Surat Untuk Guru 11 Guru Froofesional

  • Uploaded by: Leo Sutrisno
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Surat Untuk Guru 11 Guru Froofesional as PDF for free.

More details

  • Words: 664
  • Pages: 3
Surat untuk para guru 11; guru profesional Leo Sutrisno

Anakku, Setia Nugraha, Akhirnya, apa yang saya khawatirkan terjadi juga. Engkau ’merasa iri’ dengan kawanmu yang telah lulus sertifikasi sehingga dibolehkan menyandang ’gelar’ sebagai guru yang profesional dan juga telah menerima tunjungannya. Tetapi, katamu, apa yang dilakukan tidak berbeda dari yang dulu dilakukan. Datang masih sering terlambat. Tidak pernah menyusun persiapan mengajar dengan baik. Kelasnya pun juga masih tetap ribut seperti dulu. Sering memulangkan siswa lebih awal. Apa yang dibicarakan di ruang guru juga masih di sekitar motor baru, rumah, hp, tanah, dan bahkan sekarang mulai nyerempetnyerempet ke mobil. Katamu lagi ’tidak ada perbedaan akademis yang signifikan’. Pendek kata, tambahan uang gaji dan tunjangan tidak dipakai untuk meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Anakku, Itulah yang terjadi di lapangan. Jauh panggang dari api, jika dibandingkan dengan harapan yang dipaparkan ketika para wakil rakyat dulu membuat Undang-Undang ini. Sebenarnya, kalau engkau mau membuka internet, tentu dapat ditemukan bahwa hingga kini masih banyak negara yang tidak menjadikan pekerjaan guru sebagai profesi. Walaupun demikian usaha tetap dilakukan untuk meningkatkan kualitas kinerja para guru sehingga dapat menyediakan pendidikan yang bermutu. Apa arti dari profesi? Dalam American College Dictionary disebutkan bahwa profesi adalah suatu lapangan pekerjaan yang bernaung di bawah suatu ilmu pengetahuan tertentu. Profesional diartikan sebagai suatu pekerjaan yang dapat dipergunakan sebagai penopang kehidupan seseorang. Profesionalisme adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh seseorang sebagai suatu karakter atau kemampuan yang berbeda secara signifikan dari amatir. Apa unsur-unsur dari suatu profesi? Anakku, ada banyak unsur dari suatu profesi. Salah satu di antaranya adalah filosofi. Seorang profesional memiliki filosofi yang menjadi pedoman dalam bertindak. Karena itu, menjadi tampak berbeda dengan yang amatir. Kedua, juga harus ada ilmu pengetahuan yang menaungi bidang yang dijalankan, sehingga memungkinkan peningkatan pengetahuan dari waktu ke waktu. Tentu

juga harus memiliki pedoman bagaimana seseorang yang profesonal bertindak. Dengan itu, mereka yang telah masuk dalam profesi tertentu, mau tidak mau, berubah dalam bertindak. Dengan perkataan lain berbeda dari sebelumnya. Unsur yang juga perlu diperhatikan adalah persyaratan masuk menjadi anggota. Tidak sebarang orang boleh masuk. Unsur terakhir ini patut direnungkan bersama. Benarkah sudah ada persayratan masuk yang ditaati untuk menjadi guru. Ternyata tidak, saat ini semua orang boleh menjadi guru atau mengaku sebagai guru. Mestinya harus seperti dalam bidang kesehatan, misalnya. Tidak semua orang dibolehkan praktek sebagai dokter, bukan?. Juga, tidak semua orang boleh mengaku sebagai perawat, bidan, dokter spesialis dsb. Kalau begitu apa kriteria seseorang dapat disebut seorang yang profesional? Anakku, coba lihat orang-orang yang dimasyarakat dianggap profesional. Ia pasti pintar, pakar dalam bidangnya. Ia juga otonom, mandiri, dan pasti memiliki dedikasi. Karena itu, mereka memang pantas menjadi tempat bertanya dan sekaligus pengambil keputusan. Seseorang yang profesional mesti menguasai ilmu pengetahuan dalam bidangnya. Ia juga memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bidangnya. Kembali ke keluhanmu, apakah bebarapa hal yang kita bicarakan ini ada pada kawanmu yang telah memperoleh sertifikat sebagai guru yang professional itu? Kalau sudah ada, kita layak bersyukur bahwa di sekolahmu sudah ada kawan yang profesional. Engkau dapat ber-’guru’ kepadanya. Kalau belum? Kalau belum, seperti pesan Bapak dulu ketika engkau akan berangkat memenuhi ’panggilan bangsa’, masih ingat? Jadikan pekerjaan guru sebagai panggilan hidup. Engkau dipanggil untuk membantu murid-muridmu berkembang baik secara intelektual, emosional, spiritual, maupun secara fisik agar menjadi manusia yang bermarbat. Engkau tidak membuat robot yang makan masi, bukan? Tetapi juga tidak membuat malaekat atau sebaliknya jailangkung, bukan? Engkau membuat manusia yang mempunyai harkat dan martabat, menjadi manusia seutuhnya.

Kalau sebagai guru engkau pahami sebagai panggilan hidup maka seluruh jiwa dan ragamu akan engkau dedikasikan kepada pekerjaan itu. Dan, itu sudah engkau jalani bertahun-tahun, bukan? Bapak lihat anak dan istrimu pun juga mendukung. Karena itu, sungguh naif jika kini engkau iri. Itu berarti akan membuang citramu yang telah kau bengun puluhan tahun. Tetaplah seperti dulu sebelum memasuki era sertifikasi. Walau tidak bersetifikat sebagai guru yang profesional tetaplah menjadi guru yang baik, guru yang bernartabat, guru yang patut diteladani. Saya kira cukup di sini surat Bapak diiringi dengan doa semoga engkau tetap bahagia menjalankan tugas sucimu ini. Bapak.

Related Documents


More Documents from "Leo Sutrisno"