1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu seorang perawat khususnya perawaat jiwa haruslah mampu melakukan terapi aktivitas kelompok secara tepat dan benar (Fauzan, 2011). Terapi diberikan secara berkelompok dan berkesinambungan, dalam hal ini khususnya Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi halusinasi. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktifitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan(Keliat, dkk, 2012). Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu
fokus
Peningkatan
terapi
adalah
hubungan
membuat
interpersonal,
sadar
diri
membuat
(self-awareness). perubahan,
atau
ketiganya(Keliat, dkk, 2012). Salah satu terapi gangguan jiwa yang ada di RSJ Provinsi Kalimantan Selatan khususnya Ruang Rehabilitasi Program Khusus Pria, adalah terapi aktivitas kelompok (TAK). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) pada klien dengan harga diri rendah, digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, klien mampu mengidentifikasi aspek positif dari dirinya, klien mampu meningkatkan kemampuan yang dapat klien lakukan, klien mampu melakukan kegiatan yang dapat klien lakukan, klien mampu meningkatkan kepercayaan dirinya. Klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain. Proposal ini, membahas terapi aktivitas kelompok dengan harga diri rendah di ruang rehabilitasi program khusus pria Rumah Sakit Jiwa Daerah Sambang Lihum.
2
B. Tujuan pelaksanaan 1. Tujuan Umum Klien mampu meningkatkan aspek positif dalam dirinya sehingga klien percaya diri dengan kemampuannya sendiri 2. Tujuan Khusus a. Klien mampu menilai kemampuan klien yang masih dapat digunakan b. Klien mampu memilih kemampuan yang masih dapat dilakukan c. Klien mampu melatih kemampuan yang dipilih d. Klien mampu meningkatkan kepercayaan dirinya
C. Manfaat pelaksanaan 1. Memberikan wawasan ilmu pengetahuan pada mahasiswa, khususnya dalam hal keperawatan tentang TAK pada klien dengan gangguan stimulasi . 2. Memberikan
pengetahuan
yang
lebih
kepada
mahasiswa
untuk
mengembangkan terapi aktivitas kelompok pada pasien dengan gangguan jiwa. 3. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terutama pada klien dengan gangguan harga diri rendah dengan berbagai sesi. 4. Membantu proses penyembuhan pada klien dengan gangguan harga diri rendah.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA TAK
A. Definisi TAK Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart, 2009).Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Yosep dan Sutini, 2014).
B. Manfaat TAK Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat yaitu (Fauzan, 2011): 1. Umum a. Meningkatkan kemampuan mengujikenyataan(realitytesting)melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain. b. Membentuk sosialisasi c. Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi. d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif. 2. Khusus a. Meningkatkan identitas diri. b. Menyalurkan emosi secara konstruktif. c. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan seharihari. d. Bersifat
rehabilitatif:
meningkatkan
kemampuan
ekspresi
diri,
keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya. C. Tujuan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci sebagai berikut (Keliat, 2006): 1) Tujuan umum
4
a. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh pemahaman dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan. b. Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan memberikan tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan ortang lain. c. Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri dengan prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari rasa tidak enak karena merasa diri tidak berharga atau ditolak. d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti fungsi kognitif dan afektif. 2. Tujuan khusus a) Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai identifikasi diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya. b) Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat dibutuhkan oleh seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di dalam kelompok akan ada waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk didengar dan dimengerti oleh anggota kelompok lainnya. c) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan seharihari, terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling berkomunikasi yang memungkinkan peningkatan hubungan sosial dalam kesehariannya.
D. Dampak terapeutik dari kelompok Terjadinya interaksi yang diharapkan dalam aktivitas kelompok dapat memberikan dampak yang bermanfaat bagi komponen yang terlibat. Yalom (1985) dalam tulisannya mengenai terapi kelompok telah melaporkan 11 kasus yang terlibat dalam efek terapeutik dari kelompok. Faktor-faktor tersebut adalah : 1.
Universalitas. Klien mulai menyadari bahwa bukan ia sendiri yang mempunyai masalah. Masalah yang dialami dapat dibagi dengan cara menceritakan kepada orang yang dipercaya sehingga dapat dimengerti orang lain.
5
2.
Bersosialisasi dengan orang yang memiliki masalah yang sama dapat meningkatkan harapan individu dan menambah informasi cara strategi dalam menyelesaikan masalah.
3.
Pengembangan keterampilan sosial dan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Klien dapat memperoleh umpan balik dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan melatih cara baru berinteraksi.
4.
Pemasukan informasi. Dapat berkisar dari memberikan informasi tentang gangguan seseorang terhadap umpan balik dan pengaruhnya terhadap anggota kelompok lainnya.
5.
Identifikasi perilaku imitative dan modeling dapat dihasilkan dari terapis atau anggota lainnya memberikan model peran yang baik.
6.
Terapi kelompok menimbulkan rasa kesatuan dan persatuan memberikan pengaruh kuat dan memberi perasaan memiliki serta menerima, yang dapat menjadi kekuatan dalam kehidupan seseorang.
7.
Pengalaman antar pribadi mencakup pentingnya belajar berhubungan antar pribadi, bagaimana memperoleh hubungan yang lebih baik dan mempunyai pengalaman memperbaiki hubungan menjadi lebih baik.
8.
Atarsis dan pembagian emosi yang kuat tidak hanya membantu mengurangi ketegangan emosi tetapi juga menguatkan perasaan kedekatan dalam kelompok.
9.
Pembagian
eksitensial
memberikan
masukan
untuk
mengakui
keterbatasan seseorang, keterbatasan lainnya, tanggung jawab terhadap diri seseorang.
E. Indikasi dan kontra indikasi terapi aktifitas kelompok (TAK) Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok (Depkes RI, 1997) adalah : 1. Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas kelompok kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu diam dan autistic, delusi tak terkontrol, mudah bosan. 2. Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas, sudah tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan wahamnya tidak terlalu berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak mengganggu terapi aktifitas kelompok.
6
3. Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di upayakan pertimbangan tertentu seperti: tidak terlalu ketat dalam tehnik terapi, diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat kemampuanberpikir dan pemahaman relatif setara, sebisa mungkin pengelompokan berdasarkan problem yang sama.
F. Komponen kelompok Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Kelliat, 2005) : 1. Struktur kelompok. Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama. 2. Besar kelompok. Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu besarakibatnya
tidak
semua
anggota
mendapat
kesempatanmengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat, 2005). 3. Lamanya sesi. Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali/dua kali perminggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan (Kelliat, 2005).
G. Proses terapi aktifitas kelompok Proses terapi aktifitas kelompok pada dasarnya lebih kompleks dari pada terapi individual, oleh karena itu untuk memimpinnya memerlukan pengalaman dalam psikoterapi individual. Dalam kelompok terapis akan kehilangan sebagian otoritasnya dan menyerahkan kepada kelompok (Fauzan, 2011).
7
Terapis sebaiknya mengawali dengan mengusahakan terciptanya suasana yang tingkat kecemasannya sesuai, sehingga klien terdorong untuk membuka diri dan tidak menimbulkan atau mengembalikan mekanisme pertahanan diri. Setiap permulaan dari suatu terapi aktifitas kelompok yang baru merupakan saat yang kritis karena prosedurnya merupakan sesuatu yang belum pernah dialami oleh anggota kelompok dan mereka dihadapkan dengan orang lain (Hawari, 2001). Setelah klien berkumpul, mereka duduk melingkar, terapis memulai dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu dan juga memperkenalkan coterapis dan kemudian mempersilakan anggota untuk memperkenalkan diri secara bergilir, bila ada anggota yang tidak mampu maka terapis memperkenalkannya. Terapis kemudian menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur terapi kelompok dan juga masalah yang akan dibicarakan dalam kelompok. Topik atau masalah dapat ditentukan oleh terapis atau usul klien. Ditetapkan bahwa anggota bebas membicarakan apa saja, bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis. Terapis sebaiknya bersifat moderat dan menghindarkan kata-kata yang dapat diartikan sebagai perintah (Fauzan, 2011). Dalam prosesnya kalau terjadi bloking, terapis dapat membiarkan sementara. Bloking yang terlalu lama dapat menimbulkan kecemasan yang meningkatoleh karenanya terapis perlu mencarikan jalan keluar. Dari keadaan ini mungkin ada indikasi bahwa ada beberapa klien masih perlu mengikuti terapi individual. Bisa juga terapis merangsang anggota yang banyak bicara agar mengajak temannya yang kurang banyak bicara. Dapat juga co-terapis membantu mengatasi kemacetan (Isaacs, 2005). Kalau terjadi kekacauan, anggota yang menimbulkan terjadinya kekacauan dikeluarkan dan terapi aktifitas kelompok berjalan terus dengan memberikan penjelasan kepada semua anggota kelompok. Setiap komentar atau permintaan yang datang dari anggota diperhatikan dengan sungguhsungguh dan di tanggapi dengan sungguh-sungguh. Terapis bukanlah guru, penasehat atau bukan pula wasit. Terapis lebih banyak pasif atau katalisator. Terapis hendaknya menyadari bahwa tidak menghadapi individu dalam suatu kelompok tetapi menghadapi kelompok yang terdiri dari individu-individu (Maramis, 2005).
8
Diakhir terapi aktifitas kelompok, terapis menyimpulkan secara singkat pembicaraan yang telah berlangsung / permasalahan dan solusi yang mungkin dilakukan. Dilanjutkan kemudian dengan membuat perjanjian pada anggota untuk pertemuan berikutnya. (Kelliat, 2005).
H. Tahapan dalam TAK Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: fase prakelompok; fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok (Stuart & Laraia, 2001 dalam cyber nurse, 2009). 1. Fase prakelompok Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Menurut dr. Wartono (1976) dalam yosep (2007), jumlah anggota kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah: sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007). 2. Fase awal kelompok Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara tukman (1965) dalam Stuart dan Laraia (2001) juga membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, storming, dan norming. a. Tahap orientasi Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masingmasing,leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota. b. Tahap konflik Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif (Purwaningsih & Karlina, 2009). c. Tahap kohesif
9
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain (Keliat, 2004). 3. Fase kerja kelompok Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis(Keliat,2004). Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian (Yosep, 2007). 4. Fase terminasi Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan seharihari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat, 2004).
I.
Macam terapi aktivitas kelompok Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi menjadi sebagai berikut : 1. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2004). Fokus terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah membantu pasien yang mengalami
kemunduran orientasi dengankarakteristik:
pasien dengan
gangguan persepsi; halusinasi, menarik diri dengan realitas, kurang inisiatif atau ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal (Yosep, 2007). Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah pasien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus
kepadanya.
Sementara,
tujuan
khususnya:
pasien
dapat
mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami (Darsana, 2007). Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan, khususnya untuk pasien halusinasi. Aktivitas dibagi dalam empat sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : a. Sesi pertama
: mengenal halusinasi
b. Sesi kedua
: mengontrol halusinasi dan menghardik halusinasi
c. Sesi ketiga
: menyusun jadwal kegiatan
10
d. Sesi keempat
: cara minum obat yang benar
2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori TAK stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan memberikan stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubahan perilaku (Darsana,2007). Bentuk stimulus : a.
Stimulus suara: musik
b.
Stimulus visual: gambar
c.
Stimulus gabungan visual dan suara: melihat televisi, video
d.
Tujuan dari tak stimulasi sensori bertujuan agar klien mengalami : 1) Peningkatan kepekaan terhadap stimulus. 2) Peningkatan kemampuan merasakan keindahan 3) Peningkatan apresiasi terhadap lingkungan Jenis TAKyaitu : a) TAK stimulasi suara b) TAK stimulasi gambar c) TAK stimulasi suara dan gambar
3. Terapi aktivitas orientasi realita Terapi aktivitas kelompok oientasi realita (TAK): orientasi realita adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/ tempat, dan waktu(Darsana, 2007). Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami penurunan daya nilai realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat,waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu ada aktivitas yang memberi stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas di sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, waktu, dan tempat(Darsana, 2007). Tujuan umum menurut Darsana (2007), yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu sesuai dengan kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah: a. Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada b. Klien mengenal waktu dengan tepat.
11
c. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya dengan tepat. Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang, tempat, dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi realitas adalah klien halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mngenal orang lain, tempat, dan waktu (Darsana, 2007). Tahapan kegiatan : a. Sesi 1
: orientasi orang
b. Sesi 2
: orientasi tempat
c. Sesi 3
: orientasi waktu
4. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan social (Darsana, 2007). Menurut Darsana (2007), yaitu sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk: a. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal b. Memberi tanggapan terhadap orang lain c. Mengekspresikan ide dan tukar persepsi d. Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan. Tujuan umum yaitu mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal, sedangkan menurut Darsana (2007), tujuan khusunya adalah: a. Penderita mampu menyebutkan identitasnya b. Menyebutkan identitas penderita lain c. Berespon terhadap penderita lain d. Mengikuti aturan main e. Mengemukakan pendapat dan perasaannya Karakteristik klien yang bisa mengikuti TAK: a. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan b. Penderita sering berada ditempat tidur c. Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
12
d. Penderita dengan harga diri rendah e. Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas f. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan g. Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik
13
BAB III PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
A. Kriteria klien dalam TAK Klien sebagai anggota yang mengikuti terapi aktifitas kelompok ini adalah: 1. Klien dengan gangguan harga diri rendah. 2. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang. 3. Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).
B. Daftar peserta TAK 1. Tn. 2. Tn. 3. Tn. 4. Tn. 5. Tn.
C. Waktu dan tempat kegiatan Terapi Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada: Hari, Tanggal
: Kamis, 28 Maret 2019
Waktu
: Pertemuan 1: Sesi I (Tahap Pembentukan) (5-10 menit) Sesi II (Tahap transisi) (5-10 menit) Sesi III (Tahap Penegasan) (5-10 menit) Sesi IV (Tahap Asktivitas) (10-15 menit) Sesi V (Tahap Perencanaan) (10 menit) Sesi VI (Tahap Evaluasi Perencanaan) (10-15 menit) Sesi VII (Tahap Evaluasi)
14
Tempat
: Ruang Program Khusus Rehabilitasi Pria.
D. Setting
Keterangan: 1. Leader
:
2. Co Leader
:
3. Observer
:
4. Fasilitator
:
5. Peserta TAK : E. Struktur pelaksana Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap sesi yang telah disepakati. Sebagai berikut: 1. SESI I :
Leader
: Rundy Irama
CoLeader
: Muhammad Rizki Alfian
Fasilitator 1
: Muhammad Nasrullah
Fasilitator 2
: Abufikry Madhani
Observer
: Muhammad Fikry
Leader
: Muhammad Rizki Alfian
CoLeader
: Muhammad Nasrullah
Fasilitator 1
: Abufikry Madhani
Fasilitator 2
: Muhammad Fikry
Observer
: Rundy Irama
2. SESI II
15
3. SESI III
Leader
: Muhammad Fikry
CoLeader
: Abufikry Madhani
Fasilitator 1
: Rundy Irama
Fasilitator 2
: Muhammad Rizki Alfian
Observer
: Muhammad Nasrullah
4. SESI IV
Leader
: Muhammad Nasrullah
CoLeader
: Rundy Irama
Fasilitator 1
: Muhammad Fikry
Fasilitator 2
: Abufikry Madhani
Observer
: Muhammad Rizki Alfian
Leader
: Muhammad Nasrullah
CoLeader
: Rundy Irama
Fasilitator 1
: Muhammad Fikry
Fasilitator 2
: Abufikry Madhani
Observer
: Muhammad Rizki Alfian
5. SESI V
6. SESI VI
Leader
: Abufikry Madhani
CoLeader
: Muhammad Rizki Alfian
Fasilitator 1
: Muhammad Nasrullah
Fasilitator 2
: Rundy Irama
Observer
: Muhmmad Fikry
7. SESI VI
Leader
: Rundy Irama
CoLeader
: Muhammad Nasrullah
Fasilitator 1
: Muhammad Rizki Alfian
Fasilitator 2
: Abufikry Madhani
Observer
: Muhammad Fikry
16
Tugas masing-masing terapis 1. Leader a.Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok b.Merencanakan jalannya terapi aktifitas kelompok c.Membuka acara d.Menyampaikan materi sesuai tujian TAK e.Memimpin diskusi kelompok f.Menutup acara diskusi 2. Co Leader a.Mendampingi leader b.Mengambil alih posisi leader jika leader blocking c.Menyerahkan kembali posisi kepada leader 3. Fasilitator a.Ikut serta dalam kegiatan kelompok b. Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untukaktif mengikuti jalannya terapi. 4. Observer a.
Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia)
b.
Mengawasi jalannya aktfitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga penutupan.
5. Alat 6. Metode Metode yang digunakan pada therapy aktifitas kelompok (TAK) ini adalah metode: Diskusi 7. Kontrak a. Terapis menjelaskan tujuan b. Menjelaskan aturan main c. Masing-masing klien memperkenalkan diri d. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus minta ijin kepada terapis e. Lama kegiatan 1 Jam 30 menit f.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
17
8. Tata tertib a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara di mulai c. Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi d. Tidak di perkenankan makan, minum, merokok, selama kegiatan TAK e. Jika ingin mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan peserta mengangkat tangan kanan dan berbicara setelah sipersihalkan oleh pemimpin.
F. Alat
:-
G. Metode
: Diskusi
H. Rencana pelaksanaan Sesi
Kegiatan
tanggal Sesi I
Waktu
1. Tujuan Klien dapat mengidentifikasi hal positif
Penanggung Jawab
15-20
Leader
menit
CoLeader:
pada dirinya
a. Persiapan
Mempersiapkan tempat pertemuan
a. Memberikan salam b. Perkenalkan nama dan panggilan terapis Menanyakan nama dan panggilan klien d. Evaluasi atau validasi: menanyakan perasaan kontrak
waktu
dan
peraturan dalam kegiatan 4. Tahap kerja a. terapis
Fasilitator
2:
Abufikry
Madhani
3. Tahap Orientasi
e. Menjelaskan
Fasilitator 1: Muhammad Nasrullah
b. Membuat kontrak kepada klien
c.
Muhammad
Rizki Alfian
2. Langkah kegiatan
c.
: Rundy Irama
membangun
dengan seluruh subjek
hubungan
Observer : Fikry
Muhammad
18
b. Kemudian memperkenalkan makna dan tujuan terapi realitas c.
Menjelaskan prinsip kerahasiaan dan
transparansi
yang
harus
dipatuhi setiap anggota kelompok 5. Tahap terminasi a. Evaluasi: menanyakan perasaan b. Rencana kegiatan selanjutnya c. Sesi II
Kontrak waktu yang akan datang
1. Tujuan
15-20
Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat dilakukan
menit
Alfian
Klien dapat memilih hal positif yang kan dilatih/dilakukan Klien dapat memperagakan hal positif diri
dapat
menjadealkan
a. Persiapan b. Kontrak kepada klien Mempersiapkan tempat pertemuan
3. Tahap Orientasi a. Memberikan salam b. Evaluasi atau validasi: menanyakan perasaan Menjelaskan
Fasilitator
1:
Abufikry
kontrak
waktu
dan
peraturan dalam kegiatan 4. Tahap kerja a. terapis menawarkan anggota untuk secara sukarela menjadi koordinator kelompok terapi b. Kemudian terapis juga menjelaskan aturan dan apa yang perlu dilakukan oleh koordinator dan anggota tim. 5. Tahap terminasi a. Evaluasi: menanyakan perasaan b. Rencana kegiatan selanjutnya
Fasilitator
2:
Muhammad
Fikry
2. Langkah kegiatan
c.
Muhammad
Madhani
kemampuan/hal positif yang telah dilatih
c.
CoLeader : Nasrullah
yang telah dipilih Klien
Leader: Muhammad Rizki
Observer : Rundy Irama
19
c. Sesi III
Kontrak waktu Sesi Selanjutnya.
1. Tujuan Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat dilakukan Klien dapat memilih hal positif yang kan dilatih/dilakukan Klien dapat memperagakan hal positif diri yang telah dipilih Klien
dapat
menjadealkan
kemampuan/hal positif yang telah dilatih 2. Langkah kegiatan a. Persiapan b. Kontrak kepada klien c. Mempersiapkan tempat pertemuan 3. Tahap Orientasi a. Memberikan salam b. Evaluasi atau validasi: menanyakan perasaan c. Menjelaskan
kontrak
waktu
dan
peraturan dalam kegiatan 4. Tahap kerja
a. Terapis
mengundang
subjek
untuk menegaskan perilaku saat ini atau apa pun yang berkaitan dengan masalah ini. b. Terapis
juga
subyek
untuk
komitmen
dan
mengundang membuat target
untuk
dicapai. 5. Tahap terminasi a. Evaluasi: menanyakan perasaan Rencana kegiatan selanjutnya b. Kontrak waktu Sesi Selanjutnya. 6. Tujuan Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat dilakukan Klien dapat memilih hal positif yang kan dilatih/dilakukan
20
Klien dapat memperagakan hal positif diri yang telah dipilih Klien
dapat
menjadealkan
kemampuan/hal positif yang telah dilatih 7. Langkah kegiatan a. Persiapan b. Kontrak kepada klien c. Mempersiapkan tempat pertemuan 8. Tahap Orientasi a. Memberikan salam b. Evaluasi atau validasi: menanyakan perasaan c. Menjelaskan
kontrak
waktu
dan
peraturan dalam kegiatan 9. Tahap kerja a. terapis menawarkan anggota untuk secara sukarela menjadi koordinator kelompok terapi b. Kemudian terapis juga menjelaskan aturan dan apa yang perlu dilakukan oleh koordinator dan anggota tim. 10. Tahap terminasi a. Evaluasi: menanyakan perasaan Rencana kegiatan selanjutnya Kontrak waktu Sesi Selanjutnya. Sesi IV
11. Tujuan Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat dilakukan Klien dapat memilih hal positif yang kan dilatih/dilakukan Klien dapat memperagakan hal positif diri yang telah dipilih Klien
dapat
menjadealkan
kemampuan/hal positif yang telah dilatih 12. Langkah kegiatan a. Persiapan b. Kontrak kepada klien c. Mempersiapkan tempat pertemuan
21
13. Tahap Orientasi a. Memberikan salam b. Evaluasi atau validasi: menanyakan perasaan c. Menjelaskan
kontrak
waktu
dan
peraturan dalam kegiatan 14. Tahap kerja a. Tahap aktivitas di mana terapis memprakarsai
anggota
kelompok
untuk menjelaskan masalah mereka. Kemudian,
terapis
dan
subjek
menentukan atau memilih masalah yang akan dibahas - di mana hal itu dialami oleh seluruh subjek. Dalam sesi ini, terapis mengangkat masalah masing-masing
subjek
dengan
menggunakan teknik Ingin, di mana terapis
membantu
memahami
subjek
dan
untuk
menganalisis
kebutuhan merekaKemudian terapis juga menjelaskan aturan dan apa yang perlu dilakukan oleh koordinator dan anggota tim. b. Terapis
menanyakan perincian
kebutuhan
subyek
persepsi
mereka
mereka,
dan
juga
terhadap
mengarahkan
subjek
untuk mengubah persepsi menjadi yang lebih realistis, dan kemudian membantu
subyek
untuk
menyadari bahwa masih ada sisi positif untuk dikembangkan untuk mencapai
tujuan
mereka.
Selanjutnya, terapis menerapkan teknik Melakukan, yaitu untuk mengeksplorasi tindakan subyek dan
berpikir
untuk
mengatasi
22
masalah
mereka
dengan
mempertanyakan tindakan dan berpikir mereka telah menentukan dan melakukan untuk masalah mereka. 15. Tahap terminasi a. Evaluasi: menanyakan perasaan b. Rencana kegiatan selanjutnya Kontrak waktu Sesi Selanjutnya. Sesi V
16. Tujuan Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat dilakukan Klien dapat memilih hal positif yang kan dilatih/dilakukan Klien dapat memperagakan hal positif diri yang telah dipilih Klien
dapat
menjadealkan
kemampuan/hal positif yang telah dilatih 17. Langkah kegiatan a. Persiapan b. Kontrak kepada klien c. Mempersiapkan tempat pertemuan 18. Tahap Orientasi a. Memberikan salam b. Evaluasi atau validasi: menanyakan perasaan c. Menjelaskan
kontrak
waktu
dan
peraturan dalam kegiatan 19. Tahap kerja a. Terapis
dengan
melanjutkan
diskusi
menggunakan
teknik
Evaluasi, yaitu untuk membantu subjek mereka
mengevaluasi saat
terapis
Kemudian,
memulai
Perencanaan, membantu
ini.
perilaku
yaitu subjek
tahap untuk membuat
23
tanaman tindakan untuk masalah mereka. Dalam sesi ini, peserta dan subjek membuat perjanjian untuk menentukan tingkat lanjut. rencana
positif
yang
perlu
dilakukan subjekKemudian terapis juga menjelaskan aturan dan apa yang perlu dilakukan oleh koordinator dan anggota tim. b. Terapis menginstruksikan subyek
untuk
menuliskan
tahapan
rencana mereka untuk mengatasi masalah serta untuk mengajar subyek untuk bertanggung jawab atas
pilihan
subjek
mereka.
Semua
tugas
untuk
diberi
melaksanakan rencana tindakan di luar sesi. 20. Tahap terminasi a. Evaluasi: menanyakan perasaan Rencana kegiatan selanjutnya. b. Kontrak waktu Sesi Selanjutnya. Sesi VI
21. Tujuan a. Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat dilakukan b. Klien dapat memilih hal positif yang kan dilatih/dilakukan c. Klien
dapat
memperagakan
hal
positif diri yang telah dipilih d. Klien
dapat
menjadealkan
kemampuan/hal positif yang telah dilatih 22. Langkah kegiatan a. Persiapan b. Kontrak kepada klien c. Mempersiapkan tempat pertemuan 23. Tahap Orientasi
24
a. Memberikan salam b. Evaluasi atau validasi: menanyakan perasaan c. Menjelaskan
kontrak
waktu
dan
peraturan dalam kegiatan 24. Tahap kerja a. Terapis melakukan evaluasi pada
tugas yang dilakukan oleh subyek. b.
Kemudian, terapis memberikan tugas yang sama seperti pada minggu terakhir untuk memeriksa konsistensi
subyek
dalam
mengimplementasikan
rencana
tindakan mereka. 25. Tahap terminasi d. Evaluasi: menanyakan perasaan e. Rencana kegiatan selanjutnya Kontrak waktu Sesi Selanjutnya.
25
I.
Jenis permainan 1. Sesi I
: Menggunakan kertas karton
2. Sesi II
: Sambung lagu
3. Sesi III
: Sambung bola
4. Sesi IV
: Pernyataan benar salah
5. Sesi V
: Tebak Judul lagu
6. Sesi VI
: Menebak Hitungan
J. Kriteria evaluasi 1. Evaluasi struktur a. Terapis 1) Terapi sudah menyiapkan alat dan bahan sebelum TAK dimulai 2) Terapi hadir sebelum peserta berhadir di tempat proses TAK b. Alat Alat sudah disiapkan 5 menit sebelum proses TAK dimulai c. Peserta 1) Peserta hadir 5 menit sebelum acara dimulai 2) Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi d. Lingkungan
26
Lingkungan kondusif dan tenang 2. Evaluasi proses a. Terapis 1) Leader menjelaskan tata tertib TAK a) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK b) Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara di mulai c) Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi d) Tidak di perkenankan makan, minum, merokok, selama kegiatan TAK. e) Jika
ingin
pertanyaan
mengajukan peserta
pertanyaan
mengangkat
atau
tangan
menjawab kanan
dan
berbicara setelah sipersihalkan oleh pemimpin. 2) Leader dan Co Leader berada di depan klien dan menjelaskan peraturan permainan dengan jelas 3) Fasilitator menempatkan diri di samping klien 4) Observer menempatkan di luar barisan dengan klien untuk mengawasi jalannya kegiatan. b. Peserta 1) Peserta wajib mengikuti tata tertib TAK 2) Jika ingin keluar ijin dengan leader dengan cara mengangkat tangan kanan. 3) Minimal 4 orang klien yang mengikuti permainan dan kegiatan dari awal sampai selesai. 4) Minimal 4 orang klien aktif mengikuti kegiatan, maksimal 1 orang keluar.
3. Evaluasi hasil a. 70% klien mengenali halusinasi isi, waktu, situasi, perasaan ketika terjadi halusinasi dan mengatasi halusinasi dengan menghardik b. 70% klien mampi mengatasi halusinasi dengan patuh minum obat c. 70% klien mampu mengatasi halusinasi dengan melakukan aktivitas d. 70% klien mampu mengatasi halusinasi dengan bercakap-cakap.
27
BAB IV HASIL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
A. Evaluasi No.
Struktur
Proses
1
Terapis sudah menyiapkan alat dan bahan sebelum TAK dimulai
1. Peserta sudah bersedia mengikuti TAK
2
Terapi hadir sebelum peserta berhadir di tempat proses TAK
2. perserta sudah hadir sebelum acara di mulai
3
4
5
6
Alat sudah disiapkan 5 menit sebelum proses TAK dimulai Perserta sudah hadir 5 menit sebelum acara di mulai
3. Peserta berpakaian rapi bersih dan sudah mandi 4. peserta mengangkat tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh leader
5. Leader dan coleader sudah berada di depan Peserta berpakaian klien dan menjelaskan rapi, bersih dan peraturan permainan sudah mandi 6. fasilitator Lingkungan menempatkan diri di kondusif dan samping klien tenang 7. observer menempatkan diri diluar barisan dengan klien dalam mengawasi jalannya kegiatan 8. peserta tidak ada yang keluar meninggalkan kegiatan dari awal sampai selesai
B. Dokumentasi Terlampir
Hasil Sesi 1 : 85% klien mengenali jenis, isi, frekuensi, waktu, perasaan yang dirasakan cara mengatasi Sesi 2 : 80% klien memperagakan cara menghardik, ucapan menghardik dan lama waktu pengucapan dengan benar Sesi 3 : 81% klien dapat mengenal obat dan tahu cara minum obat Sesi 4 : 84% klien tahu dosis, frekuensi, fungsi obat dan efek samping Sesi 5 : 88% klien bercakapcakapCara memperkenalkan diri, Memberitahukan hobi dan Cita-cita dimasa depan. Sesi 6 : 90% klien mampu melakukan kegiatan Cara cuci tangan dan Cara memotong kuku.
28
DAFTAR PUSTAKA
Fauzan, 2011, Program Terapi Aktifitas Kelompok, http//ilmu keperawatan.co.id, diakses tanggal 7 April 2016 Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Keliat B. A, 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta. EGC. Keliat dan Akemat (2012). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University Press. Stuart dan Laraia. (2007). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St. Louis: Mosby Year Book. Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan. Jakarta: EGC Townsend, Mary. C. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of Care. Edisi 3. Philadelphia: F. A. Davis Company Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Reflika Aditama.