Dermatitis Dewi Imaniar 2011730021

  • Uploaded by: Dwi Wahyuni
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dermatitis Dewi Imaniar 2011730021 as PDF for free.

More details

  • Words: 1,548
  • Pages: 47
DERMATITIS Dewi imaniar 2011730021

DERMATITIS

Peradangan kulit baik epidermis

maupun dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor endogen dan atau faktor eksogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal.

Etiologi Eksogen : DKI , DKA

Bahan kimia Fisik  Mikroorganisme  Endogen  Dermatitis atopic, dermatitis numularis

 Sebagian lain tidak diketahui secara

pasti etiologi akan tetapi pruritus memegang salah satu peranan penting.

Patogenesis Beberapa jenis dermatitis memiliki

penyebab yang diketahui, sedangkan yang lainnya tidak.  Terutama penyakit dermatitis yang dipengaruhi oleh faktor endogen. Sedangkan yang diakibatkan oleh faktor eksogen masih dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis dan tes pemeriksaan.

Gejala klinis Umum nya gatal, sedangkan kelainan kulit bergantung

pada stadium penyakit, batas dapat tegas atau tidak tegas, penyebaran dapat setempat, generalisata, bahkan universal. Stadium akut; eritema, edema, vesikel atau bula, erosi atau eksudasi, sehingga tampak basah (madidans) Stadium subakut; eritema berkurang, eksudasi mengering menjadi krusta. Stadium kronik; tampak lesi kering, skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi, papul, dapat pula terdapat erosi atau ekskoriasi akibat garukan berulang.

Pengobatan Sistemik Ringan : antihistamin Berat : kortikosteroid Topikal  Dermatitis  Akut : secara basa ( kompres terbuka)  Sub akut : losio , krim , pasta , linimentum  Kronik : Salap

Jenis – jenis dermatitis 1.Dermatitis kontak a. Kontak irtan b. Kontak alergen 2. Dermatitis attopik 3. Dermatitis numularis 4. Dermatitis Statis

Dermatitis kontak Dermatitis Kontak : Dermatitis yang

disebabkan oleh kontak dengan suatu zat/ bahan tertentu yang menempel pada kulit Ada 2 macam dermatitis kontak Dermatitis kontak iritan Dermatitis kontak alergi

Dermatitis Kontak Iritan Merupakan reaksi peradangan kulit nonimunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitasi. Etiologi : Bahan yg bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu.

Gejala Klinis  DKI akut  Penyebab iritan kuat, misalnya larutan asam sulfat dan

asam hidroklorid atau basa kuat (natrium dan kalium hidroksida).  Reaksi segera timbul  Kelainan kulit berupa eritema, edema, bula bisa terjadi nekrosis, berbatas tegas, asimetris.  DKI akut lambat  timbul gejala 8 sampai 24 jam atau lebih setelah kontak  contoh dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang terbang pada malam hari  dermatitis venenata. Pada awalnya terlihat eritema lalu berubah menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.

 DKI kumulatif (DKI kronis)  



paling sering terjadi, berhubungan dg pekerjaan penyebab: kontak berulang-ulang dengan iritan lemah kelainan kulit berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun (hiperkeratosis) dan likenifikasi, difus.

 Reaksi iritan kelainan kulit monomorf berupa skuama, eritema, vesikel,

pustul, dan erosi. Umumnya dapat sembuh sendiri, menimbulkan penebalan kulit (skin hardening).

 DKI traumatik setelah trauma panas atau laserasi gejala seperti dermatitis numularis, paling sering terjadi di

tangan.

DKI noneritematosa  bentuk subklinis dari DKI, ditandai perubahan fungsi

sawar stratum korneum tanpa disertai kelainan klinis.

DKI subyektif  kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita merasa

seperti pedih atau terbakar setelah kontak dengan bahan kimia tertentu, misal asam laktat

Pengobatan Menghindari bahan iritan Kortikosteroid

topikal,

hidrokortison Pemakaian alat pelindung diri

misalnya

Prognosis Bila bahan iritan penyebab

dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan dengan sempurna,

maka prognosisnya kurang baik

Dermatitis Kontak Alergi  Terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen.

Gejala Klinis Penderita umumya mengeluh gatal

Pada yg akut dimulai dengan bercak

eritematosa yang berbatas jelas, edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Pada yg kronis : kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, mungkin juga fisur, difus, batas tidak jelas

Lokasi Terjadinya DKA  Tangan

deterjen, antiseptik, getah sayuran/tanaman, semen, dan pestisida.  Lengan jam tangan (nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman  Wajah bahan kosmetik, obat topikal, alergen yang di udara, nekel (tangkai kaca mata).

 Telinga

Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel  Leher kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung jari), parfum, alergen di udara, zat warna pakaian.  Badan pakaian, zat warna, kancing logam, karet (elastis, busa), plastik, dan detergen.

 Genitalia

antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanita, dan alergen yang ada di tangan, parfum, detergen  Paha dan tungkai bawah pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal (misalnya anestesi lokal, neomisin, etilendiamin), semen, dan sepatu.

Pengobatan Kortikosteroid : peradangan DKA,

misalnya prednison 30 mg/hari. Kompres dg larutan garam faal atau air salisil 1:1000 Bila DKA ringan atau akut, cukup diberikan kortikosteroid atau makrolaktam (pimecrolimus atau tacrolimus) secara topikal.

Dermatitis Atopik keadaan peradangan kulit kronis

dan residif, disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi dalam keluarga.

Gambaran Klinis Kulit penderita DA umumnya kering

Gejala utama adalah pruritus, dapat

hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih lebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk sehingga timbul papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi dan krusta.

Dermatitis Atopik D.A infantil (usia 2 bulan – 2 tahun) D.A pada anak (usia 2 tahun – 10 tahun) D.A pada remaja dan dewasa (12 – 30 tahun)

D.A Infantil (2 bulan – 2 tahun) Lesi mulai di muka (dahi pipi) berupa eritema,

papulo vesikel yang halus, karena gatal di garuk, pecah, eksudatif dan terbentuk krusta. D.A pada anak : lesi lebih kering, tidak begitu eksudatif, lebih banyak papul, likenifikasi, dan sedikit skuama. Letak kelainan kulit di lipat paha, siku, lipat lutut, pergelangan tangan. D.A pada remaja dan dewasa : lesi berupa plak papular-eritematosa dan berskuama atau plak likenifikasi yang gatal, sering terjadi erosi dan eksudasi karena garukan

TERAPI  Hidrasi kulit : pelembab, misalnya krim hidrofilik urea 10% dapat ditamabahkan hidrokortison 1%.  Kortikosteroid topikal : pada bayi, salep steroid potensi rendah, misalnya hidrokortison 1% - 2,5%. Pada anak dan dewasa, steroid berpotensi menengah, misalnya triamsinolon.  Antihistamin : mengurangi rasa gatal yg hebat terutama malam hari.

Dermatitis Numularis Merupakan dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang logam, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah. Sinonim : ekzem numular, ekzem discoid, neurodermatitis numular.

Etiologi Belum diketahui

Sering ditemukan pada orang yang

kulitnya kering, pada penderita yang sering stres emosional Ada dugaan akibat hipersensitifitas terhadap kuman stafilokokus Kadang-kadang didapati infeksi fokal

Gambaran Klinis  Umumnya mengeluh gatal  Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3-1,0 cm), kemudian membesar dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping, membentuk seperti uang logam, eritematosa, sedikit edematosa dan berbatas tegas.  Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, lalu mengering menjadi krusta kekuningan.

CONT.. Lesi lama berupa likenifikasi dan

skuama. Jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral, atau simetris dengan ukuran mulai dari miliar sampai numular bahkan plakat.a

Pengobatan  Bila kulit kering : diberi pelembab atau emolien  Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat anti inflamasi misalnya, preparat ter, glukokortikoid, takrolimus atau pimekrolimus.  Bila lesi masih eksudatif : kompres dengan larutan permanganas 1:10.000  Jika ditemukan infeksi bakterial : antibiotik secara sistemik

Neurodermatitis Sirkumskripta Definisi : peradangan kulit kronis,

gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Sinonim : liken simpleks kronikus

Etiologi : Belum diketahui dengan pasti Biasanya ditemukan pada orangorang kurang istirahat, mudah gugup, cemas dan gampang tersinggung

Gejala klinis Penderita mengeluh sangat gatal

Lesi biasanya tunggal, pada awalnya

berupa plak eritematosa, sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi, sekitarnya hiperpigmentasi.

Pengobatan Untuk rasa gatal : anti pruritus,

kortikosteroid topikal atau intralesi, produk ter. Antipruritus berupa antihistamin, misalnya hidroksizin, difenhidramin, prometazin. Secara topikal : krim doxepin 5%

Dermatitis Statis Sinonim : ekzem statis, dermatitis

hipostatik Definisi : Dermatitis sekunder akibat hipertensi vena extremitas bawah Etiologi : semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah  kurangnya O2 pada daerah tertentu pada tungkai

Gambaran Klinis Keluhan subyektif  pruritus

Dimulai dengan varises tungkai

bawah. Jk terjadi trauma kecil  pecah  ulkus varikosus + dermatitis varikosus Ulkus susuh sembuh karena oksigenasi jelek dan dapat terjadi infeksi sekunder.

Pengobatan Perlu diatasi timbulnya varises, misalnya dengan posisi elevasi kaki waktu tidur Eksudat : kompres setela kering : krim kortikosteroid Antibiotik sistemik: infeksi sekunder

Dermatiitis autosensitisasi Definisi

Dermatitis autosensitisasi ialah dermatitis akut yang timbul pada tempat yang jauh dari fokus inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan penyebab fokus inflamasi tersebut.

Etiopatogenesis Dermatitis autosensitisasi belum

diketahui pasti. Walaupun ada anggapan bahwa kelainan ini disebabkan oleh autosensitisasi terhadap antigen epidemal, tetapi konsep ini belum dibuktikan secara eksperimental.

Gambaran klinis  Autosensitisasi umumnya dalam bentuk

erupsi vesikular akut dan luas, sering berhubungan dengan ekzem kronis di tungkai bawah (dermatitis statis) dengan atau tanpa ulkus  Dapat pula terjadi dermatitis lain

 Kelainan muncul 1 sampai beberapa mingu

setelah terjadinya peradangan lokal pertama, berupa erupsi akut yang tersebar simetris, sangat gatal, terdiri atas eritema, papul dan vesikel.  Mengenai tungkai bawah, lengan bawah, muka, muka, leher

Histopatologi Dalam epidermis terlihat

spongiosis, vesikel, sedangkan di dermis ditemukan infiltrat limfohistiosit di sekitar pembuluh darah superfisial, juga berisi eosinofil yang tersebar. Kebanyakan adalah sel T.

Diagnosis Diagnosis

dermatitis autosensitisasi adlah eksklusif, yaitu bila tidak dapat dibuktikan bahwa suatu kelainan berupa erupsi akut papulovesikel yang tersebar bukan disebabkan oleh dermatitis kontak alergi sekunder dan atau infeksi sekunder oleh bakteri, jamur, virus, atau parasit.

Pengobatan  Pengobatan ditujukan kepada penyakit awal

yang memicu timbulnya dermatitis autosensitisasi  Bila lesi basah  kompres  Bila lesi cukup berat topkal  Mengurangi rasa gatal berikan anti histamin atau pruritus topikal.  Bila ada infeksi sekunder diberi antibiotik oral

Related Documents

Dewi Dewi
November 2019 47
Dermatitis
May 2020 42
Dermatitis
October 2019 77
Dewi
April 2020 32
Imaniar Foto.docx
November 2019 14

More Documents from "mae"