Proposal Tak Dewi.docx

  • Uploaded by: tri sejati kartika dewi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal Tak Dewi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,209
  • Pages: 16
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI UMUM: MENCIUM BAU BAUAN

DisusunOleh: Tri Sejati Kartika Dewi A31801275

PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2019

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

1. Topik: Stimulasi Persepsi Umum: mencium bau bauan 2. Tujuan a. Tujuan Umum: Mengajarkan Stimulasi Persepsi Umum: mencium bau bauan. b. Tujuan Khusus: 1) Klien

mampu

mempersepsikan

stimulus

yang

dipaparkan

kepadanya dengan tepat. 2) Klien mampu menyebutkan nama gambar benda yang dicium. 3) Klien mampu memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain. 4) Klien mampu mengikuti kegiatan sampai akhir. 3. Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distresatai penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat, B.A, Akemat, Helena N, dan Nurhaeni, 2011, hlm.1) Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut dan WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai factor biologis, psikologis, dan social dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban Negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang. Data Riskesdas (2013) menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun keatas mencapai 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.

Gangguan jiwa berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, danJawa Tengah. Prevalensi gangguan jiwa berat di Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 2,3 permil (Riset Kesehatan Dasar, 2013, hlm. 126), hal ini menunjukan bahwa prevalensi masih cukup besar. Penderita gangguan jiwa akan menunjukkan gejala gangguan persepsi seperti waham dan halusinasi (Kaplan & Sadocks, 2007, hlm.1), sedangkan menurut Keliat, B.A, Akemat, Helena N, dan Nurhaeni (2011, hlm.2) penderita gangguan jiwa juga menunjukkan gejala gangguan konsep diri: harga diri rendah. Penatalaksanaan gangguan jiwa dapat dilakukan dengan tindakan terapi seperti terapi psikofarmaka, psikoterapi, terapi somatic meliputi terapi kejang listrik (electro convulsive therapy) dan keperawatan yang biasanya dilakukan dengan terapi modalitas/perilaku. Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain: terapi individual, terapi lingkungan, terapi kognitif, terapi keluarga, terapi kelompok dan terapi bermain. Salah satu psikoterapi yang dapat dilakukan untuk menangani masalah gangguan jiwa adalah terapi aktivitas kelompok. Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah metode pengobatan untuk penderita gangguan jiwa yang dilakukan dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. TAK sudah sejak lama dimasukkan dalam program terapi keperawatan di dunia yang merupakan salah satu dari intervensi keperawatan (Hermawan, 2017). Macam-macam Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yaitu terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi, terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktifitas kelompok orientasi realitas dan terapi aktifitas kelompok sosialisasi (Keliat & Akemat, 2009, hlm.7). Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama dengan cara pasien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami (Keliat & Akemat, 2009).

4. Seleksi Pasien a.

Klien Kooperatif

b.

Pasien yang tidak ikut aktivitas rehabilitas

c.

Jumlah antara 6-8 pasien

d.

Pasien bersedia mengikuti TAK

e.

Proses seleksi pasien dilakukan pada saat akan pelaksanaan kegiatan

5. Jadwal Kegiatan a. Tempat pelaksanaan TAK: Di bangsal Heliconia b. Lama pelaksanaan TAK: 20 menit 6. Metode a. Ceramah b. Tanya Jawab c. Mendeskripsikan benda yang dicium 7. Media dan Alat a. Persiapan tempat yang aman dan tenang b. Tempat yang cukup luas atau longgar c. Alat dan bahan : kopi, minyak kayu putih, cabai, teh, tissue, buku catatan/ laporan TAK, pulpen, jadwal kegiatan klien, d. Form CPT (Catatan Perkembangan Terintegrasi) dan Bolpoint. e. Form logbook SKP Harian 8. Pengorganisasian a. Leader: Tri Sejati Kartika Dewi Tugas: 1) Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok 2) Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok 3) Menetapkan jalannya tata tertib 4) Menjelaskan tujuan diskusi 5) Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi pada kelompok terapi diskusi tersebut 6) Kontrak waktu 7) Menyimpulkan hasil kegiatan

8) Menutup acara b. Co Leader: Nurlaelatul Rahmawati Tugas: 1) Mendampingi leader jika terjadi bloking 2) Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan 3) Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah c. Fasilitator: Lina Budiarti Tugas: 1) Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir 2) Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok 3) Mengobservasi perilaku pasien d. Observer: Diah Ari Rahmawati Tugas: 1) Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan 2) Mendampingi peserta TAK 3) Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok 4) Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan

9. Setting tempat

L

C

Keterangan: L

: Leader

C

: CoLeader

F

: Fasilitator

O

: Observer : Klien

10. Program Antisipasi a.

Jika ada anggota yang berisik atau membicarakan hal-hal lain dalam diskusi, maka leader harus memfokuskan pembicaraan/kegiatan

b.

Jika ada anggota yang menggunakan kekerasan fisik, maka leader menegaskan bahwa hal tersebut tidak dikehendaki

c.

Bila ada anggota kelompok keluar dari kegiatan terapi kelompok, maka pasien kelompok yang bersangkutan harus membicarakan dengan anggota kelompok lain

d.

Jika ada anggota diskusi diam, maka fasilitator harus berperan aktif

e.

Bila ada hal-hal diluar perencanaan, maka melibatkan perawat ruangan.

11. Langkah Kegiatan a. Persiapan 1) Menentukan klien yang mampu mengikuti TAK 2) Membuat kontrak dengan klien 3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan b. Orientasi 1) Salam terapeutik a) Salam dari terapis kepada klien b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama) c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien 2) Evaluasi dan validas a)

menanyakan perasaan klien saat ini

b)

menanyakan masalah yang dirasakan

c)

menanyakan penerapan TAK SP umum yang lalu.

3) Kontrak a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi persepsi: mencium bau bauan. b) Terapis menjelaskan aturan main berikut: 1. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis 2. Lama kegiatan 20menit 3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai 4. Mempersilahkan klien untuk minum, atau kencing dulu sebelum acara dimulai. c. Tahap kerja 1) Tentukan 1 atau 2 gambar yang umum dikenal orang. 2) Tunjukan gambar pada klien (jika besar dapat didepan saja, jika kecil diedarkan). 3) Tanyakan pendapat seseorang klien mengenai isi gambar yang telah dilihat.

4) Tanyakan pendapat klien terhadap pendapat klien sebelumnya atau memberikan pendapat. 5) Berikan pujian/penghargaan atau kemampuan klien memberi pendapat, hindari penggunaan tepuk tangan dalam memberikan penghargaan, akan lebih baik jika dengan mengucapkan kata “bagus”. 6) Ulangi sampai semua klien mendapat kesempatan. 7) Perawat memberikan kesimpulan tentang gambar yang dibaca. d. Tahap terminasi 1) Evaluasi a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK b. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok 2) Rencana Tindak Lanjut Terapis meminta klien untuk meningkatkan sosialisasi 3) Kontrak yang akan datang a. Menyepakati TAK yang akan datang b. Menyepakati waktu dan tempat. 12. Evaluasi dan dokumentasi Kemampuan klien mengetahui tata tertib bangsal No

Aspek yang dinilai

1

Klien

Nama pasien

mampu

mempersepsikan stimulus

yang

dipaparkan

kepadanya

dengan tepat. 2

Klien

mampu

menyebutkan

nama

gambar

yang

dilihat.

benda

3

Klien

mampu

memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain 4

Klien mengikuti sampai akhir.

mampu kegiatan

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A, Panjaitan R.U & Helena N, (2005). Proses KesehatanJiwa.Edisi 1.Jakarta: EGC. Keliat,

B.A,

Panjaitan

R.U

&

Helena

N.

(2006).

Proses

KeperawatanKesehatanJiwa. Edisi 2 Jakarta: EGC Keliat,

B.A,

Akemat,

Helena,

N,

&Nurhaeni(2011).

KeperawatanKesehatanJiwa. Jakarta: EGC RisetKesehatanDasar. (2013). RisetKesehatanDasarLaporanNasional 2013. Jakarta: BadanPenelitiandanPengembanganKesehatanDepkes RI

1

2

3

4

5

6

Related Documents

Proposal Tak Dewi.docx
November 2019 20
Proposal Tak Isa.docx
June 2020 15
Proposal Tak-1.docx
December 2019 29
Proposal Tak Fix.docx
May 2020 22

More Documents from "Abufikri M"

Proposal Tak Dewi.docx
November 2019 20
Bab Iii.docx
November 2019 17
Uji Statistik.docx
November 2019 33
Uji Statistik F.docx
November 2019 33
Uji Statistik.docx
November 2019 17
Bab I.docx
November 2019 25