Revisi Kmb2 Kel 2.docx

  • Uploaded by: Dicky Aris Setiawan
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Revisi Kmb2 Kel 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,005
  • Pages: 25
MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II ASUHAN KEPERAWATAN CA COLORECTAL & APPENDIKSITIS

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah II Dosen Pengampu : Priyanto. S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB

Disusun Oleh: Kelompok 2 : 1. Nia Yuniati

(010116A057)

2. Saras Sukma Prabandari (010116A073) 3. Widyawati

(010116A089)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2018

i

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh, Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas karunianya makalah ini dapat diselesaikan guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II dengan Judul Makalah “Asuhan Keperawatan Ca Colorektal”. Makalah ini merupakan salah satu pendukung untuk memenuhi kebutuhan Mahasiswa dan Mahasiswi yang aktif, terampil, berani menyampaikan pendapat dan mampu bekerja sama dengan rekan-rekannya. Kami menyadari keterbatasan dalam menyusun makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak terutama kepada Dosen Pembimbing. Semoga makalah ini bermanfaat, member motivasi serta semangat dalam hal pembelajaran dari berbagai pihak.

Ungaran , 7 April 2017

ii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................

i

KATA PENGANTAR ...............................................................................

ii

DAFTAR ISI ..............................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN .....................................................................

1

A. Latar Belakang .....................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...............................................................

2

C. Tujuan ..................................................................................

2

PEMBAHASAN ........................................................................

3

A. Pengertian ............................................................................

3

B. Penyebab ..............................................................................

4

C. Tanda dan Gejala .................................................................

7

D. Patofisiologi .........................................................................

8

E. Penatalaksanaan ...................................................................

9

F. Asuhan Keperawatan ...........................................................

11

BAB III PENUTUP .................................................................................

21

A. Kesimpulan ..........................................................................

21

B. Saran ....................................................................................

21

BAB II

DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kota yang memiliki jumlah penduduk dan tingkat aktivitas yang tinggi, masyarakat didalamnya akan memiliki faktor resiko lebih dibandingkan desa. Seiring bertambahnya penduduk dikota, bertambah pula kendaraan, sehingga dulu orang bisa jalan kilo meter dalam sehari namun saat ini orang akan lebih memilih naik kendaraan. Dari segi perilaku makan, dulu orang banyak makan makanan berserat, seperti sayur-sayuran, sedangkan saat ini lebih banyak makan makanan siap saji (fastfood) yang tinggi lemak. Spesialis pencernaan Departemen Ilmu Penyakit dalam Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia Rs. Dr. Cipto Mangunkusumo mengatakan bahwa perubahan lingkungan tempat tinggal masyarakat saat ini juga dapat memengaruhi faktor resiko kanker colorectal (Kartika, 2013). Contohnya, perubahan bentuk toilet dari toilet jongkok ke toilet duduk. Pakar pencernaan mengatakan bahwa BAB dengan berjongkok dapat membuat sfingter ani lebih rileks, sekaligus meluruskan posisi kolon sehingga memudahkan proses buang air (Kartika, 2013). Faktor resiko kanker colorectal lebih sering terdapat pada gaya hidup masyarakat diperkotaan,diantaranya ialah obesitas,diet tinggi lemak,konsumsi daging merah,konsumsi makanan oalahan,kurangnya konsumsi buah dan sayur,konsumsi alcohol,merokok dan kurangnya olahraga secara teratur dan terukur. Kolostomi merupakan pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau usus besar. Indonesia ostomy association (INOA) mengatakan bahwa jumlah kasus yang menggunakan stoma terus meningkat dan penyebab tersering diindonesia

sendiri

adalah

karena

Assocation,2010).

1

keganasan

(Indonesia

Ostomy

Pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus di hindari, pengetahuan tentang penyakit dan makanan menjadi prioritas utam untuk menanamkan pola hidup sehat.Salah satu penyakit yang timbul adalah apendisitis. Apendisistis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari secum.Penyebab yang paling umum dari apendisistis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilsson dan Goldman 1989).Apendisitis merupakan penyebab nyeri akut abdomen

dan

berindikasi

untuk

di

lakuakn

pembedahan

kegawat

daruratan.Kejadian apendisistis akut menempati kasus tertinggi pada kasus kegawatan abdomen.Tingkat kejadian apendisitis di negara maju lebih tinggi di bandingkan dengan negara berkembang.

B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Ca Colorektal? 2. Apa penyebab Ca Colorektal? 3. Apa tanda dan gejala Ca Colorektal? 4. Bagaimana Patofisiologi Ca Colorektal? 5. Bagaimana Penatalaksanaan Ca Colorektal? 6. Bagaimana Pengobatan Ca Colorektal? 7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Ca Colorektal?

C. Tujuan 1. Mahasiswa mampu memahami pengertian Ca Colorektal. 2. Mahasiswa mampu memahami penyebab Ca Colorektal. 3. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala Ca Colorektal. 4. Mahasiswa mampu meemahami Patofisiologi Ca Colorektal. 5. Mahasiswa mampu memahami Penatalaksanaan Ca Colorektal 6. Mahasiswa mampu memahami pengobatan Ca Colorektal. 7. Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan Ca Colorektal

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi fisiologis. Kanker terjadi karena timbul dan berkembangbiaknya jaringan sekitarnya (ilfiltratif) sambil merusaknya (dekstruktif), dapat menyebar kebagian lain tubuh, dan umumnya fatal jika dibiarkan. Pertumbuhan sel-sel kanker akan menyebabkan jaringan menjadi besar dan disebut sebagai tumor. Tumor merupakan istilah yang dipakai untuk semua bentuk pembengkakan atau benjolan dalam tubuh. Sel-sel kanker yang tumbuh cepat dan menyebar melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Penjalarannya kejaringan lain disebut metastasis. Kanker mempunyai karakteristik berbeda-beda. Ada yang tumbuh cepat, ada yang tumbuh tidak terlalu cepat. Menurut PNPK Kemenkes RI, kanker colorectal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan atau rectum(bagian kecil terakhir dari usus besar sebelum anus), (John Hopkins Medicine Colon Centre, 2015). Apendisitis adalah peradangan pada apendik vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki laki maupun,tetapi sering menyerang laki laki berusia 10 sampai 30. Sedangkan menurut Smeltzer C.Suzanne apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.

3

Jadi, dapat di simpulkan apendisitis adalah kondisi dimana terjadi infeksi pada umbai apendiks dan merupakan penyakit bedah abdomen yang paling terjadi. Klasifikasi apendiks terbagi menjadi 2 yaitu, apendisitis akut dan apendisitis kronik 1. Apendisitis akut Apendisistis akut sering tampil dengan gejala khas yang di dasari oleh radang yang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, di sertai maupun tidak di sertai rangsang peritonieum local.Gejala apendisitis akut biasanya timbul rasa nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral di daerah epigastrium di sekitar umbilicus.Keluhan ini sering di sertai mual dan kadang muntah.Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ketitik mc Borney. Disini nyeri di rasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupak nyeri somatic stempat. 2. Apendisitis kronik Diagnosis apendisitis kronis baru dapat di tegakan jika di temukan adanay : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik

apendiks

secara

makroskopik

dan

mikroskopik.

Kriteria

mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa, dan adanya sel inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik antara satu sampai lima persen.

B. Penyebab Adapun faktor yang mempengaruhi kejadian kanker colorectal menurut (Soebachman,2011)yaitu: 1.

Usia Kebanyakan kasus terjadi pada orang berusia 60-70 tahun.

2.

Polip

4

Adanya polip pada kolon,khususnya polip jenis adenomatosa. Jika polip ini langsung dihilangkan pada saat ditemukan,tindakan penghilangan tersebut akan bisa mengurangi resiko terjadinya kanker colon dikemudian hari. 3.

Riwayat Kanker Seorang yang pernah terdiagnosis mengidap kanker kolon (bahkan pernah dirawat untu kanker kolon) beresiko tinggi terkena kanker kolon kembali dikemudian hari. Wanita yang pernah terkena kanker ovarium (indung telur), kanker uterus, dan kanker payudara juga memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena kanker kolon.

4.

Faktor keturunan/genetika Orang yang keluarganya punya riwayat penyakit FAP (Familial Adenomatous Poliposys) atau polip adenomatosa familial memiliki resiko 100% untuk terkena kanker kolon sebelum usia 40 tahun bila FPAnya tidak diobati.

5.

Penyakit kolitis ( radang kolon ) ulseratif yang tidak diobati.

6.

Kebiasaan merokok. Perokok memiliki risiko jauh lebih besar untuk terkena kanker kolon dibandingkan dengan yang bukan perokok.

7.

Kebiasan makan Pernah diteliti bahwa kebiasaan makan banyak daging merah ( dan sebaliknya sedikit makan buah, sayuran serta ikan ) turut meningkatkan risiko terjadinya kanker kolon. Mengapa? Sebab daging merah ( sapi dan kambing ) banyak mengandung zat besi. Jika sering mengonsumsi daging merah berarti akan kelebihan zat besi.

8.

Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna, apalagi jika pewarnanya adalah pewarna nonmakanan.

9.

Terlalu banyak mengonsumsi makanan makanan yang mengandung bahan pengawet.

10.

Kurangnya aktivitas fisik, Orang yang beraktivitas lebih banyak memiliki risiko lebih rendah untuk terkena kanker kolon.

5

Apendiks ( usus buntu) merupakan bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum pintu keluar yang sempit tetapi masih memungkinkan dapat di lewati oleh isi usus. Vertikulum seperti cacing dengan panjang mencapai 18cm terbuka kearah seikum sekitar 2,5cm dibawah katub ileosikal.Apendiks kadang bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang menimbulkan pervorasi kedalam rongga abdomen. Apendisitis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri.berbagai hal yang berperan sebagai penyebabnya adalah (obstruksi lumen apendiks factor yang diajukan sebagai factor pencetus,kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi, erosi mukosa apendiks karena parasit). Apendisitis biasanya di sebabkan oleh penyumbatan obstruksi lumen apendiks oleh hyperplasia volikel limfoit, vekalit,benda asing, struktur karena fibrosis akibat peradangan sebelunya atau neoplasma. Menurut nuzulul (2009 apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor resdisposisi yaitu : 1. Factor yang sering adalah obstruksi lumen.pada umumnya obstruksi ini terjadi di: a. hiperplasia dari volikel limfoit b. adanya vekolit dalam lumen apendiks c. adanya benda asing seperti biji bijian d. striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya 2. Infeksi kuman dari kolon yang paling sering adalah E.coli dan streptoccus 3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun( remaja dewasa). Ini di sebabkan oleh karena peningkatan jaringan limfoit pada masa tersebut

4. Tergantung pada bentuk apendiks yaitu a. apendiks yang terlalu panjang b. masa apendiks yang pendek c. penonjolan jaringan limfoit pada lumen apendiks d. kelainan katub dipangkal apendiks

6

C. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala dari kanker colon sangat bervariasi dan tidak spesifik. Gejala klinis sering berupa rasa penuh, nyeri abdomen,pendaraahan, dan symtomatik anemia (menyebabkan kelemahan, pusing dan penurunan berat badan). Tanda Gejala lainnya sebagai berikut : 1. Tanda iritasi usus dan perubahan kebiasaan defekasi: sering BAB, diare atau obstipasi, tenesmus, anus turun tegang, nyeri samar abdomen. 2. Hematokezia: darah dan feses bercampur menjadikan feses mirip selai. Kadang kala keluar lendir berdarah. 3. Ileus : kanker kolon tipe ulseratif atau hiperplastik menginvasi kesikatar dinding usus membuat lumen usus menyempit hingga ileus, sering berupa ileus mekanik nontotal kronis, timbul perut kembung, rasa tidak enak perut intermiten, borborigmi, obstipas atau feses menjadi kecil (seperti pencil atau tai kambing), tidak dapat buang angin. 4. Masa abdominal : jika diraba ada masa dan sering di temukan pada kolon belahan kanan, dinding abdomen relative longgar. 5. Anemia, penurunan berat badan, demam, asetenia dan gejala toksik sistemik lain. Menurut Wijaya.A.N dan Yessie (2013) tanda dan gejala apendisitis adalah : 1. Nyeri pindah kekanan bawah (yang akan menetap dan di perberat bila berjalan atau batuk ) dan menunjukkan tanda rangsangan peritonieum local di titik Mc.Burney : nyeri tekan, nyeri lepas, defans nuskuler. 2. Nyeri rangsangan peritenium tidak lansung 3. Nyeri pada kuadran pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah di tekan (Rovsing sign). 4. Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri di lepas (Blumberg) 5. Nyeri kanan bawah bila peritenium bergerak seperti nafas dalam, berjalan, batuk, mengedan 6. Napsu makan menurun 7. Demam yang tidak terlalu tinggi

7

8. Biasanya terdapat konstipasi, tapi kadang-kadang terjadi diare Gejala-gejala permulaan pada apendisitis yaitu nyeri atau perasaan tidak enak sekitar umbilicus di ikuti oleh anoreksia, nausea dan muntah, gejala ini umumnya berlangsug lebih dari satu atau dua hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah dan mungkin terdapat nyeri tekan sekitar Mc. Burney, kemudian dapat timbul spasme otot dan nyeri lepas. Biasanya di temukan demam ringan dan leokosit meningkat bila rupture apendiks terjadi nyeri sering sekali hilang secara dramatis untuk smeentara Klasifikasi apendisitis menurut Nurasis H.A dan Hardi Kusuma (2013) terbagi menjadi 3 yaitu : 1. Apendisitis akut radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, di sertai maupun tidak di sertai rangsangan peritoneal local 2. Apendisitis rekrens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang di perut kanan bawah yang mendorong di lakukan nya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut 3. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik (fibrosis menyeluruh di dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik), dan keluhan menghilang secara apendiktomi.

D. Patofisiologi Kanker kolon dan rectum (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering HB) (Japaries, 2013).

8

Pertumbuhan

kanker

menghasilkan

efek

sekunder,

meliputi

penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain. Prognosis relative baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseks dilakukan, dan jauh lebih buruk telah terjadi metastase kelenjar limfe (Japaries, 2013). Menurut Diyono (2013), tingkatan kanker kolorektal dari duke sebagai berikut: 1. Stadium 1 : Terbatas hanya pada mukosa kolon (dinding rectum dan kolon). 2. Stadium 2 : Menembus dinding otot belum metastase. 3. Stadium 3 : Melibatkan kelenjar limfe 4. Stadium 4 : Metastase ke kelenjar limfe yang berjauh dan ke organ lain. Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker usus yang dapat tumbuh secara normal dan bermetastase luas. Adapun cara penyebaran ini melalui beberapa cara. Penyebaran secara local biasanya masuk kedalam lapisan dinding usus sampai ke serosa dan lemak mesentrik,lalu sel kanker tersebut akan mengenai organ disekitarnya. Adapun penyebaran yang lebih luas lagi didalam lumen usus yaitu melalui limfatik dan system sirkulasi. Bila sel tersebut masuk melalui system sirkulasi maka sel kanker tersebut dapat terus masuk ke organ hati, kemudian metastase ke organ paru-paru. Penyebab lain dapat ke adrenal, ginjal, kulit, tulang, dan otak. Sel kanker dapat menyebar ke daerah peritoneal pada saat akan dilakukan reseksi tumor (Diyono, 2013).

E. Penatalaksanaan Ca-Colorectal 1

Kemoprevensi Obat anti inflamatori nonsteroid (OAIN) termasuk aspirin dianggap berhubungan dengan penurunan mortalitas kanker colorectal. Data epidemiologi menunjukkan adanya penurunan resiko kanker di kalangan pemakai OAIN namun bukti yang mendukung manfaat pemberian aspirin

9

dan OAIN lainnya untuk mencegah kanker colorectal sporadic masih lemah. 2

Pembedahan Tindakan yang paling sering dilakukan adalah hemikolektomi kanan, kolektomi transversal, hemikolektomi kiri atau reseksi anterior, dan reseksi abdominoperineal.

3

Radiasi Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsioma rectum. Sementara itu, radiasi paska bedah diberikan jika sel karsioma telah menembus tunika muskularis propria, ada metastatis di kelenjar limfe regional, atau apabila masih ada sisa sisa sel karsinoma yang tertinggal akan tetapi belum ada metastatis jauh.

4

Kemoterapi Kemoterapi yang biasa diberikan pada penderita kanker kolorektal adalah kemoterapi ajuvan. Sepertig pasien yang mengalami operasi kuratif akan mengalami rekurensi. Kemoterapi ajuvan di maksutkan untuk menurunkan tingkat rekurensi kanker kolorektal setelah operasi.

Appendiksitis 1.

Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah oprasi apendiks. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obserfasi, istirahat dalam posisi fowler, di berikan antibiotic dan di berikan makanan yang tidak merangsang peristaltic, jika terjadi perforasi di berikan drain di perut kanan bawah.

2. Tindakan pre operative di berikan anti biotic dan kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien di mintak untuk tirah baring dan di puasakan 3. Tindakan operatif : appendiktomi 4. Tindakan pos operatif, satu hari pasca bedah klien untuk duduk tegak di tempat tidur sekalam dua dua kali tiga puluh menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar kamar, hari ke tuju luka jaitan di angkat, klien pulang

10

F. Asuhan Keperawatan. Pengkajian yang dapat dilakukan pada gangguan Ca-colorectal diantaranya adalah sebagai berikut : 1.

Pengkajian a. Data Demografi  kanker kolorektal sering ditemukan terjadi pada usia lebih dari 40 tahun  pada wanita sering ditemukan kanker kolon dan kanker rekti lebih sering daripada laki laki. b. Riwayat kesehatan dahulu  Kemungkinan pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon, dan colitis ulseratif yang tidak teratasi  Adanya infeksi obstruksi pada usus besar  Diet atau konsumsi diet yang tidak baik, tinggi protein, tinggi lemak, dan rendah serat.

c. Riwayat kesehatan keluarga  Adanya riwayat kanker pada keluarga, diidentifikasi kanker yang menyerang tubuh atau organ yang termasuk kanker kolorektal adalah diturunkan sebagai sifat dominan. d. Riwayat kesehatan sekarang  Klien mengeluh lemah, nyeri abdomen dan kembung  Klien mengeluh perubahan pada defekasi : BAB seperti pita, diare yang bercampur darah dan lendir dan rasa tidak puas setelah BAB  Klien mengalami anoreksia, mual, muntah, dan penurunan berat badan e. Pemeriksaan fisik  Mata : konjungtiva subanemis atau anemis  Leher : distensi vena jugularis

11

 Mulut : mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecah pecah dan bau tidak enak  Abdomen : distensi abdomen, adanya teraba masa, penurunan bising usus dan kembung  Kulit : turgor kulit buruk, kering (dehidrasi atau malnutrisi) f. Pengkajian fungsional Gordon  Aktivitas atau istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, merasa gelisah dan ansietas, tidak tidur semalam karena diare, pembatasan aktivitas atau kerja sehubungan dengan efek proses penyakit.  Pernafasan : nafas pendek, dipsnea (respon terhadap nyeri yang dirasakan) yang ditandai dengan takipnea dan frekuensi menurun.  Sirkulasi Tanda : takikardi (respin terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri), hipotensi, kulit atau mebran : turgor buruk, kering, lidah pecah pecah, (dehidrasi atau malnutrisi).  Integritas Ego Gejala : ansietas, ketakutan missal : perasaan tak berdaya tak ada harapan Faktor stress akut atau kronis : missal hubungan dengan keluarga atau pekerjaan atau pengobatan yang mahal. Tanda : menolak perhatian yang menyempit, depresi  Eliminasi Gejala : tekstur feses bervariasi dan bentuk lunak sampai bau. Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering tak dapat di control (sebanyak 20-30 kali per hari), perasaan tidak nyaman atau tidak puas, deteksi berdarah atau mukosa dengan atau tanpa keluar feses. Tanda : menurunnya bisisng usus, tidak ada peristaltic atau adanya peristaltic yang dapat di lihat, oliguria.

12

 Makan atau cairan Gejala : anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diet atau sensitive (missal : masa otot, kelemahan otot, tonus otot, dan turgor kulit buruk, membrane mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut.  Hygiene Tanda : kemampuan melakukan perawatan diri, stomatitis, menunjukan kekurangan vitamin.  Nyeri atau kenyamanan Gejala : nyeri atau nyeri tekan pada kuadran kiri bawah  Keamanan Gejala : adanya riwayat polip, radang kronik viseratif  Muskuloskletal Gejala : penurunan kekuatan otot, kelemahan dan malaise (diare, dehidrasi, dan malnutrisi).

 Seksualitas Gejala : tidak bisa melakukan hubungan seksual atau frekuensi menurun  Interaksi social Gejala : masalah hubungan atau peran sehubungan dengan kondisi ketidakmampuan aktif dalam social. 2.

Diagnosa Keperawatan Ca-Colorectal a.

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi

b.

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.

c.

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.

Appendiksitis

13

Diagnosa keperawatan pada apendisitis 1. Nyeri akut yang berhubungan dengan : a. Agens cedera biologis (mis., infeksi, iskemia, neoplasma) b. Agens cedera fisik (mis., abses, amputasi, luka bakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan) 2. Resiko infeksi. 3. Ketidakefektivan jalan nafas yang berhubungan dengan : Nyeri .

Ca-Colorektal No. 1.

Diagnosa Keperawatan (00028) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi Definisi : Kerentanan mengalami penurunan volume cairan intravascular, interstisial dan atau intraseluler, yang dapat menganggu kesehtan . Faktor resiko : - Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan - Kehilangan volume cairan aktif - Kurang pengetahuan tentang

NOC

NIC

(0602) Hidrasi Definisi : (ketersediaan) air yng cukup dalam kompartemen intraseluler dan ekstraseluler tubuh. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien tidak hidrasi kembali, dengan criteria hasil : 1. turgor kulit ditingkatkan dari skala 1 ke skala 5 2. intake cairan ditingkatkan dari skala 1 ke skala 5 3. output urine ditingkatkan dari skala 1 ke skala 5 4. haus ditingkatkan dari skala 1 ke skala 5 5. warna urine keruh ditingkatkan dari skala 1 ke skala 5 6. bola mata cekung

(4120) Manajemen cairan Definisi : meningkatkan keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi yang dihasilkan dari tingkat cairan tidak normal atau tidak diinginkan. Aktivitas- aktifitas : 1. Monitor ttv pasien 2. Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien 3. Monitor status hidrasi (misalnya, membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah ortostatik) 4. Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi dan dihitung asupan kalori harian. 5. Berikan cairan dengan tepat 6. Berikan cairan IV, seperti yang ditentukan

14

No.

2.

Diagnosa Keperawatan kebutuhan cairan - Penyimpangan yang memengaruhi absorpsi cairan - Penyimpangan yang memengaruhi asupan cairan

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik. Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International Association for the Study of Pain); awitan yang tibatiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi. Faktor yang

NOC

NIC

ditingkatkan dari 7. Monitor reaksi pasien skala 1 ke skala 5 terhadap terapi 7. penurunan tekanan elektrolit yang darah ditingkatkan diresepkan dari skala 1 ke skala 8. Jaga intake/asupan 5 yang akurat dan catat 8. nadi cepat dan output (pasien) melemah ditingkatkan dari skala 1 ke skala 5 9. kehilangan berat badan ditingkatkan dari skala 1 ke skala 5

(1605) Kontrol Nyeri Definisi : tingkatan pribadi untuk mengontrol nyeri. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien diharapkan dapat mengontrol nyeri saat nyeri timbul dengan criteria hasil : 1. Mengenali kapan nyeri terjadi ditingkatkan dari skala 1 ke skala 5 2. Menggambarkan faktor penyebab ditingkatkan dari skala 1 ke skala 5 3. Menggunakan tindakan pencegahan ditingkatkan dari skala 1 ke skala 5 4. Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesic

15

(1400) Manajemen Nyeri Definisi : pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien. Aktifitas-aktifitas : 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus 2. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri. 3. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri 4. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan

No.

Diagnosa NOC Keperawatan berhubungan : ditingkatkan dari - Agens cedera skala 1 ke skala 5 fisik (mis; 5. Melaporkan abses, perubahan terhadap amputasi, luka gejala nyeri pada bakar, professional terpotong, kesehatan mengangkat ditingkatkan dari berat, prosedur skala 1 ke skala 5 bedah, trauma, 6. Melaporkan gejala olahraga yang tidak terkontrol berlebihan). pada professional kesehatan ditingkatkan dari skala 1 ke skala 5 7. Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri ditingkatkan dari skala 1 ke skala 5 8. Melaporkan nyeri yang tidak terkontrol ditingkatkan dari skala 1 ke skala 5.

NIC

5.

6. 7.

8.

antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesik Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat, tim kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan penurun nyeri nonfarmakologi sesuai kebutuhan. Beritahu dokter jika tindakan tindak berhasil atau jika keluhan pasien saat ini berubah signifikan dari pengalaman nyeri sebelumnya.

Appendiksitis NO. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut (00132) Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yg muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang di gambarkan sebagai kerusakan (international association fot the study of pain)

NIC

NOC

Manajemen Nyeri (1400) Definisi : Pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien Aktivitas-aktivitas :  Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/ durasi, frekuensi, kualitas,

Kontrol nyeri (1605) Definisi : tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri. Setelah dilakukan tindakan perawatan 3x24 jam rasa nyeri yang dirasakan pasien dapat berkurang dengan kriteria hasil :  Mengenali kapan nyeri trjadi dari skala 4 yang akan ditingkatkan mrnjadi skala 2  Menggambarkan faktor penyebab dari skala 3

16

awitan yang tibatiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau di prediksi Faktor yang Berhubungan 1. Agens cedera biologis (mis., infeksi, iskemia, neoplasma) 2. Agens cedera fisik (mis., abses, amputasi, luka bakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan)













intensitas, atau beratnya nyeri dan faktor pencetus Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri Tentukan kebutuhan frekuensi untuk melakukan pengkajian ketidaknyamanan pasien dan mengimplementasik an rencana monitor Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (misalya.,farmakolo gi, nonfarmakologi, interpersonal) untuk memfasilitasi penurunan nyeri,

17

















menjadi skala 2 Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanapa analgesik pada skala 3 ditingkatkan menjadi skala 2 Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan pada skala 3 yang akan ditingkatkan menjadi skala 2 Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri pada skala 3 yang akan ditingkatkan menjadi skala 2 Tingkat nyeri (2102) Definisi : keparahan dari nyeri yang diamati atau dilaporkan Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam rasa nyeri dapat berkurang dengan kriteria : Nyeri yang dilaporkan dari skala 2 ditingkatkan menjadi skala 4 Panjangnya episod nyeri dari skala 2 (cukup sedang) ditingkan menjadi skala 4 (ringan) Mengerang dan menangis dari skala 2 ditingkatkan menjadi skala 4 Ekspresi nilai wajah dari skala 2 ditingkatkan menjadi skala 4 Tidak bisa istirahat dari skal 2 ditingkatkan

 









 

sesuai dengan kebutuhan. Ajarkan prinsipprinsip manajemen nyeri Dorong pasien untuk menggunakan obat-obatan penurun nhyeri yang adekuat Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi ktorsecara efektif Galipengetahuan metode farmakologi yang di pakai pasien saat ini untuk menurunkan nyeri Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (misalnya farmakologi, nonfarmakologi, interpersonal) untun memfasilitasi penurunan nyeri, sesuai dengan kebutuhan Ajarkan prinsipprinsip manajemen nyeri Kurangi atau eliminasi faktor-

18

















mejadi skala 4 Mengeluarkan keringat dari skala 3 (sedang) ditingkatkan menjadi skala 5 (tidak ada) Fokus menyempit dari skala 3 (sedang) ditingkatkan menjadi skala 5 (tidak ada) Intoleransi makanan dari skala 3 (sedang) ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan) Frekuensi nafas dari skala 3 (defiasi sedang dari kisaran normal) yang akan ditingkatkan menjadi skala 4 (defiasi ringan dari kisaran normal) Denyut jantung apikal dari skala 3 (defiasi sedang dari kisaran normal) yang akan ditingkatkan menjadi skala 4 (defiasi ringan dari kisaran normal) Denyut nadi radial dari skala 3 (defiasi ringan dari kisaran normal) yang akan ditingkatkan menjadi skala 4 (defiasi ringan dari kisaran normal) Tekana darah dari skala 3 (defiasi ringan dari kisaran normal) yang akan ditingkatkan menjadi skala 4 (defiasi ringan dari kisaran normal) Berkeringat dari skala 3 (defiasi ringan dari kisaran normal) yang akan ditingkatkan menjadi skala 4 (defiasi

2.

Risiko Infeksi (00004) Definisi : Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan.

faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri (misalnya, ketakutan, kelelahan, keadaan monoton dan kekurangan pengetahuan  Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasik an tindakan enurunan nyeri nonfarmakologo, sesuai kebutuhan Kontrol Infeksi (6540) Definisi : Meminimalkan penerimaan dan transmisi agen infeksi Aktifitas-aktifitas :  Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien  Batasi jumlah pengunjung  Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien  Pakai sarung tangan steril dengan tepat  Pastikan teknik perawatan luka yang tepat  Gunakan katerisasi intermiten untuk mengurangi

19

ringan dari normal)

kisaran

Keparahan infeksi (0703) Definisi : keparahan dan gajala infeksi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan infeksi pada pasien dapa berkurang dengan kriteria hasil :  Kemerahan dari skala 3 (sedang) ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan)  Demam dari skala 4 (ringan) ditingkatkan menjadi skala 5 (tidak ada)  Ketidakstabilan suhu dari skala 3 (sedang) menjadi skala 4 (ringan)  Nyeri dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan)  Gejala-gejala gastrointestinal dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan)

   

kejadian infeksi  kandung kemih Tingkatkan intake nutrisi yang tepat Dorong intake  cairan yang sesuai Dorong untuk beristirahat Ajarkan pasien dan  keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan hars melaporkannya kepada penyedia perawatan kesehatan

Hilang nafsu makan dari skala 2 (cukup berat) menjadi skala 4 (ringan) Kolonisasi kultur fases dari skala 3 (sedang) ditingkatkan menjadi skala 5 (tidak ada) Letargi dari skala 4 ditingkatkan menjadi skala 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Kanker kolorektal merupakan suatu tumor malighnat yang muncul pada jaringan epithel dari colon/rectum. Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari polip adenoma. Adapun tanda dan gejalanya

meliputi

nyeri

abdomen,

perdarahan

symtomatik,

anemia

(menyebabkan kelemahan, pusing, dan penurunan berat badan). Kemudia ada beberapa cara untuk mengobati kanker kolorektal yaitu pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi. Apendisitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari secum. Penyebab yang

20

paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson dan Goldman, 1989) Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor-faktor predisposisi yang menyertai.Factor tersering yang muncul adalah obstruksi lumen.Tanda dan gejalanya dalah nyeri terasa pada abdomen kuadran kanan bawah menembus ke belakang (ke punggung) dan biasanya di sertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya napsu makan.Nyeri tekan local pada tittik Mc. Borney bila di lakukan tekanan.Apendisitis biasanya di sebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks. B. Saran Sebagai seorang mahasiswa keperawatan sebaiknya dalam memberi asuhan keperawatan juga harus memberikan pendidikan kesehatan, dan menganjurkan masyarakat untuk hidup sehat dan mengarahkan masyarakat agar menerapkan gaya hidup yang baik untuk menghindari dari penyakitpenyakit yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA Diyono, 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Jakarta: EGC. Dochterman, J.M., & Bulecheck, G.M. (2004). Nursing Clasification(NIC) (5th. ed). America: Mosby Elsevier.

Interventions

Ed. Herman, T.H and Komitsuru, S. 2014. Nanda International Nursing Diagnosis, Definition and Clasification. 2015-2017. Jakarta: EGC. Gordon, P.H. 2007. Colorectal disorders. In: Gordon PH, Nivatvongs S. Principles and practice of surgery for the colon, rectum and anus. 3ͭ ͪ Ed. P.489-545. NewYork: Information Healthcare. Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC) (5th. Ed). United States of America: Mosby Elsevier. Wijaya, Andra.S,. dan Putri, Yessie.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

21

Bilotta

Kimberly. 2012. Kapita Selekta penyakit Keperawatan.Jakarta : buku kedokteran EGC.

dengan

Implikasi

Depkes RI. 2008. Kasus Apendisitis dari :http://www.artikelkedokteran. Kowalak Jennifer P. 2012. Buku Ajar Patofisioligi.Jakarta : Buku kedokteran EGC Reksoprojo, soelarto (ed). 2010. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binatupa Aksara

22

Related Documents

Revisi Kmb2 Kel 1.docx
November 2019 12
Revisi Kmb2 Kel 2.docx
October 2019 16
Akb Kel 5 Revisi
October 2019 34
Revisi Lp Kel 19.docx
June 2020 12
Kel 1 If E Revisi
June 2020 14

More Documents from ""