Referat Gangguan Autistik.docx

  • Uploaded by: Tirsa Sirupa
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat Gangguan Autistik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,250
  • Pages: 19
BAB I PENDAHULUAN

Gangguan austistik merupakan gangguan neuropsikiatri yaitu gangguan dalam interaksi sosial dan komunikasi serta mempunyai prilaku terbatas atau stereotipikal atau kedua-duanya.1 Prevalensi gangguan autistik adalah diestimasi sebanyak 10 hingga 20 orang per 10,000 orang anak.2 Di United Kingdom, prevalensi gangguan austistik melebihi 55,000 orang anak yang berusia 8 sehingga 9 tahun. 2

Data epidemiologi

meningkat berbanding 15 tahun lalu.2 Gangguan austistik ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki berbanding anak perempuan dengan rasio 3,5 hingga 4,0 banding 1,0. 3 Namun begitu, gangguan autistik ini tidak berkaitan dengan status sosioekonomi, tingkat pendidikan dan ras.1-3 Gangguan austistik adalah gangguan

prilaku buruk yang terjadi pada

anak

dibawah usia 3 tahun.4 Prevalensi gangguan austistik di Indonesia belum ada karena belum ada satu pun lembaga resmi di Indonesia yang memiliki angka prevalensi kejadian individu autistik di Indonesia di tahun 2008 sesuai fakta di lapangan.5 Menurut penelitian Larrsson et.al, gangguan austistik lebih sering pada anak dengan skor APGAR nilai rendah dan bayi yang lahir kurang dari 35 bulan mempunyai resiko 3 kali lebih sering untuk mendapat gangguan autistik. 6 Gangguan austistik menpunyai gangguan pada perkembangan sosial dan komunikasi.3 Anak dengan gangguan austistik biasanya kurang berminat dalam lingkungan sosial, masalah

1

komunikasi dan pergerakan stereotipikal dan mannerism dan gangguan ini tidak ada etiologi yang jelas.3 Pasien dengan gangguan autistik umumnya memiliki riwayat pengobatan yang ekstensif namun tidak memuaskan.1,3 Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu pola penanganan yang lebih komprehensif terhadap penderita gangguan autistik agar didapatkan hasil yang optimal.3

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Gangguan autistik adalah suatu jenis gangguan perkembangan pervasif pada anak yang kompleks dan berat yang tampak sebelum usia 3 tahun. Keadaan ini menyebabkan mereka tidak mampu berkomunikasi, mengekspresikan perasaan maupun keinginannya, sehingga perilaku dan hubungan dengan orang lain terganggu.3 B. Epidemiologi Gangguan autistik terjadi dengan angka 2 sampai 5 kasus per 10.000 anak (0,02 sampai 0,05 persen) di bawah usia 12 tahun. Jika retardasi mental berat dengan ciri autistik dimasukkan, angka dapat meningkat sampai setinggi 20 per 10.000. Pada sebagian besar kasus autisme mulai sebelum 36 bulan tetapi mungkin tidak terlihat bagi orangtua, tergantung pada kesadaran mereka dan keparahan gangguan.1 Gangguan autistik ditemukan lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan. Tiga sampai lima kali lebih banyak anak laki-laki yang memiliki gangguan autistik dibandingkan anak perempuan. Tetapi anak perempuan yang memiliki gangguan autistik cenderung terkena lebih serius dan lebih mungkin memiliki riwayat keluarga gangguan kognitif dibandingkan anak laki-laki.1,3 Penelitian awal menyatakan bahwa status sosioekonomi yang tinggi sering ditemukan pada keluarga dengan anak-anak autistik; tetapi temuan tersebut kemungkinan didasarkan pada rujukan bias. Selama lebih dari 25 tahun yang lalu, semakin banyak kasus yang ditemukan pada kelompok sosioekonomi rendah. Temuan tersebut mungkin 3

dikarenakan meningkatnya pengetahuan tentang gangguan autistik dan petugas kesehatan mental yang tersedia bagi anak-anak miskin.1,3

C. Etiologi Teori psikososial Menurut spekulasi Kanner faktor emosi ada terlibat dalam patogenesis autistik, dimana ibu tidak responsive terhadap kebutuhan emosinya anaknya. 4 Etiologi autistik ini membutuhkan psikoterapi intensif untuk ibu dan juganya anak.3 Terkadang , anak ditempatkan jauh dari keluarga buat sementara waktu untuk memperbaiki gangguan pada anak tersebut.8 Namun begitu, psikoterapi atau terapi anak ditempatkan jauh dari keluarga tidak ada bukti yang menunjukkan terapi kedua-duanya ini efektif.3 Teori biological Penyebab autistik antara lain adalah mental retardasi, kejang-kejang dan berbagai kondisi genetik dan medis.9 Sindrom prilaku disebabkan oleh satu atau banyak faktor di sistem saraf pusat.4,6,7 Teori genetik Gangguan autistik pada keluarga yang mempunyai faktor genetik berulang sebanyak 2% hingga 7% diantara saudara kandung yaitu merupakan 50 hingga 200 kali lebih rentan untuk mendapat gangguan autistik.3 Penelitian menunujukkan terdapat gangguan pada kromosom 7,2,4,15 dan 19 yang dapat menyebabkan gangguan autistik.10-11

4

Kondisi medis yang lain dan ganguan autistik Mutasi fragile X menyebabkan pengulangan asam amino cytosine-guanine-cytosine.

3-4

Pasien dengan mutasi ini mempunyai pembesaran testis, mental retardasi dan autistik .3.4,7 Pasien dengan mutasi ini juga mempunyai gangguan prilaku termasuk gangguan untuk fokus, bertindak impuls (tanpa judgement) dan cemas.8-9 Kondisi ini merupakan penyebab mental retardasi paling sering setelah Down sindrom.4,8-9 Sklerosis tuberous dikarekteristik dengan pembesaran jaringan yang abnormal atau tumor jinak (hamartoma) yang menganggu berbagai sistem organ. 3-4 Gangguan autosomal dominan ini diassosiasi dengan mental retardasi dan kejang-kejang. 3-4,7-9 Penelitian menunjukan salah satu etiologi dari autistik yaitu sklerosis tuberous adalah etiologi dari 0.4 % hingga 2.8% kasus gangguan autistik.3

Faktor perinatal Beberapa penelitian menunjukkan terjadi peningkatan komplikasi pre, peri dan neonatal pada anak dengan gangguan autistik.3 Faktor predisposisi genetik juga dapat mempengaruhi dari keadaan ini.3,6,8-9

Etiologi lain

5

Berdasarkan penelitian terdapat etiologi lain untuk gangguan autistik dimana antara lain adalah fenilketouria, neurofibromatosis dan rubella kongenital.3,6 Gangguan autistik pada anak sering terjadi pada anak dengan mental retardasi atau anak tuli.7-11

D. Patogenesis Penelitian menunjukkan gangguan autistik disebabkan terjadi gangguan pada sistem neuronal yang spesifik dan kurang bisa mengakses jaringan otak.

1-3

Penelitian

biokimia menunujukkan gangguan autistik ini ada kolerasi dengan banyak tipe neurotransmitter, hormon dan asam amino.3,6,7-10 Walaupun tidak ada petanda biokimia yang spesifik yang dijumpai, individu dengan gangguan autistik menunujukkan peningkatan serotonin dalam darah yaitu serotonin merupakan neurotransmitter sentral yang juga dijumpai di platlet dan sistem digestif. 11-12 Observasi menunjukkan satu pertiga individu dengan gangguan autistik mempunyai serotonin yang tinggi pada darah perifer . 12

Serotonin yang lebih tinggi di perifer ini menyebabkan gejala gangguan pada sosial dan

komunikasi seperti pada pasien depresi.

10

Penelitian mengenai dopamine dimana otak

dengan hiperdopaminergik dapat menjelaskan pergerakan overaktivitas dan sterotipikal yang dijumpai pada anak autistik.3,10-12 Penelitian juga menunujukkan adminstarasi dopamine pada anak dengan gangguan autistik dapat memburukan prilaku pada anak dengan gangguan autistik.3 Penelitian tentang cairan serebrospinal dan metabolit dopamine serta metabolit katekolamin adalah tidak konsisten.3 Pemberian obat antagonis dopamine adalah efektif dalam menurunkan prilaku sterotipikal dan hiperaktivitas pada anak dengan gangguan autistik. 3,11-12

6

Faktor Genetik Lebih kurang 20% dari kasus-kasus autisme disebabkan oleh faktor genetik. Penyakit genetik yang sering dihubungkan dengan autisme adalah tuberous sclerosis (1758%) dan sindrom fragile X (20-30%). Disebut fragile-X karena secara sitogenetik penyakit ini ditandai oleh adanya kerapuhan (fragile) yang tampak seperti patahan diujung akhir lengan panjang kromosom-X.4,5

Gangguan pada Sistem Syaraf Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak autis memiliki kelainan pada hampir semua struktur otak. Tetapi kelainan yang paling konsisten adalah pada otak kecil. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel purkinje di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel purkinje diduga dapat merangsang pertumbuhan akson, glia, dan myelin sehingga terjadi pertumbuhan otak yang abnormal, atau sebaliknya pertumbuhan akson yang abnormal dapat menimbulkan sel purkinje mati. Otak kecil berfungsi mengontrol fungsi luhur dan kegiatan motorik, juga sebagai sirkuit yang mengatur perhatian dan pengindraan. Jika sirkuit ini rusak atau terganggu maka akan mengganggu fungsi bagian lain dari sistem saraf pusat, seperti misalnya sistem limbik yang mengatur emosi dan perilaku.4,5

Ketidakseimbangan Kimiawi Beberapa peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala autistik berhubungan dengan makanan atau kekurangan kimiawi di badan. Alergi terhadap makanan tertentu, seperti bahan-bahan yang mengandung susu, tepung gandum, daging, gula, bahan

7

pengawet, penyedap rasa, bahan pewarna, dan ragi. Penelitian lain menghubungkan autis dengan ketidakseimbangan hormonal, peningkatan kadar dari bahan kimiawi tertentu di otak, seperti opioid, yang menurunkan persepsi nyeri dan motivasi.4,5

Faktor Psikogenik Teori psikogenik menyatakan bahwa sikap keluarga tersebut kurang memberikan stimulasi

bagi

perkembangan

komunikasi

anak

yang

akhirnya

menghambat

perkembangan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial anak. Namun hal tersebut tidak sepenuhnya diterima. Penelitian-penelitian selanjutnya lebih memfokuskan kaitan faktor-faktor organik dan lingkungan sebagai penyebab autis. Kalau semula penyebabnya lebih pada faktor psikologis, maka saat ini bergeser ke faktor organik dan lingkungan.4,5

Faktor Biologis dan Lingkungan Seperti gangguan perkembangan lainnya, autis dipandang sebagai gangguan yang memiliki banyak sebab dan antara satu kasus dengan kasus lainnya penyebabnya bisa tidak sama. Penelitian tentang faktor organik menunjukkan adanya kelainan atau keterlambatan dalam tahap perkembangan anak autis sehingga autisme kemudian digolongan

sebagai

gangguan

dalam

perkembangan

(developmental

disorders)

yang mendasari pengklasifikasian dan diagnosis dalam DSM-IV. Hasil pemeriksaan laboratorium, juga MRI dan EEG tidak memberikan gambaran yang khas. 4,5

Kemungkinan Lain

8

Infeksi yang terjadi sebelum dan setelah kelahiran dapat merusak otak seperti virus rubella yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan kerusakan otak. Kemungkinan yang lain adalah faktor psikologis, karena kesibukan orangtuanya sehingga tidak memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan anak, atau anak tidak pernah diajak berbicara sejak kecil, itu juga dapat menyebabkan anak menderita gangguan autistik.4,5

E. Gambaran klinis Anak dengan gangguan autistik mempunyai gangguan interaksi sosial dimana 3,8,11 ; 

Anak biasanya mempunyai gangguan jelas dalam penggunaan perilaku nonverbal multiple seperti tatapan mata, eksperi wajah, postur tubuh dan gerak gerik untuk mengatur interaksi sosial.



Anak gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut tingkat perkembangan.



Anak tidak keinginan spontan unutk berbagi kesenangan, minat, atau pencapaian dengan orang lain (misalnya tidak memamerkan)



Anak tidak timbal balik sosial atau emosional.

Anak dengan gangguan autistik mempunyai gangguan kualitatif dalam komunikasi seperti 3,8,11,12 ; 

keterlambatan dalam perkembangan bahasa ucapan (tidak disertai oleh usaha untuk berkompensasi melalui cara komunikasi lain seperti gerak gerik atau mimik. 9



Individu dengan bicara adekuat, gangguan jelas dalam kemampuan untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang.



Pemakaian bahasa atau bahasa idiosinkratik secara stereotipik dan berulang.



Tidak adanya berbagai pemainan khayalan atau permainan pura-pura sosial yang spontan yang sesuai menurut tingkat perkembangan . Anak dengan gangguan autistik mempunyai pola prilaku, minat, danaktivitas yang terbatas, berulang, dan stereotipik, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut11,13,14 :



Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik dan terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya.



Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau ritual yang spesifik dan nonfungsional



Manerisme motorik stereotipik dan berulang (misalnya, menjentikkan atau memutirkan tangan atau jari)

F. Diagnosa banding Diagnosis banding utama adalah skizofrenia dengan onset masa anak-anak, retardasi mental dengan gejala prilaku, gangguan bahasa reseptif/ekspresif campuran, ketulian kongenital atau gangguan pendengaran yang parah, emutusan psikososial, dan psikosis disintegrative (regresif).3,8,15

10

Skizofrenia dengan onset masa anak-anak dibedain dengan gangguan autistik dimana skizofrenia jarang terjadi pada anak-anak dibawah usia 5 tahun. 1,2,3,8 Skizofrenia disertai halusinasi atau waham, dengan insidensi kejang dan retardasi mental yang lebih rendah dan dengan I.Q. yang lebih tinggi dibandingkan anak autistik.3,8 Retardasi mental dengan gejala perilaku dimana kira-kira 40% anak autistik adalah teretardasi sedang, berat, atau sangat berat, dan anak yang teretardasi mungkin memilik gejala perilaku yang termasuk ciri autistik. 3,8 Jika kedua gangguan ditemukan, keduanya harus diadiagnosis.13 Cara membedakan gangguan autistik dan retardasi mental adalah anak teretardasi mental biasanya berhubungan dengan orang tua atau anak-anak lain dengan cara yang sesuai dengan umur mentalnya.1,3,8,16

G. Diagnosa Total enam (atau lebih) hal dari 1,2,3 dengan sekurangnya dua hari dari (1), dan masingmasing satu dari (2) dan (3):3,8, Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya dua dari berikut 3,8,11,13 ; 

Anak biasanya mempunyai gangguan jelas dalam penggunaan perilaku nonverbal multiple seperti tatapan mata, eksperi wajah, postur tubuh dan gerak gerik untuk mengatur interaksi sosial.



Anak gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut tingkat perkembangan. 11



Anak tidak keinginan spontan unutk berbagi kesenangan, minat, atau pencapaian dengan orang lain (misalnya tidak memamerkan)



Anak tidak timbale balik sosial atau emosional.

Gangguan kualitatif dalam komunikasi seperti yang ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut 3,8,11,13,17 ; 

keterlambatan dalam perkembangan bahasa ucapan (tidak disertai oleh usaha untuk berkompensasi melalui cara komunikasi lain seperti gerak gerik atau mimik.



Individu dengan bicara adekuat, gangguan jelas dalam kemampuan untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang.



Pemakaian bahasa atau bahasa idiosinkratik secara stereotipik dan berulang.



Tidak adanya berbagai pemainan khayalan atau permainan pura-pura sosial yang spontan yang sesuai menurut tingkat perkembangan . Pola prilaku, minat, danaktivitas yang terbatas, berulang, dan stereotipik, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut 3,8,11,13 :



Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik dan terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya.



Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau ritual yang spesifik dan nonfungsional

12



Manerisme motorik stereotipik dan berulang (misalnya, menjentikkan atau memutirkan tangan atau jari)

Keterlambatan atau fungsi abnormal pada sekurangnya satu bidang berikut, dengan onset sebelum usia 3 tahun: (1) interaksi sosial, (2) bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial, atau (3) permainan simbolik atau imaginative.3,8,11,13 Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Rett atau gangguan distegratif..3,8,11,13

H. Terapi Tujuan terapi adalah menurunkan gejala perilaku dan membantu perkembangan fungsi yang terlambat, rudimenter, atau tidak ada, seperti keterampilan bahasa dan merawat diri sendiri. Di samping itu, orangtua, yang sering kecewa,memerlukan bantuan dan konseling. Latihan di ruang kelas yang terstruktur dalam konibinasi dengan metoda perilaku adalah metoda terapi yang paling efektif untuk banyak anak autistik dan lebih unggul dibandingkan tipe pendekatan perilaku lainnya. Penelitian yang terkendali baik menunjukkan bahwa peningkatan dalam bidang bahasa dan kognisi dan penurunan perilaku maladaptif dicapai dengan program perilaku yang konsisten. Melatih dengan cermat orang tua dalam konsep dan keterampilan modifikasi perilaku dan menghilangkan keprihatinan orangtua dapat memberikan keuntungan yang cukup besar dalam bidang

13

bahasa, kognitif, dan sosial dari perilaku. Tetapi, program latihan adalah melelahkan dan memerlukan banyak waktu orang tua. Anak autistic memerlukan sebanyak mungkin struktur, dan program harian selama mungkin adalah diharapkan.17,18 Walaupun tidak ada obat yang ditemukan spesifik untuk gangguan autistik, psikofarmakoterapi adalah tambahan yang berguna bagi program terapi menyeluruh. Pemberian haloperidol (Haldol) menurunkan gejala perilaku dan mempercepat belajar. Obat menurunkan hiperaktivitas, stereotipik, menarik diri, kegelisahan, hubungan objek abnormal, iritabilitas, dan afek yang labil. Bukti-bukti pendukung menyatakan bahwa, jika digunakan dengan bijaksana, haloperidol tetap merupakan obat efektif jangka panjang. Walaupun tardive dyskinesia dan diskinesia putus dapat terjadi pada terapi haloperidol pada anak autistik, bukti-bukti menyatakan bahwa diskinesia tersebut dapat menghilang jika haloperidol dihentikan. Fenfluramin (pondimin) yang menurunkan kadar serotonin darah, aalh efektif pada beberapa anak autistic.19,20,21 Terapi pada anak dengan gangguan autistik asalah terapi farmakologi, terapi somatik, terapi modifikasi prilaku , intervensi edukasi, psikoterapi, perubahan diet anak tersebut.1-3,8-15 Terapi farmakologi pada anak dengan gangguan autistik biasanya diberikan apabila anak ada gangguan prilaku.13, Anak gangguan autistik dengan gangguan prilaku diberikan antipsikosis atipikal karena menurut penelitian penurunan dopamine dan serotonin akan perbaikan prilaku, pengurangan dari pergerakan stereotipikal, dan peningkatan interaksi sosial serta komunikasi.13-14 Namun penurunan serotonin perifer tidak menunjukkan perbaikan pada anak dengan gangguan autistik.8

14

Intervensi edukasi yang diberikan pada anak dengan gangguan autistik harus sekurang-kurang setahun.13 Orang tua harus ikut terlibat secara aktif dalam intervensi anak dengan gangguan autistik terutamanya terapi modifikasi prilaku, intervensi edukasi dan psikoterapi.

15-16

Penelitian Green J., et.al menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua

secara efektif pada intervensi anak dengan gangguan autistik adalah efektif.17

I. Prognosis Gangguan autistik memilik perjalanan penyakit yang panjang dan prognosis yang terbatas.

3,8,13,15

Anak autistik dengan I.Q. di atas 70 dan mereka menggunakan bahasa

komunikatif pada usia 5 samapai 7 tahun memiliki prognosis baik.3,8 Penelitian menunjukkan bahwa dua pertiga orang dewasa tetap mengalami kecacatan parah dan hidup dalam ketergantungan penuh atau setengah tergantung.

3,8,13

Hanya 1 atau 2 % yang

mencapai status normal dan mandiri dengan pekerjaan yang mencukupi, 5 hingga 10 % mencapai status ambang.3,8,13 Prognosis membaik jika lingkungan atau rumah adalah suportif dan mampu memenuhi kebutuhan anak tersebut yang sangat banyak.3,8,13

BAB III PENUTUP 1. Gangguan autistik adalah suatu jenis gangguan perkembangan pervasif pada anak yang kompleks dan berat yang tampak sebelum usia 3 tahun, dimana keadaan ini menyebabkan

15

mereka tidak mampu berkomunikasi, mengekspresikan perasaan maupun keinginannya, sehingga perilaku dan hubungan dengan orang lain terganggu. 2. Gangguan autistik ditemukan lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan. 3. Penyebab gangguan autistik masih tidak diketahui dan belum ada kesepakatan mengenai penyebab utama autisme. Para ahli hanya meyakini disebabkan oleh multifaktor yang saling berkaitan satu sama lain. 4. Gejala gangguan autistik secara umum akan tampak semakin jelas saat anak telah mencapai usia 3 tahun, yaitu: gangguan dalam komunikasi verbal maupun non verbal, gangguan dalam bidang interaksi sosial, gangguan pada bidang perilaku, gangguan pada bidang perasaan atau emosi, dan gangguan dalam persepsi sensoris. 5. Diagnosis gangguan autistik ditegakkan berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV). 6. Tatalaksana gangguan autistik bertujuan untuk menurunkan gejala perilaku dan membantu perkembangan fungsi yang terlambat, sehingga pasien memiliki keterampilan berbahasa dan dapat merawat diri-sendiri, yaitu dengan metode pendidikan dan perilaku Di samping itu, orangtua pasien juga memerlukan bantuan dan konseling. Psikofarmakoterapi yang dapat diberikan, seperti haloperidol, naltroxone, dan lithium. 7. Onset gangguan autistik biasanya panjang dan memiliki prognosis yang terbatas. Dua pertiga orang dewasa autistik tetap mengalami kecacatan parah dan hidup dalam ketergantungan penuh atau setengah tergantung, baik dengan sanak saudara atau dalam institusi jangka panjang. Prognosis membaik jika lingkungan atau rumah adalah suportif dan mampu memenuhi kebutuhan anak tersebut yang sangat banyak.

16

DAFTAR PUSTAKA 1. Volkmar, Fred R., and Pauls, D. Autism. The Lancet. 2004 Oct;362(9390):1133-1139. 2. Newschaffer Craig J., Croen Lisa A., Daniels J., Giarelli E., Grether Judith K., Levy Susan E., et.al., The Epidemiology of Autism Spectrum Disorders. Annual Review Public Health. 2006 Dec;7(53): 305-321.

17

3. Volkmar Fred R., and Schultz Robert T., Pervasive Developmental Disorders. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry Volume 2, 8 th edition In: Sadock Benjamin J., Sadock Virginia A., New York (NY): Lippincott Williams & Wilkins;2010; 3164-3175. 4. Trottier G., Srivastava L., Walker Claire D. Etiology of Infantile Autism: A Review of Recent Advances in Genetic and Neurobiologic research. Candian Medical Association. 1999 January; 2(24); 103-115. 5. Yayasan Autisma Indonesia [Internet] 2008 April [updated 2012 Jan 1; cited 2012 Apr 3]. Available from: http://autisme.or.id/istilah-istilah/autisme-masa-kanak/ 6. Larsson J. Heidi, Eaton W. William, Madsen M. Kreesten, Vestergaard M., Olesen V. Anne, Agerbo E., et.al., Risk Factors for Autism: Perinatal Factors, Parental Psychiatric History and Socioeconomic Status. American Journal of Epidemiology. 2004 February; 161(10); 916925. 7. O’hearn K., Asato M., Ordaz S., and Luna B., Neurodevelopment and executive function in autism. Cambridge University Press, Development and Psychopathology. 2008 February; 20(1); 1103-1132. 8. Lichtenstein P., Carlstrom E., Rastam M., Gillberg C., Anckarsater H., The Genetics of Autism Spectrum Disorder & Related Neuropsychiatric Disorders in Childhood. The American Journal of Psychiatry. 2010 Nov; 167(11); 1357-1363. 9. Nation K., Penny S., Sensitivity to eye gaze in autism: Is it normal ? Is it automatic ? Is it social ? Development and Psychopathology Cambridge University Press. 2008 February; 20(1); 79-97. 10. Advances in Understanding Causes of Autism and Effective Interventions . Indu Joshi, Maire Percy, and Ivan Brown. Molecular Psychiatry, 7, 1012-1017. 11. Autism in Review. Simone KHALIFEH. Lebanese Medical Journal 2016 • Volume 64 (2) 12. The origins of social impairments in autism spectrum disorder: Studies of infants at risk. Helen Tager-Flusberg . Department of Psychology, Boston University, 64 Cummington Street, Boston, MA 02215, United States. 2010 13. Adults With Autism Spectrum Disorders. Patricia Howlin, BA, MsC, PhD1; Philippa Moss, BSc, PhD. Professor of Clinical Child Psychology, Department of Psychology, Institute of Psychiatry, King’s College London, London, England.2012

18

14. AUTISM SPECTRUM DISORDERS. Joaquín Fuentes, Muideen Bakare, Kerim Munir, Child and Adolescence Psychiatry Unit, University of Monastir, Monastir, Tunisia.2012 15. Early identifi cation and early intervention in autism spectrum disorders: Accurate and effective?. STEPHEN CAMARATA. International Journal of Speech-Language Pathology, 2014; 16(1): 1–10 16. Early identification and diagnosis in autism spectrum disorders in young children and infants. How early is too early? Johnny L. Matson *, Jonathan Wilkins, Research in Autism Spectrum Disorders 2 (2008) 75–84 17. Early Communication Intervention for Children with Autism Spectrum Disorders. Gunilla Thunberg. Recent Advances in Autism Spectrum Disorders - Volume I 18. Autism spectrum disorders in adolescence and early adulthood: Characteristics and issues. Carol M. Schall. Journal of Vocational Rehabilitation 32 (2010) 81–88 19. Comorbid Behavioral Problems and Psychiatric Disorders in Autism Spectrum Disorders. Cecilia Belardinelli, Mahreen Raza and Tolga Taneli. Journal of Childhood & Developmental Disorders. 2016 20. Communication in Autism Spectrum Disorder: A Guide for Pediatric Nurses. Amanda B. Brown and Jennifer H. Elder. PEDIATRIC NURSING/September-October 2014/Vol. 40/No. 5 21. Impact Autistic disorder. Theresa M. Journal of public health 2014

19

Related Documents


More Documents from "rifki wahyudi"