Preskas Diare Akut Dehidhrasi Rs Anak.docx

  • Uploaded by: aisyah
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Preskas Diare Akut Dehidhrasi Rs Anak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,313
  • Pages: 27
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Alhamdulillah, Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Karena atas rahmat dan ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus yang berjudul “Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang”. Penulisan laporan kasus ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam menempuh kepanitraan klinik di bagian departemen ilmu kesehatan anak di RSUD dr. Drajat Prawiranegara. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan laporan kasus ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan banyak pihak. Maka dari itu, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu, terutama kepada dr. Shelvi Hermawati Tamzil, Sp.A yang telah memberikan arahan serta bimbingan ditengah kesibukan dan padatnya aktivitas beliau. Penulis menyadari penulisan presentasi kasus ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan presentasi kasus ini. Akhir kata penulis berharap penulisan presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Serang, 14 Desember 2018

Penulis

1

BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS Nama

: An. S

Umur

: 0 tahun 8 bulan 27 hari

Jenis kelamin

: Laki-laki

TTL

: Serang, 12 Maret 2018

Agama

: Islam

Alamat

: Kandang Haur Ciruas

Masuk RS

: 8 Desember 2018

IDENTITAS ORANG TUA Data orang tua Nama Pendidikan Agama

Ibu Ny. N Tamat SMP Islam

Ayah Tn. A Tamat SMA Islam

II. ANAMNESIS Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 12 Desember 2014. Keluhan utama : Mencret Keluhan tambahan : Muntah, Panas. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dibawa oleh kedua orang tuanya ke IGD RSUD dr.dradjat prawiranegara pada tanggal 8 Desember 2018 pukul 16.35 wib dengan keluhan mencret 3 hari MRS, ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mencret sekitar 10 kali perharinya, BAB cair terdapat sedikit ampas dan lendir, tidak ada darah.

2

Ibu pasien juga mengatakan bahwa sejak 3 hari SMRS anaknya muntah-muntah. Pasien muntah setiap diberikan makan atau minum sehingga pasien sulit makan. Dalam sehari pasien muntah kurang lebih 5 kali. Muntah berupa air dan sisa makanan. Diare dan muntah-muntah pada pasien juga disertai demam. Demam pada pasien naik turun. Keluhan lain seperti batuk dan pilek disangkal.

Riwayat Pengobatan : Sebelumnya pasien telah dibawa orangtuanya ke Puskesmas dan diberikan oralit, zinc, parasetamol dan domperidon kemudian dirujuk ke RSDP Serang. Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada. Riwayat Penyakit Keluarga : Di keluarga pasien tidak ada yang sedang mengalami keluhan sama seperti pasien. Riwayat Persalinan dan Kehamilan : Proses persalinan SC di RSDP Serang dibantu oleh dokter, BBL 3600 gram dengan usia kehamilan 9 bulan. Pasien langsung menangis saat lahir.

Riwayat Perkembangan : -

Menegakkan kepala usia 5 bulan

-

Duduk usia 7 bulan

-

Berdiri usia 8 bulan

-

Merangkak usia 7 bulan

Riwayat Imunisasi: 

Hep B : +



Polio : +



BCG : +



DTP

:+



Hib

:-



Campak : -

III. Pemeriksaan Fisik  Keadaan umum

: Sedang 3

 Kesadaran

: Composmentis

 Berat badan

: 10,8kg

 Panjang Badan

: 72 cm

 Status Gizi

: 2>SD>0

 Tanda Vital

:

Tekanan Darah

:- mmHg

Nadi

: 121 x/menit

Pernapasan

: 32 x /menit

Suhu

: 37,6° C (axilla)

 Status Generalis ­ Kepala

: Normocephal, pucat

­ Mata

: Cekung, Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), edema palpebra (-) reflek cahaya langsung & tidak langsung (+/+)

­ Hidung

: Bibir pecah-pecah, Septum deviasi (-), epistaksis (-), POC/PCH -/-

­ Thorax

: Simetris, retraksi (-)

­ Pulmo

:

Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

­ Cor Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

­ Abdomen Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi

: Statis simetris dan dinamis : Fremitus taktil tidak dilakukan : Sonor seluruh lapang paru : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (-/-) : : Iktus kordis tak terlihat, Sikatrik (-), Pelebaran vena (-) : Iktus kordis teraba : (tidak dilakukan ) : Bunyi jantung I & II regular, Murmur (-), Gallop (-) : : Simetris, Pelebaran vena (-), Sikatrik (-) : Bising Usus (+) : Nyeri tekan (-), : Timpani diseluruh lapang abdomen (+)

­ Ekstremitas

: Akral hangat, capilary refill time 2 detik, edema (-)

­ Turgor

: Lmabat membalik

4

IV.

Pemeriksaan Anjuran 

V.

Laboratorium : cek H2TL, Urin dan Feses

Diagnosis Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang

VI. Diagnosis banding VII. Penatalaksanaan 

Ringer Laktat 14 tpm per 24jam



Ranitidin 2 x 10 mg IV



Ondansentron 3 x 1 mg IV



Paracetamol 4 x 1 cth



Zinc kid 2 x 1 cth



L-Bio 1 x 1 cth



Observasi KU dan TTV

VIII. Prognosis : Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

Qua ad sanationam

: dubia ad bonam

FOLLOW UP Tanggal 9/12/2018

Follow up S/ Mata sembab, BAB cair 5x sejak malam, muntah (-) O/ BB hari ini: KU : Tampak Aktif KS : Compos Mentis 10,8 kg TD : N : 140 x/menit T : 36,5 C R : 52 x/menit Kepala : normocephale, pucat Mata : CA: -/- , SI: -/- , edema THT : POC -, PCH – Thorax : simetris, retraksi + Cor : S1S2 reguler , Gallop - , Murmur – Pulmo : Ves +/+, Rh -/- ,Wh -/Abdomen : Bu +, supel, turgor baik Ekstermitas : Akral hangat A/ Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang  Ringer Laktat 14 tpm per 24jam 

Ranitidin 2 x 10 mg 5



Ondansentron 3 x 1 mg



Paracetamol 4 x 1 cth



Zinc kid 2 x 1 cth



L-Bio 1 x 1 cth



ASI + Makan Lunak 900 Kkal Tanggal Follow Up 10/12/18 S/ BAB Cair 6x, muntah (-) O/ BB hari KU : sedang KS : Compos Mentis ini : 10,5 kg HR : 121 x/menit SpO2 : 100% RR: 32 x/ menit T: 37,6 C Kepala : normocephale Mata : CA: -/- , SI: -/- , THT : POC -, PCH – Thorax : simetris ,retraksi + Cor : S1S2 reguler , Gallop - , Murmur – Pulmo : Ves +/+, Rh -/- ,Wh -/Abdomen : Bu +, supel, turgor kemabli cepat Ekstermitas : Akral hangat A/ Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang P/  Ringer Laktat 14 tpm per 24jam 

Ranitidin 2 x 10 mg



Ondansentron 3 x 1 mg



Paracetamol 4 x 1 cth



Zinc kid 2 x 1 cth



L-Bio 1 x 1 cth



ASI + Makan Lunak 900 Kkal 3x Follow Up S/ BAB Cair 6x, muntah (-), panas (-) O/ BB hari KU : Sedang KS : Composmentis ini : 10,5 HR : 114 x/m RR : 32x/m T : 36,6 C SpO2 : 100% Kepala : normocephale Mata : CA: -/- , SI: -/- , THT : POC -, PCH – Thorax : simetris ,retraksi + Cor : S1S2 reguler , Gallop - , Murmur – Pulmo : Ves +/+, Rh -/- ,Wh -/Abdomen : Bu +, supel, turgor kembali cepat Tanggal 11/12/18

6

Ekstermitas : Akral hangat A/ Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang P/  Ringer Laktat 14 tpm per 24jam 

Ranitidin 2 x 10 mg



Paracetamol 4 x 1 cth



Zinc kid 2 x 1 cth



L-Bio 1 x 1 cth

Tanggal 12/12/2018

Follow Up

S/ Panas (-), BAB Cair 1x O/ BB hari KU : Sedang KS : Compos Mentis ini : 10,5 kg HR : 128 x/menit TD : RR : 47 x/ menit T : 36,7 C Kepala : normocephale Mata : CA: -/- , SI: -/- , THT : POC -, PCH – Thorax : simetris ,retraksi + Cor : S1S2 reguler , Gallop - , Murmur – Pulmo : Ves +/+, Rh -/- ,Wh -/Abdomen : Bu +, supel, turgor kemabli cepat Ekstermitas : Akral hangat A/ Diare Akut Dehidrasi ringan sedang P/  Ringer Laktat 12 tpm per 24jam

13/12/2018



Ranitidin 2 x 10 mg



Paracetamol 4 x 1 cth jika perlu



Zinc kid 2 x 1 cth



L-Bio 1 x 1 cth Follow Up

BB hari S/ BAB Cair 2x, panas (-) ini : 10,5 kg O/ KU : sedang KS : Compos Mentis

7

HR : 120 x/menit T : 36,4 C

RR: 40 x/ menit

Kepala : normocephale Mata : CA: -/- , SI: -/- , THT : POC -, PCH – Thorax : simetris ,retraksi + Cor : S1S2 reguler , Gallop - , Murmur – Pulmo : Ves +/+, Rh-/- ,Wh -/Abdomen : Bu +, supel, turgor kemabli cepat Ekstermitas : Akral hangat A/ Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang P/  Oralit 50 mg 2 sach  Zinc Kid 2x1 cth  L-Bio 1x1 cth  Paracetamol jika perlu

Pemeriksaan darah pada tanggal 08/12/2018 PARAMETER Haemoglobin Leukosit Hematokrit Trombosit Gula Darah Sewaktu

HASIL 8,40 10.000 25,70 488.000 80

SATUAN g/dL /µL % /µL Mg/dL

NILAI RUJUKAN 12,00 – 15,30 4.500 – 13.500 35,00 – 47,00 140.000 – 440.000 60-100

Pemeriksaan Urine pada tanggal 10/12/2018 PARAMETER Warna Kekeruhan Berat Jenis pH Albumin Glukosa Keton Bilirubin Nitrit Urobilinogen Leukosit Eritrosit Epitel

HASIL Kuning Agak keruh 1015 6,0 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Normal 0-1 0-1 Positif

NILAI RUJUKAN Kuning Jernih 1,015-1,035 4,50-8,00 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Normal 1,00-4,00 0-1 +

8

Silinder Kristal Bakteri Jamur

Negatif Negatif Positif Negatif

Negatif Negatif Negatif Negatif

Pemeriksaan Feses pada tanggal 10/12/2018 PARAMETER Warna Bau Darah Konsistensi Lendir pH Leukosit Eritrosit Makrofag Sisa makanan Lemak Lain-lain

HASIL Kuning Khas Lembek Negatif 0-1 + Positif Negatif

NILAI RUJUKAN Coklat Khas Negatif Padat/Lunak Negatif 0-2 Negatif Positif Negatif

9

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang 3.1.1 Definisi Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut daire. Begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan diare. Pengertian Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare, muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz, 2009) 3.1.2 Epidemiologi Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit 10

Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.) Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat. 3.1.3 Etiologi

11

Cara Penularan dan Faktor Risiko Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger). Faktor risiko terjadinya diare adalah: 1. Faktor perilaku 2. Faktor lingkungan Faktor perilaku antara lain: a. Tidak

memberikan Air

Susu

Ibu/ASI

(ASI

eksklusif),

memberikan Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman.

12

b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis Faktor lingkungan antara lain: a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK) b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak (Kemenkes RI, 2011)

13

3.1.4 Patogenesis

14

3.1.5 Klasifikasi Berdasarkan patomekanismenya, diare akut dibedakan menjadi 3 macam yaitu: 1. Diare sekretorik Diare sekretorik adalah diare yang terjadi akibat aktifnya enzim adenil siklase yang akan mengubah adenosine triphosphate (ATP) menjadi cyclic

adenosine

monophosphate

(cAMP).

Akumulasi

cAMP

intraselular menyebabkan sekresi aktif air, ion klorida, natrium, kalium, dan bikarbonat ke dalam lumen usus. Adenil siklase ini diaktifkan oleh toksin yang dihasilkan dari mikroorganisme, antara lain Vibrio cholera, Enterotoxigenic Eschericia coli (ETEC), Shigella, Clostridium, Salmonella, dan Campylobacter. 2. Diare invasif Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme ke dalam mukosa usus sehingga terjadi kerusakan mukosa usus. Diare invasif disebabkan oleh virus (rotavirus), bakteri (Shigella, Salmonella, Campylobacter, Entero invasive Eschericia coli/EIEC, dan Yersinia), atau parasit (Amoeba). Diare invasif terdapat dalam 2 bentuk, yaitu: a. Diare non-dysentriform berupa diare yang tidak berdarah, biasanya disebabkan oleh rotavirus. Pada diare yang disebabkan oleh rotavirus, sesudah masuk ke dalam saluran cerna, virus akan berkembang biak dan masuk ke dalam apikal usus halus menyebabkan kerusakan pada bagian apikal dari vili yang selanjutnya diganti oleh bagian kripta yang belum matang (imatur, berbentuk kuboid atau gepeng). Sel yang masih imatur ini tidak dapat berfungsi normal karena tidak dapat menghasilkan enzim laktase. Diare yang disebabkan rotavirus paling sering terjadi pada anak usia <2 th berupa diare cair, muntah, disertai batuk pilek. b. Diare

dysentriform

berupa

diare

berdarah

yang

biasanya

disebabkan oleh bakteri Shigella, Salmonella, dan EIEC. Pada diare karena Shigella sesudah bakteri melewati barier asam

15

lambung, selanjutnya masuk ke dalam usus halus dan berkembang biakserta mengeluarkan enterotoksin. Enterotoksin ini merangsang enzim adenil siklase mengubah ATP menjadi cAMP sehingga terjadi diare sekretorik. Bakteri ini akan sampai di kolon karena peristaltik usus dan melakukan invasi membentuk mikroulkus yang disertai dengan serbuan sel-sel radang PMN dan menimbulkan BAB yang berlendir dan berdarah. 3. Diare osmotik Diare osmotik adalah diare yang disebabkan oleh tekanan osmotik yang tinggi di dalam lumen usus sehingga menarik cairan dari intraselular ke dalam lumen usus yang menimbulkan watery diarrhea. Diare osmotik paling sering disebabkan oleh malabsorpsi karbohidrat. Laktosa akan diubah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase, kemudian diabsorbsi di dalam usus halus. Apabila terjadi defisiensi enzim laktase maka akumulasi laktosa pada lumen usus akan menimbulkan osmotic pressure yang tinggi sehingga terjadi diare. 3.1.6 Diagnosis 1. Anamnesis Hal-hal yang perlu ditanyakan pada anamnesis: ­

Lama diare, frekuensi, volume, konsistensi feses, warna, bau, ada

atau tidak ada lendir maupun darah ­ Bila disertai dengan muntah: volume dan frekuensi ­ Jumlah atau frekuensi buang air kecil ­ Makanan dan minuman yang diberikan selama diare ­ Gejala lain seperti panas badan, kejang atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, dan campak ­ Tindakan yang sudah dilakukan: pemberian oralit, riwayat pengobatan sebelumnya, dan riwayat imunisasi 2. Pemeriksaan Fisik

16

3. Pemeriksaan Penunjang Feses rutin, makroskopik (warna, konsistensi, darah, lendir, nanah), dan mikroskopik (eritrosit, leukosit, telur cacing, ameba, lemak). Pada dehidrasi berat, perlu pemeriksaan laboratorium lebih lengkap seperti darah rutin, elektrolit, dan analisis gas darah 3.1.7

Penatalaksanaan LINTAS Diare ( Lima Langkah Tuntaskan Diare ) 1. Berikan Oralit Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa

17

mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi. 2. Berikan obat Zinc Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.(Black, 2003). Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 % (Hidayat 1998 dan Soenarto 2007). Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita: - Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari - Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari. Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare. 3. Pemberian ASI / Makanan :

18

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan. 4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera. Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia). 5. Pemberian Nasehat Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang : 1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah 2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : - Diare lebih sering - Muntah berulang - Sangat haus - Makan/minum sedikit - Timbul demam - Tinja berdarah

19

- Tidak membaik dalam 3 hari.

3.1.8

Pencegahan Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006) adalah sebagai berikut:

20

1. Pemberian ASI ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare (Depkes RI, 2006). Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Depkes RI, 2006). 2. Pemberian Makanan Pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian

makanan

pendamping

ASI

dapat

menyebabkan

meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian (Depkes RI, 2006). Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik yaitu : a. Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin. b. Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan,

daging,

kacang–kacangan,

buah-buahan

dan

sayuran

21

berwarna hijau ke dalam makanannya. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta menyuapi anak dengan sendok yang bersih. c. Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak (Depkes RI, 2006) 3. Menggunakan air bersih yang cukup Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006). Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006). Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes RI, 2006). Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah: a) Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia. b) Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber. c) Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air. d) Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan. (Depkes RI, 2006) 4.

Mencuci Tangan

22

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006). 5.

Menggunakan Jamban Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya

penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006). Yang harus diperhatikan oleh keluarga : a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga. b) Bersihkan jamban secara teratur. c) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki. (Depkes RI, 2006) 6. Membuang Tinja Bayi yang Benar Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang harus diperhatikan: a) Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus. b) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus.

23

c) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya (Depkes RI, 2006) 7. Pemberian Imunisasi Campak Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006). Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio (Depkes RI, 2006). Pencegahan terhadap diare atau pencarian terhadap pengobatan diare pada balita termasuk dalam perilaku kesehatan. Adapun perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.

3.1.9

Prognosis Pada diare akut umumnya baik.

24

BAB IV KESIMPULAN Diare akut adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Diare akut dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi bakteri, alergi, malabsorpsi, psikologis dan lain-lain. Diare akut yang disertai dehidrasi ringan sedang ditandai dengan keadaan umum yang rewel, mata cekung, turgor kulit kembali lambat, tampak kehausan, mulut kering dan air mata kering. Penanganan diare akut dapat dilakukan dengan LINTAS (Lima Cara Tuntaskan Diare) yaitu, pemberian oralit, pemberian zinc, pemberian ASI/makanan, pemberian antibiotik jika diperlukan, dan pemberian nasihat atau edukasi terhadap keluarga pasien. Prognosis pada diare akut dengan dehidrasi ringan sedang pada umumnya baik, terutama bila pencegahan terhadap diare diterapkan pada kehidupan sehari-hari pasien.

25

DAFTAR PUSTAKA

1.

Pedoman

Diagnosis

dan

Terapi

Ilmu

Kesehatan Anak. Edisi ke-5.UNPAD, Bandung: 2014. 2.

Pedoman Pelayanan Medis. Jilid 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: 2010.

3.

Behrman RE, Vaughan VC. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Bagian II. Edisi 15. EGC, Jakarta: 2000.

4.

Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta: 2000

5.

Buletin Jendela. Situasi diare di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI: 2011

6.

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. World Health Organization Indonesia. Jakarta: 2009

26

Related Documents


More Documents from "Rizka Kurnia Gemilang"

Doc1.docx
November 2019 27
Poskesdes.doc
December 2019 36
Mencegah Stroke.docx
December 2019 35
Proposal Kewirausahaan.docx
December 2019 23
Analisa Data.docx
December 2019 12