Laporan Pendahuluan Asma.docx

  • Uploaded by: Dicky Aris Setiawan
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Asma.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,708
  • Pages: 10
LAPORAN PEDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK II ASMA

Disusun Oleh: Nama : Lisa Dewi Nandikasari NIM : 010116A051

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2018

A. Pengertian Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubahubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008). B. Etiologi Suatu

hal

yang

fenomenahiperaktivitas

yang

menonjol

pada

penderita

bronkus.

Bronkus

penderita

asma

Asma sangat

adalah peka

terhadaprangsangan imunologi maupun non imunologi. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah: 1. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan olehalergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang. 2. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen,seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, danpolutan lingkungan dapat mencetuskan serangan. 3. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2002). Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial yaitu : a. Faktor predisposisi Genetik Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan. b. Faktor presipitasi 1) Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : a. Inhalan : yang masuk melalui saluran pernapasan Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,bakteri dan polusi. b. Ingestan : yang masuk melalui mulut Contoh : makanan dan obat-obatan

c. Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan 2) Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma. Atmosfir yang mendadak dinginmerupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musimhujan, musim kemarau. 3) Stres Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati. Penderita asma yang mengalami stres atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi maka gejala belum bisa diobati. 4) Olah raga atau aktifitas jasmani Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani. C. Manifestasi Klinis -

Wheezing

-

Dyspneu dengan lama ekspirasi

-

Batuk kering karena sekret kental dan lumen jalan napas sempit

-

Tachypnea, orthopnea

-

Gelisah

-

Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan

-

Fatigue

-

Intoleransi aktivitas

-

Perubahan tingkat kesadaran, cemas

-

Serangan tiba-tiba/ berangsur-angsur

D. Klasifikasi Pembagian asma pada anak : 1.

Asma episodic yang jarang

Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun. Lamanya serangan paling lama beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang berat. Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung 3-4 hari. Sedangkan batuk dapat berlangsung 10-14 hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim jarang didapatkan pada golongan ini. 2.

Asma episodic sering Biasanya serangan pertama terjadi pada usia sebelum 3 tahun, berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiap kali serangan beberapa hari sampai beberap minggu. Frekuensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun.

3.

Asma kronik atau persisten Lima puluh persen anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan sisanya serangan episodic. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten. Pada malam hari sering terganggu oleh batuk dan mengi. Obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun.

E. Patofisiologi Perubahan jaringan pada asma tanpa komplikasi terbatas pada bronkus dan terdiri dari spasme otot polos, edema mukosa, dan infiltrasi sel-sel radang yang menetap dan hipersekresi mucus yang kental. Keadaan ini pada orang-orang yang rentan terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai rangsangan, yang menandakan suatu keadaan hiveraktivitas bronkus yang khas. Orang yang menderita asma memilki ketidakmampuan mendasar dalam mencapai angka aliran udara normal selama pernapasan (terutama pada ekspirasi). Ketidakmampuan ini tercermin dengan rendahnya usaha ekspirasi paksa pada detik pertama, dan berdasrkan parameter yang berhubungan aliran. Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam

jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Histamine yang dihasilkan menyebabkan kontraksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histaminnya berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamine juga merangsang pembentukan mucus dan meningkatkan permeabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang intestinum paru, sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Selain itu olahraga juga dapat berlaku sebagai suatu iritan, karena terjadi aliran udara keluar masuk paru dalam jumlah beasr dan cepat. Udara ini belum mendapat perlembaban (humidifikasi), penghangatan, atau pembersihan dari partikel-partikel debu secara adekuat sehingga dapat mencetuskan asma. Pada asma, diameter bronkhiolus menjadi semakin berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi. Hal ini dikarenakan bahwa peningkatan tekanan dalam intrapulmoner selama usaha ekspirasi tak hanya menekan udara dalam alveolus tetapi juga menekan sisi luar bronkiolus. Oleh karena itu pendeita asma biasanya dapat menarik nafas cukup memadai tetapi mengalami kesulitan besar dalam ekspirasi. Ini menyebabkan dispnea, atau ”kelaparan udara”. Kapsitas sisa fungsional paru dan volume paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma karena kesulitan mengeluarkan udara dari paru-paru. Setelah suatu jangka waktu yang panjang, sangkar dada menjadi membesar secara permanent, sehingga menyebabkan suatu ”barrel chest” (dada seperti tong) F. Pathway

- Debu - Serbuk-serbuk - Bulu-bulu binatang

- Common cold - Infeksi taktus respiratikus - Latihan - Emosi - Poluan lingkungan

Bronkhial mukosa menjadi sesitif terhadap IgE Peningkatan mast cell pada trakheabronkhial Stimulasi mast cell pada trakheabronkhial Pelapasan histamin terjadi stimulasi pada bronkhial smooth sehingga terjadi kontraksi bronkus Peningkatan permeabilitas vaskuler akibat kebocoran protein dan cairan dalam jaringan

Perubahan jaringan, peningkatan IgE dalam serum

Respon dinding bronkus

Udem mukosa

Produksi sekret berlebih Penumpukan sekret Gangguan pertukaran gas

Penurunan O2 dalam darah hipoksemia Asma

G. Pemeriksaan penunjang 1. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer). 2. Uji Provokasi bronkus Menurut Heru Sundaru dilakukan jika spirometri normal, maka dilakukan uji provokasi bronkus dengan alergen, dan hanya dilakukan pada pasien yang alergi terhadap allergen yang di uji. 3. Foto dada ( scanning paru) Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru. 4. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E spesifik dalam sputum Pemeriksaan Ig E dalam serum juga dapat membantu menegakkan diagnosis asma, tetapi ketetapan diagnosisnya kurang karena lebih dari 30 % menderita alergi. 5. ABGs Menunjukan proses penyakit kronik, sering kali PO2 menurun dan PCO2 normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema). Sering kali menurun pada asma dengan pH normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asma). 6. Darah komplit Dapat menggambarkan adanya peningkatan eosinofil pada asma. 7. Uji kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. 8. Elektrokardiografi 9. Analisa gas darah H. Penatalaksanaan Penanggulangan asma pada anak meliputi: a.

Mencegah serangan dengan menghindari faktor pencetus

b.

Mencegah serta mengatasi proses inflamasi dengan obat anti inflamasi

c.

Penanggulangan edema mukosa saluran napas dengan obat antiinflamasi inhalasi secara oral/parenteral

d.

Penanggulangan sumbatan lendir dengan banyak minum, mukolitik serta lendir encer dan mudah dikeluarkan.

e.

Menciptakan kondisi jasmani yang baik meliputi kebugaran dan

f.

ketahanan fisik dengan latihan jasmani atau senam pernapasan.

I. Komplikasi Berbagai komplikasi menurut Arief Mansjoer (2000: 477) yang mungkin timbul adalah : 1. Pneumothoraks Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan nafas.Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan mukus yang kental. 2. Status Asmatikus Status asmatikus adalah suatu serangan asma yang sangat berat, berlangsung dalam beberapa jam smapai beberapa hari yang tidak memberikan perbaikan pada pengobatan yang lazim dan dapat mengakibatkan kematian. Factor penyebab : -

Infeksi saluran nafas

-

Pencetus serangan ( allergen, obat- obatan, infeksi)

-

Kontraksi otot polos

-

Edema mukosa

-

Hipersekresi

3. Emfisema kronik Adanya pengisian udara berlebih dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pada pemasukannya. 4. Ateleltaksis

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. 5. Aspergilosis Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan oleh jamur dan tersifat oleh adanya gangguan pernafasan yang berat. Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp. Aspergilosis Bronkopulmoner Alergika (ABPA) adalah suatu reaksi alergi terhadap jamur yang disebut aspergillus, yang menyebabkan peradangan pada saluran pernafasan dan kantong udara. 6. Gagal nafas 7. Bronchitis Bronkhitis adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam di paru-paru yang kecil mengalami bengkak dan terjadi peningkatan produksi dahak. Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius Price, Silvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta: EGC

Related Documents


More Documents from "Dwi suci rhamdanita"