STATUS UJIAN
Penyusun : Dini Mudira Sari 2010730027
Penguji Utama: dr. Hj. Fitriah Shebubakar, Sp. THT
STASE THT RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI FAKULTAS KEDOKTERAN & KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2016
BAB I STATUS PASIEN THT
I.
IDENTITAS PASIEN: Nama
: An. R
Umur
: 12 Tahun
Alamat
: Cakung - Jakarta Timur
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pelajar
II. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama Nyeri menelan berulang.
2. Keluhan Tambahan Tenggorokan kering, berbau, demam, batuk, pilek, sesak, tidur mendengkur.
3. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke poli THT RSIJ Pondok kopi dengan keluhan nyeri menelan sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri menelan dirasakan terutama saat menelan makanan. Pasien juga mengeluh perasaan tidak enak di tenggorokan, tenggorokan terasa kering dan terasa berbau. Keluhan disertai dengan sering demam 1 minggu yang lalu selama 3 hari, batuk, dan pilek dengan lender putih. Ibu pasien mengatakan pasien mendengkur saat tidur. Terkadang pasien merasakan sedikit sesak. Ibu pasien merasa pasien sering demam ketika aktifitas pasien disekolah sedang banyak. Jika pasien demam, ibu pasien sering melihat tenggorokan pasien dengan menggunakan senter dan ibu pasien melihat amandel anaknya membesar dan memerah. Pasien tidak mengeluh terlihat darah saat meludah, nyeri pada kedua telinga, tidak ada kurang pendengaran dan tidak dirasakan sakit kepala.
4. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien memiliki riwayat demam, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan berulang sejak 1 tahun yang lalu. Sudah pernah diperiksa ke dokter dan pasien diberitahukan bahwa amandelnya membesar dan disarankan untuk dilakukan operasi pengangkatan amandel. Namun pasien belum mau dioperasi dan lebih memilih untuk diberi pengobatan mengurangi gejala. Dan pasien sudah sering berobat ke poli THT sejak 1 tahun yang lalu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga Pada keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Ibu pasien memiliki riwayat alergi debu dan cuaca dingin. Riwayat asma, hipertensi dan diabetes melitus pada keluarga disangkal.
6. Riwayat Pengobatan Pasien belum mengkonsumsi obat apapun untuk keluhan ini.
7. Riwayat Alergi Pasien memiliki riwayat alergi debu dan alergi cuaca dingin. Riwayat alergi obat dan makanan disangkal.
8. Riwayat psikososial Pasien sering meminum minuman yang dingin, dan memakan makanan yang masih terlalu panas. Nafsu makan pasien menurun jika tenggorokannya terasa sakit dan susah menelan. Pasien setiap hari diantar jemput oleh orang tua ke sekolah dengan menggunakan sepeda motor dan pasien tidak menggunakan masker.
III. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum
: Tampak sakit ringan
B. Kesadaran
: Compos mentis
C. Tanda-tanda Vital Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 88x/menit, regular, kuat angkat
Suhu
: 36.7ºC
Frekuensi Napas
: 20 x/menit
Status Gizi
: BB : 29 kg
TB: 125cm
IMT: 18,56 (Normal 18,5-24,9)
D. Status Generalis 1.
Kepala
: normocephal
2.
Mata
: allergi shiner (-/-), konjungtiva anemis (-/-), konjungtiva hiperemis (-/-), sklera ikterik , (-/-), refleks pupil (+/+) isokor
3.
Telinga
: lihat status lokalis
4.
Hidung
: lihat status lokalis
5.
Mulut
: bibir kering(-), stomatitis(-), lidah kotor dan tremor(-), gigi berlubang (-)
6.
Tenggorok : lihat status lokalis
7.
Leher
8.
Thorax
: lihat status lokalis
Inspeksi
: normochest, simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi
: tidak ada bagian dada yang tertinggal saat bernapas
Perkusi
: sonor pada semua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-) 9.
Jantung Inspeksi
: ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: batas jantung relative dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler 10. Abdomen Inspeksi
: ruam makulopapular (-), penonjolan (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal Palpasi
: supel, nyeri tekan (-)
Perkusi
: timpani pada seluruh kuadran abdomen
Ekstremitas: o Superior
: akral hangat, udem (-/-), RCT < 2 detik
o Inferior E. Status Lokalis
: akral hangat, udem (-/-), RCT < 2 detik. THT
TELINGA Bagian Preaurikula
Aurikula
Retroaurikula
Canalis Externa
Kelainan
Auris Dextra
Sinistra
Kelainan kongenital
-
-
Radang
-
-
Tumor
-
-
Trauma
-
-
Kelainan kongenital
-
-
Radang
-
-
Tumor
-
-
Trauma
-
-
Helix sign
-
-
Tragus sign
-
-
Nyeri tekan mastoid
-
-
Edema
-
-
Hiperemis
-
-
Radang
-
-
Tumor
-
-
+
-
Hiperemis
-
-
Edema
-
-
Laserasi
-
-
Jaringan granulasi
-
-
Massa
-
-
Perdarahan
-
-
Bekuandarah
-
-
Acustikus Serumen
Membrana Timpani
Intak
+
+
Reflek cahaya
+
+
Retraksi
-
-
Hiperemis
-
-
Bulging
-
-
Perforasi
-
-
Rinne
+
+
Membran
Timpani
Tes garpu tala
Weber
Tidak terdapat lateralisasi
Schwabach
Sama dengan permeriksa
HIDUNG Inspeksi
: Kelainan bentuk hidung (-), allergic crease (-)
Palpasi
: Krepitasi (-)
•
Sinus paranasal:
nyeri tekan pada: pangkal hidung
(-)
(-)
nyeri tekan pada: daerah orbita
(-)
(-)
nyeri tekan pada: pipi
(-)
(-)
nyeri tekan pada: Dahi
(-)
(-)
Edema Sinus Paranasal
(-)
(-)
HIDUNG
Dexstra
Sinistra
(-)
(-)
Septum Deviasi Cavum Nasi
Livide
(-)
(-)
Sekret
(+), putih
(+), putih
kekuningan
kekuningan
Massa/ Polip/ tumor
(-)
(-)
Epistaksis
(-)
(-)
Bekuan darah
(-)
(-)
conca
Hipertrofi
Hipertrofi
TENGGOROKAN Uvula Faring
Laring
Ukuran dan bentuk normal, letak lurus di tengah
Hiperemis (+)
Massa (-)
post nasal drip (-)
Granul (-)
Tidak dilakukan
Tonsil palatina
Kanan
Kiri
Ukuran
T3
T3
Warna
Hiperemis (+)
Hiperemis (+)
Tidak rata
Tidak rata
Melebar
Melebar
(+)
(+)
Abses (-)
Abses (-)
Permukaan Kripte Detritus Peri Tonsil Gigi
Caries gigi (-)
Gigi tambalan (-)
Gigi berlubang (-)
Pemeriksaan Nasofaring Nasofaring (Rhinoskopi posterior)
Tidak Dilakukan
Konka superior
Tidak dilakukan
Torus tubarius
Tidak dilakukan
Fossa Rossenmuller
Tidak dilakukan
Muara tuba eustachius
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Laringofaring Laringofaring (Laringoskopi indirect)
Tidak dilakukan
Epiglotis
Tidak dilakukan
Plika ariepiglotika
Tidak dilakukan
Plika ventrikularis
Tidak dilakukan
Plika vokalis
Tidak dilakukan
Rima glotis
Tidak dilakukan
LEHER Dextra
Pemeriksaan
Sinistra
Pembesaran (-)
Tiroid
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar submental
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar submandibula
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar jugularis superior
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar jugularis media
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar jugularis inferior
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar suprasternal
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar supraklavikularis
Pembesaran (-)
IV. RESUME An. R, Laki-laki 12 tahun datang dengan keluhan odinofagia sejak 1 minggu yang lalu,
terutama saat menelan makanan. Pasien juga mengeluh perasaan tidak enak di tenggorokan, terasa kering (+) dan berbau (+). Disertai febris (+), batuk (+), pilek (+), mendengkur saat tidur (+), dispneu (+). Demam sering ketika banyak aktifitas. Pada pemeriksaan fisik keaadaan tampak sakit ringan, kesadaran CM, tanda-tanda vital dalam batas normal. Status generalisata dan status gizi normal, Pada status lokalis : Telinga
: dalam batas normal
Hidung
: sekret (+/+), konka hipertropi (+/+)
Tenggorokan
: Tonsil T3-T3, tonsil hiperemis (+), permukaan tidak rata (+/+), kriptae melebar (+/+), detritus (+/+), faring hiperemis (+).
V. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium: Darah lengkap, bleeding time, cloting time, mikrobiologi (kultur)
VI. DIAGNOSIS
Tonsillitis kronis
VII.PLANNING Medikamentosa :
Antibiotika oral Amoxicillin tablet (3x250mg) selama 5-7 hari
Analgetik dan Antipiretik oral Paracetamol tablet (3x250 mg)
Mukolitik Ambroxol tablet 30mg/kali, 3x1 tablet
Dekongestan (oral /topical) Pseudoephedrine (oral) 30 mg/kali, 3 x 1 tablet
Obat kumur + desinfektan
Bedah : Tonsilektomi. Edukasi :
Untuk sementara hindari makanan yang berminyak, manis, pedas, dan lainnya yang dapat mengiritasi tenggorokan. Begitu pula dengan minuman dingin dan makanan terlalu panas.
Menjaga higiene mulut.
Datang kembali untuk kontrol setelah 5 hari, untuk melihat perkembangan penyembuhan dan jika diperlukan mengganti antibiotic sesuai hasil kultur.
Sarankan keluarga untuk menjaga kesehatan pasien dan mempertimbangkan untuk melakukan operasi pengangkatan amandel atau tonsilektomi.
Prognosis
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
Ad sanantionam
: dubia ad malam