REFLEKSI KASUS
PRESBIKUSIS
1.
Pengalaman : Seorang laki-laki 80 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan pendengaran berkurang pada telinga kanan dan kiri. Keluhan dirasakan sejak 2 tahun yang lalu yang dirasa semakin bertambah berkurang. Bapak tersebut mengatakan pusing (-), telinga berdenging (-), telinga nyeri (-). Pada pemeriksaan fisik didapatkan CAE serumen (-), hiperemis (-), sekret (-), membran timpani porforasi (-), Cone of light (+). Oleh dokter didiagnosis presbikusis dan diberikan terapi mecobalamin 500 mcg sekali sehari kemudian disarankan menggunakan alat bantu dengar (hearing aid).
2.
Masalah yang dikaji : 1. Apakah penatalaksanaan yang tepat sesuai diagnosis pasien tersebut ? 2. Apa saja faktor resiko yang dapat menyebabkan prebikusis ?
3.
Analisa kritis : Presbikusis adalah tuli sensorineural pada frekuensi tinggi (1000 Hz atau lebih) yang simetris pada telinga kanan dan kiri. Umumnya mulai terjadi pada usia 65 tahun. penyebab presbikusis adalah multifaktorial. Gerenal consensus mengatakan bahwa penyebab presikusis adalah hasil dari berbagai jenis degeneratif fisiologis, efek paparan bising, herediter, metabolisme, dan infeksi. Rhinitis alergi atau yang disebut juga hay fever disebabkan oleh alergi terhadap unsur seperti debu, kelupasan kulit hewan tertentu, dan serbuk sari. Sedangkan rhinitis non-alergi tidak disebabkan oleh alergi tapi kondisi seperti infeksi virus dan bakteri. Adapun jenis non rhinitis non-alergi yaitu rhinitis vasomotor, rhinitis medicamentosa, dan rhinitis struktural (Wallace, 2008). Yang membedakan antara rhinitis alergi dan non-alergi adalah gejala klinisnya, yaitu (Irawati, 2007) : Rhinitis Alergi Rhinoroe
Bersin sering , Hidung tersumbat, Gatal Kejadian berulang, sering di pagi hari Mata gatal dan berair Rhinitis Non-Alergi Hidung tersumbat, bergantian Bersin jarang Rhinoroe, bersifat serosa atau mukus Dengan adanya perbedaan gejala klinis, terdapat perbedaan terapi pada rhinitis alergi dan rhinitis non-alergi, yaitu (Panduan Praktis Klinis, 2014) Rhininitis Alergi : Non-Medicamentosa
Menghindari alergen yang spesifik
Pemeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani
Medicamentosa
Dekongestan spray (oxymetazolin atau xylometazolin). Digunakan bila hidung sangat tersumbat, pemakain < 2 minggu
Kortikosteroid
topikal
(beklometason,
budesonid,
flunisolid,
flutikason, mometason furoat dan triamsinolon). Indikasi : sumbatan hidung fase lambat tidak dapat diatasi dengan obat lain
Antihistamin (gen 1 : difenhidramin, klorfeniramin, siproheptadin. gen 2 : loratadin, cetrizin)
Dekongestan
agonis
alpha
(pseudoefedrin,
fenilpropanolamin,
fenilefrin) Rhinitis Non-Alergi Non-Medicamentosa
Kauterisasi konka yang hipertrofi dapat menggunkan larutan AgNO3 25 % atau trikloroasetat pekat.
Medicamentosa
Kortikosteroid
topikal
(beklometason,
budesonid,
flunisolid,
flutikason, mometason furoat dan triamsinolon). Indikasi : sumbatan hidung fase lambat tidak dapat diatasi dengan obat lain
Antikolinergik (ipratropium bromide)
Dekongestan
agonis
alpha
(pseudoefedrin,
fenilpropanolamin,
fenilefrin) Obat Ozen sendiri merupakan obat yang mengandung Cetrizine HCL. Ozen adalah obat yang digunakan untuk mengobati berbagai jenis alergi. Ozen mengandung Cetirizine, obat antihistamin generasi kedua yang merupakan antagonis kuat dan sangat selektif terhadap histamin perifer H1-reseptor. Kegunaan Ozen (Cetirizine) adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi berikut :
Ozen digunakan untuk mengobati rhinitis alergi (hay fever), efektif untuk mengurangi gejala baik pada mata maupun hidung seperti : bersin, hidung meler, rasa gatal atau terbakar pada mata. Obat pilihan untuk mengobati urtikaria akut maupun kronis. Cetirizine diketahui lebih efisien daripada antihistamin generasi kedua lainnya. Obat ini juga lebih dipilih daripada diphenhydramine karena Cetirizine mempunyai efek samping yang lebih kecil terhadap sistem saraf pusat. Seperti loratadine, Obat yang mengandung Cetirizine bisa digunakan untuk mengurangi gejala-gejala pada penyakit Kimura (kimura’s disease). Kimura’s disease adalah suatu penyakit yang mempengaruhi kelenjar getah bening dan jaringan lunak pada kepala dan leher dalam bentuk lesi seperti tumor.
Ozen (Cetirizine) diberikan dengan dosis sebagai berikut :
4.
Dosis anak usia 6-23 bulan : 1 x sehari 2.5 mg, bisa ditingkatkan sampai maksimal 2 x sehari 2.5 mg untuk usia ≥ 12 bulan. Dosis anak usia 2-5 tahun : 5 mg/hari. Bisa diberikan dalam dosis tunggal atau dibagi dalam 2 dosis. Dosis anak usia ≥ 10 tahun : 10 mg/hari. Bisa diberikan dalam dosis tunggal atau dibagi dalam 2 dosis. Dosis dewasa : 1 x sehari 10 mg atau 2 x sehari 5 mg. Dosis untuk orang lanjut usia/ pasien dengan penurunan fungsi hati atau ginjal : dosis awal, 1 x sehari 5 mg.
Kesimpulan :
Setelah dilihat dari gejala yang dialami, pasien ini mengarah ke Rhinitis Alergi et causa suhu dingin. Hal tersebut di tunjukkan dengan seringnya pasien bersin di pagi hari, mata berair, dan cairan bening encer. Penggunaan obat Ozen sesuai dengan keluhan yang di alami pasien, dimana yang menjadi ganguan utamanya adalah paparan alergen. Untuk pemakaian dekongestan dan kortikosteroid dirasa belum di gunakan di karenakan gejala yang timbul masih dalam tahap akut. Dosis Ozen yang di berikan sudah tepat, yaitu 1 x 1 hari 1 tab (10 mg) selama 10 hari.
5.
Referensi : Wallace, D.V., Dykewicz, M.S. (2008). The diagnosis and management of rhinitis: An updated practice parameter. J Allergy CLN Immunol., 122 (2). Irawati, N., Poerbonegoro, N.L., Kasakeyan, E. (2007). Rhinitis Vasomotor dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed ke-6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Irawati, N., Kasakeyan, E., Rusmono, N. (2007). Rhinitis Alergi dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed ke-6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Panduan Praktis Klinis (2nd ed.). (2014). Jakarta.