi Wasa, kulkul itu mempunyai
11
taksu, yaitu ditaati oleh krama desa atau krama pemaksan pura yang akan memakai kulkul tersebut. Adapun piodalan di pura ini jatuh pada hari Saniscara Keliwon Kuningan atau tepat pada hari Raya Kuningan, sedang pada setiap hari tilem ketiga diadakan upakara aci Pengurip Bumi dan pada setiap hari tilem kaulu menghaturkan aci sarin tahun. Aci Pengurip Bumi dimaksudkan untuk memohon agar semua tanam-tanaman baik di sawah maupun di ladang menjadi subur dan sebagian kecil dari hasil pertanian itu kemudian dipersembahkan yang dinamakan aci sarin tahun. Jika ada Upakaraupakara Yadnya di Pura ini dan di Pura Penataran Agung, maka semua bangunan Pelinggih yang terdapat di dalamnya harus dihias dengan pengangge-pengangge sarwa jenar atau hiasan serba kuning.
6. Pura Merajan Selonding Di sebelah utara Pure Ulun Kulkul dan agak masuk ke barat dan jalan raya terdapat Pure Merajan Selonding. Dahulu kala pura ini adalah Merajan dari Dalem Kesari Warmadewa yang diperkirakan pernah mempunyai istana di Besakih dengan nama Bumi Kuripan. Raja Purana Besakih dalam bentuk lontar yang sering disebut Prasasti Bredah disimpan di pura ini, demikian pula seperangkat gamelan kuno yang bernama Selonding. Dalam Lontar Catur Muni-Muni yaitu yang menceriterakan tentang asal mulanya ada tabuh gamelan di Bali, dikatakan bahwa Bhagawan Narada mengajarkan para pertapa menabuh gamelan dengan gamelan Selonding. Sementara itu dalam Markandeya Purana ditegaskan bahwa Sang Yogi Markandeya juga memakai nama Hyang Naradatapa. Apakah yang dimaksud dengan Bhagawan Narada ini Sang Yogi Markandeya dan gamelan yang dipakainya itu gamelan selonding yang tersimpan di pura ini, masih perlu diadakan penelitian lebih lanjut oleh para ahli. Piodalan di pura merajan Selonding pada hari Wraspati Keliwon Warigadian.
7. Pura Goa
Ke utara dari Pura Manik Mas di sebelah timur jalan raya terletak Pura Gua di mana Hyang Naga Basuki diistanakan. Di sebelah timur Pura ini terdapat sebuah sungai dan pada tebingnya ada sebuah gua besar, tetapi sekarang gua tersebut sudah tertimbun runtuhan tanah longsor. Dalam ceritera tentang perjalanan Dang Hyang Sidimantra ke Besakih, diceriterakan bahwa di gua inilah beliau setiap hari-hari tertentu mempersembahkan haturan kepada Hyang Naga Basuki berupa empahan (susu), madu dan telur. Juga di tempat ini Dang Hyang Manik Angkeran memotong ekor Naga Basuki, sehingga Dang Hyang Manik Angkeran dipanggang sampai meninggal, tetapi kemudian dihidupkan lagi setelah Dang Hyang Sidimantra (Ayah dan Dang Hyang Manik
12
Angkeran) dapat memasang kemBali ekor Naga Basuki yang terpotong itu. Menurut ceritera rakyat, dahulu kala gua itu tembus sampai ke Gua Lawah Klungkung, sehingga pernah terjadi pada waktu ada sabungan ayam di Gua Lawah, salah seekor ayam sabungan itu lari masuk ke Gua Lawah kemudian dikejar terus oleh pemiliknya dan akhirnya ia keluar di gua Besakih. Pada permukaan gua sekarang ini sudah diperbaiki sehingga memungkinkan orang duduk untuk sembahyang atau semadi. Piodalan di pura Gua pada hari Buda Wage Kelawu atau Buda Cemeng Kelawu.
8. Pura Banua
Pura Banua Kawan terletak di sebelah timur jalan raya yaitu di timur parkir kendaraan menghadap ke selatan. Di sini diistanakan Batari Sri dan hari piodalannya jatuh pada hari Sukra Umanis Kelawu. dahulunya di sebelah timur pura ini agak ke selatan terdapat sebuah lumbung padi untuk tempat menyimpan sebagian dari padi hasil sawah druwe Pura Besakih. Sekarang lumbung ini sudah tidak ada dan akan diusahakan untuk dibangun kemBali. Dengan adanya lumbung ini diharapkan sebagai sarana permohonan untuk penginih-inih, artinya segala yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan dapatlah dipenuhi, meskipun sederhana tetapi cukup.
9. Pura Merajan Kanginan
Letaknya di sebelah timur Banua Kawan, yaitu di ujung timur di tepi sebuah sungai menghadap ke selatan. Di sini distanakan Bhatara rambut Sedana dan terdapat pelinggih untuk memulyakan Empu Bradah dan Bhatara Indra. Adapun piodalannya jatuh pada hari Saniscara Keliwon Kerulut atau tumpek Kerulut. Menurut ceritera-ceritera yang pernah didengar oleh para orang-orang tua di Besakih, konon Pura ini bekas merajan dan Danghyang Manik Angkeran sewaktu beliau menjadi pertapa di Besakih.
10. Pura Hyang Haluh (Jenggala)
Dari Pura Banua Kawan ke barat melalui jalan setapak agak jauh ke dalam dan kemudian membelok ke utara akan kita dapati Pura Jenggala di atas sebuah bukit kecil. Menurut masyarakat setempat pura ini sering juga disebut Pura Hyang Haluh dan difungsikan sebagai Kahyangan Prajapati. Hal ini bisa dimengerti karena agak ke selatan dari Pura Jenggala terdapat tanah kuburan yang disebut Setra Agung. Di pura ini terdapat beberapa patung batu yang agak kuno menyerupai seorang resi, garuda dan lain lainnya, yang sakral dan dibuatkan pelinggih-pelinggih. Banyak sekali ceritera rakyat yang dihubungkan
13
dengan pura ini, ada yang mengatakan bekas pertapaan Dyah Kulputih, ada yang mengatakan Kahyangan Melanting dan ada pula yang memperkirakan semacam Pura Alas Angker.
11. Pura Basukihan
Di kaki Pura Penataran Agung Besakih yaitu di sebelah kanan kalau kita akan menaiki tangga Pura Penataran Agung, terdapat sebuah pura yang pelinggih induknya berupa meru tumpang pitu (tingkat tujuh). Pura ini bernama Pura Basukihan di tempat mana menurut perkiraan para sulinggih, Danghyang Markandeya menanam Pedagingan Pancadatu (lima jenis logam dengan kelengkapan upakaranya). Pura Basukihan, Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Puri adalah induk dari Kahyangan Tiga di desa-desa yaitu pura Puseh, pura Desa dan pura Dalem. Dari kelengkapan palinggih-palinggih yang terdapat di masing-masing pura itu, demikian pula sastra-sastra agama yang ada hubungannya dengan tata cara membangun suatu pura, nampak bahwa pura Basukihan itu adalah pura Puseh Jagat, Pura Penataran Agung berfungsi sebagai pura Desa Jagat dan Pura Dalem Puri sebagai pura Dalem Jagat. Dengan demikian Pura Basukihan, Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Puri adalah pusat dan semua pura Puseh, pura Desa dan pura Dalem yang terletak di manapun, sehingga pura Besakih secara keseluruhan adalah pura Penyungsung Jagat. Adapun yang distanakan di pura ini ialah Hyang Naga Basuki. Hari Piodalannya jatuh pada hari Buda Wage Kelawu atau Budha Cemeng Kelawu.
12. Pura Penataran Agung
Di sebelah utara Pura Basukihan dinamai Pura Penataran Agung. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih. maka Pura Penataran Agung ini adalah yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di Besakih. Dalam Raja Purana Besakih dikatakan bahwa Pura Penataran Agung Besakih adalah tempat Pesamuaning Batara Kabeh.
13. Pura Batu Madeg
Untuk mencapai Pura Batu Madeg ini kita berjalan kaki keutara disebelah Barat Suci dan kemudian membelok sedikit ke Barat. Pura ini cukup luas di mana di dalamnya banyak terdapat palinggih-palinggih dan meru. Palinggih
14
pokok adalah stana Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Hyang Wisnu berupa meru tumpang 11. Upakara Yadnya atau Pangaci di pura Batu Madeg terdiri dari piodalan pada hari Soma Umanis Tolu, Ngusabha Warigadian pada hari penanggal 5 sasih kelima dan Benaung Bayu pada hari tilem sasih kelima. • • • • • •
• • • • • • • • •
Palinggih-palinggih di Pura Batu Madeg antara lain: Bebaturan linggih Bhatara Batudinding. Gedong Palinggih Bhatara Pujungsari. Bebaturan tempat memuja Bhatara Gajah Waktera. Di masa-masa yang lalu yaitu pada waktu perjuangan merebut kemerdekaan, konon para pejuang banyak yang bersemadhi di palinggih ini. Meru tumpang 11 Palinggih Bhatara Manik Bungkah. Meru tumpang 11 Palinggih Bhatara Bagus Babotoh. Meru tumpang II Palinggih Bhatara Sakti Batu Madeg (Hyang Wisnu). Bebaturan Palinggih I Ratu Kelabangapit, tempat masyarakat memohon keselamatan bila akan membuat empelan (bendungan besar) dan memohon agar sawah-sawahnya tidak mengalami kekurangan air. Meru tumpang 9 Palinggih Bhatara Manik Buncing. Meru tumpang 9 Palinggih Bhatara Manik Angkeran yang dimuliakan oleh para prati sentananya dan sekarang dikenal dengan sebutan Pinatih, sulang dan Wayabya, di samping oleh Masyarakat umat Hindu umumnya. Bale Tegeh Palinggih Lingga. Bale Pesamuhan Agung tempat pemujaan umum ke hadapan Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagi Hyang Wisnu. Bebaturan Pelinggih Bhatara Sanghyang Batur. Gedong Palinggih Sanghyang Kumpi Batur. Enam buah Bale Pelik diantaranya terdapat tempat pemujaan pada Dukuh Suladri di Bale Pelik bagian Timur. Bangunan-Bangunan Bale Pegat, Bale Gong, Bale Pewedaan, dan Candi bentar.
Bila terdapat karya-karya agung di pura Besakih demikian pula pengaci di pura Batu madeg, maka semua palinggih-palinggih yang terdapat di Pura ini dihias dengan pengangge-pengangge Palinggih seperti ider-ider, Lelontek, Pedapa dan lain-lainnya dengan warna serba hitam.
14. Pura Batu Kiduling Kreteg
Dari Pura Penataran Agung ke timur melewati jalan setapak di sebelah menyebelah pura-pura Pedharman dan pada ujung timur terdapat Pura
15
Kiduling Kreteg, yaitu di sebelah Timur sungai melalui sebuah jembatan. Luas Pura ini demikian pula jumlah palinggih-palinggihnya hampir sama dengan Pura Batu Madeg, di mana pelinggih pokoknya Meru tumpang 11 kahyangan Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Hyang Brahma. Di dalam lontar-lontar Pura ini kadang-kadang dinamai Pura Dangin Kreteg dan kadang Pura Kiduling Kreteg, mungkin karena tempatnya seolah-olah berada di sebelah timur jembatan dan seolah-olah di sebelah selatan jembatan kalau kita sedang berada di Pura Penataran Agung. Ini bisa dimengerti karena Pura Besakih sesungguhnya tidak sepenuhnya menghadap ke Selatan tetapi agak miring kearah Barat berhadapan dengan Pura Luhur Uluwatu di desa Pecatu Kabupaten Badung. Ini pulalah sebabnya Pura Luwur Uluwatu dan Pura Besakih Hyang Hyangning Segara Ukir atau Hyang Hyangning Segara Gunung dalam arti Pura Luhur Uluwatu berfungsi Predana dan Pura Besakih Purusa. Adapun bangunan-bangunan pelinggih yang terdapat di Pura Kiduling Kreteg antara lain: • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Bale Pesambiyangan. Meru tumpang 11 Pelinggih Hyang Brahma, yang oleh umum disebut Bhatara Agung Sakti. Meru Tumpang 7 Pelinggih Bhatara Bayu, yang oleh umum disebut I Ratu Bagus Bayusan. Meru tumpang 5 Palinggih Ida Ratu Bagus Swa. Meru tumpang I I Palinggih Ida Ratu Bagus Cili. Meru tumpang 5 Palinggih Ida Ratu Bagus Soha. Meru tumpang 3 Palinggih Ida Ratu Sihi. Meru tumpang 3 Palinggih Dewa-Dewi. Bale Pesamuan Agung. Bale Agung. Bale Pegat. BalePawedaan. Bebaturan. Bale Tegeh. Bebaturan. Panggungan. Bale Gambang. Bale Gong. Candi Bentar.
Piodalannya jatuh pada Anggara Wage Dungulan atau Penampahan Galungan, sedang Aci Panyebab Brahma diselenggarakan setahun sekali pada hari purnama sasih Kaenem. Aci Panyebab Brahma adalah untuk memohon agar padi di sawah tidak merana dan hangus kekeringan. Dalam karya-karya di pura Kiduling Kreteg, semua penganggen pelinggih berwarna merah.
16
15. Pura Gelap
Dari jalan setapak di sebelah timur Pura Penataran Agung ke utara (jalannya agak menanjak kira-kira 5 menit perjalanan), terdapat Pura Gelap di ketinggian. Pelinggih pokok berupa Meru tumpang 3 di sana distanakan Hyang Iswara, di samping sebuah Padma, Palinggih Ciwa Lingga, Bebaturan Sapta Petala, Bale Pewedaan dan Bale Gong. Piodalan di Pura Gelap jatuh pada hari Soma Keliwon Wariga dan Aci Pengenteg Jagat pada setiap hari Purnama sasih Karo. Di sinilah pura tempat umat maturan dan memohon kedamain pikiran dan kesejahteraan hidup sesuai dengan makna pengacinya yang disebut Aci Pengenteg Jagat. Pada waktu karya-karya di Pura Besakih semua penganggepengangge di Pura ini berwama serba putih.
16. Pura Pengubengan
Pura Pengubengan ini letaknya ke utara dari Pura Penataran Agung melalui jalan setapak kira-kira 30 menit perjalanan. Di sini terdapat pelinggih pokok meru tumpang 11 di samping bale gong, bale Pelik, Piyasan, Candi Bentar dan tembok penyengker. Di sinilah pelinggih Pesamuhan Bhatara Kabeh sebelum Bhatara Turun Kabeh di Penataran Agung. Di antara pura-pura lainnya yang ada di Besakih, letak Pura Pengubengan ini yang tertinggi. Jika masyarakat bermaksud mempersembahkan aturannya kepuncak Gunung Agung akan tetapi tidak mampu karena tingginya, maka cukup aturan itu dipersembahkan di Pura Pengubengan ini. Sama halnya dengan dan Pura Peninjoan, dari sinipun pemandangan alam kelihatan indah sekali, akan tetapi Pura Penataran Agung tidak nampak. Sesungguhnya baik sekali apabila pada hari-hari tertentu (Rerainan) kita dapat pedek tangkil serta mempersembahkan aturan di Pura Peninjoan dan Pura Pengubengan secara berombongan, karena di samping hal-hal berkunjung ke Pura Pura itu termasuk Yadya yang disebut Tirtha Yatra, juga kita mengetahui secara langsung pura-pura itu. Piodalan di Pura Pengubengan jatuh pada hari Budha Wage Kelawu.
17. Pura Batu Tirtha
17
Tempatnya tidak begitu jauh dan Pura Pengubengan yaitu disebelah timurnya kira-kira 10 menit perjalanan. Di sini terdapat sumber tirtha atau air suci yang dipergunakan bila ada karya-karya agung di Pura Besakih ataupun karya-karya agung di desa-desa pekraman, demikian pula di sanggar-sanggar pemujaan umat seperti di sanggah maupun merajan. Piodalan di pura Tirtha jatuh pada hari Budha Wage Kelawu. 18. Pura Batu Peninjoan
Letak Pura ini agak kebarat-laut dari Pura Batu Madeg, melalui jalan setapak, menuruni lembah dan menyelusuri pinggir sungai kering tegalan penduduk. Perjalanan kurang lebih atarara 15 sampai 25 menit dan kita akan sampai di Pura Peninjoan disebuah bukit kecil. Di sana terdapat sebuah Meru tumpang 9. Dari tempat inilah konon Empu Kuturan meninjau wilayah Desa Besakih yang sekarang menjadi tempat pelinggih-pelinggih di Pura Penataran Agung dan sekitarnya, sewaktu beliau merencanakan pembanguan dan memperluas Pura Besakih ini yang di masa yang lalu tidak sebanyak yang kita saksikan sekarang. Di tempat inilah Empu Kuturan menjalankan tapa yoga samadhi bila beliau ke Besakih. Ajaran-ajarannya tentang tata cara membangun pura, membuat pelinggih meru, kahyangan tiga, Asta Kosala Kosali dan lain-lainnya sampai sekarang masih dipraktekkan oleh segenap lapisan masyarakat Hindu. Setelah beliau wafat beliau tidak lagi disebut Empu Kuturan, tetapi Bhatara Empu Kuturan, karena beliau dipandang sebagai Awatara atau Dewa Kemanungsan tidak ternilai besar jasanya dalam menuntun masyarakat Umat Hindu dan untuknya distanakan di Meru tumpang 9 di Pura Peninjoan ini, selain di tempat-tempat lain seperti di Silayukti (Padangbai - Karangasem). Dari Pura Peninjoan, semua pelinggih di Pura Penataran Agung dapat dilihat dengan jelas, demikian pula pantai dan daratan pulau Bali di sebelah selatan kelihatan indah sekali. Selain dari meru tumpang 9, pura ini juga dilengkapi dengan dua buah Bale Pelik dan Piyasan. Piodalan di Pura Peninjoan pada hari Wraspati Wage Tolu.
Candi Dasa Candi Dasa, adalah sebuah tempat peristirahatan atau resor di pantai, yang terletak di kabupaten Karangasem Bali. Daerah ini jaraknya kurang lebih 90 km di sebelah timur laut Denpasar, ibukota Bali. Dari Candi Dasa untuk menuju Tenganan, jaraknya hanya kira-kira 10 km.
18
Candi Dasa terletak di Teluk Amuk yang merupakan salah satu tempat terkenal untuk menyelam. Pulau-pulau kecil di Teluk Amuk (Gili Tepekong, Gili Biaha, Gili Mimpang) menawarkan pengalaman menyelam yang menakjubkan. Namun, para pemandu penyelaman disana harus memperingatkan para penyelam yang dipandunya untuk sangat berhati-hati karena arus tempat penyelaman yang sangat kuat dan seringkali tak bisa diperkirakan kehadirannya. Efek mesin cuci (the washing machine effect) dapat dengan mudah membuat panik para penyelam. Oleh karena hal ini beberapa lokasi dinyatakan sebagai tempat yang berbahaya untuk penyelam pemula. Pantai Kuta Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di sebelah selatan Denpasar, ibu kota Bali, Indonesia. Kuta terletak di kabupaten Badung. Daerah ini merupakan sebuah destinasi turis mancanegara yang sangat termasyhur. Di Kuta sendiri banyak terdapat pertokoan, restoran dan tempat permandian serta menjemur diri. Pantai Kuta sering pula disebut sebagai Sunset Beach atau pantai matahari terbenam sebagai lawan dari pantai Sanur. Lapangan Udara I Gusti Ngurah Rai terletak tidak jauh dari Kuta. Pantai dengan pasir berwarna putih ini terletak sebuah desa bernama Desa Kuta. Desa Kuta mulai menjadi tempat tujuan wisata yang menarik di Indonesia sejak didirikannya banyak hotel-hotel baru. Selain keindahan alam yang dapat dinikmati di desa ini, satu kali dalam setahun diadakan upacara Sasak di desa ini. Ini adalah upacara Bau Nyale. Dalam upacara ini para pelaut mencari cacing Nyale di laut. Menurut legenda, dahulunya ada seorang putri, bernama Putri Mandalika, yang sangat cantik, banyak pangeran dan pemuda yang ingin menikah dengannya. Karena ia tidak dapat mengambil keputusan, maka ia terjun ke air laut. Ia berjanji sebelumnya bahwa ia akan datang
19
kemBali satu kali dalam setahun. Rambutnya yang panjang kemudian menjadi cacing Nyale tersebut.
Pantai Kuta di sore hari
Sangeh Sangeh adalah sebuah tempat pariwisata di pulau Bali yang terletak di sebelah utara Ubud, kabupaten Gianyar. Sangeh terkenal karena ini merupakan sebuah desa di mana monyet-monyet (beruk) berkeliaran dengan bebas di sebuah bukit bernama Bukit Sari. Di sana ada pula sebuah pura yang bernama Pura Bukit Sari. Monyet di sini berkuasa dan konon memiliki tiga wilayah kerajaan. Menurut legenda setempat Bukit Sari dan monyet ini berada di sana ketika Hanoman, sebuah tokoh dalam wiracarita Ramayana, mengangkat gunung Mahameru. Beberapa bagian gunung ini jatuh di sana dan sejak saat itu monyet berkuasa di sana.
Seekor kera di Sangeh
20
Tanah Lot Tanah Lot adalah sebuah objek wisata di Bali, Indonesia. Di sini ada dua pura yang terletak di di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Sad Kahyangan, yaitu pura-pura yang merupakan sendi-sendi pulau Bali. Pura Tanah Lot merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut.
Tanah Lot Terletak di desa Beraban atau 13 km sebelah barat Tabanan, Pura Tanah Lot hampir selalu ditawarkan oleh setiap pemandu wisata di Bali untuk dikunjungi. Tempat yang asik tuk memotret sunset ini (sambil duduk2 dan minum kelapa muda) memiliki keunikan antara lain lokasi pura yang berada diatas bukit batu besar pinggir laut. Pada saat air surut dan tingginya tidak lebih dari selutut, kita masih bisa nyebrang menuju tempat itu. Menurut sebuah sumber tersebutlah legenda dari kisah perjalanan pendeta asal Jawa Timur bernama Dang Hyang Nirartha yang tengah menuju ke timur untuk menyebarkan ajaran Hindu. Sampai pada suatu saat, Dang Hyang Nirartha tiba di salah satu pantai dengan pulau kecil ditengah lautnya dengan tanah parangan dan bebatuan keras di bawahnya. Di tempat itulah sang pendeta beristirahat dan tak lama kemudian datang para nelayan membawa sesembahan untuknya.
21
Kemudian di tempat itu Dang Hyang Nirartha menyampaikan ajaran agamanya dan menyarankan masyarakat sekitar tuk membangun tempat suci di pulau tempatnya menginap. Sepeninggal sang pendeta, masyarakat membangun tempat suci di atas pulau dengan nama Pura Luhur Tanah Lot yang artiya tanah di tengah laut. Ternyata tidak semua orang boleh masuk ke dalam pura tersebut. Para wisatawan hanya diperbolehkan melongok dari bawah pura. Hanya orang2 tertentu yang hendak bersembahyang atau melakukan kegiatan keagamaan yang diperkenankan masuk ke dalam pura. Terkait dengan konsep triangga (penggambaran tubuh manusia dari kepala, badan hingga kaki), pura ini menjadi terkait dengan 2 tempat suci lainnya di Tabanan, yaitu Pura Luhur Batukaru (hulu) dan Pura Puser Tasik (madya) serta Pura Tanah Lot sebagai hilirnya. Pura hulu dan hilir ini pun digambarkan sebagai simbolisasi lingga dan yoni, Pura Luhur Batukaru sebagai lingga (purusa) dan Pura Tanah Lot sebagai yoni (segara). Perpaduannya menjadi sumber kehidupan yang mensejahterakan manusia disekitarnya Di sebelah utara pura, tepatnya di dalam gua bawah tebing, terdapat ular yang dikeramatkan. Ular pipih beracun berwarna hitam kuning ini dipercaya sebagai selendang Dang Hyang Nirartha yang terlepas saat sedang bertapa dan hingga kini menjadi penjaga pura. Di tempat ini pula terdapat sumber air tawar bernama Tirta Pabersihan (biasa digunakan sebagai sarana memohon kesucian). Tanah Lot
Pura Luhur Uluwatu
Di ujung paling barat semenanjung Bukit, terdapat sebuah Pura Sad Kahyangan sebagai penyangga salah satu darl 9 arah mata angin yakni
22
Pura Luhur Uluwatu. Pura ini dibangun, bertengger persis di atas batu karang yang menjorok ke laut dengan pemandangan yang luar biasa indahnya, terlebih-lebih tatkala Surya mulai redup menurun di ufuk barat. Pura Uluwatu pertama-tama dipakai sebagai tempat untuk memuja seorang pendeta suci yang datang pada abad ke 11, bernama Empu Kuturan. Beliaulah yang menurunkan ajaran Desa Adat dengan segala peraturan tata tertibnya. Pura tersebut berikutnya juga dipakai untuk pemujaan Pendeta suci berikutnya Dang Hyang Nirartha, yang datang ke Bali di akhir tahun 1550 dan mengakhiri perjalanan sucinya dengan Moksah/Ngeluhur di tempat ini. Selanjutnya dengan kata itu dipakai melengkapi nama Pura yakni Pura Luhur Uluwatu. Pantai di bawah Pura Uluwatu yaitu Pantai Pecatu sering kali digunakan sebagai tempat untuk olahraga surfing. Seringkali even even internasional untuk olahraga ini. Ombak pantai pecatu sangat bagus dijadikan sebagai tempat untuk surfing disamping keindahan alamnya yang mempesona. Pantai Labua
Pantai ini terletak beberapa km disebelah utara Pura Uluwatu menghadap ke Samudra Indonesia. Dari tempat parkir, pengunjung harus berjalan kaki melalui lorong batu karang sepanjang 60 meter dan sampai di sebuah pantai yang indah Labuan Sait". Pantai ini berpasir putih dan bersih, serta tenang sehingga sangat cocok untuk rekreasi, santai dan mandi sinar mentari serta tentu saja sangat cocok pula untuk berselancar. Para nelayan setempat juga menyediakan jukung sewaan bagi mereka yang ingin berkeliling melihat keindahan alam yang masih
23
alami di semenanjung bukit bagian selatan. Sebagai tempat pariwisata, di tempat ini juga sudah ada beberapa kedai minum dan restauran.
Jimbaran Jimbaran adalah sebuah pantai di Kabupaten Badung, Bali, Indonesia. Letaknya di sebelah selatan pulau Bali, sekitar 10 menit dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Di Jimbaran terdapat restoranrestoran makanan laut (seafood) dan juga hotel-hotel internasional. Jimbaran dulunya merupakan kampung nelayan. Pada 1 Oktober 2005, serangkaian ledakan terjadi di kawasan ini dalam peristiwa Bom Bali 2005. Pura Goa Lawah
Dari ribuan jumlah pura di Bali, beberapa di antaranya berstatus Pura Khayangan Jagat. Salah satunya Pura Goa Lawah. Pura ini berdiri di wilayah pertemuan antara pantai dan perbukitan dengan sebuah goa yang dihuni beribu-ribu kelelawar. Pura Goa Lawah merupakan suatu kawasan yang suci dan indah. Di situ ada perpaduan antara laut dan gunung (linggayoni). Seperti namanya, di pura ini terdapat goa yang dihuni ribuan kelelawar. Gemuruh riuh suara kelelawar tiada henti, pagi, siang apalagi malam. Sekejap puluhan, ratusan bahkan ribuan ekor terbang. Sebentar lagi datang, bergantungan, bergelayutan, berdesak-desakkan di dinding-dinding karang goa. Terdengar begitu riuh bagaikan nyanyian alam yang abadi sepanjang masa. Belum lagi munculnya ular duwe, lelawah (kelelawar) putih, kuning dan brumbun, menambah suasana makin mistik di Pura yang berada di Desa Pesinggahan, Dawan, Klungkung itu. Sementara di mulut goa terdapat beberapa palinggih stana para Dewa. Di pelatarannya, juga berdiri kokoh beberapa meru dan sthana lainnya.
24
Lokasinya sekitar 20 km di sebelah timur kota Semarapura, Klungkung atau kurang lebih 59 km dari kota Denpasar. Umat Hindu silih berganti menghaturkan bhakti dengan berbagai tujuan. Terutama ketika berlangsung piodalan/pujawali yang dilaksanakan setiap enam bulan sekali (210 hari) yakni pada Anggara Kasih Medangsia. Upacara nyejer selam 3 hari dengan penanggung jawab, pengempon pura yakni Krama Desa Pakraman Pesinggahan. Di samping juga dilaksanakan aci penyabran yang dilakukan secara rutin pada hari-hari suci seperti Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon, Pagerwesi, Saraswati, Siwaratri dan lainnya. Begitu juga dengan umat Hindu dari seluruh pelosok Bali, setiap harinya ada saja yang menggelar upacara meajar-ajar atau nyegara-gunung.
Nusa Dua Nusa Dua, adalah sebuah tanjung yang terletak di selatan pulau Bali. Jaraknya kurang lebih 40 kilometer dari ibukota Denpasar. Di daerah yang terdiri dari batu-batu karang gamping ini, banyak terdapat tempat wisata, seperti pantai Jimbaran dan Garuda Wisnu Kencana. Ubud Ubud adalah sebuah tempat peristirahatan di daerah kabupaten Gianyar, pulau Bali, Indonesia. Ubud terutama terkenal di antara para wisatawan mancanegara karena lokasi ini terletak di antara sawah dan hutan yang terletak di antara jurang-jurang gunung yang membuat alam sangat indah. Selain itu Ubud dikenal karena seni dan budaya yang berkembang sangat
25
pesat dan maju. Denyut nadi kehidupan masyarakat Ubud tidak bisa dilepaskan dari kesenian. Di sini banyak pula terdapat galeri-galeri seni, serta arena pertunjukan musik dan tari yang digelar setiap malam secara bergantian di segala penjuru desa. Sudah sejak tahun 1930-an, Ubud terkenal di antara wisatawan barat. Kala itu pelukis Jerman; Walter Spies dan pelukis Belanda; Rudolf Bonnet menetap di sana. Mereka dibantu oleh Cokorda Gede Agung Sukawati, dari Puri Agung Ubud. Sekarang karya mereka bisa dilihat di Museum Puri Lukisan, Ubud.
Upacara Adat di Ubud
26
Garuda Wisnu Kencana Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (bahasa Inggris: Garuda Wisnu Kencana Cultural Park), disingkat GWK, adalah sebuah taman wisata di bagian selatan pulau Bali. Taman wisata ini terletak di tanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung, kira-kira 40 kilometer di sebelah selatan Denpasar, ibu kota provinsi Bali. Di areal taman budaya ini, direncanakan akan didirikan sebuah landmark atau maskot Bali, yakni patung berukuran raksasa Dewa Wisnu yang sedang menunggangi tunggangannya, Garuda, setinggi 12 meter. Area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana berada di ketinggian 146 meter di atas permukaan tanah atau 263 meter di atas permukaan laut. Patung Garuda Wisnu Kencana berlokasi di Bukit Unggasan Jimbaran, Bali. Patung ini merupakan karya pematung terkenal Bali, I Nyoman Nuarta. Monumen ini dikembangkan sebagai taman budaya dan menjadi ikon bagi pariwisata Bali dan Indonesia. Patung tersebut berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu adalah Dewa Pemelihara (Sthiti), mengendarai burung Garuda. Tokoh Garuda dapat dilihat di kisah Garuda & Kerajaannya yang berkisah mengenai rasa bakti dan pengorbanan burung Garuda untuk menyelamatkan ibunya dari perbudakan yang akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu. Patung ini diproyeksikan untuk mengikat tata ruang dengan jarak pandang sampai dengan 20 km sehingga dapat terlihat dari Kuta, Sanur, Nusa Dua hingga Tanah Lot. Patung Garuda Wisnu Kencana ini merupakan simbol dari misi penyelamatan lingkungan dan dunia. Patung ini terbuat dari campuran tembaga dan baja seberat 4.000 ton, dengan tinggi 75 meter dan lebar 60 meter. Di sini banyak terdapat galeri dan sebuah patung Wisnu dan Garuda yang amat besar. Konon patung ini lebih tinggi dari Statue of Liberty di New York City. Taman wisata GWK bisa dituju dengan kendaraan umum dari pantai Kuta.
27
Tenganan Tenganan, adalah sebuah desa tradisional di pulau Bali. Desa ini terletak di kabupaten Karangasem di sebelah timur pulau Bali. Desa Tenganan merupakan salah satu desa Bali Aga, yaitu penduduk Bali asli yang tidak terlalu banyak mendapat pengaruh luar. Di desa ini pengunjung bisa menyaksikan bangunan-bangunan desa dan pengrajin-pengrajin muda yang menggambar lontar-lontar. Tenganan adalah desa yang mempunyai keunikan sendiri diBali, desa yang terletak cukup terpencil dan terletak di Kabupaten Karangasem. Untuk mencapai desa ini melalui jalan darat dan berjarak sekitar 60km dari pusat kota Denpasar, Bali. Desa ini sangatlah tradisional karena dapat bertahan dari arus perubahan jaman yang sangat cepat dari teknologi. Walaupun sarana dan prasarana seperti listrik dll masuk ke Desa Tenganan ini, tetapi rumah dan adat tetap dipertahankan seperti aslinya yang tetap eksotik. Ini dikarenakan Masyarakat Tenganan mempunyai peraturan adat desa yang sangat kuat, yang mereka sebut dengan awig-awig yang sudah mereka tulis sejak abad 11 dan sudah diperbaharui pada Tahun 1842. Desa tenganan mempunyai luas area sekitar 1.500 hektar, ketika tempat wisata – wisata yang lain diBali
28
berkembang pesat seperti Pantai Kuta, Pantai Amed, yang sangat meriah dengan kehadiran Hotel, Pantai, Café, dan kehidupan malamnya. Desa Tenganan tetap saja berdiri kokoh tidak peduli dengan perubahan jaman dengan tetap bertahan dengan tiga balai desanya yang kusam dan rumah adat yang berderet yang sama persis satu dengan lainnya. Dan tidak hanya itu didesa ini keturunan juga dipertahankan dengan perkawinan antar sesama warga desa. Oleh karena itu Desa Tenganan tetap tradisional dan eksotik, walaupun Masyarakat Tenganan menerima masukan dari dunia luar tetapi tetap saja tidak akan cepat berubah, karena peraturan desa adat /awig-awig mempunyai peranan yang sangat penting terhadap masyarakat Desa Tenganan. Untuk memasuki desa Tenganan sangatlah unik, sebelum masuk ke area Desa Tenganan. Kita akan melalui sebuah loket, disitu kita tidak diharuskan membayar. Memang karena tidak ada tiket/karcis yang dijual, tapi kita memberikan sumbangan sukarela berapa saja seikhlas kita ke petugas dibangunan kayu yang semipermanen, sebelum masuk wisatawan harus melalui gerbang yang cukup sempit yang hanya cukup dilewati oleh satu orang. Penghasilan penduduk Desa Tenganan juga tidak jelas berapa pendapatannya, karena disana masih menggunakan sistem barter diantara warganya.disana banyak tanaman, sawah, kerbau yang bebas berkeliaran dipekarangan mereka. Untuk mendongkrak potensi wisata mereka, Penduduk Desa Tenganan banyak yang menjual hasil kerajinan tangannya ke turis. Artshop juga dapat kita lihat begitu kaki kita melangkah kepintu masuk, mereka menjual banyak kerajinan. Seperti Anyaman bambu, ukir-ukiran, lukisan mini yang diukir diatas daun lontar yang sudah dibakar, dan yang paling terkenal adalah kain geringsing. Kain ini sangatlah unik karena dengan sekilas memandang kita dapat langsung mengetahui
29
kalau kain tersebut memang buatan tangan. Kain ini termasuk mahal, dan hanya diproduksi di desa tenganan saja. Waktu pengerjaannya pun memerlukan waktu yang cukup lama, karena karena warna – warna yang terdapat dikain gringsing ini berasal dari tumbuh-tumbuhan dan memerlukan perlakuan khusus. Walaupun banyak wisatawan yang semakin lama semakin banyak untuk datang didesa ini, namun sayang belanja suvenir mereka masih kurang. Ungkap I Made pelukis lukisan mini diatas daun lontar. Berada di desa ini kita merasakan suasana yang aman dan damai, para penduduk desanya yang sangat ramah dan bersahabat. Kita dapat berkeliling areal desa tersebut dan menyaksikan aktivitas mereka sehari hari. Saat yang paling tepat kita berada disana pada saat sore hari, karena pada sore hari biasanya mereka penduduk desa Tenganan sudah melakukan aktivitasnya. Dan berkumpul didepan rumahnya masingmasing, dan tak ayal mereka keluar dan berkumpul bersama para penduduk yang lain. Dan pada saat ini kita dapat menyaksikan dan melihat tingkah laku dan adat budaya tradisional mereka yang amat kental.
Pantai Sanur
Pantai Sanur adalah sebuah tempat pelancongan pariwisata yang terkenal di pulau Bali. Tempat ini letaknya adalah persis di sebelah timur kota Denpasar, ibukota Bali. Sanur berada di kabupaten Badung. Pantai Sanur terutama adalah lokasi untuk berselancar (surfing). Terutama ombak pantai Sanur sudah termasyhur di antara para wisatawan mancanegara. Tak jauh lepas Pantai Sanur terdapat juga lokasi wisata
30
selam dan snorkeling. Oleh karena kondisinya yang ramah, lokasi selam ini dapat digunakan oleh para penyelam dari semua tingkatan keahlian. Pantai Sanur juga dikenal sebagai Sunrise beach (pantai matahari terbit) sebagai lawan dari Pantai Kuta.
Pura Taman Ayun Pura Taman Ayun adalah satu-satunya komplek pura yg memiliki struktur bangunan khas Bali yaitu berbentuk meru atau atap yang bertingkat-tingkat dan juga dikelilingi oleh telaga. Dibangun pada abad ke XVI oleh Raja Mengwi. Raja yang berkuasa pada saat itu bernama Badak Agung. Beliau adalah seorang figur yang sangat bakti kepada Tuhan. Maka dari itu, beliau mendirikan sebuah tempat pemujaan dengan beberapa bangunan pura sebagai penyawangan (simbol) daripada 9 pura utama yang ada di Bali, seperti Pura Besakih, Pura Uluwatu, Pura Batur, Pura Ulundanu, dll. Dengan lokasi yang ada disatu areal, Beliau berharap rakyat kerajaan tidak usah jauh2 jika ingin melakukan persembahyangan. Taman Ayun berasal dari kata Taman=Kebun dan Ayun=indah/cantik. Jadi Taman Ayun adalah sebuah taman atau kebun yang indah dan cantik, yang pada jaman dahulu dipakai oleh keluarga kerajaan utk berpelesir. Disamping sebagai tempat pemujaan, Taman Ayun juga dipakai sebagai areal berkumpulnya para anggota kerajaan.
31
Harga tiket di Taman Ayun adalah Rp.3000./pax. Para pengunjung bisa menikmati areal sekeliling pura dari ketinggian dengan menaiki bale kulkul yang ada di sebelah kiri pintu gerbang. Keindahan dan kesakralan Pura Taman Ayun Kabupaten Badung, Bali, membuat UNESCO ingin menjadikannya sebagai salah satu "warisan budaya dunia" (The World Heritage). Tanjung Benoa
Tanjung Benoa yang terletak di ujung timur "sepatu" pulau Bali, merupakan salah satu tujuan wisata air yang cukup lengkap. Berbagai sarana olahraga air disediakan disini seperti, banana boat, snorkling, flying fish, parasailing dan jetski. Uniknya olahraga surfing yang banyak dijumpai di pantai-pantai lain dari pulau Bali, justru tidak tersedia di objek wisata ini, hal ini dikarenakan ombak yang ada dilokasi wisata ini cenderung tenang, sehingga kurang cocok untuk olah raga surfing. Selain olahraga air, pengunjung juga bisa mengunjungi pulau penyu yang berjarak kurang lebih 30 menit perjalan dengan menggunakan perahu yang bisa disewa dilokasi. Pulau penyu merupakan tempat pengembangbiakan berbagai spesies penyu yang hampir punah. Dilokasi ini pengunjung bisa melihat langsung dan bertanya-tanya seputar hal proses pengembang biakan penyu. Penyu-penyu yang ada dipisahkan diberbagai tempat berdasarkan ukuran tubuhnya. Ada yang masih berukuran jari hingga yang cukup besar dengan berat hingga puluhan kilo. Di pulau ini juga
32
terdapat berbagai binatang lain seperti ular dan kelelawar burung langka yang dimungkinkan bagi pengunjung untuk memegang sekedar mengambil gambar/foto. Satu paket dengan perjalanan ke Pulau Penyu, pengunjung juga bisa melihat objek wisata bawah laut. Perahu yang digunakan, telah didesain sedemikian rupa sehingga pada bagian dasar tengah perahu telah dipasang kaca yang memungkinkan bagi pengunjung untuk melihat dasar laut yang dangkal tanpa perlu berbasah ria. Dari dalam perahu pengunjung bisa melihat ikan-ikan khas air laut yang kaya akan warna di bagian tubuhnya. Agar ikan-ikan tersebut mau berkumpul pengemudi kapal menebarkan roti tawar kelaut sebagai pancingan. Tidak butuh waktu lama untuk menunggu ikan tersebut untuk datang, namun jenis ikan yang datang kurang bervariasi sehingga kurang menarik untuk dinikmati. Tari Barong di Batubulan
Barong adalah karakter dalam mitologi Bali. Ia adalah raja dari roh-roh serta melambangkan kebaikan. Ia merupakan musuh Rangda dalam mitologi Bali. Banas Pati Rajah adalah roh yang mendampingi seorang anak dalam hidupnya. Banas Pati Rajah dipercayai sebagai roh yang menggerakkan Barong. Sebagai roh pelindung, Barong sering ditampilkan sebagai seekor singa. Tarian tradisional di Bali yang menggambarkan pertempuran antara Barong dan Rangda sangatlah terkenal dan sering diperlihatkan sebagai atraksi wisata. Barong singa adalah salah satu dari lima bentuk Barong. Di pulau Bali setiap bagian pulau Bali mempunyai roh pelindung untuk tanah dan hutannya masing-masing. Setiap Barong dari setiap region digambarkan sebagai hewan yang berbeda. Ada babi hutan, harimau, ular atau naga, dan singa. Bentuk Barong sebagai singa sangatlah populer dan berasal dari Gianyar. Di sini terletak Ubud, yang merupakan tempat pariwisata yang terkenal. Dalam Calonarong atau
33
tari-tarian Bali, Barong menggunakan ilmu gaibnya untuk mengalahkan Rangda. Goa Gajah
Goa Gajah terletak di desa Beduli, kecamatan Blahbatuh, kabupaten Gianyar, jarak dari Denpasar kurang lebih 26 km, sangat mudah dicapai. Disana ada kios-kios kesenian dan rumah makan. Pura ini dikelilingi oleh persawahan dengan keindahan sungai Petanu. Berada pada jalur denpasar Tampaksiring Danau Batur Kintamani. Dikitarnya terdapat tempat-tempat bersejarah seperti yeh Pulu, Samuan Tiga, gedong Arca, Arjuna Bertapa, Kebo Edan, Pusering Jagat, Penataran Sasih dan lain-lain. Namun Goa Gajah belum diketahui asal-usulnya secara pasti. Nama ini perpaduan dengan nama Pura Goa (sebutan masyarakat setempat dengan nama kuno yang termuat dalam prasasti-prasati, yakni Ergajah dan Lwa Gajah. Disini dulu tempatnya kaum Brahmana mangadakan Tapa Berata, bilamana anda masuk ke dalam gua. Di kiri kanan dan di Ujung dalam gua, anda akan melihat tempat strategis seperti tempat untuk mengadakan yoga semadi.
Pasar Sukowati Pasar tradisional ini terletak di Kabupaten Gianyar dan sangat terkenal di Bali maupun luar Bali, karena anda bisa menawar harga barang yang anda inginkan. Barang-barang yang diperdagangkan di pasar sukawati seperti; baju kemeja, t-shirt, sarong pantai yang disablon dengan ukiran atau gambaran seni dari Bali, lukisan dan barang kerajinan tangan lainnya. Bila musim rame di bulan libur sekolah bus-bus wisata luar Bali banyak parkir disepanjang jalan Pasar Sukowati.
34
Kintamani
Obyek wisata dengan pemandangaan yang indah, danau Batur di Penelokan dan pemandangan gunung Batur. Turis asing dari berbagai negara datang dan makan siang di daerah Kintamani ini. Bagi anda yang datang ke Bali harus menyempatkan diri datang ke Kintamani atau Penelokan, foto bersama bersama keluarga atau pacar anda tercinta. Tapi sebelum anda mengambil poto singkirkanlah pedagang-pedagang acung yang juga berseliweran di samping anda sambil mengacungacungkan dagangannya. Taman Reptil
Beberapa km di sebelah utara Pura Taman Ayun, persis di pinggir jalan raya Denpasar. Bagian Utara Pulau Bali (jalan Raya Bedugul), di Desa Werdhi Buwana, terdapat obyek wisata Taman Buaya Indonesia Jaya. Taman ini mencakup luas sekitar 2 hektar dengan koleksinya berbagai jenis spesies berbahaya namun jinak seperti komodo, buaya, ular kobra, piton dan jenis kadal lainnya Selain koleksi reptil, Taman ini juga mempertunjukkan Tari Trance Debus yaitu pertunjukan seorang penjinak binatang melawan seekor buaya.
Safari Onta
35
Terletak di Pantai Geger Sawangan, depan hotel Nikko Bali, Nusa Dua atau sekitar 3 km ke sebelah selatan dari kawasan Bali Tourism Development Center (BTDC) nusa Dua. Onta merupakan hewan yang paling diandalkan untuk transportasi di daerah gurun, karena kemampuannya yang begitu menakjubkan. Safari onta yang dikelola oleh PT. Bali Onta Kuta Wisata ini mendatangkan hewan tersebut dari benua Australia dengan mengambil rute safari menyusuri pesisir pantai Geger Sawangan selama lebih kurang 1 jam. Atraksi petualangan ini tentunya akan menjadi pengalaman yang sangat menarik dan tak terlupakan. Tersedia fasilitas berupa antar jemput, areal parkir yang cukup luas serta tenaga pemandu. Mandala Wisata
Mandala Wisata Terletak di Sebelah Barat Pura Taman Ayun, sekitar 19 km dari kota Denpasar. dalamnya terdapat museum manusa yadnya yang memuat perjalanan ritual kehidupan manusia Hindu di Bali. Di tempat juga terdapat Restoran, panggung terbuka pertunjukan kesenian serta gallery barang kerajinan khas Bali. Kenyamanan berwisata di objek ini lebih terasa dengan adanya fasilitas parkir yang cukup luas serta adanya pemandu wisata.