Sap Dan Proposal Penyuluhan.docx

  • Uploaded by: ayuananda
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sap Dan Proposal Penyuluhan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,582
  • Pages: 8
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERAN KELUARGA PADA PROSES KESEMBUHAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DENGAN STOP PASUNG Bidang studi

: Keperawatan Jiwa

Topik

: Peran keluarga pada proses kesembuhan penderita gangguan jiwa dengan stop pasung.

Sasaran

: Keluarga

Tempat

: Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang

Hari/ Tanggal

: Sabtu/ 28 Juli 2017

Waktu

: 30 Menit

I. TUJUAN A. Tujuan Instruksional Umum Penyuluhan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada keluarga pasien gangguan jiwa RS. Ernaldi Bahar mengenai stop pasung. B. Tujuan Instruksional Khusus Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga dapat: 1. Memahami dan menjelaskan kembali pengertian dari stop pasung. 2. Memahami dan menyebutkan kembali penyebab dari stop pasung. 3. Memahami dan menyebutkan kembali tanda dan gejala dari stop pasung. 4. Memahami dan menjelaskan kembali terapi yang di lakuakan guna mengurangi pemasungan. 5. Memahami dan menjelaskan kembali akibat pemasungan. II. MATERI Materi penyuluhan terlampir: 1. Definisi stop pasung. 2. Penyebab stop pasung. 3. Tanda dan gejala stop pasung.

4. Akibat pemasungan 5. Undang-undang pemasungan III. METODE 1. Ceramah 2. Diskusi atau Tanya jawab IV. MEDIA 1. Materi SAP 2. Leaflet mengenai stop pasung V. PENGORGANISASIAN KELOMPOK 1. Moderator

: Rizda Nurhaliza

2. Penyaji

: a.Wahyu Eko romodhon b. Handra Nada

3. Fasilitator

: a. Naoumi Refina Swatika H b. Sisilia Chandra

4. Dokumentasi

: a. Helena Ambarita b. Ayu Ananda

5. Observer

: Dwi Oktarianti

VI. KEGIATAN PENYULUHAN NO

WAKTU

KEGIATAN PENYULUHAN

KEGIATAN PESERTA

1.

5 Menit

Pembukaan:

1. Menyambut salam dan

1. Memberi salam dan

mendengarkan

memperkenalkan diri

2. Mendengarkan

2. Menjelaskan tujuan dari

3. Mendengarkan

penyuluhan 3. Melakukan kontrak waktu 4. Membagi leaflet 5. Menyebutkan materi penyuluhan yang akan diberikan

4. Mendengarkan 5. Mendengarkan

2.

10 Menit

Pelaksanaan: 1. Menggali informasi yang telah diketahui peserta

1. Menyampaikan informasi yang telah diketahui

tentang stop pasung.

2. Mendengarkan dan

2. Memberikan penjelasan

memperhatikan

tentang: a. Definisi stop pasung b. Penyebab stop pasung c. Tanda dan gejala stop pasung d. Sumber koping stop pasung e. Undang- undang 3.

10 Menit

Tanya jawab: 1. Memberi kesempatan bertanya kepada peserta

1. Memberikan pertanyaan 2. Menjawab pertanyaan

2. Menjawab pertanyaan dari peserta 4.

5 Menit

Penutup: 1. Feedback materi 2. Menyimpulkan materi yang telah diberikan 3. Mengucapkan terima kasih dan salam

VII. EVALUASI 1. Evaluasi Struktur a. Peserta hadir ditempat yang sudah ditentukan untuk penyuluhan kesehatan minimal 10 orang. b. Penyuluhan kesehatan dilaksanakan diruang tunggu ruang rawat jalan RS Ernaldi Bahar Palembang.

c. Sarana dan prasarana memadai. 2. Evaluasi Proses a. Moderator memberi salam dan memperkenalkan diri b. Moderator menjelaskan tujuan dari penyuluhan c. Moderator melakukan kontrak waktu dan menjelaskan mekanisme penyuluhan d. Moderator menyebutkan materi penyuluhan yang akan diberikan e. Penyaji menggali informasi dan pengalaman yang telah diketahui peserta f. Peserta memperhatikan terhadap materi penyuluhan sampai selesai g. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan benar 3. Evaluasi Hasil a. Peserta memahami tentang cara membantu sosialisasi (interaksi sosial) pasien gangguan jiwa setelah perawatan di rumah sakit. b. Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan kesehatan sesuai yang diharapkan c. Kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan tang dicapai.

VIII. LAMPIRAN MATERI A.Definisi Pemasungan Pemasungan penderita gangguan jiwa adalah tindakan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa (biasanya yang berat) dengan cara dikurung, dirantai kakinya dimasukan kedalam balok kayu dan lain-lain sehingga kebebasannya menjadi hilang. Pasung merupakan salah satu perlakuan yang merampas kebebasan dan kesempatan mereka untuk mendapat perawatan yang memadai dan sekaligus juga mengabaikan martabat mereka sebagai manusia. Di Indonesia, kata pasung mengacu kepada pengekangan fisik atau pengurungan terhadap pelaku kejahatan, orang-orang dengan gangguan jiwa dan yang melakukan tindak kekerasan yang dianggap berbahaya (Broch, 2001, dalamMinas & Diatri, 2008). Pengekangan fisik terhadap individu dengan gangguan jiwa mempunyai riwayat yang panjang dan memilukan. C. Etiologi 1.

Ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, penyakit yang tidak kunjung sembuh, tidak adanya biaya pengobatan, dan tindakan keluaga untuk

mengamankan lingkungan merupakan penyebab keluarga melakukan pemasungan (Depkes, 2005). 2. Perawatan kasus psikiatri dikatakan mahal karena gangguannya bersifat jangka panjang (Videbeck, 2008). Biaya berobat yang harus ditanggung pasien tidak hanya meliputi biaya yang langsung berkaitan dengan pelayanan medik seperti harga obat, jasa konsultasi tetapi juga biaya spesifik lainnya seperti biaya transportasi ke rumah sakit dan biaya akomodasi lainnya (Djatmiko, 2007). Alasan keluarga melakukan pemasungan diantaranya a. Mencegah klien melakukan tindak kekerasan yang dianggap membahayakan terhadap dirinya atau orang lain b. Mencegah klien meninggalkan rumah dan mengganggu orang lain c. Mencegah klien menyakiti diri seperti bunuh diri d. Ketidaktahuan serta ketidakmampuan keluarga menangani klien apabila sedang kambuh. e. Faktor kemiskinan dan rendahnya pendidikan keluarga merupakan salah satu penyebab pasien gangguan jiwa berat hidup terpasung D.

TINDAKAN PEMASUNGAN Terkurung dalam kandang binatang peliharaan; terkurung dalam rumah; kaki atau lehernya dirantai; salah satu atau kedua kakinya dimasukkan kedalam balok kayu yang dilubangi.

E. TERAPI Terapi yang dapat di lakukan pada pasien dengan gangguan 1. Dirawat sampai sembuh di Rumah Sakit Jiwa, kemudian dilanjutkan dengan rawat

jalan. 2. Untuk menghilangkan praktek pasung yang masih banyak terjadi dimasyarakat perlu adanya kesadaran dari keluarga yang dapat diintervensi dengan melakukan terapi keluarga. Salah satu terapi keluarga yang dapat dilakukan adalah psikoedukasi keluarga ( Family psichoeducation Therapy). Terapi keluarga ini dapat memberikan support kepada anggota keluarga. Keluarga dapat mengekspresikan beban yang dirasakan seperti masalah keuangan, sosial dan psikologis dalam memberikan perawatan yang lama untuk anggota keluarganya. 3. Family Psychoeducation Terapy adalah salah satu bentuk terapi perawatan kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasimelalui komunikasi yang terapeutik. Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan pragmatis (Stuart & Laraia, 2005).Carson (2000) menyatakan bahwa psikoedukasi merupakan suatu alatterapi keluarga yang makin populer

sebagai suatu strategi untuk menurunkan faktor – faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan gejala – gejala perilaku. Tujuan umum dari Family psychoeducation Menurunkan intensitas emosi dalam keluarga sampai pada tingkatan yang rendah sehingga dapat meningkatkan pencapaian pengetahuan keluarga tentang penyakit dan mengajarkan keluarga tentang upaya membantu mereka melindungi keluarganya dengan mengetahui gejala-gejala perilaku serta mendukung kekuatan keluarga (Stuart & Laraia, 2005). Manfaat Family Psychoeducation meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penyakit, mengajarkan tehnik yang dapat membantu keluarga untuk mengetahui gejala – gejala penyimpangan perilaku, serta peningkatan dukungan bagi anggota keluarga itu sendiri. Indikasi dari terapi psikoedukasi keluarga adalah anggota keluarga dengan aspek psikososial dan gangguan jiwa. F. PENCEGAHAN 1. Kurasi (penyembuhan) dan rehabilitasi yang lebih baik. 2. Memanfaatkan sumber dana dari JPS-BK. 3. Penciptaan Therpeutic Community (lingkungan yang mendukung proses penyembuhan ). 4. Salah satu kasus yang ditemukan melalui pendekatan CMHN adalah tindakan pemasungan yang masih kerap dilakukan oleh keluarga klien dengan gangguan jiwa. Untuk memberantas praktek tersebut, diperlukan peningkatan kesadaran dan pengetahuan dari keluarga dan masyarakat mengenai gangguan jiwa tentang cara penanganan yang manusiawi terhadap klien. G. AKIBAT PEMASUNGAN Seseorang dengan gangguan jiwa umumnya berhadapan dengan stigma, diskriminasi an marginalisasi. Stigma menyebabkan mereka tidak mencari pengobatan yang sangat mereka butuhkan, atau mereka akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu rendah. Bahkan sebagian di antara mereka di pasung dengan kondisi-kondisi yang sangat memprihatinkan seperti di pasung dengan kayu, rantai, di kandang atau di asingkan di tengah hutan jauh dari masyarakat. Dengan alasan mengganggu orang lain, membahayakan dirinya sendiri, jauh dari akses pelayanan kesehatan, tidak mempunyai biaya serta ketidak pahaman tentang gangguan jiwa (Kementrian Kesehatan, 2010). Akibat tindakan pemasungan pada penderita gangguan jiwa adalah : 1. Terjadinya gangguan pada salah satu anggota tubuh contohnya : kaki penderita menjadi lumpuh.

2. 3. 4. 5. 6.

Proses penyembuhan menjadi lama bahkan penyakitnya ridak sembuh. Penyakit akan semakin parah. Kebersihan diri tidak terawat lagi dan bisa menimbulkan penyakit. Menimbulkan perlukaan. Sendi menjadi kaku.

Dikenakan sanksi undang-undang, karena saat ini mulai di cenangkan Indosenia Bebas Pasung 2014. H. UNDANG-UNDANG PEMASUNGAN Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 i ayat (1) menyatakan bahwa setaip orang memiliki hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa…adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apap pun. Undang-Undang No 39 Tahun1999 tentang hak asasi manusia pasal 42 menyatakan bahwa setiap warga Negara yang berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat mental berhak mendapatkan perawatan, pendi- dikan pelatihan dan bantuan khusus atas biaya Negarauntuk menjamin kehidupan yang layak sesuai dengan martabat kemanusiaannya, meningkat rasa percaya diri dan kemam- puan beradaptasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Undang-Undang No 36 Tahun 2019 pasal 148 ayat 1 menyatakan penderita gangguan jiwa mempunyai hak yang sama sebagai warga Negara semantara Pasal 149 menyatakan penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang, mengancam ke selamatan dirinya dan/atau orang lain, dan/atau mengganggu ketertiban dan/atau keamanan umum wajib mendapat pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Tindakan pemasungan terhadap ODGJ adalah perbuatan yang dilarang dan diancam pidana. UU No 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa pasal 86 menyatakan “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan pemasungan, penelanataran, kekerasan dan atau menyuruh orang lain melakukan pemasungan, penelantaran dan atau kekerasan terhadap ODKM atau ODGJ atau tindakan lain nya yang melanggar hukum ODKM dan ODGJ dipidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 333 menyatakan juga dalam salah satu pasanya menyatakan barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum merampas kemerdekaan seseorang, atau meneruskan perampasan kemerdekaan yang demikian diancam dengan pidana penjara yang paling lama delapan tahun. Hukuman akan bertambah bila kemudian menimbulkan luka-luka bahkan kematian. Adanya jaminan undang-undang mengharuskan setaip ODGJ mendapat pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan dan tidak dipasung karena pemasungan merupakan pelanggaran atas hak pengobatan dan juga merupakan bentuk kekerasan terhadap ODGJ.

DAFTAR PUSTAKA

Carson, V.B. (2000). Mental Heald Nursing: The nurse-patient journey. ( 2th ed ). Philadelphia: W.B. Sauders Company. Chien, W.T. & Wong, K.F. (2007). A Family Psyhoeducation Group Program For Chinese People With Schizophrenia in Hong Kong. Arlington. www.proquest.com.pqdauto Fitri, L.D.N. (2007) Hubungan pelayanan Community Mental Heald Nursing (CMIIN) dengan tingkat kemandirian pasein gangguan jiwa di kabupatan Biruean Aceh.

Related Documents


More Documents from "Irfan Yusuf Yasisoppengi"