Surat untuk para guru 21: rubrik Leo Sutrisno
Anakku, Setia Nugraha, Dalam es-em-es yang engkau kirim, kau menanyakan tentang rubrik. Karena, rapat tengah semester yang lalu, Kepala Sekolah meminta semua guru membuat rubrik. Padahal ketika engkau kuliah dulu belum pernah mendengar. Istilah rubrik dalam dunia pendidikan di Indonesia baru dikenal di akhir 1990-an. Pada awalnya, di abad pertengahan, rubrik merupakan petunjuk atau tulisan indah yang terdapat pada suatu dokumen dengan tinta merah. Dalam pendidikan, dulu rubrik merupakan catatan-catatan guru, dengan tinta merah, pada kertas kerja siswa untuk menandai hal-hal yang sudah atau belum dikerjakan siswa. Atas dasar jumlah rubrik (catatan dengan tinta merah) ini guru memberikan peringkat hasil kerja siswa yang bersangkutan. Dewasa ini, rubrik merupakan alat/pedoman untuk memberi skor hasil kerja seseorang. Contoh rubrik yang mudah engkau dapatkan di sekolah adalah rubrik untuk portofolio sertifikasi guru. Dalam dokumen itu, portofolio sertifikasi guru terdiri atas 10 komponen. Salah satu di antaranya adalah komponen pendidikan dan latihan. Dalam kompokek pendidikan disebutkan berbagai jenis izasah yang dimiliki oleh guru yang bersangkutan beserta skornya. Demikian juga pada komponen latihan. Menurut cakupannya latihan digolongkan ke dalam tingkat internasional, nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan. Menurut jenisnya, pelatihan digolongkan yang relevan dan yang tidak relevan. Masing-masing sertifikat pelatihan diskor sesuai dengan cakupan dan relevansinya.
Rubrik sangat membantu baik bagi kita sebagai guru maupun bagi siswa. Karena kedua belah fihak membawa pedoman untuk memberi skor pekerjaan siswa, maka keterbukaan/transparansi dan fairness dalam menilai pekerjaan siswa dapat diwujudkan. Dengan cara seperti itu hasil evaluasi yang kita lakukan lebih objektif. Kalau tanpa rubrik, kita tidak memiliki cara penilaian yang ’standar’, yang berlaku sama untuk semua orang, dimana pun dan kapan pun.
Misalnya, rubrik yang terkait dengan mata pelajaran yang engkau asuh. Ambil misal bahasa Indonesia. Engkau dapat membagi hasil siswa menjadi tiga tingkat: pemula, kompeten dan teladan. Sebaiknya engkau juga membagi menjadi beberapa aspek dalam mempelajari bahasa Indonesia. Misalnya: investigasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada tingkat pemula, investigasi ditujukkan adanya kehendak untuk menyelidiki, serta ditunjukkan adanya pengusaan pengetahuan yang masih terbatas. Bagi yang sudah kompeten, aspek investigasi mesti ditunjukkan adanya eksplorasi suatu topik dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Tentu juga ditunjukkan adanya pengetahuan yang berasal dari berbagai sumber yang cukup relevan. Selanjutnya, hasil kerja siswa yang mencapai tingkat teladan, investigasi ditunjukkan adanya pengetahuan yang luas, lengkap, serta tuntas. Tentu saja juga berkualitas. Tidak asal jadi. Saya kira engkau dapat mengembangkan aspek-aspek yang lain.
Ada tips kecil untuk membuat rubrik yang sederhana tetapi cukup baik untuk dicoba. 1. Tentukan apa yang hendak engkau nilai (misal: berpikir kritis) 2. Indentifikasi aspek-aspek yang akan engkau lihat (misal: penggunaan bukti-bukti yang memadai dsb) 3. Deskripsikan unjuk kerja yang paling baik yang engkau harapkan. Ini yang paling tinggi. 4. Deskripsikan unjuk kerja yang paling jelek tetapi masih engkau terima. 5. Deskripsikan unjuk kerja yang tidak dapat engkau terima. Ini yang paling rendah. 6. Deskripsikan unjuk kerja yang kurang lebih berada di tengahtengahnya antara yang paling tinggi dan yang paling rendah. 7. Tetapkan skornya, misalnya: luar biasa 5, bagus 4, dapat diterima 3, kritis 2, dan ditolak 1. Atau engkau juga dapat membuat yang lebih sederhana, misalnya: teladan 3, kompeten 2 dan pemula 1. 8. Rubrik yang engkau rencanakan ini, ada baiknya dimintakan komentar kawan sejawat dan juga siswa. Saran mereka perlu engkau perhatikan.
Saya akhiri surat ini. Bapak berharap, rubrik perkembanganmu yang ditempel di pintu lemari es masih berlaku. Kini engkau bukan lagi guru pemula, tetapi sedang bergerak menjadi guru yang kompeten, dan kelak, Bapak dan Ibumu selalu berdoa, engkau menadi seorang guru yang patut diteladani. Salam dan doa dari Bapak.