Surat untuk para guru 3: Keramahan yang tulus kepada semua siswa Leo Sutrisno
Anakku Setia Nugraha, Bapak sudah menerima suratmu dua hari yang lalu. Memang, tidak mudah membagi kasih kepada setiap siswa, apa lagi dengan mereka yang malas, nakal, kurang pandai, atau dekil. Kali ini Bapak akan bercerita lagi tentang kawan sesama pelanggan bus Pontianak-Mempawah. Setiap pagi kami bertemu di dekat jembatan tol dekat Hotel Garuda. ’Hai kawan, kau mimpi apa tadi malam?. Wajahmu tampak cerah pagi ini’ Sapanya kepada penjual rokok yang mangkal di halte dekat jembatan tol. Entah apa yang dibicarakan selanjutnya karena saya langsung naik ke dalam bus. ’Hai Bung, sudah banyak yang terjual, ya? Apa top story pagi ini?’ Sapanya ramah kepada penjual koran yang melintas di samping tempat duduk kami. ‘KPK masuk kampus, Pak!’ Teriak tukang koran sambil melompat dari atas bus ke trotoar. ’Pak, tumben!, pagi ini, kau ramah terhadap banyak orang!’ Komentarku kepadanya. ’Saya sedang mempratekkan apa yang telah dilakukan kawan saya di Jakarta. Saya kan baru pulang dari sana Saptu lalu’. Katanya. ’Kawan saya di Jakarta itu sama seperti kita. Anggota barisan mondar-mandir dengan bus kota setiap hari kerja. Awalnya dia merasa lelah di jalan. Sumpek, pengap, bau keringat, macet. Pada suatu waktu, ia menemukan cara mengusir lelah yang jitu baginya, yaitu dengan menyapa setiap orang dengan ramah dan tulus. E, ternyata satu minggu kemudian perasaan lelah di jalan hilang sama sekali bahkan berganti dengan kegembiraan. Minggu-minggu berikutnya, ternyata keramah-tamahan itu menyebar tidak hanya antara dia dengan orang-orang yang niasa ditegurnya saja tetapi juga di antara orang-orang lain yang juga sering menaiki bus langganannya itu’.
Anakku, mungkin engkau dapat mencobakannya di kelas. Cobalah di setiap awal pelajaran, sapalah dengan tulus siswa-siswa yang kurang bersahabat dengan kita lebih dahulu sebelum menyapa siswa-siswa yang lain. Mungkin sekedar bertanya bagaimana keadaan di jalan pagi ini atau bagaimana cara mereka pergi ke sekolah. Tentu, engkau dapat menanyakan keadaan keluarga di rumah atau hal-hal lain yang baru saja terjadi di sekitar sekolahmu. Engkau ragu, bukan? Tidak masuk akal sapaan ramah satu orang guru saja dapat mengubah perilaku anak sekelas. Ya, pendapat tersebut dapat saya pahami. Sapaan ramah dan tulus di pagi hari dapat membuat mereka melakukan hal yang sama kepada orang lain dalam satu hari itu. Berapa banyak yang akan mendepatkan keramah-tamahan dan ketulusan hari itu?. Andaikan pagi itu engkau menyapa dengan tulus kepada empat-lima orang siswa. Tentu akan ada dua orang siswa yang akan melanjutkan keramahan itu kepada empat-lima temannya, Nah, apa yang engkau berikan terhadap satu orang murid akan membuat sepuluh orang murid yang terkena ’tempias’-nya. Hari itu, sudah ada sepuluh orang siswa yang ramah dan tulus. Bagaimana dengan esok pagi? Keramah-tamahan dan ketulusan hati yang engkau berikan setiap hari ternyata menyebar ke seluruh siswamu dari hari ke hari. Pada suatu waktu, kelasmu akan dihiasi dengan sinar mata yang bercahaya dari murid-muridmu. Kelasmu menjadi hidup. Pada hari seperti itu tentu engkau merasakan betapa indahnya menjadi seorang guru. Berikut ini ada beberpa tip dari seorang guru yag telah banyak makan asinpedasnya berdiri di depan kelas. • Daripada memasung siswa-siswimu sesuai dengan kehendakmu lebih baik membiarkan mereka sebagaimana mereka itu sendiri kecuali kila telah cukup membahayakan. • Jika engkau melihat tanda-tanda tingkah laku yang kurang produktif di kelas, segera engkau hentikan. Kalau tidak, engkau harus mengutarakan pendapatmu dengan kata-kata yang jelas • Jangan permalukan seorang siswa di depan kawan-kawannya. Hal itu bahkan akan membuat mereka semua berbalik memusuhimu. • Jika pada suatu saat engkau sadar telah terucap kata-kata kasar coba lanjutkan dengan kalimat semacam ini, ”Wow, terlalu kasar, ya?! Maafkan Bapak!”
•
Jangan lupa mengingatkan diri sendiri, ”Seandainya mengajar itu mudah, tentu setiap orang akan melakukannya”. Mengajar di depan kelas yang penuh dengan siswa-siswa dari beraneka latar belakangnya sungguh menantang, tetapi juga banyak pahalanya. Semoga!