Surat Untuk Guru 2 Memberi Hati Kepada Semua Murid

  • Uploaded by: Leo Sutrisno
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Surat Untuk Guru 2 Memberi Hati Kepada Semua Murid as PDF for free.

More details

  • Words: 650
  • Pages: 3
Surat untuk para guru 2: memberikan hati kepada semua siswa, Anakku Setia Nugraha, Ibumu telah menceritkan semua yang kau katakan kepada ibumu, via telpun minggu lalu. Maaf Bapak baru dapat menulis surat untukmu hari ini. Bukan karena kesibukan, tetapi Bapak perlu waktu untuk menimbang-nimbang hal apa yang sebaiknya kutuliskan. Bapak dapat memahami akan perasaanmu. Memang, kita pada umumnya lebih merasa nyaman jika lebih banyak menaruh perhatian kepada murid-murid yang pandai, yang rajin, yang ramah, bahkan kadang-kadang yang kaya. Sebaliknya, kita menjadi mudah kesal terhadap murid yang tidak pintar, malas, dekil, miskin, kumal, atau yang nakal. Tadi malam ibumu bercerita pengalamannya ketika baru lulus SPG dan ditugaskan mengajar di Kalimantan Barat. Katanya di Sui Ayak. Ia mendapat tugas menjadi guru kelas IV di sebuah SD di sana. Di kelas itu ada seorang siswi, namanya Teodora, di kelas dipanggil Tedy. Jangan kau bayangkan dari namanya, seperti adat kita Jawa. Nama menggambarkan status sosial ekonomi orang tuanya. Tedy sangat dekil. Pakaiannya tidak pernah berganti dari Senin hingga Saptu. Nah, bayangkan baunya. Karena itu, ia selalu duduk terpisah dari teman-teman yang lain. Ia juga tidak pitar. Bahkan, saat itu, ibumu ragu apakah dapat naik ke kelas V atau tidak. Sebelum mengisi nilai raport, ibumu membaca komentar para guru kelasnya seperti yang tertulis di buku raport itu. Ketika naik ke kelas dua dengan nilai yang pas-pasan, dituliskan ada masalah ekonomi di rumahnya. Ketika naik ke kelas tiga, juga dengan nilai pas-pasan dituliskan ibunya meninggal dunia karena sakit. Ketika naik ke kelas empat, disebutkan bahwa toko bapaknya di sita pengadilan. Bagaimana dengan kenaikan ke kelas empat, tentu masih tetap dengan nilai pas-pasan, ibumu menuliskan pesan ”Tedy, tolong ya nak, di kelas lima belajar dengan baik. Kalau engkau mengalami kesulitan dengan belajar pergilah ke rumah ibu. Kapan saja, siang atau malam”.

Betul, selama di kelas lima, ia ’rajin’ mengunjungi ibumu. Ia naik kelas dengan nilai yang lebih baik. Di pertengahan kelas enam, menjelang Natal, ibumu sedang bersiap-siap pulang ke Yogya. Setelah rapor murid kelas empat dibagikan ke seluruh siswa, tiba-tiba Tedy masuk ke kelas ibumu. Ia membawa bungkusan kecil dari kertas bekas. Sangat lusuh. Sambil menerimanya, ibumu bertanya apakah boleh langsung dibuka. Ia Cuma mengangguk. Lama melepaskan lemnya karena getah karet yang doleskan sebagai perekat. Tambahan lagi kertas itu berlapis-lapis. Akhirnya, didapatkanlah sepasang anting-anting bermata mutiara, yang salah satunya telah lepas. Ibumu langsung memakainya sampai ia meninggalkan Sui Ayak untuk melangsungkan pernikahan kami di Yagya. Membalas surat ibumu yang memberitahuan kepadanya bahwa kamii telah menikah, Tedy menulis sepucuk surat pendek. ”Ibu, tahu apa yang Tedy bayangkan ketika memakai anting-anting saat itu? Ibu terlihat sangat cantik. Seperti ibuku almarhumah yang juga selalu memakai anting-anting itu walau pun yang satu mutiranya telah hilang” Di khir tahun, ibumu menerima surat kedua yang sama pendeknya dari Tedy. ”Ibu, engkau merupakan orang pertama yang Tedy beri tahu setelah ayah. Tedy lulus dengan ranking ke-tiga. Tedy akan sekolah ke SMP Suster Pontianak”. Bayangkan, nak! Anak yang dekil dan kumal itu lulus dengan ranking ke-tiga di Kecamatan. Dan kini, akan pergi ke Pontianak, masuk sekolah terpandang saat itu. Tiga tahun kemudian, datang lagi sepucuk surat pendeknya. Ia mengatakan bahwa telah lulus SMP dan menjadi juara pertama se Provinsi kalimantan barat. Ia bermaksud pergi mendaftar ke SMAN I Pontianak. Lama sekali tidak mendapatkan kabar. Sepuluh atau sebelas tahun kemudian mengundang kami berdua untuk mendampinginya dalam wisuda sebagai dokter di Balairung UGM. Dalam suratnya, tetap juga pendek, ia menuliskan ”Ibu,Tedy mohon berkenan mendampingi wisuda saya menggantikan bapak yang telah meninggal dunia tahun lalu. Tedy, ingin, Ibu dan bapak menjadi pengganti orang tua saya”.

Nah, anakku, kisah ini dapat kau jadikan sebagai pelajaran. Bila kita memberikan hati kepada para murid, ternyata bagi seorang murid yang dekil pun dapat menjadi gaya dorong yang luar biasa. Karena itu, cobalah berikan hatimua kepada semua siswa-siswinu tapan pilih kasih. Berikan hatimu dengan ikhlas kepada mereka semua. Semoga ketulusanmu membawa berkah bagi semua. Saya cukupkan dulu surat Bapak. Doa Bapak menyertaimu. Bapak.

Related Documents


More Documents from ""